You are on page 1of 8

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini Jumat, 5 Agustus 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
NamaPeserta
: dr. Tri Gerani Pretalia
Dengan judul/topik
: Probabilitas Kejadian Bronkopneumonia Pada Balita Berdasarkan Faktor Resiko
Nama Pendamping
: dr. Lusiana Ningsih
NamaWahana
: RSUD Tora Belo Sigi
No
No
Nama Peserta Presentasi
Tanda Tangan
.
.
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
6.
7.
7.
8.
8.
9.
9.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping

(dr. Lusiana Ningsih)

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 1

Borang Portofolio
Nama Peserta

: dr. Tri Gerani Pretalia

Nama Wahana

: RS Torabelo Sigi

Topik

: Probabilitas Kejadian Bronkopneumonia Pada Balita Berdasarkan Faktor Resiko

Tanggal (kasus)

: 9 Mei 2016

Nama Pasien

: By. M. K.

No. RM
:
Nama Pendamping : dr. Lusiana Ningsih

Tanggal Presentasi : 5 Agustus 2016


Tempat Presentasi : Aula RS Torabelo Sigi
Obyektif Presentasi:
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi: Faktor resiko kejadian Bronkopneumonia pada Balita

Tujuan: Menjelaskan hubungan umur, faktor sosial-ekonomi, dan faktor lainnya sebagai faktor Resiko Bronkopneumonia pada anak, me
Bahan bahasan:
Cara membahas:
Data pasien:

Tinjauan Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Diskusi

Presentasi dan diskusi

Email

Pos

Nama: By. M. K

Nomor Registrasi:

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 2

Nama klinik: RS Torabelo

Telp:

Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:


1.

Diagnosis/Gambaran Klinis: Bayi 10 bulan dengan bronkopneumonia


Bronkopneumonia, keadaan umum cukup, sesak napas 8 jam sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya batuk berdahak, pilek dan demam, makan

2.

Riwayat Pengobatan:
Pasien hanya diberikan obat penurun panas (paracetamol) dan obat flu baby cough oleh ibunya.

3.

Riwayat Kesehatan/Penyakit:

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, riwayat kelahiran normal dan dengan usia kehamilan aterm saat melahirkan. Imu
4.

Riwayat Keluarga: Tidak ada keluarga yang mengalami ataupun pernah mengalami keluhan serupa.

5.

Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik: Pasien tinggal bersama keluarga dari ayah pasien yang berjumlah 11 orang terdiri dari 7 orang dewa
hari. Pasien tinggal di area pemukiman yang padat penduduk serta banyak kendaraan yang melintas.

6.

Lain-lain: (diberi contoh: PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan PENATALAKSAAN di IGD, sesuai dengan FASILITAS WAHANA)
KU
: tampak sesak, gelisah, kesadaran compos mentis
Nadi
: 138 kali/menit, kuat angkat
Nafas
: 52 kali/menit
Suhu
: 39,0 C
Pemeriksaan Fisik pada Paru :
I : Datar, simetris kanan dan kiri, retraksi intercosta (+), retraksi suprasternal (+)
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor pada lapangan paru kiri dan kanan
A: Suara dasar bronkovesikuler, ronkhi (+/+), whezzing (+/-)

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 3

Pemeriksaan Laboratorium Darah :


Hb
: 10,9 g/dl
Leukosit
: 17300 /L
Hematokrit : 31,3 %
Trombosit
: 389000 / L
Penatalaksanaan di IGD :
1.
O2 via nasal kanul pediatri 1-2 L/m
2.
IVFD Asering 14 gtt/m
3.
Inj. Cefotaxim 150 mg/12 jam
4.
Inf. Paracetamol drops 0,6 cc
5.
Nebulizer fentolin 1/2 A + NaCl 0,9 % 3 cc
6.
Rencana Foto thoraks AP Lateral
Daftar Pustaka:
1. Retno AS, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Surabaya: Continuing Medical Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI; 2006.
2. Alsagaff, Hood dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit Paru dan Saluran Napas FK Unair; 2004.

3. Shinta L. Early goal directed therapy (EGDT) dalam penanganan sepsis dan syok septik pada anak. Dalam: Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Ped
4.

UKK Pediatri Gawat Darurat IDAI. Tata laksana syok [homepage on the internet]. C2014 [cited 2015 March 29]. Available from: http: http:idai.or.id/professional-re

5. Sugihartono, Nurjazuli. Risk Factor Analysis Of Pneumonia Incidence On Under-Five-Year-Old Children In The Working Area Of Public Health Center, Sidorejo, P
Hasil Pembelajaran:
Diagnosis Bronkopneumonia
Faktor Resiko Bronkopneumonia pada Balita
Edukasi hubungan faktor resiko umur dan sosial-ekonomi pada Bronkopneumonia pada Balita
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 4

Keluhan Utama: Sesak Napas

Bayi 10 bulan dibawa dengan keluhan sesak napas 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
anak batuk berdahak dan pilek, demam (+), sesak (-). Sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit anak mulai sesak, makan minum
berkurang, tiap minum anak muntah, tersedak (-).

2. Objektif :
Hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan tinjauan berdasarkan anamnesa serta riwayat sosial-ekonomi dapat mendukung
diagnosa kerja Bronkopneumonia. Pada kasus ini diagnosa ditegakkan berdasarkan :

Anamnesa dimana umur pasien dalam kasus ini yaitu 10 bulan, serta riwayat sosial-ekonomi, serta lingkungan dari pasien.
Gejala Klinis yang mana terdapat keluhan sesak napas, riwayat batuk berdahak, pilek, dan demam. Sebelumnya nafsu makan yang

berkurang, serta riyawat muntah setiap kali minum.


Tidak ditemukan riwayat penyakit kongenital lainnya.
Pada pemeriksaan fisik dimana didapatkan suhu tubuh yang meningkat, retraksi intercosta dan suprasternal, ronki pada lapangan
paru kanan dan kiri serta wheezing pada lapangan paru kanan.

3. Assesment :
Bronkopneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita anak-anak di seluruh dunia yang secara
fundamental berbeda dengan bronkopneumonia pada dewasa. Insidensi tertinggi pada umur dibawah 5 tahun dan menurun dengan
bertambahnya usia.1 Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian bronkopneumonia terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor
instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi,
pemberian ASI, dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi,
kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu. baik pendidikan,
umur ibu, maupun pengetahuan ibu.2 Seperti pada kasus ini, pasien berumur 10 bulan dengan pemberian ASI yang tidak ekslusif, pasien
juga tinggal di daerah yang padat penduduk dan terpapar polusi udara, serta ayah pasien yang merupakan perokok aktif.

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 5

Gejala dan tanda klinis bervariasi tergantung kuman penyebab, usia pasien, status imunologis pasien dan beratnya penyakit yang
dapat berupa gejala non spesifik dan spesifik. Gejala non spesifik atau gejala umum infeksi meliputi demam, menggigil, nyeri kepala, dan
gelisah, bisa juga mengeluh mual sampai diare. Batuk umumnya pada anak besar tetapi pada neonatus bisa tanpa batuk. Gejala pada
sistem pernapasan selain batuk pilek meliputi napas cuping hidung, takipnea, dispnea, dan akhirnya apnea. Otot bantu napas interkostal
dan abdominal mungkin digunakan. Pada auskultasi ronkhi basah halus bisa ditemukan, wheezing mungkin akan ditemui pada anak-anak
dengan bronkopneumonia viral atau mikoplasma.1 Hal ini digunakan untuk mendukung diagnosis dan memantau tatalaksana
bronkopneumonia. Pada pasien dengan usia 10 bulan frekuensi napas normal 25-40 kali/menit. Sementara pada pasien kasus ini tampak
terjadi peningkatan frekuensi napas hingga 52 kali/menit disertai dengan adanya batuk, demam, retraksi intercosta dan suprasternal, serta
terdapat ronkhi3
Probabilitas Balita menderita pneumonia sangat meningkat bila riwayat pemberian ASI tidak eksklusif, tinggal dirumah dengan
kondisi tidak memenuhi syarat, dan anggota keluarga merokok dalam rumah. Keadaan berdebu ini sebagai salah satu bentuk terjadinya
polusi udara dalam rumah (indoor air pollution). Debu dalam udara apabila terhisap akan menempel pada saluran nafas bagian bawah
sehingga menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan berhenti,
sehingga mekanisme pembersihan saluran pernapasan menjadi terganggu, akibatnya balita kesulitan bernafas, sehingga benda asing
termasuk mikroorganisme tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan.4
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan. Sistem pertahanan tubuh balita akan
berusaha mempertahankan atau melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh, sistem pertahanan tubuh yang paling baik diperoleh
dari ASI. ASI mengandung imonoglobulin dan zat yang lain memberikan kekebalan bayi terhadap infeksi bakteri dan virus. Asap rokok
mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin dan karbonmonoksida. Rokok juga meningkatkan kefatalan bagi penderita bronkopneumonia. Bahan berbahaya dan
racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-orang

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 6

disekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena
anggota keluarga mereka merokok di dalam rumah. Perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru dan
penyakit jantung. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan
lahir rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asma. Polusi asap rokok merupakan faktor risiko kejadian
bronkopneumonia pada balita dimana bayi yang tinggal di dalam rumah dengan anggota keluarga merokok mempunyai risiko menderita
pneumonia 2,348 kali lebih besar. Bayi dan anak balita mempunyai risiko yang lebih besar karena paru-paru bayi dan anak balita lebih
kecil dibanding orang dewasa, sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna, akibatnya lebih mudah terkena radang paruparu.5

4. Plan
a. Diagnosis
Penegakan diagnosis sudah cukup optimal karena berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
b.

Penatalaksanaan
O2 via nasal kanul pediatri 1-2 L/m
IVFD Asering 14 gtt
Inj. Cefotaxim 150 mg/12 jam
Inf. Paracetamol drops 0,6 cc
Nebulizer fentolin 1/2 A + NaCl 0,9 % 3 cc
Rencana Foto thoraks AP Lateral

c. Edukasi
Edukasi yang diberikan mencakup kondisi pasien, terapi diberikan, prognosis penyakit pasien. Selanjutnya perlu diberikan
edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif sebagai pertahanan tubuh balita, kondisi lingkungan baik dimana tempat tinggal yang bersih,

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 7

sehat serta kurang polusi serta ventilasi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan dari pasien sehingga resiko terpapar infeksi
terutama dari inhalasi seperti pada kasus bronkopneumonia dapat dikurangi. Selain itu, edukasi terhadap keluarga pasien dalam hal ini
ayah pasien yang merupakan perokok aktif harus dilakukan bukan hanya untuk ayah pasien sendiri yang dapat terkena komplikasi dari
merokok, tetapi untuk anggota keluarga yang menjadi perokok pasif yang dapat pula terinfeksi penyakit. Terutama bila perokok aktif
merokok di dalam rumah yang sirkulasi udaranya tidak memungkinkan pertukaran udara secara signifikan, dimana ini dapat
meningkatkan faktor resiko terinfeksi penyakit terutama bronkopneumonia pada balita.
d. Konsultasi
Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi pada dokter umum ataupun dokter spesialis ilmu kesehatan anak mengenai
bronkopneumonia serta faktor resikonya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan keluarganya.

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 8

You might also like