You are on page 1of 15

TUGAS

BIOMEDIK

1.
2.
3.
4.

OLEH :
I WAYAN DARMA
NI DESAK PUTU ERLAWATI
LUH SOMAWATI
I WAYAN SUGIARTA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
DENPASAR
2016

1. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berwarna coklat kemerahan seperti kacang merah
yang terletak tinggi pada dinding posterior abdomen, berjumlah sebanyak dua
buah dimana masing-masing terletak dikanan dan kiri columna vertebralis (Snell,
2006). Kedua ginjal terletak di retroperitoneal pada dinding abdomen, masing
masing disisi kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra torakal 12
sampai vertebra lumbal tiga. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dari pada
ginjal kiri karena besarnya lobus hati kanan (Moore & Anne, 2012).
Pada struktur luar ginjal didapati kapsul fibrosa yang keras dan berfungsi
untuk melindungi struktur bagian dalam yang rapuh (Guyton & Hall, 2008). Pada
tepi medial masing-masing ginjal yang cekung terdapat celah vertikal yang
dikenal sebagai hilum renale yaitu tempat arteri renalis masuk dan vena renalis
serta pelvis renalis keluar (Moore & Anne, 2012).

Ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, dua daerah utama yang dapat digambarkan
yaitu korteks dibagian luar dan medulla dibagian dalam (Guyton & Hall, 2008).
Masing-masing ginjal terdiri dari 14 juta nefron yang merupakan satuan

fungsional ginjal, nefron terdiri atas korpuskulum renal, tubulus kontortus


proksimal, ansa henle dan tubulus kontortus distal (Junqueira & Carneriro, 2007).
Setiap korpuskulum renal terdiri atas seberkas kapiler berupa glomelurus yang
dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman.
Lapisan viseralis atau lapisan dalam kapsula ini meliputi glomerulus, sedangkan
lapisan luar yang membentuk batas korpuskulum renal disebut lapisan parietal. Di
antara kedua lapisan kapsula bowman terdapat ruang urinarius yang menampung
cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan viseral (Junqueira &
Carneriro, 2007).
2. Sistem peredaran darah pada ginjal
Ginjal sebagai alat untuk menyaring darah, maka ginjal merupakan alat
tubuh yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak. Darah yang menuju
ke ginjal berasal dari aorta abdominalis (pembuluh arteri besar perut) yang
kemudian bercabang menjadi arteri renalis (pembuluh darah ginjal) kemudian
masuk ke dalam ginjal melalui bagian cekungan ginjal (hilus renalis). Arteri
renalis sebelum memasuki ginjal biasanya bercabang menjadi 2 (dua) yaitu satu
pada bagian anterior (depan) ginjal dan lainnya pada posterior (belakang). Setelah
masuk ke dlam ginjal, arteri renalis bercabang menjadi arteri interlobaris, arteri
arcuata, arteri interlobularis, arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen, kapiler
peritubuler (juxta glomerulare), vena interlobularis, vena arcuata, vena
interlobularis, vena renalis. Dalam medula ditemukan venulae rectae, yaitu tempat
darah mengalir kembali ke vena-vena arkuata. Pembuluh ini mengandung darah
yang telah difiltrasi di dalam glomeruli, yang memegang peranan yang penting

dalam mempertahankan osmolaritas jaringan interstitial medulla yang tinggi.


Kapiler-kapiler korteks bagian luar dan kapsul ginjal bersatu membentuk venavena stelata yang bermuara kedalam vena-vena interlobularis. Vena-vena
mengikuti perjalanan yang sama seperti arteri. Darah dari vena-vena interlobularis
mengalir ke dalam vena-vena arkuata, dan dari sini ke vena-vena interlobaris.
Vena-vena interlobaris membentuk vena renalis dimana darah kemudian
meninggalkan ginjal.

3. Gambaran histologi glomerulus


Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan
cabang dari arteriol aferen. Setelah memasuki badan ginjal (korpus ginjal)
korpuskula renalis, arteriol aferen biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama
yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler. Tekanan hidrostatik
darah arteri yang terdapat dalam kapiler-kapiler ini. glomelurus diatur oleh arteriol
eferen
4. Gambaran histologi nefron
Tiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian
yang melebar yaitu: korpuskel renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis

dan tebal ansa Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus dan duktus koligens.
Terdapat dua jenis nefron: nefron kortikal dan nefron jukstamedullar.
Nefron terdiri dari korpus Malphigi dan tubulus-tubulus. Korpus Malphigi
terdiri atas glomerulus dan kapsula Bowman. Lapisan dalam kapsul ini
menyelubungi kapiler glomerulus disebut lapisan visceral. Lapisan luar
membentuk batas luar korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula
Bowman. Antara kedua lapis ini terdapat ruang urinarius yang menampung cairan
yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan visceral. Setiap korpuskel ginjal
memiliki kutub vascular tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol
eferen, dan memiliki kutub urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal berasal.
Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang
ditunjang lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin. Pada kutub urinarius
epitelnya berubah menjadi selapis kuboid atau silindris rendah. Sel-sel lapisan
visceral disebut podosit. Di antara sel-sel endotel bertingkap dan kapiler
glomerulus dan podosit yang menutup permukaan luarnya, terdapat membrane
basal yang tebal. Lapisan ini berupa sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam
kapiler dari ruang urinarius. Dengan bantuan mikroskop electron dapat dibedakan
lapisan tengah yang padat electron (lamina densa) dan lapisan electron yang lebih
lusen pada masing-masing sisi (lamina rara). Selain sel endotel dan podosit,
kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang melekat pada dindingnya.
Tubulus-tubulus nefron yang terdapat pada korteks antara lain tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus proksimal
berukuran lebih besar dengan inti sel epitelnya tersusun berjarak. Tubulus ini

memiliki banyak mikrovili pada lumennya yang membentuk brush border.


Tubulus kontortus distal memiliki bentuk yang lebih bulat dengan inti sel
epitelnya tersusun rapat yang terkadang akan membentuk suatu bentukan yang
disebut macula densa pada apparatus juxtaglomerular.
5. Fisiologi glomerulus
Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein tersaring
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Dalam keadaan normal,
20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai
filtrasi glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan urin. Secara
rerata, 125 ml filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk secara kolektif
dari seluruh glomerulus setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar
47,5 galon) setiap hari. Dengan mempertimbangkan bahwa volume rerara plasma
pada orang dewasa adalah 2,75 liter, maka hal ini berarti bahwa ginjal menyaring
keseluruhan volume plasma sekitar 65 kali sehari. Jika semua yang difiltrasi
keluar sebagai urin, semua plasma akan menjadi urin dalam waktu kurang dari
setengah jam! Namun, hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan kapiler
peritubulus berhubungan erat di seluruh panjangnya, sehingga bahan-bahan dapat
dipertukarkan antara cairan di dalam tubulus dan darah di dalam kapiler
peritubulus.
Komposisi Filtrat Glomerulus. Filtrat glomerulus mempunyai komposisi
yang hampir tepat sama dengan komposisi cairan yang merembes dari ujung arteri
kapiler ke dalam cairan interstisial. Tidak mengandung eritrosit dan hanya
mengandung sekitar 0,03 persen protein, atau sekitar 1/200 protein di dalam

plasma. Elektrolit dan komposisi solut lain dari filtrat glomelurus juga serupa
dengan yang ditemukan di dalam cairan interstisial. Di dalam glomerulus
dihasilkan urine primer melalui filtrasi plasma. Urine primer merupakan cairan
isotonic terhadap plasma. Pori-pori yang dilalui oleh plasma, mempunyai garis
tengah efektif rata-rata sekitar 2,9 nm. Hal ini memungkinkan seluruh komponen
plasma dengan berat molekul hingga kira-kira 5 kDa dapat melalui pori-pori tanpa
hambatan. Dengan bertambahnya berat molekul, molekul akan ditahan, tetapi
pertama-tama molekul dengan suatu M>65 kDa tidak dapat lagi masuk kedalam
urine primer. Karena protein darah secara umum mempunyai suati M>54 kDa,
maka protein-protein darah hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di
dalam urine.
6. Fisiologi tubulus proksimal
Tubulus proksimal merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok mulai
pada korpuskula renalis berlanjut menjadi lengkung Henle (loop of Henle).
Tubulus proksimal biasa ditemukan pada potongan melintang korteks, dibatasi
oleh epitel kubus selapis dengan apeks sel menghadap lumen tubulus memiliki
banyak mikrofili membentuk brush border. Permukaan mikrovili brush border
berperan membantu reabsorbsi berbagai zat yang terdapat dalam cairan ultrafiltrat.
Pada reabsobsi, sitoplasma apical sel mempunyai banyak kanakuli berasal dari
dasar mikrovili. Di dekat kanakuli terdapat vesikel kecil sebagai akibat selama
pinositosis. Bertambahnya permukaan membran sel pada basis sel melalui mana
pompa natrium adalah sifat-sifat sel yang ikut dalam transport ion.

7. Fisiologi ansa henle


Ansa henle merupakan nefron pendek yang memiliki segmen yang tipis
yang membentuk lengkung tajam berbentuk hufuf U. Bagian p ars desend ens dari
ansa henle terbentang dari korteks ke bagian medulla, sedangkan pars asendens
berjala n kembali dari medulla ke arah korteks ginja. Ansa henle tebal strukturnya
sama dengan tubulus kontortus distal. Bagian descenden Ansa henle bersifat
permiabel terhadap air dan ion-ion, sehingga memungkinkan pergerakan bebas air,
Na+ dan Cl-. Sedangkan bagian ascenden tidak permiabel terhadap air dan sangat
aktif mentranspor klorida ke cairan insterstitial. Bertanggungjawab langsung pada
hipertonisitas cairan insterstitial daerah medula sebagai akibat kehilangan natrium
dan klorida. Oleh karena itu, cairan dalam tubulus yang mencapai tubulus
kontortus distal adalah hipotonik.
Vasarekta atau Pembuluh lurus daerah medulla terletak sedemikian rupa
sehingga sirkulasi darah tidak mengganggu tingkat osmotik yang ditimbulkan
oleh pompa klorida Ansa henle dan membentuk countercurrent exchange
system. Arteriolarteriol dan vena-vena lurus merupakan pembuluh yang sangat
tipis dengan dinding yang mirip seperti dinding kapiler. Tiap-tiap pembuluh lurus
satu arteri dan satu vena membentuk lengkung yang cabang-cabangnya berjalan di
pinggir-pinggirnya. Fungsi Ansa henle adalah mengatur tingkat osmotik darah dan
hipertonik / hipotonik urin. Bila berjalan melalui arteriol lurus kearah bagian
dalam medulla, darah kehilangan air dan mendapatkan natrium karena dalam
medulla cairan interstitial lambat laun menjadi lebih hipertonik. Bila darah
kembali dengan arah yang berlawanan sekali lagi ia berhubungan dengan gradient

yang sama, tetapi sekarang gradiennya berkurang dan kehilangan natrium dan
mendapatkan air. Air yang hilang pada pembuluh descenden diperoleh kembali
oleh pembuluh ascenden, dan natrium yang masuk ke pembuluh descenden
dikembalikan oleh pembuluh ascenden.
Fungsi

perubahan

osmotik

dalam

pembuluh

lurus

adalah

untuk

mempertahankan gradient osmotik yang tetap terdapat dalam medulla ginjal.


Pergerakan air dan natrium ini adalah secara pasif, berlangsung tanpa
menggunakan energi. Segmen nefron ini bertanggung jawab pada pembentukan
urin akhir yang hipertonik.
8. Fisiologi tubulus distal
Tubulus distal yang merupakan nefron terminal. Di tubulus distal, terjadi
pertukaran ion. Bila aldosteron bekerja, natrium direabsorbsi dan ion kalium
diekskresi oleh tubulus kontortus proksimal yang merupakan tempat mekanisme
pengawasan garam total dan air. Tubulus distal juga mengsekresi ion hidrogen dan
ion ammonium ke dalam urine tubulus. Aktivitas ini penting untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa darah. berperanan nyata untuk
pemekatan urin. Urin yang meninggalkan tubulus kontortus distal hampir selalu
isotonis.
9. Proses berkemih
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah
proses di mana kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh
dgn urine. Mikturisi ialah proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang
dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana

gerakannya dilakukan oleh kontraksi otot perut yg menambah tekanan intra


abdominalis, dan organ organ lain yang menekan kandung kencing sehigga
membantu mengosongkan urine.
Reflex mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom, yg
dikendalikan oleh suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Reflex mikturisi
merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih tinggi yang
akan melakukan kendali akhir untuk proses mikturisi sebagai berikut :
a. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat
sebagian, kecuali bila mikturisi diinginkan
b. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi
reflex mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terusmenerus melakukan kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan
sendirinya
c. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat
mikturisi sacral untuk membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat
yang sama menghambat sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat
terjadi.
Pengeluaran urin secara volunteer biasanya dimulai dengan cara berikut :
Mula-mula, orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang
akan meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih dan memunkinkan urin
tambahan memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior dalam keadaan di
bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini memicu reseptor
regang, yang mencetuskan reflex mikturisi dan secara bersamaan menghambat

sfingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan, dan menyisakan
tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.
Atau dapat dijelaskan melalui skema berikut :
Pertambahan vol urine tek intra vesicalis keregangan dinding vesicalis
(m.detrusor) sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing)
untuk diteruskan kembali ke saraf saraf spinal timbul refleks spinal melalui
n. Pelvicus timbul perasaan tegang pada vesica urinaria shg akibatnya
menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih.
10. Mekanisme pengaturan asam basa oleh ginjal
Ginjal mengontrol pH tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa
melalui pengeluaran urin yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan
mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin
basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler.
Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah
sebagai sebagai berikut: Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus
menerus ke dalam tubulus, dan bila ion bikarbonat diekskresikan ke dalam urin,
keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion
hidrogen juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi
menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang
disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan
asam dari cairan ekstraseluler. Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang
disaring daripada hidrogen yang diekskresikan, akan terdapat kehilangan basa.

Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui


tiga mekanisme dasar, yaitu :
1. Sekresi ion-ion hidrogen
Sekresi ion hidrogen berlangsung di sel-sel epitel tubulus proksimal, segmen
tebal asenden ansa henle, dan tubulus distal ke dalam cairan tubulus. Proses
sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulus atau dibentuk melalui
metabolisme sel di dalam epitel tubulus. CO2 akan berikatan dengan H2O
membentuk H2CO3 melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbonik
anhidrase. H2CO3 segera berdisosiasi membentuk H+ dan ion bikarbonat (HCO3).
HCO3- mengikuti gradien konsentrasi melalui membran basolateral akan pergi ke
cairan intertisial ginjal dan ke aliran darah kapiler peritubular. Bersama dengan itu
H+ akan disekresikan ke lumen tubular, tergantung daerah lumen, proses ini
berlangsung melalui transport aktif primer pompa H-ATPase, transport aktif
primer pompa H, K-ATPase, di tubulus distal dan kolligens, serta transportimbangan Na/H di tubulus proksimal.
Sekresi ion hidrogen melalui transport-imbangan Na/H terjadi ketika natrium
bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula-mula bergabung
dengan protein pembawa di batas luminal membran sel; pada waktu yang
bersamaan , ion hidrogen di bagian dalam sel bergabung dengan protein
pembawa. Natrium bergerak ke dalam sel melalui gradien konsentrasi yang telah
dicapai oleh pompa natrium kalium ATP-ase di membran basolateral kemudian
menyediakan energi untuk menggerakkan ion hidrogen dalam arah yang

berlawanan dari dalam sel ke lumen tubulus.Jadi untuk setiap ion hidrogen yang
disekresikan ke dalam lumen tubulus, satu ion bikarbonat masuk ke dalam darah.
2. Reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring
Ion bikarbonat yang disaring akan direabsorbsi oleh ginjal untuk
mencegah kehilangan kehilangan bikarbonat dalam urin.Sekitar 80-90 persen
reabsorbsi bikarbonat (dan sekresi ion hidrogen) berlangsung di dalam tubulus
proksimal sehingga hanya sejumlah kecil ion bikarbonat yang mengalir ke dalam
tubulus distal dan duktus kolligens. Ion-ion bikarbonat tidak mudah menembus
membran luminal sel-sel tubulus ginjal, oleh karena itu, ion-ion bikarbonat yang
disaring oleh glomerulus tidak dapat diabsorbsi secara langsung.
Ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus akan bereaksi dengan ion
hidrogen yang disekresikan oleh oleh sel-sel tubulus membentuk H2CO3 oleh
kerja enzim karbonik anhidrase, yang kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan
H2O. CO2 dapat bergerak dengan mudah memlewati membran tubulus, oleh
karena itu CO2 segera berdifusi masuk ke dalam sel tubulus , tempat CO2
bergabung kembali dengan H2O , di bawah pengaruh enzim karbonik anhidrase,
untuk menghasilkan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian
berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogen, ion bikarbonat
kemudian berdifusi melalui membran basolateral ke dalam cairan interstisial dan
dibawa naik ke darah kapiler peritubular. Efek bersih dari reaksi ini adalah
reabsorbsi ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion-ion bikarbonat yang
sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang disaring ke
dalam tubulus.

c. Produksi ion-ion bikarbonat yang baru


Bila ion-ion hidrogen disekresikan ke dalam kelebihan bikarbonat yang
difiltrasi ke dalam cairan tubulus, hanya sebagian kecil dari kelebihan ion
hidrogen ini yang dapat diekskresikan dalam bentuk ion hidrogen dalam urin.
Alasan untuk ini adalah bahwa pH minimal urin adalah sekitar 4,5. Bila terdapat
kelebihan ion hidrogen dalam urin, ion hidrogen akan bergabung dengan
penyangga selain bikarbonat dan ini akan menghasilkan pembentukan ion
bikarbonat baru yang dapat masuk ke dalam darah, dengan demikian membantu
mengganti ion bikarbonat yang hilang dari cairan ekstraseluler pada keadaan
asidosis. Penyangga paling penting untuk mekanisme ini adalah penyangga
phospat dan monia.

DAFTAR PUSTAKA
Ganong,William,F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Terjemahan
Widjajakusumah, M, Djauhari. Jakarta : EGC
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11).
Jakarta: EGC.
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Edisi. 6. Jakarta:
EGC

You might also like