You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan
manusia (1). Gigi mempunyai peranan penting pada tubuh manusia diantaranya
berfungsi untuk pengunyahan, estetik dan berbicara. Idealnya setiap individu akan
mempertahankan gigi permanen alamiahnya sepanjang hidup. Namun
demikian,gigi akan lepas atau perlu dicabut dengan berbagai alasan (2).
Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyaknya gigi hilang sebagai akibat rusak
atau trauma yang tidak dirawat, akan menganggu fungsi dan aktivitas rongga
mulut, sehingga akan mempengaruhi status gizi serta akan mempunyai dampak
pada kualitas hidup (3)
Data dari WHO tahun 2012 tentang kesehatan mulut menunjukkan bahwa
30% populasi di dunia pada usia 65-74 tahun telah mengalami kehilangan seluruh
gigi (2). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diketahui di
Indonesia prevalensi kehilangan gigi pada kelompok 1-4, 5-9, dan 10-14 tahun
adalah 0, pada usia 15-24 tahun sebesar 0,1%, pada usia 25-34 tahun sebesar
0,1%, pada usia 35-44 tahun sebesar 0,3%, pada usia 45-54 tahun sebesar 1,3%,
pada usia 55-64 tahun sebesar 4,2%, dan pada usia >65 tahun sebesar 17,1 % (4).
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehilangan gigi merupakan suatu keadaan yang
sering ditemukan dimana saja, dan melihat akibat yang ditimbulkan maka sudah
seharusnya gigi yang hilang tersebut diganti dengan gigi tiruan (5).

Praktik tukang gigi adalah salah satu praktik kesehatan yang dibidang
kesehatan gigi yang belum lama ini memiliki pengakuan sebagai pengobatan
tradisional dari pemerintah berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.
40/PUU-X/2012 tentang pekerjaan tukang gigi dan diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (PERMENKES) No. 39 tahun 2014 tentang Pembinaan,
Pengawasan dan Perizinan, Pekerjaan Tukang Gigi (6).
Dalam pembuatan gigi tiruan, tukang gigi tidak memperhatikan kesehatan
jaringan sekitar gigi tiruan dan pembuatannya pun hanya asal-asalan serta
seringkali ditemukan adanya sisa akar yang tidak dicabut pada pemasangan gigi
tiruan tersebut sehingga menimbulkan jaringan gusi yang meradang, bengkak,
oral hygiene yang sangat buruk, sariawan atau denture stomatitis akibat gigi tiruan
yang tidak baik adaptasinya (7).
Menurut Suchman, salah satu tahap untuk menganalisis bagaimana seseorang
membuat keputusan untuk mencari atau memecahkan masalah kesehatannya
adalah tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (the medical care contact).
Individu mulai berhubungan dengan fasilitas pelayanan kesehatan pada tahap ini
sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi, serta motivasi yang ada pada
dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan (8).
Menurut Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008
menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih sarana pelayanan
kesehatan yaitu puskesmas sebesar 35,5%, petugas kesehatan 28,82%, rumah sakit
8,71%, praktek dokter 30,11%, dukun 0,19%, dan praktek batra (pengobatan
tradisional) sebesar 1,97% (9).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Kalimantan Selatan


2013,di Banjarmasin sebanyak 0,4% penduduk menyatakan menerima perawatan
pemasangan gigi lepasan atau tiruan sebagian dalam 12 bulan terakhir (10).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 penduduk yang menyatakan
menerima perawatan atau pengobatan gigi dalam 12 bulan terakhir menurut jenis
perawatan dan karakteristik, Provinsi Kalimantan Selatan diketahui dari kelompok
umur 0-65 tahun keatas yang melakukan perawatan ke dokter gigi berkisar antara
0-41,8, sedangkan ke tukang gigi berkisar antara 0-7,9 (10). Ini menunjukkan
bahwa masyarakat lebih dominan pergi ke dokter gigi namun sebagian kecil
masyarakat masih menggunakan pemanfaatan jasa tukang gigi. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Pemanfaatan Jasa Tukang Gigi dengan Karakteristik Pengguna Gigi Palsu di
Banjarmasin.
B. Rumusan Masalah
Masaalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pemanfaatan jasa
tukang gigi dengan karakteristik pengguna gigi palsu di Banjarmasin?. (sof, tdi
katanya judulnya kan hubungan karakteristik pengguna gigi tiruan dengan
pemanfaatan jasa tukang gigi di banjarmasin. Berarti tujuannya itu seharuhnya
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan karakteristik
pengguna gigi palsu dengan pemanfaatan jasa tukang gigi di Banjarmasin?),
jangan dibalik2 ya sof soalnya itu berbeda makna ;_;

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pemanfaatan jasa tukang gigi dengan karakteristik pengguna gigi palsu di
Banjarmasin. (Benerin sof lah, jadi hubungan karakteristik pengguna gigi palsu
dengan pemanfaatan jasa tukang gigi di Banjarmasin)
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan karakteristik pengguna gigi palsu meliputi
pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan, keyakinan
pengalaman, informasi, dorongan orang lain, dan biaya pengobatan dengan
pemanfaatan jasa tukang gigi.
2. Untuk mengetahui alasan pengguna gigi palsu dengan pemanfaatan jasa
tukang gigi di Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Sebagai tambahan kepustakaan Fakultas Kedokteran Gigi
UniversitasLambung mangkurat.
2. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian berikutnya yang akan meneliti masalah
yang memiliki relevansi dengan masalah pada penelitian ini.
3. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin khususnya
sub bidang Pengobatan Tradisional dalam perencanaan program pengawasan
praktek pengobatan tradisional tukang gigi di wilayah kerjanya.

You might also like