Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Kepada :
Dr. Adi Pramono, Sp.OG
Disusun Oleh :
Dhara Indah Kartika Jati (2008.031.0022)
SMF BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD TIDAR MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Di RSUD Tidar Magelang
Disusun Oleh:
Dhara Indah kartika Jati (20080310022)
Telah dipresentasikan pada tanggal
November 2012
REFLEKSI KASUS
I. PENGALAMAN
Pasien datang diantar bidan Kaliangkrik dengan post partum spontan pukul 21.00,
plasenta belum lahir. Bayi BB/PB : 2700 gr/47 cm, menangis segera.
Diagnosis Sementara: G2P1A0, 30 tahun,
Postpartum spontan luar,
Retensio Plasenta
II. MASALAH YANG DIKAJI
Bagaimanakah penatalaksanaan pasien dengan kondisi seperti di atas ?
III. ANALISIS MASALAH
Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting. Dimana plasenta
memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang
berguna selama kehamilan, serta sebagai barier. Melihat pentingnya peranan dari
plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada
janin ataupun mengganggu proses persalinan.
Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan fungsi dari plasenta ataupun
gangguan implantasi dari plasenta. Gangguan dari implantasi plasenta dapat berupa
kelainan letak implantasinya ataupun kelainan dari kedalaman implantasinya.
Kelainan letak implantasinya dalam hal ini adalah keadaan yang disebut sebagai
plasenta previa. Sedangkan kelainan kedalaman dari implantasi ialah yang disebut
sebaga plasenta akreta, inkreta dan perkreta.
A. Definisi
Sisa plasenta (plasenta restan) merupakan tertinggalnya bagian plasenta
dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau
perdarahan post partum sekunder. Perlu dibedakan antara sisa plasenta (plasenta
restan) dengan retensio plasenta,retensio plasenta adalah plasenta yang belum
lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Pada retensio plasenta
D.
berkurang.
4. Plasenta atau selaputnya tidak lengkap
5. Perdarahan segera
Diagnosa
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir.
Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan
akan sisa plasenta maka untuk memastikannnya dengan manual plasenta,
kuret, atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi.
E. Penatalaksanaan
1. Manual plasenta
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi
tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum
uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta
secara spontan atau dengan tekanan ringan pada fundus uteri yang
berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum
dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang
banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.
Indikasi
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi
perdarahan
c. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan
d. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang
e. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
f. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
g. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam
Teknik Manual Plasenta
Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada
waktu dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan
sehingga berkontraksi baik, dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus
dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan
maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya
keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan
secara kasar.
Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi
litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki dengan diinfus NaCl atau
Ringer Laktat.. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah
satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan
kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.
Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu
melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition
ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari
tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan
di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau
mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke
plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada
perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang
terlepas.
Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di
dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu.
Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan
seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan
fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian,
kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.
Mengeluarkan plasenta
Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain
infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang
dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi
dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta
akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki
miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara
plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah
untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan
perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk
mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan
histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
2.
Kuretase
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena
dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian
antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi
sekunder.antibiotik yang diberikan adalah ampisilin, dosis awal 1 gr IV
dilanjutkan dengan 3x1 gram oral atau amoxicillin 3x 500 mg
dikombinasikan dengan metronidazol dengan 3x500 mg oral
F. Pencegahan
Restan plasenta dapat dicegah dengan penanganan kala uri yang baik dan
benar, dan dengan melakukan beberapa Parasat untuk mengetahui apakah
plasenta sudah lepas dari tempat implantasinya atau belum sehingga plasenta
dapat dikeluarkan tanpa paksaan. Beberapa prasat tersebut antara lain :
1.
Parasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap
atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari
dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila
V. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien dengan postpartum spontan luar, retensio plasenta yaitu
dilakukannya manual plasenta, tapi jika setelah dilakukan eksplorasi kesannya belum
bersih, maka kuretasi harus dilakukan.
DOKUMENTASI
I.
Identitas Pasien.
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk
Kaliangkrik, Magelang
28 Oktober 2012 jam
2/5
22.15
II.
Anamnesa
1.
Keluhan utama
2.
RPS
partum spontan pukul 21.00, plasenta belum lahir. Bayi BB/PB : 2700
gr/47 cm, menangis segera.
3.
4.
5.
Riwayat Haid
Menarche
: 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Lamanya
: 7 hari
: tidak
HPHT
: 17 Januari 2012
6. Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali dengan suami sekarang selama 14 tahun
7. Riwayat Obstetrik
No.
Keadaan kehamilan,
Umur
Keadaan
sekarang/
anak
nifas
tgl.lahir
Tempat perawatan
1.
3000 gr, 12
sehat
bidan
tahun
2.
Hamil ini
: 24 Oktober 2012
Pemeriksaan Fisik.
a. Pemeriksaan Umum :
b. Keadaan Umum
: Baik,
c. Kesadaran
: Compos mentis
d. Vital Sign
: T : 130/70 mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,2 0 C
R : 24 x/menit
e. Mata
f. Thorak
g. Abdomen
h. Ekstremitas
b. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
b.
Palpasi
: TFU = pusat
c.
His
:-
d.
DJJ
:-
e.
f.
VT
: tidak dilakukan
IV. DIAGNOSA
G2P1A0, 36 tahun,
Post partum Spontan Luar,
Retensio Plasenta
V. SIKAP
- Peringan Kala III
- Manual Plasenta
- Infus RL + oxitosin 20 tpm
- Keringkan VU
- Cek Lab DR
Tanggal/Jam
KU/Tensi/Nadi/
HIS
DJJ
Suhu/Nafas
29-10-2012
Jam 06.00
KU;Compos
Mentis
uterus keras
TD: 110/80
N: 88x/menit.
S : 36,4C
Dx/
G2P1A0, 36 tahun,
Post Manual Plasenta a/i
Retensio Plasenta
Sikap :
30-10-2012
KU;Compos
Mentis
Infus RL 20 tpm
TD: 120/80
N: 88x/menit.
S : 365C
R : 24x/Menit
Dx/
G2P1A0, 36 tahun,
Post Manual Plasenta a/i Retensio
Plasenta
Sikap :
31-10-12
Jam 06.30
KU;Compos
Mentis
TD: 110/80
N: 80x/menit.
S : 363C
R : 20x/Menit
(-)
(+)
Infus RL 20 tpm
Boleh pulang
Hasil
24,24
2.85
10,9
-
Nilai Normal
4.8 10.8
4.2 5.4
12 16
-
REFERENSI
1.
2.
3.