Professional Documents
Culture Documents
THESIS : Thesis berisi akan suatu pernyataan akan permasalahan yang terjadi, biasanya
ditandai dengan kalimat in my opinion, according to me, for me dan lain sebagainya.
ARGUMENTS : Argumen disini sama dengan alasan yang digunakan untuk mendukung
pernyataan yang telah di ucapkan. Argumen biasanya diawalli dengan kalimat firstly, secondly,
because of that dan lainya.
THESIS : Thesis berisi akan pernyataan yang di ungkapkan oleh si penulis yang biasanya
menggunaka kalimat according to me, I think dan lain sebagainya.
CONCLUSION : Yaitu berisi kesimpulan akan pernyataan yang telah di ungkapkan oleh
penulis.
Hal ini tentu saja akan menambah berat beban yang harus ditanggung orang tua. Terlebih saat ini
banyak juga wanita dan remaja putri yang merokok.
Faktor utama yang menjadi penyebab pelajar merokok adalah lingkungan. Masa remaja yang penuh
dengan rasa ingin tahu membuat mereka ingin mencoba banyak hal. Seperti yang sudah disinggung
sebelumnya, rokok mengandung nikotin yang mengakibatkan kecanduan. Maka sekali merokok, akan
sulit untuk berhenti, kecuali ada kemauan yang keras dan bantuan dari lingkungan. Hal yang kedua ini
tentu tidak akan didapatkan ketika para pelajar berada dalam lingkungan perokok. Bahkan banyak
diantara para pelajar yang menganggap bahwa pria yang tidak merokok itu tidak jantan. Hal inilah yang
menyebabkan para pelajar banyak yang menjadi perokok, dikarenakan rokok merupakan salah satu dari
ajang mereka untuk mengaktualisasikan diri mereka. Sebagai simbol bahwa mereka adalah orang gaul
dan eksis.
Persepsi seperti ini tentu saja adalah sebuah kesalahan besar. Menurut survey yang dilakukan oleh
Yayasan Jantung Indonesia, sekitar 77 persen pelajar Indonesia yang merokok mengawali petualangan
mereka dari tawaran atau olok-olok teman-temannya sendiri. Selain itu, kurangnya informasi mengenai
bahaya rokok sejak dini menjadi penyebab banyaknya pelajar yang merokok. Padahal setiap mereka
menghisap rokok, sama saja menghisap ribuan bahan kimia berbahaya yang justru merugikan
kesehatan.
Peran serta orang tua, guru dan masyarakat dalam mengatasi perokok usia dini
Sebagai masyarakat yang sadar akan kesehatan, maka kita harus melakukan sesuatu dalam
mensosialisasikan bahaya merokok. Semua pihak, baik itu orang tua, guru, masyarakat dan juga
pemerintah harusnya melakukan sosialisasi tentang bahaya merokok bagi pelajar sesuai dengan
kemampuan dan kondisi masing-masing. Sosialisasi yang dilakukan harus benar-benar riil dan masuk
ke alam bawah sadar para pelajar. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah pelajar merokok
diantaranya adalah sebagai berikut:
Sekolah dan jajarannya harus berkomitmen membebaskan sekolah dari rokok. Guru, karyawan dan
orang tua dan semua orang yang berkunjung ke sekolah tidak diperkenankan merokok seperti di rumah
sakit. Hal ini merupakan suatu bentuk keteladanan. Tentu saja akan aneh dan masuk akal jika hanya
siswa
saja
yang
dilarang
merokok.
Kegiatan yang melibatkan pemuda terutama para pelajar tidak boleh menggunakan sponsor dari
perusahaan
rokok
atau
yang
berkaitan
dengannya.
Orang tua yang merokok tidak memperlihatkan diri saat merokok di depan anak-anaknya, jika memang
tidak bisa berhenti merokok. Tetapi jika orang tua bisa berhenti merokok, tentu saja itu akan lebih baik
karena
dapat
dicontoh
oleh
anak-anaknya.
Jika anak memiliki waktu luang maka tugas orang tua adalah mendorongnya dalam kegiatan yang
positif sehingga mereka tidak ada waktu untuk merokok. Kegiatan tersebut bisa seperti les, olahraga,
bermusik dan lain sebagainya. Lebih baik lagi jika orang tua turut serta di dalamnya.
Membudayakan hidup sehat yang bebas rokok harus dimulai dari sekarang. Lebih baik anda
meninggalkan rokok saat ini dalam keadaan masih sehat dan bugar daripada nantinya anda harus
meninggalkan rokok dalam keadaan sakit kritis dan diujung kematian. Demi orang-orang yang kita
cintai, ada baiknya kita berhenti merokok mulai dari sekarang. Semoga artikel ini membawa manfaat
bagi anda. Salam sehat!
Contoh Analytical Exposition
Teens and character education
Adolescence is a time of transition from the time of children to early adulthood. Teens are in the range
of 10 years of age up to 21 years. At the time the teens are searching for his identity. Therefore,
adolescents must have character education in order to steer his interest on positive activities. Character
education that can be given to adolescents, inter alia, to behave honestly, creative, confident, polite, and
caring.
Teens experiencing emotional turmoil due to changes in weight and height are also influential on the
development of psikisnya. During the turmoil it is hard times so that teenagers need strong self-control
when in school, at home, and in the environmental community. In a State like this, teenagers need
adults to direct himself. To that end, in order not to fall on negative things teenagers need to have
character education.
Character education is able to form teenagers to become achievers. In their character education taught
religious values describing the kindness to let teenagers grow as human beings who tuned in to the
social environment. In addition, they also taught the value of tolerance and the value of peace or human
values that shape adolescent has the nature of ethical, compassionate and love of peace. In character
education that also taught them the value of hard work, like a creative, independent, and have a high
curiosity that can make teens as overachievers.
Thus, the positive values in character education that can form a winning teens. They will be able to
compete well at the national level as well as international level. In doing so, teens who have strong
character will grow as the teenager who excels and proud because it is physically healthy, stable
emotions, and his intellectual thrive.
(Terjemahan)
Remaja
dan
Pendidikan
Karakter
Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa awal dewasa. Usia remaja berada pada
kisaran usia 10 tahun sampai dengan 21 tahun. Pada masa itu remaja sedang mencari identitas dirinya.
Oleh karena itu, remaja harus mendapat pendidikan karakter agar dapat mengarahkan minatnya pada
kegiatan-kegiatan positif. Pendidikan karakter yang dapat diberikan pada remaja, antara lain,
berperilaku jujur, kreatif, percaya diri, santun, dan peduli.
Remaja mengalami gejolak emosi karena perubahan berat dan tinggi badan yang berpengaruh juga
pada perkembangan psikisnya. Pada masa gejolak itu merupakan masa sulit sehingga remaja
memerlukan pengendalian diri yang kuat ketika berada di sekolah, di rumah, dan di lingkungan
masyarakat. Dalam keadaan seperti ini, remaja membutuhkan orang dewasa untuk mengarahkan
dirinya. Untuk itu, agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif remaja harus mempunyai pendidikan
karakter.
Pendidikan karakter ini dapat membentuk remaja menjadi berprestasi. Di dalam pendidikan karakter
mereka diajari nilai religius yang menguraikan kebaikan agar remaja tumbuh sebagai manusia yang
peka pada lingkungan sosial. Di samping itu, mereka diajari juga nilai toleransi dan nilai cinta damai
atau nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk remaja mempunyai sifat pengasih berbudi pekerti, dan
cinta damai. Dalam pendidikan karakter itu mereka diajari juga nilai suka bekerja keras, kreatif,
mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang dapat menjadikan remaja sebagai orang yang
berprestasi.
Dengan demikian, nilai-nilai positif dalam pendidikan karakter itu dapat membentuk remaja yang
unggul. Mereka akan bisa bersaing baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional. Dengan
begitu, remaja yang memiliki karakter kuat akan tumbuh sebagai remaja yang unggul dan dibanggakan
karena sehat secara fisik,stabil dalam emosi, dan intelektualnya berkembang baik.
Contoh Hortarory Expotition Text Tentang Pendidikan, Penghapusan UAN
National Exam ( Ujian national / UN ) Should Be Changed
National Exam or UN is a big issue in Indonesia. It is supposed to measure the ability of the students,
but it is now a nightmare, not just for the students, but also for the parents and teachers. In fact UN has
give to much pressure to the students. It must be changed.
When the time for the national exam come we can see on the face of the students the fear and the stress.
Education should educate people not to put them on too much pressure.
It is also a fact that there are so many students that try to cheat on the exam. On the news we were told
about students that bring hand phone with answer in it. Or about the watchers that let the students to
ask answer to their friends.
And after the exam, we find that some students whom are not pass the grade will be too depressed.
Thoose facts above are enough to show us that UN is bring more bad than the good. We must change
the system. We still need UN as an evaluation of the studying process. But it should not be the only one
to decide the result. Teachers and school also should be the part to decide whether a student pass the
grade or not.
of education does not just depend on the national exam. Further, the national exam only
measures a small portion of students' competence in specific subjects, and does not measure
students' competences throughout the semester.
In conclusion, national examination can still be useful as an instrument to evaluate or detect
the level of students' cognitive competence in several subjects, on a national scale. However, it
is not fair if only national exam score that judge whether students pass or not. Government
should make a regulation that national exam is not the only requirement for students to
graduate. There should be other requirements added such as students daily score, behavior,
and achievement.