Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
1.1
Pembahasan Penelitian
Penelitian diawali dengan melakukan penyuluhan dan pembagian pot
73%
(Disrinama,2006 ; Alfiani, 2008). Angka coverage yang kecil ini mungkin bisa
disebabkan karena pada waktu yang sudah ditentukan siswa tidak bisa buang air
besar, siswa tidak datang pada waktu hari pengumpulan feses dan siswa merasa
jijik untuk membawanya.
Berdasarkan data pada tabel 5.2 tingkat coverage yang paling besar
terdapat pada SD Tlogowaru 1 dengan coverage 75%. Tingginya coverage pada
SD Tlogowaru 1 ini disebabkan karena adanya bantuan dari pihak sekolah untuk
menghimbau siswa membawa feses. Selain itu, juga disebabkan karena
dilakukan 2 kali pengambilan feses pada hari yang berbeda oleh peneliti.
Sehingga siswa yang tidak membawa feses pada hari pertama bisa membawa
pada hari kedua pengumpulan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode Kato Thick
Smear didapatkan prevalensi kecacingan adalah sebesar 4,6%. Pemeriksaan
serupa yang dilakukan di Jawa Timur pada tahun 2008 2010 menghasilkan
angka prevalensi sebesar 7,95% (Kemenkes, 2012). Penelitian mengenai
kecacingan di kota Palu pada tahun 2014 didapatkan prevalensi kecacingan
sebesar 31,6% (Chadijah, 2014). Penelitian serupa juga dilakukan pada tahun
2012 di Minahasa menunjukkan prevalensi kecacingan sebesar 12,2%
(Kundaian, 2012). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa angka prevalensi
kecacingan di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tergolong rendah.
Didapatkan perbedaan yang cukup signifikan antara prevalensi kecacingan di
daerah perkotaan dan pedesaan berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Kalimantan Selatan yaitu sebesar 6,4% dan 11,5% (Hairani, dkk, 2012). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa angka prevalensi kecacingan yang rendah di
Kecamatan Kedungakandang karena merupakan wilayah perkotaan.
Dari data penelitian bahwa Ascaris lumbricoides memiliki prevalensi paling
tinggi yaitu 28 kasus (80%), Hookworm ditemukan 5 kasus (14,3%), dan
Trichuris trichiura 1 kasus (2,85%). Selain Soil Transmitted Helminth ternyata
juga
ditemukan
Hymenolepsis
nana
kasus
(2,85%)
di
Kecamatan
Kedungkandang. Data dari WHO dilaporkan sebanyak 800 juta orang terinfeksi
Ascaris lumbricoides, 600 juta orang terinfeksi Trichuris trichiura, dan 600 juta
orang terinfeksi Hookworm (WHO, 2012).
lumbricoides
Prevalensi cacing
Ascaris
frekuensi antara 60-90% pada anak usia sekolah dasar. Ascaris lumbricoides
banyak ditemukan di dataran dan daerah yang lembab (Prasetyo, 2003). Hal
tersebut menunjukan bahwa jenis cacing yang paling banyak menginfeksi
manusia, khususnya pada anak usia sekolah dasar adalah Ascaris lumbricoides.
1.2
diketahui oleh orang tua meliputi kesadaran tentang infeksi cacing, tanda dan
gejala infeksi cacing, pencegahan infeksi cacing, cara penularan dan pertolongan
dini terhadap penyakit kecacingan. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa
dari 110 sampel terdapat 73 siswa dengan pengetahuan orang tua yang buruk
sedangkan 37 lainnya dengan pengetahuan orang tua yang baik. Hal tersebut
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan orang tua mengenai infeksi cacing di
Kecamatan Kedungkandang tergolong buruk.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan orang tua tidak
memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian kecacingan pada siswa
sekolah
dasar
di
Kecamatan
Kedungkandang
Kota
Malang.
Karena
berdasarakan uji statisktik yaitu nilai p-value 0.745. Meskipun secara statistik
tidak ditemukannya hubungan dan pengaruh yang bermakna antarvariabel
tersebut, bukan berarti tingkat pengetahuan orang tua tidak mempengaruhi
kejadian kecacingan pada siswa sekolah dasar. Karena berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Marlina et al. (2012) pada siswa sekolah dasar di
Kecamatan Seluma Timur Kabupaten Seluma Bengkulu bahwa pengetahuan
orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan infeksi cacing. Hal ini
sesuai dengan penelitian Gazali (2008), bahwa rendah prevalensi infeksi STH di
Kecamatan Periukan disebabkan tingkat pengetahuan yang semakin baik.
Sejalan dengan penelitian Wachidanijah tahun 2002 menyatakan prevalensi
kecacingan rendah didapat pada orang tua yang mempunyai pengetahuan baik.
Tingkat pengetahuan merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
tinggi rendah prevalensi kecacingan (Sastroasmoro & Ismael, 2002) demikian
juga penelitian bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
dan perilaku ibu yang mempunyai anak usia sekolah di Kelurahan Pisangan Baru
Jakarta Timur terhadap pencegahan penyakit kecacingan (Gandahusada et
al.,2006). Pengetahuan yang baik tentang suatu penyakit akan mengurangi
tingginya kejadian akan penyakit terebut. Pengetahuan yang baik akan
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang (Soekidjo, 2007). Salah satu faktor
yang menyebabkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan
orang tua dengan angka kecacingan di Kecamatan Kedungkandang adalah
angka prevalensi kecacingan yang rendah di Kecamatan Kedungkandang.
1.3
sumber air, kepemilikan jamban, tempat pembuangan tinja, jenis lantai. Jenis
tempat sampah dan jarak rumah dengan TPS/TPA. Berdasarkan penelitian
didapatkan bahwa dari 110 responden didapatkan sebanyak 67 responden
(60,9%) yang memiliki sanitasi rumah yang baik. Sedangkan sanitasi rumah yang
sedang sebanyak 11 responden (10%) dan tidak ada responden yang memiliki
sanitasi rumah yang buruk. Hal ini menunjukan bahwa sanitasi rumah di
Kecamatan Kedungkandang tergolong baik.
Berdasarkan penelitian ini dapat ditunjukan bahwa tingkat sanitasi rumah
tangga terdapat hubungan yang tidak bermakna terhadap kejadian kecacingan
pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Karena
berdasarkan uji statistic yaitu nilai p-value = 0.077. Meskipun secara statistik
tidak ditemukannya hubungan dan pengaruh yang bermakna antarvariabel
tersebut, bukan berarti tingkat pengetahuan orang tua tidak mempengaruhi
mempengaruhi
status
kesehatan
individu
maupun
masyarakat
1.4
orang tua memiliki hubungan yang tidak bermakna terhadap sanitasi rumah pada
siswa sekolah dasar di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Karena
berdasarkan uji statistic yaitu nilai p-value = 0.257. Hal ini dapat disebabkan oleh
karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti kondisi lingkungan
sekitar rumah dan kondisi sosial ekonomi keluarga. Penelitian mengenai
hubungan pengetahuan orang tua dengan sanitasi rumah belum pernah
dilakukan sebelumnya sehingga data mengenai penelitian terdahulu tidak ada.