You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Infeksi cacing (kecacingan) merupakan salah satu diantara penyakit yang

menjadi masalah kesehatan masyarakat. Infeksi cacing dapat mengakibatkan


menurunnya kesehatan, gizi, kecerdasan, kehilangan darah, karbohidrat dan
protein, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Infeksi cacing
menjadi penyakit yang sering terjadi di negara-negara miskin dan berkembang,
karena masih terdapat masalah kemiskinan, kekurangan nutrisi, sanitasi serta
penjagaan

kesehatan

(WHO,

2004).

Cacing-cacing

yang

paling

sering

menginfeksi manusia diantara lain adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides),


cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing
cambuk (Trichuris trichura). Prevalensi infeksi cacing di dunia masih tinggi yaitu 1
miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi
cacing

Trichuris

trichiura

dan

740

juta

orang

terinfeksi

cacing

tambang(Hookworm) (WHO,2006).
Prevalensi infeksi cacing di Indonesia masih sangat tinggi pada semua
golongan umur. Golongan penduduk yang kurang mampu, mempunyai risiko
tinggi terjangkit penyakit ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 10 provinsi
di Indonesia ditemukan prevalensi Ascaris lumbricoides 30,4%, Trichuris trichiura
21,2% serta Ancylostoma duodenale dan Necator americanus 6,5% .Di Jawa
Timur sendiri pada tahun 1991 prevalensi Ascaris lumbricoides 16-74%, Trichuris
trichiura 1-14% dan Ancylostoma duodenale 2-45% (Luthfianti,2008).
Anak usia Sekolah Dasar merupakan yang paling sering menderita
kecacingan (Nadesul,2007). Infeksi cacing pada anak akan mengganggu

pertumbuhan,

menurunkan

kemampuan

fisik,

produktifitas

belajar

dan

intelektualitas (Ginting, 2005). Berdasarkan survei yang dilakukan Departemen


Kesehatan ditemukan bahwa prevalensi kecacingan pada anak usia Sekolah
Dasar cukup tinggi, yakni berkisar 60-80%. Jenis cacing penyebab sebagian
besar adalah Trichuris trichiura (cacing cambuk) sebesar 16,52%, dilanjutkan
Ascaris lumbricoides (cacing gelang) sebesar 12,38 % dan terkecil adalah
Ancylostoma duodenale (cacing tambang) 1,38 % (Depkes, 2006). Di Jawa Timur
prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides pada tahun 1990 -1991 sebesar 5.7%,
sedangkan untuk Trichuris trichiura sebesar 0.8%, dan Hookworm sebesar 1.8%
(Marleta, 2005).
Pada tahun 2006 di Kota Malang telah dilakukan penelitian terhadap
prevalensi kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar yang terletak di kawasan
yang dekat dengan Instalasi Pembuangan Air Limbah. Kawasan-kawasan
tersebut antara lain adalah Tlogomas, Bareng, Mulyorejo, dan Mergosono.
Prevalensi telur cacing parasit terbesar yang ditemukan pada siswa SD yang
terletak di sekitar Instalasi Pembuangan Air Limbah Kota Malang adalah Ascaris
lumbricoides yaitu sebesar 65,22%, diikuti dengan telur Enterobius vermicularis
sebesar 21,47%, kemudian Trichuris trichiura sebesar 11,59%, dan prevalensi
terkecil

pada

telur

cacing

Ancylostoma

duodenale

sebesar

1,45%

(Rahayu,2006).
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kecacingan, antara lain
kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya, kondisi sanitasi lingkungan dan
higiene perorangan yang buruk serta keadaan sosial ekonomi dan pendidikan
yang rendah (Komang dalam Dachi, 2005). Selain itu kecacingan juga

dipengaruhi faktor-faktor lain seperti lokasi, pekerjaan, pengetahuan, serta


kebiasaan masyarakat setempat (Luthfianti,2008).
Pengetahuan orang tua memiliki peran pada kecacingan anak usia
sekolah dasar. Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilaku orang
tersebut, seperti pada orang tua. Perilaku orang tua seperti cara memelihara
kebersihan rumah, kebersihan makanan, kebersihan per-orangan (merawat
kebersihan tangan, jari, kuku, gigi, mulut, dan rambut), adalah faktor penting
yang berpengaruh terhadap proses tumbuh-kembang anak (Anwar, 2000). Oleh
karena itu dapat dikatakan pengetahuan orang tua sangat berperan terhadap
angka kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar.
Kondisi sanitasi rumah dapat berpengaruh dengan infeksi cacing pada
anak Sekolah Dasar. Keadaan sanitasi rumah tangga dapat dilihat dari jamban
keluarga, lantai rumah, sarana pembuangan sampah, ketersediaan air bersih,
sarana pembuangan air limbah, dan kebersihan halaman rumah. Sanitasi
lingkungan yang buruk dapat mempermudah penularan cacing pada tubuh
manusia (Mardiana dan Djarismawati, 2008). Pendapat senada dikemukakan
Sadjimin (2000), bahwa infeksi cacing pada manusia dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yaitu tidak terdapatnya air dan jamban yang bersih.
Salah

Satu

kecamatan

di

Kota

Malang

adalah

Kecamatan

Kedungkandang. Kepadatan penduduk di Kecamatan Kedungkandang masih


kurang rata, dan terfokus di 2 Kelurahan yaitu Kotalama dan Mergosono. Selain
itu Kecamatan Kedungkandang juga dekat dengan Instalasi Pembuangan Air
Limbah (Mergosono) (Kecamatan Kedungkandang, 2011). Setelah penelitian
tersebut yang dilakukan pada tahun 2006 belum dilakukan penelitian lagi untuk
melihat prevalensi kecacingan di Kedungkandang hingga tahun 2014.

Berdasar latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk


mengetahui hubungan-hubungan antara pengetahuan orang tua, sanitasi rumah
terhadap angka kecacingan pada anak-anak usia Sekolah Dasar Kecamatan
Kedungkandang.

1.2

Rumusan Masalah
Apa hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dan sanitasi rumah

dengan

angka

kecacingan

pada

siswa

Sekolah

Dasar

Kecamatan

Kedungkandang?
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dan sanitasi

rumah dengan angka kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Kecamatan


Kedungkandang.
1.3.2

Tujuan Khusus
-

Mengetahui prevalensi infeksi cacing di beberapa sekolah dasar di

Kecamatan Kedungkandang.
Mengetahui pengetahuan orangtua siswa di beberapa sekolah dasar

di Kecamatan Kedungkandang.
Mengetahui keadaan sanitasi rumah siswa di beberapa sekolah

dasar di Kecamatan Kedungkandang.


Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua siswa
dan angka kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Kecamatan
Kedungkandang.

Menganalisis hubungan antara sanitasi rumah siswa dan angka


kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Kecamatan Kedungkandang.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat Akademik (Sehubungan Dengan Pengembangan Institusi)


-

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terkait


pengaruh

pengetahuan

dari

orangtua

dan

adanya

infeksi

kecacingan pada anak. Sehingga dapat diketahui karakteristik


-

yang seperti apa yang berpengaruh terhadap hal tersebut.


Menambah informasi tentang ada atau tidaknya hubungan antara
keadaan sanitasi di rumah dengan adanya infeksi kecacingan
pada anak.

1.4.2

Manfaat Praktis (Sehubungan Dengan Aplikasi Di Masyarakat)


-

Menambah informasi terkait infeksi kecacingan kepada murid

sekolah dasar, guru dan orangtua.


Menambah pengetahuan tentang prevalensi
sekolah dasar di Kecamatan Kedungkandang.

kecacingan di

You might also like