You are on page 1of 22

Pendahuluan

Tubuh manusia memerlukan energi untuk dapat terus melakukan metabolisme. Energi-energi
tersebut didapat dari konsumsi makanan yang berada dari luar tubuh. Agar makanan tersebut dapat
diserap dengan baik, diperlukan proses pencernaan. Proses pencernaan mengubah makanan dari
molekul-molekul besar menjadi molekul kecil yang dapat diserap dan dibawa oleh darah ke
seluruh bagian tubuh. Untuk melakukan proses pencernaan ini dibutuhkan saluran-saluran
pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, anus) dan juga organ-organ
pencernaan tambahan (hati, kandung empedu, pankreas, kelenjar ludah, gigi, lidah). Hasil akhir
dari pencernaan yang dilakukan dalam tubuh manusia berupa feses yang dikeluarkan melalui
proses defekasi. Apabila terjadi penundaan proses defekasi, maka tidak menutup kemungkinan
akan terjadi konstipasi, dimana feses sulit untuk dikeluarkan.
Pada makalah kali ini, akan dibahas sistem pencernaan mulai dari lambung hingga ke anus
dan turut membahas organ-orang pencernaan tambahan yang meliputi hati-pankreas-kandung
empedu. Diharapkan melalui makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi maupun
histologi dari sistem pencernaan, mekanisme pencernaan, fungsi masing-masing saluran dan organ
pencernaan, enzim-enzim apa saja yang berperan dalam melakukan proses pencernaan, dan apa
yang akan terjadi jika tubuh mengalami gangguan pada appendix.
Pembahasan
1) Sistem Pencernaan
Selain sistem respirasi, sistem kardiovaskular, di dalam tubuh manusia juga terdapat sistem
pencernaan atau sering dikenal dengan istilah sistem digestive. Fungsi utama sistem
pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke
dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan merupakan sumber energi yang
digunakan sel untuk menghasilkan ATP. Nantinya, ATP tersebut akan digunakan untuk
melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, seperti transpor aktif, kontraksi,
sintesis dan sekresi. Selain sebagai sumber energi, makanan yang masuk ke dalam tubuh juga
menjadi bahan baku untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.1
Makanan mula-mula harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi, dari molekul-molekul
besar menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat diserap dari saluran cerna ke
dalam sistem sirkulasi untuk didstribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, 95% dari
makanan yang ditelan dapat digunakan oleh tubuh.1

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pencernaa tambahan.
Saluran pencernaan yang dimaksud terdiri dari mulut, faring, esophagus, gaster/lambung, usus
halus, usus besar, dan anus. Sementara itu organ-organ pencernaan tambahan meliputi lidah,
gigi, kelenjar-kelenjar liur, pankreas, hati, dan kadung empedu. Pada makalah kali ini, bagian
dari sistem pencernaan yang akan dibahas secara lebih khusus adalah gaster, usus halus, usus
besar, pankreas, hati, kadung empedu, dan anus.
2) Struktur Anatomi SistemPencernaan
2.1 Gaster / Lambung
Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak di antara ujung
esofagus dan pangkal usus halus. Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi oleh perubahan di
dalam rongga abdomen dan oleh isi lambung, tetapi lambung berada di bahwa diafragma,
agak ke kiri dari garis tengah.2
Lambung berbentuk seperti huruf J dan dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
perbendaan anatomik, histologis, dan fungsional. Ketiga bagian tersebut adalah fundus,
korpus, dan antrum. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus.
Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus
relatif tipis, tetapi bagian bawah lambung yaitu bagian antrum, memiliki otot yang jauh lebih
tebal.1
Organ ini mempunyai dua kurvatura. Kurvatura minor membentuk batas kanan atau
posterior lambung. Kurvatura mayor diarahkan terutama ke depan dan bentuk pertama arkus
ke atas dan ke kiri untuk membentuk fundus lambug, kemudian berjalan ke bawah dan
akhirnya memutar ke kanan, ke titik dimana ia bergung deng duodenum. Kapasistas
lambung orang dewasa kira-kira 1,5L.2
Lubang bagian atas esofagus disebut orifisium jantung dan serat otot sirkular esofagus
agak lebih tipis pada titik ini dan mengandung otot sfingter yang lemah, sfingter tersebut
disebut sebagai sfingter gastroesofagus. Lubang bagian bawah, ke dalam duodenum, disebut
orifisum pilorus dan dilindungi oleh sfingter pilorik atau sfingter pilorus kuat yang
mencegah regurgitasi makanan dari duodenum ke dalam lambung.2
2.2 Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam
keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileo-kolikam tempat
bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh
2

usus besar. Usus halus mengisi sebagian besar rongga abdomen dan dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.3
1)

Duodenum
Duodenum atau dikenal dengan sebutan usus duabelas jari adalah saluran berbentuk C,
panjangnya sekitar 25cum, pada bagian belakang abdomen, mengitari caput pankreas. 4
Duodenum merupakan bagian terpendek dari susu halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamen Treitz. Duodenum terdiri dari empat bagian, yaitu pars superior duodeni,
pars descendens duodeni, pars inferior duodeni, dan pars ascendes duodeni.

2)

Jejunum
Jejunum atau usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, yang terletak diantara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian dari jejunum.

3)

Ileum
Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia. Ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi untuk menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
2.3 Usus Besar
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum membentuk kantung
buntu di bawah pertemuan antaa usus halus dan usus besar di katup ileosekum. Tonjulan
kecil seperti jari di dasar sekum adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung
limfosit.1 Apendiks memiliki lumen yang sempit. Apendiks berhubungan dengan
mesenterium ileum oleh mesenterium pendek berbentuk segitiga yang di dalamnya
berjalan pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular.4
Kolon, yang membentuk sebagain besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus
tetapi terdiri dari tiga bagian relatif lurus, yaitu kolon asendens, kolon transversum, dan
kolon desendens. Bagian terakhir kolon desendens membentuk huruf S, membentuk kolon
sigmoid, kemudian lurus membentuk rektum.1
Kolon ascendens membentang dari caecum pada fossa iliaca dextra ke sisi kanan
abdomen sampai flexura colica dextra di bawah lobus hepatis dexter. Pada flexura colica
dextra kolon membelok ke kiri dengan tajam dan menyilangi abdomen sebagai kolon
transversum dalam lengkungan yang dapat menggantung lebih rendah daripada umbilikus,
dan baik pada sisi kiri berakhir pada flexura colica sinistra di bawah lien. Pada flexura
3

colica sinistra, colon membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri absdomen sampai
tepi pelvis, tempat colon berlanjut sebagai colon sigmoid. Colon sigmoid memiliki
beberapa lengkungan di dalam pelvis dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan
pertengahan sekum tepatnya berhubungan dengan rektum.4
Rektum memiliki panjang seitar 12cm dn mendapat namanya karena berbentuk lurus
atau hampir lurus. Rektum dimulai pada pertengaha sakrum dan berakhir pada canalis
analis. Hubungan rektum pada bagian posterior adalah setengah bawah sakrum dan
coccygeus, lateral dengan musculus levator ani, anterior pria dengan vesica uriariavesicula seminalis- galndula prostatica, dan anterior wanita dengan cervix uteri serta
vagina.4
2.4 Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.
2.5 Hati
Hati atau hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1550gr.
Hepar berwarna merah coklat, sangat vaskular dan lunak. Hepar berbentuk baji dengan
dasarnya pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan
atas abdomen, dilindungi oleh cartilago costalis; tepi bahwanya mencapai garis cartilago
costalis tetapi tepi hepar yang sehat tidak dapat teraba.4
Hepar dipertahankan dalam posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan
oleh logamentum perotineum. Permukaan anatanya yang licin membulat terletak di bawah
diafragma. Facies viseralisnya terletak diatas lambung, duodenum, flexura hepatica colon,
ginjal kanan, dan kelenjar adrenal kanan.4 Lobus hepar dibagi menjadi lobus kanan
(dekstra) dan lobus kiri (sinistra), selain itu terdapat juga lobus caudatus.
2.6 Kadung Empedu
Kadung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang berada di permukaan bawah
lobus kanan hati. Dari kadung empedu ini duktus sistikus, yang panjangnya sekitar 3
sampai 4cm, berjalan ke belakang dan ke bawah untuk menyatu dengan duktus hepatikus
komunis dan bersama-sama membentuk duktus empedu. Bila empedu, yang disekresikan
oleh hati tidak segera diperlukan untuk pencernaan, empedu ini melewati duktus sistikus
masuk ke dalam kadung empedu dimana keduanya disimpan.2
2.7 Pankreas
4

Pankreas adalah organ panjang pada bagian belakang abdomen atas. Organ ini terdiri
dari caput (di dalam lengkungan duodenum), collum, corpus, dan cauda (yang mencapai
lien). Terdiri dari sel yang menyekresi getah pankreas dan pulau sel intraalveoli, di sebut
juga pulau-pulau Langerhans. Getah melalui duktus yang melewati panjang kelenjar utuk
bergabung, pada caput kelenjar, dengan duktus biliaris, duktuss membuka bersama ke
dalam duodenum. Getah pankreas adalah cairan pencernaan.4
3.

Struktur Histologi Sistem Pencernaan


3.1 Gaster / Lambung
Ada tiga lapisan jaringan dasar pada struktur histologi lambung, yaitu mukosa,
submukosa, dan jaringa muskularis beserta modifikasinya. 5 Lambung dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu cardia, fundus, dan pilorus. Pada bagian fundus, lapisan mukosa lambung
dilapisi epitel selapis torak. Sumur-sumur lambung juga erdapat di sini berupa celah
diantara dua tonjolan mukosa. Pada dasar sumur terdapat muara kelenjar kubah (kelenjar
fundus) yang biasanya merupakan kelenjar tubulosa simpleks dan lurus-lurus.
Dapat ditemukan 4 macam sel pada bagian ini, yaitu sel mukus leher, sel parietal, sel
chief, dan sel argentafin. Pada bagian pilorus, epitel yang melapisinya sama dengan epitel
kubah yaitu selapis torak. Pilorus mempunyai sumur-sumur lambung yang dalam. Di
dalam lamina propia terdapat nodulus limfatikus yang kadang-kadang meluas sampai ke
lapisan submukosa. Lapisan otot yang melingkar amat tebal karena membentuk otot
lingkar yaitu sfingter pilorus.
3.2 Usus Halus
Usus halus terdiri atas tiga daerah yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Tunika mukosa
usus halus memperlihatkan lipatan yang disebut dengan vili intestinal. Pada tunika
submukosa tampak lipatan spiral yang disebut dengan plika sirkularis. Pada pembahasan
kali ini, ketiga daerah tersebut akan dibahas satu per satu.
3.2.1 Duodenum
Pada duodenum, lapisan mukosa diliputi oleh epitel selapis torak yang mempunyai
mikrovili dan sel piala. Sel piala disini belum begiu banyak. Mukosa mempunyai vili
intestinal yang gemuk-gemuk. Lamina propia terdapat di bawah epitel vili maupun
kriptus Lieberkuhn. Lapisan otot mukosa tidak ikut membentuk vili intestial. Lapisan
submukosa dipenuhi kelenjar Burnner. Lapisan otot terdiri atas lapisan lingkar dan
mamanjang, dan dianataranya terdapat pleksus saraf.
3.2.2 Jejunum
5

Pada jejunum, lapisan mukosanya mirip dengan duodenum tetapi vilusnya lebih
langsung dan sel gobletnya lebih banyak. Pada dasarnya kriptus dapat ditemukan sel
paneth, berupa sel berbentuk limas dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam
sitoplasmanya terdapat granula kasar berwarna merah. Lapisan submukosa disini tidak
terdapat kelenjar.
3.2.3 Ileum
Lapisan mukosa pada ileum seperti jejunum tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di
dalam lamina propia terdapat kelompok nodulus limfatikus yang membentuk bangunan
khusus ang disebut plaque peyeri yang dapat terliht meluas ke dalam submukosa.
Lapisan submukosa terdiri tas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissner di dalamnya
dan tidak mempunyai kelenjar.
3.3 Usus Besar
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks,
dan rektum, dimana nantinya raktum akan berlanjut ke anus. Pada kolon usus besar, lapisan
mukosa mempunyai bangunan mirip vilus tetapi itu bukan vilus, itu adalah potongan
kriptus liberkuhn. Kadang-kadang dapat ditemukan nodulus limfatikus di dalam lamina
propia. Lapisan otot mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan lapisan submukosa.
Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang yang di dalamnya dapat ditemukan
pleksus meissner. Umbai cacing atau dikenal juga dengan appendix lapisan mukosanya
seperti usus lainnya, yaitu epitel selapos torak yang mempunyai sel goblet. Terdapat
banyak nodulus limfatikus di dalam lamina propia yang memenuhi sekeliling dindingnya.
3.4 Hati
Pada struktur histologi hati, dapat dikenali vena sentralis yang biasanya terletak di tengah
lobulus. Di luar vena sentralis terdapat deretan sel-sel hati yang tersusun baik jari-hari
mengarah ke jaringan interlobularis. Dianatara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid
hati yang bermura ke dalam vena sentralis tadi. Saluran herring merupakan duktus biliaris
intralobular, letaknya di tepi lobulus.
Didalam jaringan interlobular dapat ditemukan duktus biliaris yang dindingnya dilapisi
epitel selapis atau berlapos kubis. Pada salah satu sudut jaringan interlobularis biasanya
dapat ditemukan duktur biliaris, arteriol cabang A.hepatika, cenul cabang V.porta. daerah
ini disebut degan segitiga kiernan.
3.5 Kadung Empedu
Lapisan mukosanya dilapisi epitel silindris yang biasanya tidak mempunyai sel piala.
Epitel bersama lamina propia membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina
6

propia terdapat bangunan-bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel sama dengan
epitel mukosa. Ini sebenarnya potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky
Ashoff. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati kadang-kadang dijumpai sisasisa saluran keluar emedu yang rudimenter dan disebut duktus aberans Luschka.
3.6 Pankreas
Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri atas bagian eksokrin dan
endokrin. Bagian eksokrin mirip dengan kelenjar parotis. Pars terminalis kelenjar
berupa asinus. Di dalam asinus sering dijumpai sel sentroasiner yang membatasi lumen
asinus. Duktus sekretorius jarang atau sedikit jumlahnya.
4)

Fungsi Organ-Organ Pencernaan


4.1 Gaster / Lambung1
Fungsi lambung yang pertama dan yang terpenting adalah menyimpan makanan yang
masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai
untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Diperlukan waktu beberapa jam untuk
mencerna dan menyerap satu porsi makanan yang dikonsumsi hanya dalam bilangan menit.
Karna usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan, maka lambung perlu
menyimpan makanan dan menyalurkannya secara mencicil ke duodenum dengan
kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus halus.
Fungsi yang kedua adalah untuk memproduksi kimus. Melalui gerakan mencampur
lambung, makanan yang tertelan dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk
menghasilkan campuran cairan kental yang dikenal seagai kimus. Isi lambung harus diubah
mejadi kimus sebelum dapat dialirkan ke duodenum. Fungsi yang terakhir adalah untuk
digesti protein. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang dapat
memicu pencernaan protein.

4.2 Usus Halus4


Usus halus memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah untuk mensekresi cairan usus,
menerima empedu dan getah pankreas untuk melakukan pencernaan makanan. Getah usus
dan pankreas yang mengandung enzim dapat mengubah protein menjadi asam amino,
karbohidrat menjadi glukosa-maltosa-galaktosa, lemak menjadi asam lemak-gliserol
(dengan bantuan garam empedu di dalam empedu yang dikeluarkan ke dalam empedu oleh
kontraksi kantong empedu).
7

Pencernaan menjadi lengkap setelah makanan dipecah menjadi bentuk yang lebih
sederhana dan diserap melalui dinding usus halus ke dalam darah atau limfe. Selain
menyerap hasil pecahan makanan, usus halus juga menyerap air, garam dan vitamin.
Gerakan isi usus sepanjang usus oleh kontraksi segmental pendek dan gelombang rush
yang menggerakan isis sepanjang usus lebih cepat.
4.3 Usus Besar3
Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan. Bila isi usu halus
mencapai sekum maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sisinya cair. Selama
perjalanan di dalam kolon isisnya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan ketika
rektum dicapai maka feses bersifat padat-lunak. Diperlukan waktu kira-kira enam belas
sampai dua puluh jam bagi isinya untuk mencapai flexura sigmoid.
Fungsi kolon dapat diringkas sebagai berikut, yaitu untuk absorpsi air-garam-glokosa,
sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam, penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau dan penyiapan sisa
protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna eksresi. Fungsi paling akhirnya
nanti berujung pada proses defekasi atau pembuangan air besar.
4.4 Hati2
Fungsi hati terdiri atas tiga bagian yaitu fungsi metabolik, penyimpanan, dan sekresi.
Fungsi metabolik meliputi hal-hal berikut ini: lemak yang disimpan dipecah-pecah untuk
membentuk energi (proses desaturasi), kelebihan asam amino dipecah dan diubah menjadi
urea, obat-obatan dan racun didetoksifikasi, vitamin A disintesis dari karoten, plasma protein
disentesisi, sel-sel jaringan yang dipakai dipecah untuk membentuk asam urat dan urea,
kelebihan karbohodrat diubah menjadi lemak untuk disimpan, protombin dan fibrinogen
disintesis dari asam amino, antibodi dan antitoksin diperoduksi, terakhir heparin diproduksi.
Sementara fungsi penyimpanan meliputi: penyimpan vitamin A dan D, faktor antianemia, zar besi dari diet dan dari sel darah yang telah dipakai, terakhir sebagai
penyimpanan glikogen yang dapat diubah kembali menjadi glukosa. Fungsi sekresi meliputi
sekresi empedu yang dibentuk dari unsur-unsur yang dipecah oleh darah.
4.5 Kandung Empedu3
Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. Juga melakukan
fungsi penting yaitu getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. Di dalam
waktu setengah jam setelah makanan masuk, segera sesudah sfinker oddi mengendor untuk
mengizinkan getah emedu masuk duodenum, kandung empedu berkontraksi. Dengan

demikian aliran getah empedu tidak kontiyu, tetapi sesuai dengan selang pencernaan bila
makanan masuk ke duodenum.
4.6 Pankreas6
Pankreas memiliki fungsi eksokrin dan endokrin. Fungsi eksokrin pankreas berkaitan
dengan sintesis dan pengeluaran enzim-enzim pencernaan dan larutan natrium bikarbonat
dari sel-sel khusus pankreas yang disebut sel asinus (acini). Sel-sel asinus mengeluarkan
isinya ke dalam duktus pankreatik. Dari duktus pankreatik, enzim dan larutan bikarbonat
mengalir melewati sfingter oddi masuk ke bagian pertama dari susu halus, yaitu duodenum.
Enzim pankreatik dan larutan bikarbonat berperan dalam proses pencernaan dan
penyerapan makanan di usus halus. Sementara itu, fungsi endokrin pankreas adalah
memproduksi dan melepaskan hormon insulin, glukagon, da somatostatin. Hormon ini
masing-masing diproduksi oleh sel-sel khusus yang berbeda di pankreas, yang disebut pulau
Langerhans.
5)

Empat Proses Pencernaan Dasar1


5.1 Motilitas
Kata motilitas menunjuk kepada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong maju
isi saluran cerna. Saluran cerna disusun oleh otot polos yang mempertahankan suatu
kontraksi tingkat rendah yang menetap yang dikenal sebagai tonus. Tonus ini sangat
penting untuk mempertahankan tekanan tetap pada isi saluran cerna utuk mencegah
dindingnya teregang permanan setelah mengalami distensi.
Terdapat dua tipe dasar motilitas yaitu gerakan mendorong (propulsif) dan gerakan
mencampur. Gerakan mendorong maju isi saluran cerna, dengan kecepatan pergerakan
bervariasi bergantung pada dungsi yang dilakukan oleh berbagai bagian sauran cerna. Pada
esofagus, gerakan ini berlangsung sangat cepat.
Sementara itu, gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, dengan
mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan ini meningkatkan pencernaan
makanan. Kedua, gerakan ini mempermudah penyerapan dengan memajankan semua
bagian isi saluran cerna ke permukaan serap saluran cerna.
5.2 Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran cerna oleh kelenjar
eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konsituen organik
spesifik yang penting dalam proses pencernaan, misalnya enzim, gram empedu, atau
mukus. Sekresi semua getah pencernaan memerlukan energi, baik untuk transpor aktif
9

sebagai bahan mentah ke dalam sel maupun untuk sintesis produk sekretorik oleh
retikulum endoplasma.
5.3 Pencernaan
Manusia mengkonsumsi tiga kategori biokimiawi bahan makanan kaya energi yaitu
karbohidrat, protein dan juga lemak. Dasar dari proses pencernaan ini adalah untuk
memecah molekul-molekul besar yang tidak dapat melewati membran plasma menjadi
molekul-molekul kecil untuk dapat diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah.
Perubahan molekul besar menjadi kecil ini dibantu oleh enzim-enzim yang diproduksi di
dalam sistem pencernaan.
Sebagain besar karbohidrat yang kita telan berada dalam bentuk polisakarida yang
terdiri dari rantai-rantai molekul glukosa yang saling berikatan. Selulosa adalah
polisakarida lain dalam makanan yang ditemukan di dinding tumbuhan yang tidak dapat
dicerna menjadi monosakarida, karena itu karbohidrat ini membentuk serat yang tidak
tercerna. Selain bentuk polisakarida, sumber karbohidrat lain yang lebih sedikit dalam
makanan adalah dalam bentuk disakarida termaksuk sukrosa dan laktosa. Dalam
prosesnya, kesemuanya harus diubah menjadi bentuk monosakarida (glukosa, fruktoa,
galaktosa) agar dapat diserap.
Sementara itu, protein melalui proses pencernaan diuraikan menjadi asam amino
konstituennya serta beberapa polipeptida kecil. Keduanya adalah satuan protein yang dapat
diserap. Sebagai besar lemak dalam makanan berbentuk trigliserida, yaitu lemak netral
yang terdiri dari satu molekul gliserol dengan tiga asam lemak. Dalam prosesnya, dua dari
tiga molekul asam lemak tersebut terpisah, meninggalkan satu monogliserida, satu molekul
gliserol dengan satu molekul asam lemak melekat padanya. Karena itu hasil akhirnya
adalah monogliserida dan asam lemak bebas.
5.4 Penyerapan
Secara sederhana, proses penyerapan adalah proses dimana unit-unit kecil makanan
yang dapat diserap yang dihasilkan oleh pencernaan, bersama dengan air, vitamin, dan
elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe. Di usus halus,
terjadi sebagain besar penyerapan.
6)

Mekanisme Lambung1
Kita telah mengetahui struktur anatomi maupun histologi serta fungsi dari lambung.
Sekarang kita akan membahas bagaimana lambung melaksanakan fungsi-fusngi diatas

10

berdasarkan keempat mekanisme dasar dari sistem pencernaan (motilitas, sekresi, pencernaan,
dan penyerapan).
6.1 Motilitas Lambung
6.1.1 Pengisian
Ketika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50ml tetapi volume lambung
dapat bertambah hingga sekitar 1 liter saat makan. Lambung dapat terisi tanpa
mengalami perubahan tegangan didndingnya melalui mekanisme berikut. Bagian
interior lambung membentuk lipatan-lipatan dalam. Sewaktu makan, lipatan menjadi
lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit meleas setiap kami makanan
masuk. Relaksasi refleks lambung seaktu menerima makanan ini disebut relaksasi
reseptif. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung menampung volume
makanan dengan hanya menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung.
6.1.2 Penyimpanan
Sekelompok sel pemacu yang terletak di fundus bagian atas lambung menghasilkan
potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju
sfingter pilorus dengan frekuensi tiga kali per menit. Pola ritmik depolarisasi spontan ini
(BER) terjadi terus menerus dan disertai oleh kontrkasi lapisan otot sirkular.
Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus dan korpus ke
antrum dan sfigter pilorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus titpis maka
kontraksi di bagian ini lemah. Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi
jauh lebih kuat karena otot disini lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan
mencampur berlangsung lemah maka makanan yang disalurkan ke lambung disimpan di
bagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran.
6.1.3 Pencampuran
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi
lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong
kimus maju menuju sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya
menyebabkan sfigter ini nyaris tertutup. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk
dilalui oleh air dan cairan lain tetapi terlalu kecil untuk kimus kental kejuali jika
didorong oleh kontraksi peristaltik antrum yang kuat.
Dari sekitar 30 ml kimus yang dapat ditampung di antrum, biasanya hanya
beberapa mililiter yang terdorong ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Masa
kimus antrum yang sedang terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum
tertahan mendadak di sfingter yang tertutup dan memantul balik ke antrum, hanya untuk
11

didorong kembali ke sfingter dan memantuk balik oleh gelombang peristaltik baru.
Gerakan maju mundur ini disebut retropulsi yang berfungsi untuk mencampur kimus
secara merata.
6.1.4 Pengosongan
Selain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum adalah gaya pendorong
untuk mengosongkan isi lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum bergantung
pada kekuatan peristalsis. Intensitas peristaltis antrum dipengaruhi oleh faktor lambung
dan duodenum. Karena itu, pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh kedua faktor
tersebut. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi eksitabilitas lambung dengan sedikit
mendepolarisasi atau menghiperpolarisasi otot polos lambung, yang kemudian dapat
menentukan derajat akivitas peristaltik antrum.
Faktor lambung yang mempengaruhi adalah jumlah kimus dan derajat keenceran
kimus. Jumlah kimus menimbulkan efek langsung pada eksitabilitas otot polos
lambung, serta bekerja melalui pelksus intrinsik, saraf vagus dan gastrin. Akibatnya,
peningkatan jumlah kimus merangsang motilitas dan pengosongan. Derajat keenceran
memiliki efek langsung karena isi harus berbentuk cair sebelum dievakuasi. Semakin
encer, maka semakin cepat pengosongannya. Faktor duodenum meliputi adanya lemak,
asam, hipertonisitas, dan peregangan duodenum. Kesemuanya itu memulai refleks
enterogastrik atau memicu pelepasan enterogastron. Faktor-fakto yang ada di duodenum
ini menghambat motilitas dan pengosongan lambung lebih lanjut sampai duodenum
mengatasi faktor-faktor yang ada.
6.2 Sekresi Lambung
Setiap hari lambung mensekresikan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang
mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang
dibagi menjadi dua daerah berbeda. Daerah yang pertama adalah mukosa oksintik yang
melapisi korpus dan fundus. Daerah kedua adalah daerah kelenjar pilorus yang melapisi
antrum.
Di dinding foveola gastrika dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel
sekretorik eksokrin lambung, yaitu sel mukus, chief cell, dan parietal sel. Sel mukus
melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-se ini mengelurkan mukus
encer. Bagian lebih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal.
Chief cell yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen. Sel
parietal mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.
6.3 Pencernaan Lambung
12

Dua proses pencernaan terpisah berlangsung di dalam lambung. Di korpus lambung,


makanan berada dalam keadaan setengah padat karena kontraksi peristaltik di bagian ini
terlalu lemah untuk melakukan pencampuran. Karena di korpus lambung makanan tidak
dicampur maka disini tidak berlangsung banyak pencernaan proterin.
Namun, di bagian dalam masa makanan, pencernaan karbohidrat berlanjut dibawah
pengaruh amilase liur. Meskipun asam menginaktifkan amilase liur, namun bagian
dalam masa makanan yang tidak tercampur, bebas dari asam. Pencernaan pleh getah
lambung itu sendiri berlangsung di antrum lambung, tempat makanan dicampur merata
dengan HCl dan pepsin, yang mengawali pencernaan protein.
6.4 Penyerapan Lambung
Tidak ada makanan atau air yang diserap ke dalam darah melalui mukosa lambung.
Namun, dua bahan non-nutrien dapat diserap langsung dari lambung. Kedua bahan
tersebu adalah etil alkohol dan aspirin. Alkohol bersifat agak larut lemak sehingga zat
ini dapat berdifusi melalui membran lemak sel epotel yang melapisi bagian dalam
lambung dan dapat masuk ke darah melalui kapiler submukosa.
7)

Mekanisme Pankreas
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dri dua komponen yaitu
yang pertama, enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk
asinus. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga
kategori makanan yaitu: enzim proteolitik (mencerna protein), amilase pankreas (mencerna
karbohidrat), dan lipase pankreas (mencerna lemak). Kedua, lauran cair basa yang secara ktif
disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus. Komponen encer alkalis
banyak mengandung natrium bikarbonat (NaHCO3).
Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal pada lingkungan yang netral atau sedikit basa,
namun isi lambung yang sangat asam dialirkan ke dalam lumen duodenum di dekat tepat
keluarnya enzim pankreas ke dalam duodenum. Kimus asam tersebuh harus cepat dinetralkan.
Disinilah fungsi dari NaHCO3 dipergunakan. Cairan basa (NaHCO3) menetralkan kimus asam
sewaktu kimus masuk ke dalam duodenum dari lambung.

8)

Mekanisme Hati dan Kandung Empedu


Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpeting di tubuh. Perannya dalam sistem
pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan
lemak. Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus biliaris, berjalan di antara sel-sel di
dalam setiap lempeng hati. Hepatosit terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam saluran
tipis ini, yang mengangkut empedu ke duktur biliaris. Duktus biliaris dari beberbagai loulus
13

menyatu untuk akhirnya membentuk duktus biliaris komunis, yang mengangkut empedu dari
hati ke duodenum.
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter oddi, yang mencegah
empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini
tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam
kandung empedu. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di kandung empedu diantara
waktu makan. Setelah makan, emepdu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi
pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekeresi empedu oleh hati.
Empedu mengandung beberapa konstitiuen organik, yaitu garam empedu, kolesterol,
lesitin, dan bilirubin dalam suatu cairan encer alkalis serupa dengan sekresi NaHCO 3
pankreas. Garam empedu adalah turunan kolesterol. Garam empedu membantu pencernaan
lemak melalui efek deterjennya, dimana ia akan mengubah globulus-globulus lemak besar
menjadi emulsi lemak (butir lemak kecil yang ada di kimus).
Garam ini secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum
bersama dengan konsituen empedu lainnya. Setelah ikut dalam pencernaan dan penyerapan
lemak, sebagian besar garam empedu diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme
transpor aktif khusus yang terletak di ileum terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan
ke hati. Daur ulang empedu ini disebut sirkulasi enterohepatik.
9)

Mekanisme Usus Halus


9.1 Motilitas Usus Halus
9.1.1 Segmentasi
Segmentasi merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan
makanan, yang meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan.
Segementasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk
cincin disepanjang usus halus. Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus
seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat segmen-segmen
yang berkontrasi melemas dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian
yang sebelumnya melemas.
Kontraksi baru mendorong kimuss di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke
kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas disampingnya. Karena itu, segmen
yang baru melemas menerima kimus dari kedua egmen yang berkontraksi tepat di
belakang dan depannya. Segera setelah itu bagian yang berkontraksi meleas kembali
berganti. Dengan cara ini kimus dipotong, digilng dan dicampur secara merata. Fungsi
dari proses segmentasi ini adalah untuk mencampur kimus dengan getah pencernaan
14

yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memanjankan semua kimus ke
permukaan absorptif mukosa usus halus.
9.1.2 Migrating Motility Complex
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan
diganti di antara waktu makan oleh migrating mitility complex. Motilitas disini
berbentuk gelombang peristaltik leemah berulang yang bergerak dalam jarak pendek ke
hilir sebelum lenyap. Gelombang peristaltik ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai
150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari lambung ke ujung usus halus, dengan setiap
kontraksi menyapu maju sisa-sisa makanan sebelumnya.
9.2 Sekresi Usus Halus
Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam lumen
sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus (jus usus).
Sekeresi meningkat setelah makan sebagai repons terhadap stimulasi lokal mukosa usus
halus oleh adanya kimus.
Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi
cair menyerdiakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernan makanan oleh enzim. Tidak
ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang
mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam membran brushborder sel epotel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke
dalam lumen.
9.3 Pencernaan Usus Halus
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan
pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim
pankreas, lemak di reduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam
lemak bebas yang dapat diserap. Protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil
dan beberapa asam amino. Karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa
monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah seleai di dalam lumen usus halus, tetapi
pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.
Nantinya, pencernaan karbohidrat dan protein akan dituntaskan di brush border yang
mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran. Yaitu: enterokinase
(mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen), disakaridase meliputi maltase-sukrase-laktase
(menuntaskan pencernaan karbohidrat), dan aminopeptidase (menghidrolisis fragmenfragmen peptida kecil menjadi komponen asam aminonya).
9.4 Penyerapan Usus Halus
15

Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta seagain besar elektrolit,
vitamin, dan air, normlnya diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Hanya penyerapan
kalsium dan bsi yang biasnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu semakin
banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak ayang akan dicerna dan diserap.
Penyerapan sebagaian besar berlangsung di duodenum dan jejunum. 50% bagian dari usus
halus dapat diangkat tanpa menyebabkan gangguan penyerapan, namun jika ileum terminal
diangkat, maka akan terjadi gangguan penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.
10. Mekanisme Usus Besar
10.1 Motilitas Usus Besar
10.1.1 Gerakan Mencampur (Haustrasi)
Umumnya gerakan usus besar belangsung lambat dan tidak mendorong sesuai
fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama kolon adalah
kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi
ini, yang menyebabkan kolon membentuk haustra, serupa dengan segemntasi susu halus
tetapi terjadi jauh lebih jarang. Lokasi kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu
segmen yang semula meleas dan membentuk kantung mulai berkontraksi secara
perlahan sementara bagian yang tadinya berkontrasi melemas secara bersamaan
membentuk kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara perlahan
mengaduknya masju-mundur sehingga isis kolon teroanjan ke mukosa penyerapan.
Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks lokal yang melibatkan pleksus
intrinsik.
10.1.2 Gerakan Massa
Tiga atau empat kali sehari, terjadi peningkatan mencolok motilitas saat segmensegmen besar kolon asendens dan transversum berkontraksi secara simultan, mendorong
tinja sepertiga sampai seperempat panjang kolon dalam beberapa detik. Kontraksi masif
ini yang secara tepat dinamai gerakan massa, mendorong isi kolon ke bagian distal usus
besar, tempat bahan disimpan sampai terjadi defikasi.
Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon, yang menjadi
pemicu utama gerakan massa di kolon. Ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu
refleks-refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk
menyediakan tempat bagi makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang masih ada ke dalam usus besar, dan refleks
gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, memicu defekasi.
10.1.3 Refleks Defekasi
16

Ketika gerakan masa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang
teradi di rektum merangsang reseptor regang di didinding rektum, memicu refleks
defekasi. Refleks defekasi memicu sfingter ani internus (otot polos) melemas dan rekum
serta kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus (otot rangka)
juga melemas maka terjadi defekasi. Karena otot rangka, sfingter ani eksternus berada
di bawah kontrol volunter, jika keadaan tidak memungkinkan untuk defekasi maka akan
terjadi pengencangan sfingter ani eksternus secara segaja.
Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula teregang secara perlahan
melemas, dan keinginan unntuk buang air besar mereda sampai gerakan massa
berikutnya mendorong lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan
rektum serta memicu refleks defekasi. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh
gerakan mengejan volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi
paksa dengan glotis tertutup secara bersamaan.
10.2 Sekresi Usus Besar
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang diperluka
karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari
laruan mukus basa (NaHCO3) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari
cederamekanis dan kimiawi. Mukus mempermudah feses bergerak, sementtara NaHCO 3
menetralkan asam iritan yang diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal.
10.3 Pencernaan Usus Besar
Dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim pencernaan.
Bakteri kolon mampu mencerna sebagain selulosa namun untuk kepentingan metabolisme
mereka sendiri.
10.4 Penyerapan Usus Besar
Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif,
Cl- mengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H 2O mengikuti secara osmotis.
Kolon menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon.
Melalui penyerapan garam dan H2O terbentuk massa tinja yang padat.
Tinja atau feses merupakan hasil akhir dari sistem pencernaan. Dimana feses terdiri dari
100gr H2O, 50gr bahan padat meliputi selulosa-bilirubin-bakteri-sejumlah kecil garam, dan
residu makanan yang tidak diserap. Selain mengeluarkan feses, terdapat pula gas yang turut
dikeluarkan yang disebut flatus.
17

11. Enzim Sistem Pencernaan


Enzim merupkan katalis organik dan termasuk protein globular. Enzim bekerja melalui
penggabungan dengan substrat pada suatu tempat aktif yang spesifik untuk membentuk
suatu zat antara berupa kompleks enzim-substrat yang kemudian berdisosiasi menjadi enzim
bebas dan produk (hasil rekasi).5
Dalam sistem pencernaan, terdapat sejumlah enzim yang digunakan untuk mengkatalis
molekul-molekul makanan besar menjadi molekul-molekul kecil. Enzim-enzim tersebut
digunakan untuk mencerna tiga bahan makanan utama yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.
Secara sederhana, enzim-enzim tersebut akan dipaparkan melalui table berikut ini.
Tabel 1. Enzim-Enzim Pencernaan5
Enzim
Karbohidrat
Amilase saliva (ptialin)
Amilase pancreas
Maltase
Sukrase
Laktase

Sumber Sekresi

Aksi

Kelenjar saliva
Pankreas
Usus halus
Usus halus
Usus halus

Zat tepung maltosa


Zat tepung disakarida dan maltosa
Maltosa glukosa
Sukrosa glukosa dan fruktosa
Laktosa glukosa dan galaktosa

Lambung
Pankreas

Protein Polipeptida
Protein dan peptida pepetida yang

Kimotripsin

Pankreas

lebih kecil
Protein dan peptida peptida yang

Peptidase

Usus halus

lebih kecil
Dipeptida asam amino

Lemak
Lipase pancreas

Pankreas

Trigiserida monogliserida dan asam

Lipase usus

(dengan garam empedu)


Usus halus

lemak
Monogliserida asam lemak dan

(dengan garam empedu)

gliserol

Protein
Pepsin
Tripsin

Appendisitis (Radang Usus Buntu)8


Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kirakira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per
hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum.

18

Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab
timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang
merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan
immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya
pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah
jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada
saluran cerna lain.
Anatomi
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan
berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak pada saat perkembangan embriologi
minggu ke delapan yaitu pada bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan
postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah
dari medial menuju katup ileocaecal.
Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal.
Pada appendiks terdapat tiga taenia coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna
untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala appendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi
appendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal
(di bawah sekum) 2,26%, perileal (di depan usus halus) 1% dan postileal (di belakang usus
halus) 0,4%.
Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan limfoid. Jaringan
limfoid pertama kali muncul pada appendiks sekitar dua minggu setelah lahir, jumlahnya
meningkat selama pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20
tahun dan menetap saat dewasa. Setelah itu mengalami atrofi dan menghilang pada usia 60
tahun.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri
mesenterica superior dari arteri appendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar
umbilikus. Appendiks diperdarahi oleh arteri appendikularis yang merupakan cabang dari
bagian bawah arteri ileocolica. Arteri appendiks termasuk end arteri. Bila terjadi penyumbatan
pada arteri ini, maka appendiks mengalami ganggren.

1)

ETIOLOGI

Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.
19

Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit),
hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing
askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab
obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid
merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga
menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang
keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan
meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis.
2) PATOGENESIS
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir)
setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks
ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian
terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas
dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran
limfe, sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.
Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah
epigastrium di sekitar umbilikus.
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai
peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan
ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa.
Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis
berada dalam keadaan perforasi.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses
peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus
20

halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah
infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan
massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara
lambat.
3) MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah,
ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang
apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut.
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh
sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat
melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini
timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel
pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga
peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulangulang (diare). Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,
dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya
baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis
tidak jelas dan tidak khas.
Kesimpulan

21

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan merupakan
sumber energy atau bahan bakar yang esensial. Makanan juga merupakan sumber bahan baku
untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
2. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002.
3. Pearce EC. Anatomi & fisiologi u.ps. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005.
4. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
6. Corwin E. Buku saku patofiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.468.
7. Brooker C. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
8. Anonim. 2010. The Appendix on Chapter 30 in Schwartzs Principles of Surgery 9ed
ebook. New York

22

You might also like