Professional Documents
Culture Documents
Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat
terhadap semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke
dalam salah satu kategori berikut:
Dengan
tanda
kegawatdaruratan
(EMERGENCY
SIGNS):
memerlukan
sehingga
dapat
menunggu
pemeriksaan
sesuai
gilirannya
untuk
dan
mendapatkan
pengobatan.
Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding
dada, merintih, sianosis)?
Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat
dan lemah).
Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata
cekung, turgor menurun).
Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah segera
berikan tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.
Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar,
kejang, atau diare dengan dehidrasi berat.
Bila didapatkan tanda kegawatdaruratan:
Trismus
Poisoning (keracunan)
Periksa apakah capillary refill lebih dari 3 detik. Tekan pada kuku ibu jari tangan atau
ibu jari kaki selama 3 detik sehingga nampak berwarna putih. Tentukan waktu dari saat
pelepasan tekanan hingga kembali ke warna semula (warna merah jambu).
Jika capillary refill lebih dari 3 detik, periksa denyut nadi anak. Apakah denyut nadi anak
tersebut lemah dan cepat? Jika denyut nadi pergelangan tangan (radius) kuat dan tidak
terlalu cepat, anak tidak mengalami syok. Jika tidak dapat dirasakan adanya denyut
nadi radius pada bayi (kurang dari 1 tahun), rasakan denyut nadi leher, atau jika bayi
berbaring rasakan denyut nadi femoral. Jika tidak dapat dirasakan denyut nadi radius,
cari karotis. Jika ruangan terlalu dingin, gunakan denyut nadi untuk menentukan
apakah anak dalam keadaan syok.
Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau kelainan status mental
lainnya
Apakah anak koma? Periksa tingkat kesadaran dengan skala AVPU:
A: sadar (alert)
Anak dengan tanda kegawatdaruratan Jalan Napas, Pernapasan dan Koma atau
Kejang harus mendapat penanganan gawat-darurat yang sama dengan yang tanpa gizi
buruk
Anak dengan tanda dehidrasi berat tetapi tidak mengalami syok tidak boleh
dilakukan rehidrasi dengan infus. Hal ini karena diagnosis dehidrasi berat pada anak
dengan gizi buruk sulit dilakukan dan sering terjadi salah diagnosis. Bila diinfus berarti
SEMINAR RSUD CILEUNGSI 3 JUNI 2015Page 5
menempatkan anak ini dalam risiko over-hidrasi dan kematian karena gagal jantung.
Dengan demikian, anak ini harus diberi perawatan rehidrasi secara oral (melalui mulut)
dengan larutan rehidrasi khusus untuk gizi buruk (ReSoMal).
Anak dengan tanda syok dinilai untuk tanda lainnya (letargis atau tidak sadar).
Pada gizi buruk, tanda gawat darurat umum yang biasa terjadi pada anak syok mungkin
timbul walaupun anak tidak mengalami syok.
Jika anak letargis atau tidak sadar, jaga agar tetap hangat dan berikan
cairan infus dan glukosa 10% 5 ml/kgBB iv.
Jika anak sadar (tidak syok), jaga agar tetap hangat dan berikan glukosa
10% 10 ml/kgBB lewat mulut atau pipa nasogastrik dan lakukan segera penilaian
menyeluruh dan pengobatan lebih lanjut.
Catatan: Ketika memberikan cairan infus untuk anak syok, pemberian cairan infus
tersebut berbeda dengan anak yang dalam kondisi gizi baik. Syok yang terjadi karena
dehidrasi dan sepsis mungkin dapat terjadi secara bersamaan dan hal ini sulit untuk
dibedakan dengan tampilan klinis semata. Anak dengan dehidrasi memberikan reaksi
yang baik pada pemberian cairan
infus (napas dan denyut nadi lebih lambat, capillary refill lebih cepat). Anak yang
mengalami syok sepsis dan tidak dehidrasi, tidak akan memberikan reaksi. Jumlah
cairan yang diberikan harus melihat reaksi anak. Hindari terjadi over-hidrasi. Pantau
denyut nadi dan pernapasan pada saat infus dimulai dan tiap 510 menit untuk melihat
kondisi anak mengalami perbaikan atau tidak. Ingat bahwa jumlah dan kecepatan aliran
cairan infus berbeda pada gizi buruk.
Semua anak dengan gizi buruk membutuhkan penilaian dan pengobatan segera untuk
mengatasi masalah serius seperti hipoglikemi, hipotermi, infeksi berat, anemia berat
dan kemungkinan besar kebutaan pada mata. Penting juga melakukan pencegahan
timbulnya masalah tersebut bila belum terjadi pada saat anak dibawa ke rumah sakit.
Riwayat demam
Sianosis
Merintih (grunting)
Ronki (crackles)
Tabel 1. Diagnosis banding anak dengan masalah jalan napas atau masalah
pernapasan yang berat
Pneumonia
GEJALA
DAN
YANG MENDASARI
TANDA
KLINIS
Asma
Abses retrofaringeal
Timbul perlahan
bertambah berat
Kesulitan menelan
Demam tinggi
beberapa
hari
dan
Batuk menggonggong
Suara parau/serak
Berhubungan dengan infeksi saluran napas
Croup
atas
Pembengkakan
leher
oleh
karena
pembesaran kelenjar limfe
Farings hiperemi
Terdapat membran putih keabu-abuan pada
tonsil dan atau dinding farings
Belum mendapat vaksinasi DPT
Difteri
Trauma
Perdarahan
Riwayat diare
Demam
Kesadaran
Kemungkinan perdarahan
Pembesaran hati
Petekie
Purpura
Tabel 2. Diagnosis banding pada anak dengan syok
GEJALA
DAN
YANG MENDASARI
TANDA
KLINIS
Riwayat trauma
Terdapat sumber perdarahan
DengueShock Syndrome
Syok Kardiogenik
Syok Septik
Syok yang berhubungan
dehidrasi berat
dengan
Demam
Cedera kepala
Trauma lahir
Pemeriksaan:
Umum:
Ikterus
Edema perifer
Tingkat kesadaran
Bercak merah/petekie
Kepala/Leher:
Kuduk kaku
Pemeriksaan Laboratorium:
Jika dicurigai meningitis dan anak tidak menunjukkan gejala peningkatan tekanan
intrakranial (pupil anisokor, spastik, paralisis ekstremitas atau tubuh, pernapasan yang
tidak teratur), lakukan pungsi lumbal.
catat
waktu
antara
lahir
dan
ketika
terjadi
ketidaksadaran.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan keadaan lemah/letargis, tidak sadar atau
kejang di beberapa daerah adalah Japanese Encephalitis, Demam Berdarah Dengue
dan Demam Tifoid.
Tabel 3. Diagnosis banding pada anak dengan kondisi lemah/letargis, tidak sadar
atau kejang
DIAGNOSIS ATAU
YANG MENDASARI
PENYEBAB
Meningitis a, b
Sangat gelisah/iritabel
Kuduk kaku atau ubun-ubun cembung
Keracunan
Glomerulonefritis
ensefalopati
akut
Ketoasidosis Diabetikum
dengan
Tabel 4. Diagnosis banding pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) yang mengalami
lemah/letargis, tidak sadar atau kejang
DIAGNOSIS ATAU
YANG MENDASARI
PENYEBAB
pertama
pertama
Tetanus neonatorum
Meningitis
Lemah/letargis
Episode apnu
Kejang
Tangisan melengking
Ubun-ubun besar tegang/cembung
Sepsis
KERACUNAN
Curigai keracunan pada anak sehat yang mendadak sakit dan tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Buku ini menjelaskan prinsip tatalaksana beberapa kasus keracunan
yang sering terjadi. (Catatan: obat tradisional juga dapat menjadi sumber racun). Lihat
buku standar pediatri untuk tatalaksana keracunan dan/atau sumber-sumber lain,
misalnya: Pusat Informasi Keracunan Badan POM RI (Telp. 021-4250767, 0214227875).
Diagnosis
Periksalah tanda terbakar di dalam atau sekitar mulut, atau apakah ada stridor
(kerusakan laring) yang menunjukkan racun bersifat korosif.
Rawat inap semua anak yang keracunan zat besi, pestisida, parasetamol atau aspirin,
narkotik, obat anti depresan; anak yang tertelan bahan beracun secara sengaja dan
anak yang mungkin diberi obat atau racun secara sengaja oleh anak lain atau orang
dewasa.
Anak yang kemasukan bahan korosif atau bahan hidrokarbon jangan dipulangkan
sebelum observasi selama 6 jam. Bahan korosif dapat menyebabkan luka bakar pada
esofagus yang mungkin tidak dapat segera terlihat dan bahan hidrokarbon jika terhirup
dapat menyebabkan edema paru yang mungkin membutuhkan waktu beberapa jam
sebelum timbul gejala.
REFERENSI
SEMINAR RSUD CILEUNGSI 3 JUNI 2015Page 15