You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010)
dikatakan bahwa Sarjana lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih
sulit bersaing dengan lulusan luar negeri. Bukan dari sisi keilmuan
atau kemampuan

akademisnya, melainkan soft skill mereka yang

kurang. Kelemahan mahasiswa kita justru dalam hal non teknis seperti
kemampuan berbicara di depan umum, rasa percaya diri, interaksi
terhadap

perubahan

leadership

yang

cepat,

inisiatif,

kerjasama,

etika,

dan hal lainnya. Pernyataan tersebut tentunya juga

menggambarakan kemampuan lulusan sarjana di bidang keperawatan


dimana

para

stakeholdersmengakui

kemampuan mereka

secara

akademis, akan tetapi masih belum memuaskan dari segi soft skillnya
(psik-unand, 2012).
Salah satu hasil pendidikan dapat dilihat dari seberapa besar
keterpakaian alumni pada pasar kerja. Angka pengangguran dapat
juga

dianggap

sebagai

salah

satu

aspek

yang

mencerminkan

permintaan dan penawaran pasar kerja. Dalam proses pembangunan


semakin menurun pengangguran maka semakin baik kondisi pasar
kerja. Begitu sebaliknya, cara berfikir itu akan tetap berlaku untuk
pasar kerja tenaga kesehatan, seperti

dokter, bidan dan perawat,

analis kesehatan dan sejenisnya (Elfrindi, 2009).


Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul
adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja
tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya. Dunia pendidikan pun
mengungkapkan bahwa

berdasarkan penelitian di Harvard University

Amerika Serikat ternyata

kesuksesan seseorang tidak ditentukan

semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill)


saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft
skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan

hanya ditentukan

sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill (Direktorat
Pendidikan Insitut Teknologi Bandung, 2005).
Beberapa masalah yang terjadi di dalam perguruan tinggi di
Indonesia dimana Soft skills kurang diperhatikan dan diberikan kepada
para mahasiswa, Hal ini disebabkan oleh karena kurang pekanya pihak
Universitas dalam mengembangkan minat dan bakat mahasiswa yang
didiknya. tidak heran dalam

berita di Kompas 19 Februari 2010

mengatakan bahwa 2 juta diploma dan Sarjana yang menganggur


(Dikti.go.id, 2010)

Bagi generasi bidan dan perawat, atau tenaga

kesehatan saat sekarang, tantangan akan semakin berat persoalan


utama yang di hadapi oleh generasi

yang akan terjun ke dunia

pelayanan hospitality bussines sector. Mereka masih belum menyadari


betapa pentingnya keterampilan dan soft skill. untuk konteks tenaga
kesehatan, bidan dan perawat menjadi sangat penting mengingat
jumlahnya yang ada saja di seantero nasional tidak kurang sekitar
650.000 orang. Oleh karenanya mesti ada cara lain agar anak didik,
khsnya yang masuk bidang kebidanan dan keperawatan, pada masa
depan semakin berani memasuki dunia kerja dan kemudian hidup di
dunia yang semakin kompleks.
Industry

hospitality

juga

semakin

kompleks

dan

bervariasi

(Elfrindi,2009).
Banyak tantangan berat untuk menjadikan perawat sebagai
pekerja profesional dan mendapat imbalan profesi. Saat ini kondisi
perawat di

Indonesia memang terpuruk. Dibanding rekannya di

negara lain, bahkan sesama negara ASEAN, gaji perawat di Indonesia


relatif

rendah,

rata-rata

tingkat

pendidikannya

pun

rendah,

kebanyakan hanya lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Di sisi


lain, pemerintah sendiri juga sedang terpuruk.
Jangankan menyediakan anggaran untuk pendidikan, untuk
mempekerjakan

saja tidak mampu. Akibatnya, tiap tahun sekitar

13.000 orang dari 15.000

lulusan sekolah perawat menganggur


2

karena tidak terserap pasar kerja


kekurangan

tenaga

perawat,

domestik, meski rumah sakit

keterpurukan

kondisi

perawat

menunjukkan bahwa ada ketidakberesan dan kekurangan

ini

dalam

sumber daya manusia yang kita miliki(unpad.ac.id, 2007).


Pengetahuan soft skill tidak lain adalah kemampuan seseorang
untuk

bisa

beradaptasi

lingkungan dimana dia

dan

berkomunikasi

dengan

baik

pada

berada. Ini penting, karena banyak para

lulusan penguruan tinggi ketika diminta berbicara, menyampaikan ide


atau gagasan serta mempresentasikan karyanya, tidak siap. Dalam
manajemen modern ditemukan bahwa suksesnya

seseorang tidak

hanya ditentukan dari kecerdasan semata, tapi juga soft skill yang
dimiliki Hard skills merupakan keterampilan spesifik, kemampuan
mendidik yang mungkin diperlukan dalam konteks tertentu, seperti
pekerjaan atau

aplikasi universitas. Sementara soft skills

adalah

istilah sosiologis yang berkaitan dengan "EQ seseorang" (Emotional


Intelligence Quotient), cluster sifat kepribadian, keterampilan sosial,
komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme
yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain (Dikti.go.id, 2010).
Salah satu permasalahan terhadap pelayanan kesehatan adalah
komunikasi yang kurang baik antara tenaga kesehatan dan pasien.
perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan erat dengan
penggunaan

komunikasi sebagai salah satu bentuk sarana yang

efektif dalam memudahkan

peran dan fungsinya dengan baik.

Komunikasi merupakan salah satu intervensi


pelayanan

keperawatan

therapeutic.

perawat

yaitu

yang

dengan

memiliki

dalam pemberian

pendekatan

ketrampilan

komunikasi

berkomunikasi

secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa


percaya

dengan

klien,

mencegah

terjadinya

masalah

legal,

memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan


meningkatkan

citra

profesi

keperawatan

sakit(Bapelkes Batam, 2010).


3

serta

citra

rumah

Perawat dalam memberikan pelayanan akan berhadapan dengan


beragam manusia secara langsung di tengah-tengah masyarakat,
yang memiliki keunikan tersendiri, Untuk itu perawat di tuntut lebih
menguasai keterampilan intelektual, emosional, spiritual serta berfikir
positif dalam menghadapi

permasalahan kesehatan masyarakat.

Sangatlah perlu seorang calon perawat menguasai dan memiliki hard


skill serta soft skill yang baik agar dapat di

terima di tengah

masyarakat dan dunia pekerjaan (Elfrindi,2009).


2. Tujuan
Mahasiswa mengetahui:
1) Defenisi Soft Skills
2) Keterampilan Interpersonal dan Intrapersonal
3) Klaster utama pembentuk Soft Skills Mahasiswa
4) Indikator Soft Skills Konsep
5) Program pendidikan profesi ners

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Softskill
Softskill Menurut Patrick S. O'brien dalam bukunya berjudul
making college count dapat diartikan sebagai kemampuan non teknis
yang tak terlihat wujudnya. Yang dapat di ketegorikan ke dalam tujuh
area yang di sebut winning characteristics. Yaitu keahlian komunikasi,
keahlian berorganisasi ,kepemimpinan, kemampuan berfikir logis,
kemampuan semangat juang (effort), kemampuan berkelompok, etika
(Kuntjoro, 2009). Softskill Menurut Nursalam dalam buku pendidikan
dalam keperawatan dapat didefinisikan sebagai perilaku personal dan
interpersonal (karakter positif) yang dapat mengembangkan dan
meningkatkan unjuk kerja sedangkan Menurut Chatab dalam buku
diagnostic management. Intrapersonal skills dan interpersonal skills
adalah keterampilan berinteraksi di dalam diri terdalam setiap manusia
dan keterampilan berinteraksi antar pribadi yang dapat di pandang
sebagai kemampuan (ability), yaitu kapasitas para individu untuk
melaksanakan berbagai tugas dan aktivitas dalam suatu pekerjaan.
Soft skill Menurut Nasution dalam bukunya creative thinking,
merupakan faktor yang menentukan kesukseksesan karir, pekerjaan dan
kehidupan Diantaranya;
a.

Kemandirian

yaitu

kemampuan

untuk

bekerja

sendiri

dan

menyelesaikan masalah tanpa bantuan pihak lain.


b.

Kerjasama tim merupakan kemamapuan untuk bekerja dengan peran


seimbang bersama seluruh anggota tim dalam pencapaian tujuan
bersama

c.

Kepemimpinan yaitu kemampuan untuk mengajak dan menggerakkan


semua anggota organisasi untuk mencapai tujuan bersama organisasi
tanpa paksaan.

d.

Interpersonal

merupakan

kemampuan

untuk

berempati,

peduli,

menjalin relasi, dan teknik negosiasi lainnya dalam konteks dealing


with people, Skill with people.
e.

Menjual Gagasan merupakan kemampuan menjual gagasan dan


pemikiran secara lisan dan tulis, kemudian mempersentasikan di
depan orang banyak.

f.

Kejujuran yaitu kemampuan menjaga diri untuk menjadi fit and proper
yang profesional.

g.

Berfikir taktis dan strategis yaitu kemampuan untuk menyelesaikan


pekerjaan yang tidak terstruktur secara tepat, menganalisis semua
faktor eksternal yang bisa di gunakan untuk merencanakan

peningkatan

potensi

dirinya

secara

integratif

dan

optimal

(Nasution, 2006).
Softskill adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang tidak
bersifat kognitif, tetapi lebih bersifat afektif yang memudahkan
seseorang untuk Mengerti kondisi psikologis diri sendiri, mengatur
ucapan, pikiran dan sikap serta perbuatan yang sesuai dengan
norma masyarakat, yang memudahkan seseorang untuk lebih
dapat

dengan

mudah

beradaptasi

dan

beriteraksi

dengan

lingkungan sekitarnya (Thalib, 2010).


Soelistiyowati ,2008 (Dalam thalib, 2010) menjelaskan bahwa
Softskill terdiri atas tiga faktor utama yaitu :
a. Kemampuan psikologis, yakni kemampuan yang dapat membuat
seseorang bertindak atas pertimbangan pemikiran sehingga tercipta
prilaku yang sesuai dengan apa yang dipikirannya, termasuk
kemampuan kontrol diri dan konsep diri. Kemampuan psikologis
lebih pada apa yang ada di dalam diri manusia, yang dapat
membantu seseorang tersebut untuk mengerti diri sendiri dan
orang

lain

dalam

hubungannya

lingkungannya.

dengan

orang

lain

dan

b. Kemampuan sosial yaitu kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan


membawa diri dalam pergaulan dalam kelompoknya.
c. Kemampuan komunnikasi yaitu kemampuan yang

meliputi

upaya

penyampaian pesan dan informasi baik yang tertulis, tidak tertulis, verbal
maupun

nonverbal;

kemampuan

seseorang

dalam

mengemukakan

maksud dalm berkomunikasi sehingga dapat terhindar dari kemungkinan


terjadinya kesalahpahaman
Softskill adalah segala sesuatu yang menyebabkan berfungsinya
hardskill yang di peroleh. Oleh karena keterpakaian dari softskill itu tidak saja
di tempat kerja, di masyarakat saja, namun untuk memantapkan sisi rumah
tangga nantinya. Menurut Elfrindi dalam softskills yang menjadi fokus utama
untuk tenaga kesehatan terbagi dua yaitu :
2. Keterampilan Interpersonal dan keterampilan Intrapersonal
a. Keterampilan Interpersonal
1) Kemampuan komunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang disampaikan dengan
intonasi dan dengan perasaan. Sehingga apa yang kita sampaikan
tidak menyinggung perasaan orang lain dan dapat dengan mudah
mengikuti alur pikiran kita. Komunikasi yang baik akan terbentuk
ketika kita membiasakan diri untuk membaca dan mengingat.
2) Terlatih team working
Kebiasaan untuk bekerja secara bersama mesti dilatih mengingat
tidak mungkin kita akan mampu menyelesaikan pekerjaan secara
individu. Kelemahan teman kita anggap sebagai sesuatu yang perlu
kita jadikan sebagai keterbatasan manusia. Biasakan diri untuk tidak
menyatakan super dalam menangani masalah dalam bekerja.
3) Kemampuan bekerja dengan orang lain
Orang lain dapat dijadikan atasan, rekan atau sebagai pembantu
untuk mensukseskan pekerjaan kita. Oleh karenanya kita pun dituntut
untuk terbiasa bekerjasama. Agar mudah bekerjasama dalam bekerja
dengan orang lain maka biasakan dalam mencari kesepakatan dalam
bekerja baik aturan waktu, sistem sampai hasil yang ingin dicapai.
4) Terlatih dalam etika kerja.
Memiliki talenta dalam merahasiakan apa yang tidak boleh diketahui
oleh umum sesuai dengan ikrar dalam bekerja. Kemudian memiliki
kesopanan dalam berkepribadian.
5) Fleksibel dalam melaksanakan pekerjaan.
7

Boleh saja dalam bekerja sesuai dengan urutannya namun perlu


disadari

bahwa

kita

juga

memahami

fleksibilitas

kerja.

Bisa

melaksanakan pekerjaan yang sekalipun tidak disukai. Demikian juga


memilih-milih pekerjaan apa yang disukai. karena suatu saat kita akan
menghadapi

berbagai

soal

dimana

kita

sendiri

yang

menyelesaikannya.
b. Komunikasi interpersonal
1. Kemampuan komunikasi.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang disampaikan dengan

intonasi dan dengan perasaan. Sehingga apa yang kita sampaikan


tidak menyinggung perasaan orang lain dan dapat dengan mudah
mengikuti alur pikiran kita. Komunikasi yang baik akan terbentuk
ketika kita membiasakan diri untuk membaca dan mengingat.
2. Terlatih team working.
Kebiasaan untuk bekerja secara bersama mesti dilatih mengingat
tidak mungkin kita akan mampu menyelesaikan pekerjaan secara
individu. Kelemahan teman kita anggap sebagai sesuatu yang perlu
kita jadikan sebagai keterbatasan manusia. Biasakan diri untuk
tidak menyatakan super dalam menangani masalah dalam bekerja.
3. Kemampuan bekerja dengan orang lain.
Orang lain dapat dijadikan atasan, rekan atau sebagai pembantu
untuk mensukseskan pekerjaan kita. Oleh karenanya kita pun
dituntut untuk terbiasa bekerjasama. Agar mudah bekerjasama
dalam bekerja dengan orang lain maka biasakan dalam mencari
kesepakatan dalam bekerja baik aturan waktu, sistem sampai hasil
yang ingin dicapai.
4. Terlatih dalam etika kerja.
Memiliki talenta dalam merahasiakan

apa yang tidak

boleh

diketahui oleh umum sesuai dengan ikrar dalam bekerja. Kemudian


memiliki kesopanan dalam berkepribadian.
5. Fleksibel dalam melaksanakan pekerjaan.
Boleh saja dalam bekerja sesuai dengan urutannya namun perlu
disadari bahwa kita juga memahami fleksibilitas

kerja. Bisa

melaksanakan pekerjaan yang sekalipun tidak disukai. Demikian


juga memilih-milih pekerjaan apa yang disukai. karena suatu saat
8

kita akan menghadapi berbagai soal dimana kita sendiri yang


menyelesaikannya.
c. Keterampilan Intrapersonal
1. Berpenampilan sopan dan apa adanya.
Seorang tenaga kesehatan yang diperlukan

adalah

menjaga

penampilan diri. Agar diterima oleh budaya setempat. Berpakaian,


berpenampilan, dan diri sendiri terurus sehingga innerbeautynya
muncul secara mempesona. Termasuk tata warna berpakaian dan
pilihan model pakaian dan manik-manik yang mendukungnya.
2. Menyadari pentingnya menjaga kebersihan diri.
Personal hygiene adalah modal utama bagi tenaga kesehatan mulai
kebersihan kuku, gigi, rambut dan lahirnya yang mendukung
kebiasaan

merawat

makanan

dan

olahraga

sekaligus

dapat

dijadikan sebagai modal untuk terbiasa menjaga kebersihan diri.


3. Terampil mengatur waktu dan uang.
Tepat waktu bekerja dan menepati janji adalah salah satu modal
bagi kita untuk bekerja disamping juga mampu dan terampil dalam
mengalokasikan uang. sikap boros akan menyebabkan kita jadi
aneh nantiya dalam bekerja karena akan menyebabkan tidak
stabilnya antara penerimaan dan pengeluaran.
4. Mengikuti perkembangan zaman.
Membaca bidang yang ditekuni akan dapat mempermudah anda
melihat masa depan
5. Keterampilan mendengar dengan sabar.
Kita harus Terbiasa memahami maksud orang lain berbicara dan
menyikapinya dengan arif, sesuai waktu tempat dan kondisi dengan
tetap menjaga emosional dan menanggapinya. Bilamana tidak
terjaga sering seseorang yang tidak terlatih pendengarannya bisa
memberikan respon yang amarah termasuk berdemonstrasi yang
ugal-ugalan bagi perawat dengan mendengar keluhan pasien dan
keluarganya mesti mampu melayaninya sesuai dengan kondisi
(Elfrindi , 2009).
3. Klaster utama pembentuk soft skill mahasiswa.
Menurut Thalib ada empat klaster pembentuk softskill mahasiswa
yang menambah kualitas lulusan terutama dalam hal-hal non ilmu di
dalam dunia kerja diantaranya :
9

1) Interaksi (interaction) yang meliputi kesadaran bersikap, kemampuan


mengatasi

konflik,

kemampuan

bekerja

sama,

kemampuan

mentoleransi perbedaan, etika, kemampuan bekerja dalam tim.


Kemampuan berinteraksi ini disebut kemampuan sosial karena lebih
tentang kaitannya dalam berhubungan dengan lingkungannya.
2) Manajemen pribadi (self-management) kemampuan membuat
keputusan, kemauan untuk belajar, disiplin diri, kemampuan untuk
intropeksi diri, kemampuan menanggulangi stress. Deskripsi ini di
sebut juga kemampuan psikologi, yang berusaha untuk mengerti diri
sendiri dan orang lain dalam rangka menjalin hubungan dengan orang
lain dalam kehidupan dan dunia kerja.
3) Kemampuan
berkomunikasi
(communication

skills),

termasuk

kemampuan mendelegasikan tugas, kemampuan mendengarkan, dan


kemampuan melakukan persentasi.
4) Kemampuan mengorganisasikan segala

sesuatu

(organization),

termasuk kemampuan mengatasi masalah berdasarkan pertimbangan


nilai dan kepentingan, proses berfikir sistematis, dan kemampuan
untuk mengenali sumber permasalahan.
4. Indikator Soft skill

NO
1

SOFT SKILL
Personal

KETERANGAN
Kemampuan berinisiatif,

Effectiveness

diri,

Flexibility

personal dan gairah untuk berprestasi


Ketangkasan dalam beradaptasi dengan

Management

perubahan baru.
Kemampuan mendapatkan hasil dengan

ketangguhan,

kepercayaan-

tanggung

jawab

menggunakan sumberdaya yang ada,


4

Creativity/

sistem dan proses.


Kemampuan memperbaiki hal-hal yang

Innovation

sudah lama, kemampuan menciptakan


dan menggunakan hal-hal baru (sistem,
pendekatan, konsep, metode, desain,
tehnologi, dan lain-lain)
10

Futuristic thinking

Kemampuan

memproyeksikan

hal-hal

yang perlu dicapai atau hal-hal yang


6

Leadership

berlum tercapai
Kemampuan mencapai

Persuasion

memberdayakan orang lain.


Kemampuan dalam meyakinkan orang

hasil

dengan

lain agar berubah ke arah yang lebih


8

Goal orientation

baik
Kemampuan dalam memfokuskan usaha

Continuous learning

untuk mencapai tujuan, misi, atau target


memperbaiki
diri
dari
praktek,
menjalankan konsep baru, tehnologi baru

10

Decision-making

atau metode baru.


Kemampuan menempuh

11

Negotiation

efektif dalam mengambil keputusan


Kemampuan memfasilitasi kesepakatan

Written

antara dua pihak atau lebih


Kemampuan mengekspresikan pendapat

communication

atau perasaan dengan bahasa tulis yang

Employee

jelas dan mudah dipahami orang lain


Kemampuan memfasilitasi dan mendukung

12

13

development

proses

yang

kemajuan orang lain

14

Coaching
Problem-solving

Kemampuan mengantisipasi, menganalisis,

15

Teamwork

dan menyelesaikan masalah


Kemampuan dalam bekerjasama dengan

16

Presenting

orang lain secara efektif dan produktif


Kemampuan mengkomunikasikan pesan di

17

Diplomacy

depan orang banyak secara efektif


Kemampuan menangani kesulitan atau isu
sensitif secara diplomatif, bijak, efektif,
dengan

pemahaman

yang

mendalam

terhadap kultur, iklim dan politik yang


18

Conflict

berkembang di tempat kerja.


Kemampuan menyelesaikan konflik secara

management

konstruktif
11

19
20

Empathy

Kemampuan untuk bisa peduli pada orang

Customer service

lain
Kemampuan
memenuhi

21

22

Planning

kebutuhan,

dan

keinginan

dan

harapan orang lain atau pelanggan


Kemampuan
menggunakan
logika,

Organizing

prosedur

Interpersonal skills

sasaran
Kemampuan berkomunikasi secara efektif,
dan

23

mengantisipasi

Self-management

atau

bisa

sistem

menjalin

untuk

mencapai

hubungan

secara

harmonis dengan orang lain.


Kemampuan
mengontrol-diri
mengelola

potensi

dan

atau

waktu

untuk

mencapai hasil yang lebih bagus


Berikut adalah beberapa indikator soft skill menurut Patrick O'Brien dalam
bukunya Making College Count di kutip oleh Direktorat Pendidikan
Insitut Teknologi Bandung, 2005.
1. Commmunication Skills
Komunikasi Lisan dan Komunikasi Tulisan
Komunikasi adalah tindakan untuk mengekspresikan ide atau
perasaan dan memberikan informasi kepada orang lain dengan tujuan
memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan.
melatih komunikasi yang baik tidak dapat dielakkan. Persoalannya
adalah

kebanyakan

kita

tidak

mengenal

bagaimana

kualitas

komunikasi yang sudah dimiliki. Keluhan dari pasien sering terdengar


terhadap

pelayanan

kesehatan,

tidak

terlepas

pelayanan

yang

diberikan oleh perawat. Keluhan bisa datang dari pasien, keluarga


pasien, ataupun masyarakat. Keluhan dapat menyangkut prosedur,
kualitas pelayanan dan yang paling sering dikeluhkan pasien adalah
komunikasi antara perawat kepada pasien. Komunikasi dan sikap
perawat ketika melayani pasien merupakan salah satu unsur yang
membentuk citra kualitas pelayanan institusi secara keseluruhan.
Dalam dunia kerja seringkali komunikasi dilakukan dalam waktu
yang sangat singkat. Padahal kita harus dapat menggali informasi
12

penting

dalam

waktu

terbatas

tersebut.

Untuk

menyampaikan

informasi dan gagasan yang baik adalah dengan cara menghilangkan


ambiguitas atau dalam berbicara, gunakan kata-kata yang lugas dan
tidak

bermakana

ganda.

Sampaikan

apa

yang

menjadi

inti

permasalahan dan kemudian bertanya untuk memastikan. dalam suatu


hubungan kesalah pahaman dapat menjadi suata masalah. oleh karena
itu bila ada sesuatu yang belum anda mengerti jangan ragu untuk
bertanya.
Komunikasi tulisan dalam dunia keperawatan sangat penting
seperti

dokumentasi

keperawatan

yang

digunakan

untuk

menyampaikan suatu informasi kepada pihak lain selain itu dapat juga
menjadi bukti bila terjadi perselisihan (Elfrindi, 2009).
2. Organization Skills
1. Manajemen Waktu
Kemampuan memanfaatkan waktu untuk mengelola pelaksanaan
kegiatan sehingga dapat selesai dalam kurun waktu tertentu
dengan kualitas maksimal dan stress yang minimal. Strategi yang
dapat di pakai dalam manajemen waktu adalah seperti membuat
daftar kegiatan, membuat skala prioritas, memperkirakan waktu
yang

di

butuhkan

untuk

menyelesaikan

tiap

kegiatan

dan

mengalokasikan waktu untuk tiap kegiatan.


2. Meningkatkan Motivasi
Salah satu keterampilan yang akan sangat berguna untuk
meraih kesuksesan di dunia kerja atau usaha adalah motivasi yang
tinggi. Karena motivasi yang tinggi dapat membantu seseorang
bertahan melalui berbagai kesulitan. Dalam dunia kerja atau usaha
tak jarang ditemui situasi yang sulit kadang kesulitan tersebut
berlarut-larut. bila seseorang tidak memiliki motivasi tinggi dia akan
menyerah menghadapi situasi yang sulit. Seseorang harus memiliki
motivasi dan inisiatif untuk bekerja sehingga hasil yang di berikan
dapat melebihi standar yang ditetapkan.
Motivasi merupakan keinginan atau kebutuhan dalam diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu untuk
memenuhi keinginan tersebut. Motivasi terkait dengan bagaimana
13

seseorang

mengelola

semangatnya.

Faktor

luar

juga

dapat

berperan dalam menciptakan kondisi yang dapat mendorong


peningkatan motivasi namun perlu di sadari bahwa motivasi yang
sesungguhnya hanya bisa timbul dari diri sendiri (Direktorat
Pendidikan Insitut Teknologi Bandung, 2005).
3. Menjaga Kesehatan dan Penampilan
Sebagai seorang perawat kita harus bisa menjaga kesehatan
semaksimal mungkin karena dengan begitu berarti seseorang
memiliki energi dan kesiagaan untuk bekerja selain sehat maka
seseorang perlu juga untuk tampil baik karena akan meningkatkan
citra anda sebagai seorang professional.
3. Leadership
Kepemimpinan Efektif
Setiap orang adalah pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri,
rumah tangga atau dalam suatu organisasi. Kepeimpinan yang berhasil
adalah mampu menggunakan perangkatnya dalam mencapai tujuan
pemimpin yang baik juga memiliki berbagai aspek dan kriteria yang
menyebabkan organisasi jalan. Kepemimpinan dapat diperoleh melalui
belajar di sekolah, organisasi maupun di tengah masyarakat aspek
utamanya

adalah

bagaimana

memadu

berbagai

anggota

yang

menyebabkan tujuan organisasi dapat tercapai tentunya dengan


keterbatasan dana yang dimiliki.
Mengingat tenaga kesehatan adalah juga bekerja dalam suatu
organisasi, seperti di puskesmas, rumah sakit, atau dalam bentuk
apapun, maka aspek kepemimpinan mesti dimiliki dan disempurnakan
Para perawat yang memiliki leadership yang baik kemudian dia akan
mampu

memberikan

Kemudian

dengan

layanan
system

dengan
yang

di

system yang di bangun.


bangun

mampu

pula

mengembangkan organisasi yang baik (Elfrindi, 2009).


Karakteristik yang harus dimiliki pemimpin yang efektif adalah
kepemimpinan yang di mulai dengan visi yang jelas. Visi yang jelas
dapat

secara

dahsyat

mendorong

terjadinya

perubahan

dalam

organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan


14

visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke mana organisasinya akan


menuju selain itu pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan
atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu Dan seorang
pemimpin yang baik harus memiliki kecakapan teknis yang berkaitan
untuk

mencapai

tujuan

(Direktorat

Pendidikan

Insitut

Teknologi

Bandung, 2005).
4. Logic
a. Menyelesaikan Masalah
Kemampuan menyelesaikan masalah adalah kesanggupan
untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menerapkan
pemecahan yang ampuh. Pemecahan masalah terkait dengan sikap
hati-hati, disiplin dan sitematik dalam menghadapi dan memandang
masalah kemampuan ini juga berkaitan dengan keinginan untuk
melakukan yang terbaik dan menghadapi, bukan menghindari
masalah Untuk menyelesaikan masalah diperlukan kemampuan
logika yang baik karena permasalahan yang di hadapi dalam dunia
kerja cenderung lebih kompleks dan tak terduga.
b. Berfikir Kreatif
Berfikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar dari
suatu masalah dengan berani mencoba gagasan-gagasan baru dan
mencari alternatif baru. Berfikir kreatif sangat diperlukan dalam
menyelesaikan suatu masalah, kalaupun permasalahan yang di
hadapi

adalah

permasalahan

yang

umum

senantiasa

ada

kemungkinan untuk mencari solusi yang lebih efisien untuk itu di


perlukan pula cara berfikir kreatif (Direktorat Pendidikan Insitut
Teknologi Bandung, 2005).

5. Effort
a. Ketahanan Menghadapi Tekanan
Kemampuan bekerja di bawah tekanan sangat penting dalam
dunia kerja karena perubahan yang sangat cepat rencana yang
sudah dibuat matang pun bisa saja berubah ketika terjadi sesuatu
15

di luar perkiraan hal inilah yang mengakibatkan sesorang menjadi


stress.
Ketahanan menghadapi stress adalah kemampuan untuk tetap
tenang dan sabar ketika menghadapi masalah tanpa terbawa emosi
kemampuan ini amat berkaitan dengan kesuksesan seseorang
karena memungkinkan kita menangani dan mengendalikan masalah
satu persatu tanpa menjadi panik dengan demikian berbagai
peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh
tekanan dapat dilalui tanpa menjadi berantakan. Bila kita mudah
menyerah pada lingkungan yang sangat menuntut, kita tidak akan
dapat tabah dan tahan banting untuk bersikap mandiri dan asertif.
Untuk meningkatkan kemampuan menanggung stress milikilah
rencana positif, hati-hati dengan dramatisasi, semangat mencari
solusi dan jangan ambil pusing pada hal remeh (Direktorat
Pendidikan Insitut Teknologi Bandung, 2005).
b. Asertif
Asertif adalah ketegasan dan keberanian
pendapat

sekaligus

tetap

menghormati

dan

menyatakan

peka

terhadap

kebutuhan orang lain untuk menemukan kompromi yang samasama menguntungkan (win-win solution). Sikap asertif itu sendiri
meliputi tiga komponen dasar yaitu kemampuan mengungkapkan
perasaan, kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran
secara terbuka dan kemampuan untuk mempertahankan hak-hak
pribadi.
c. Kemampuan Dan Kemauan Belajar
Belajar merupakan syarat mutlak untuk mempertahankan
eksistensi, sekaligus kunci untuk menaikkan kualitas diri dan
organisasi. Belajar tanpa ada keinginan untuk menerapkan apa
yang

sudah

di

pelajari,

tentu

tidak

ada

gunanya

belajar

membutuhkan bukan sekedar komitmen yang kuat tetapi juga


intensitas

yang

tinggi

untuk

melaksanakannya

dengan

titik

pencapaian yang jelas pada akhirnya. Dalam proses pembelajaran


komponen yang perlu dipadukan dalam pelaksanaannya untuk

16

memperoleh hasil yaitu pengendalian diri, penyamaan persepsi,


berpusat pada visi, belajar secara tim dan berfikir sistematik.
6. Group Skills
Kerjasama Tim dan Meningkatakan Kemampuan Interpersonal
Dalam dunia kerja Tenaga kesehatan memerlukan kerjasama
karena kita tidak mungkin dapat bekerja sendiri. Untuk mencapai
kerjasama yang harmonis dan penyatuan yang solid maka setiap
individu harus memiliki keterampilan dasara yang diperlukan untuk
bekerja secara tim secara garis besar, keterampilan yang mutlak harus
dimiliki anggota tim yaitu: kemampuan mengelola (Managerial Skills)
yaitu kemampuan mengatur dan mengelola potensi diri sendiri, serta
kemampuan untuk melakukan koordinasi dengan sesama anggota tim.
Termasuk di dalamnya kemampuan dalam membuat rencana kerja,
menentukan tujuan, memantau kerja, memonitor perkembangan dan
memastikan pekerjaan telah dilakukan secara benar selain itu perlu
juga kemampuan Interpersonal (Interpersonal Skills) keterampilan ini
merupakan keterampilan melakukan kontak sosial dengan seluruh
individu termasuk kemampuan berkomunikasi, saling menghargai
pendapat

otrang

lain

dan

kemampuan

menjaga

kekompakan

(Direktorat Pendidikan Insitut Teknologi Bandung, 2005).


7. Ethics
Etika Kerja
Menurut Miller dan Coady dikutip Direktorat Pendidikan Insitut
Tekhnologi Bandung (2005) etika kerja adalah keyakinan Nilai dan
prinsip yang akan membimbing individu berinteraksi dalam kaitannya
dengan pekerjaan dan tanggung jawab akan suatu tugas Keperawatan
merupakan suatu profesi yang menuntut hubungan langsung antar
sesama

manusia

sebagai

seorang

perawat

yang

baik

serta

professional, maka menjadi suatu tuntutan untuk dapat memberikan


pelayanan yang baik terhadap pasien khususnya dan orang lain pada
umumnya. Untuk memberikan pelayanan tersebut ada etika dan sopan

17

santun yang menuntun seorang perawat untuk memberikan pelayanan


kepada pasiennya.
Seorang perawat selalu dijadikan role model atau panutan oleh
setiap pasiennya. Oleh sebab itu seorang perawat dalam memberikan
pelayanan kepada klien harus bersikap: ihklas, ramah, sopan santun,
belas kasih, sabar, bersikap tenang, cepat dalam bertindak, berikan
sentuhan, berpenampilan rapi dan menghargai pasien (Elfrindi, 2009).
5. Program pendidikan profesi ners
Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983
telah

menghasilkan

mengakui

kesepakatan

keperawatan

di

nasional

Indonesia

secara

sebagai

konseptual

profesi,

yang

mencakup

pengertian, pelayanan keperawatan sebagai profesional dan pendidikan


keperawatan sebagai pendidikan profesi (profesional education). Sesuai
dengan

hakikatnya

sebagai

pendidikan

profesi,

maka

kurikulum

pendidikan tinggi keperawatan disusun berdasarkan pada kerangka


konsep pendidikan yang kokoh, yang mencakup: penguasaan ilmu
pengetahuan

dan

tekhnologi

keperawatan,

menyelesaikan

masalah

secara ilmiah, sikap tingkah laku dan kemampuan profesional, belajar


mandiri serta belajar dimasyarakat.
Program pendidikan Ners menghasilkan Sarjana keperawatan dan
profesional (Ners= First Professional Degree) dengan sikap, tingkah laku,
dan

kemampuan

profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan

asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri. Program pendidikan


Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dan landasan keprofesian
yang

mantap

sesuai

dengan

sifatnya

sebagai

pendidikan

profesi

(Nursalam, 2008).
Program pendidikan profesi ners disebut juga proses pembelajaran
klinik.terkait

dengan

pelaksanaan

sepenuhnya

dilaksanakan

di

lahan

pendidikan
praktik

profesi
seperti

ners

yang

rumah

sakit,

puskesmas, klinik bersalin, panti wherda, dan keluarga serta masyarakat


atau komunitas. Pendidikan profesi hanya akan dapat dilingkungan klinik
atau lahan praktik karena lingkungan klinik merupakan lingkungan
18

multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi


praktik klinik di dalam kurikulum professional.
Melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap
tindakan

sehingga

akan

menjadi

orang

yang

cekatan

dalam

menggunakan teori tindakan. Lebih jauh lagi praktik keperawatan


professional dibidang pelayanan keperawatan mencakup banyak hal
termasuk

diantaranya

pengambilan

keputusan

klinik

yang

mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan prinsip dan pemakaian


keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat
menerima klien sebagai mahluk hidup yang utuh, unik dan mandiri
dengan hak-haknya yang tidak dapat dipisahkan (Nurhidayah, 2011).
Tujuan dari pembelajaran profesi adalah mahasiswa mendapatkan
pengalaman

yang

nyata

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

terhadap klien sehat dan sakit sesuai tujuan, mengaplikasikan bentuk


asuhan keperawatan dengan critical thinking yang sesuai dengan sumber
daya, sarana dan prasarana yang ada dilahan praktek sesuai dengan
tujuan mata ajar, dan mengaplikasikan tampilan sosok dan sikap perawat
profesional.

19

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Softskill Menurut Patrick S. O'brien dalam bukunya berjudul making
college count dapat diartikan sebagai kemampuan non teknis yang tak
terlihat wujudnya. Yang dapat di ketegorikan ke dalam tujuh area yang di
sebut

winning

characteristics.

berorganisasi,kepemimpinan,

Yaitu

keahlian

kemampuan

komunikasi,

berfikir

logis,

keahlian

kemampuan

semangat juang (effort), kemampuan berkelompok, etika (Kuntjoro, 2009).


b. Saran
Penulis menyarankan bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana
menjadi seorang profesi ners yang memiliki softskill.

20

Daftar pustaka
Elfrindi, dkk. (2009). Soft Skills Panduan bagi Bidan dan Perawat. Jakarta:
Baduose Media.
Elfrindi, dkk. (2010). Soft Skills untuk Pendidik. Jakarta: Baduose Media
Kuntjoro, Lisa. (2009). Super Champion. Jakarta: Gramedia.
Nasution, A. H. (2006). Creative Thinking: How to Succes in Your Future
Career. Diakses 28 November 2012 Yogyakarta: Andi Offset.
Thalib, S. B. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
Aplikatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Nursalam, & Effendi, F. (2009). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Direktorat Pendidikan ITB. 2005. Sukses Dengan Softskill, (Available at
http://ditdik.itb.ac.id/soft_skills/, accessed 19 April 2012).

21

You might also like