You are on page 1of 150

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah


SWT atas limpahan karunia, hidayah dan inayah-Nya sehingga
Buku Tanya Jawab Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini dapat
disusun. Buku Tanya jawab ini disusun dari topik konsultasi
pilihan yang dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Dalam penyusunan buku ini kami menyadari masih
terdapat kekurangan-kekurangan di sana-sini, baik dari sisi materi
yang dipilih, maupun tampilan fisik termasuk lay out. Hal ini terjadi
karena keterbatasan yang kami miliki. Dengan demikian kritik,
saran dan masukan yang berharga, demi kesempurnaan tulisan
di masa yang akan datang sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga karya sederhana ini dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua,
terutama stakeholder pengadaan barang/jasa pemerintah.

Jakarta,

Desember 2014

Direktur Advokasi dan Penyelesaian Sanggah Wil I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PEMAKETAN
1. Pemaketan pengadaan barang/jasa pemerintah
2. Contoh-contoh pemaketan
3. Kegiatan: pengadaan alat kesehatan dan alat
penunjang kesehatan
4. Menyatukan paket
5. Dapatkah pemaketan pekerjaan yang nilainya untuk
pelelangan diubah menjadi pengadaan langsung
6. Pemaketan untuk pekerjaan di beberapa desa
7. Pemaketan dan klasifikasi bidang
8. Pemecahan paket pengadaan tidak selalu dilarang
9. Pemaketan pengadaan rumah layak huni
10. Pengadaan dengan pengadaan langsung atau
dilakukan dengan pelelangan?
11. Pemaketan untuk pengadaan pekerjaan konstruksi
12. Pemaketan pekerjaan konstruksi untuk satu lokasi
13. Pemaketan untuk alat kesehatan dengan katalog LKPP
14. Pemaketan di satu kode rekening untuk pengadaan
obat dan alat kesehatan
15. Pengadaan para sopir dengan pengadaan langsung
atau pelelangan untuk anggaran yang besar?
ii

2
5
8
9
10
11
13
14
16
17
18
20
21
23
24

16. Pemecahan paket dapat dilakukan berdasar prinsip


efektif dan efisien
17. Strategi pemaketan akan mengurangi beban kerja ULP
18. Pemaketan pekerjaan pananganan sampah
19. Pemaketan pengadaan aplikasi
20. Satu kode rekening untuk banyak kontrak pengadaan
obat
21. Pemaketan pengadaan buku untuk bahan pustaka
22. Pemaketan berdasarkan prinsip efektif dan efisien
23. Pemaketan pekerjaan konsultan
24. Pemaketan berdasar kompetensi penyedia dan lokasi
25. Pemaketan untuk konstruksi di banyak lokasi
26. Pelelangan gagal karena tidak ada peserta, dapat
terjadi karena kesalahan pemaketan
27. Pemaketan untuk pengadaan obat dan alat kesehatan
28. Pemaketan untuk berbagai lokasi
29. Pemeliharaan kendaraan dinas
30. Pemaketan pemeliharaan beberapa gedung
31. Pemaketan pengadaan langsung atau pelelangan
32. Pemaketan di RUP
33. Kegiatan swakelola
34. Paket pengadaan melalui penyedia

25
26
26
27
27
29
30
31
32
33
33
35
35
36
37
39
39
40
43

BAB II PENGADAAN LANGSUNG


1. Perbedaan pengadaan langsung dengan penunjukan
langsung
2. Bagaimana proses pengadaan langsung barang?
3. Bagaimana proses pengadaan langsung jasa
konsultansi?
4. Bagaimana proses pengadaan langsung pekerjaan
konstruksi/konsultansi/jasa lainnya?
iii

46
47
48
48

5. Untuk nilai pemaketan anggaran diatas Rp. 200 jt


(atau s/d Rp 50 jt untuk konsultan), bila hps dapat
dibuat dibawah itu, bisakah dilakukan dengan
pengadaan langsung?
6. Tanda bukti perjanjian dalam pengadaan langsung
7. Pengadaan langsung di bawah 50 juta apakah semua
dengan bukti kuitansi saja?
8. Pelaksanaan pengadaan langsung dengan bukti
pembelian
9. Pelaksanaan pengadaan langsung dengan kuitansi
10. Pelaksanaan pengadaan langsung dengan Surat
Perintah Kerja (SPK)
11. Apakah diperbolehkan mencantumkan merek pada
dokumen untuk pengadaan langsung?
12. Ada satu item barang yang harganya melebihi harga
satuan pada HPS namun secara keseluruhan tidak
melebihi total HPS
13. Pengadaan bibit kambing tetapi di dalam perencanaan
terpisah pengalokasian di mata anggaran atau rekening
anggarannya, masing-masing dengan pagu dibawah
rp. 200.000.000,- namun apabila dijumlahkan maka
pagunya lebih dari rp. 200.000.000,14. Pengadaan hotel dengan nilai di bawah rp 200 juta,
pengadaan langsung atau penunjukan langsung?
15. Pengadaan langsung dengan PT/CV atau bisa
dengan toko/perorangan?
16. Persyaratan memenuhi ketentuan pajak 3 bulan
terakhir untuk pembelian yang menggunakan kwitansi
17. Pengadaan langsung ke hanya satu penyedia secara
terus menerus
18. Pengadaan langsung Rp. 170 juta untuk atk, apakah
dapat dipecah-pecah?
19. Evaluasi penawaran pengadaan langsung
20. Jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan dalam
pengadaan langsung
iv

49
52
52
53
55
56
57
58

58
59
59
60
60
60
61
62

21. Mekanisme pembayaran pada pengadaan langsung


22. Dalam perpres no 70 tahun 2012 disebutkan bahwa

pengadaan langsung adalah proses pengadaan jasa


konsultansi yang merupakan kebutuhan operasional
k/l/d/i dan/atau bernilai Rp. 50 juta

62

66

BAB III PENGADAAN KENDARAAN BERMOTOR DARI ECATALOGUE LKPP SECARA E-PURCHASING
1. Pengadaan sepeda motor
2. Pengadaan mobil ambulance
3. Update harga e-catalogue lkpp mengenai kendaraan
(april 2014)
4. Bila harga e-catalogue kendaraan di awal januari 2014
belum tersedia
5. Kendaraan roda empat tidak ada di e-catalogue maka
siapa penyedianya?
6. Harga kendaraan di e-catalogue masih data harga
lama
7. Pengadaan kendaraan yang daerah kami tidak ada
dealer?
8. Pengadaan langsung kendaraan pemerintah
9. Pengadaan ambulance sebagai csr dari BUMD
10. Pengadaan kendaraan yang tidak ada di e-catalogue
11. Pengadaan sepeda motor
12. Sepeda motor di e-catalogue lkpp tidak ada
13. Pengadaan karoseri dan e-purchasing
14. Pengadaan kendaraan sampah untuk banyak
kelurahan
15. Keuntungan adanya e-catalogue dan e-purchasing
16. Di e-catalogue inaproc untuk pengadaan kendaraan
hanya chassis saja
17. Pengadaan kendaraan yang tidak ada di e-catalogue
LKPP
v

68
69
69
70
70
71
71
72
73
73
74
75
75
76
77
78
79

18.
19.
20.
21.
22.

Harga untuk kendaraan belum ada di e-catalogue


Hasil pengadaan kendaraan dirubah warna catnya
Dokumen pengadaan kendaraan secara e-purchasing
Dealer ada di daerah lain (e-purchasing)
Harga di e-catalogue lebih tinggi dari dana anggaran
yang tersedia
23. Spesifikasi e-catalogue tidak lengkap?
24. Pengadaan sepeda motor penyedianya adalah dealer

79
80
80
81
82
83
83

BAB IV PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN


DARI E-CATALOGUE LKPP SECARA E-PURCHASING
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.

Pengadaan alat kesehatan


Katalog obat, persediaan penyedia tidak ada
Pengadaan-pengadaan di rumah sakit
Pemaketan di satu kode rekening untuk pengadaan
obat dan alat kesehatan
Bila harga e-catalogue obat di awal januari 2014 belum
tersedia
Stok di e-catalogue tidak dapat dipesan lagi
Tidak ada negosiasi dalam pengadaan obat secara epurchasing
Cara pengadaan alat kesehatan puskesmas
Pemaketan untuk alat kesehatan dengan e-catalogue
LKPP
E-catalogue alat kesehatan telah ada
Satu kode rekening di dpa atau dipa untuk banyak
kontrak pengadaan obat
Pengadaan obat 2013
Bagaimana pengadaan obat dan alat kesehatan di
tahun 2013?
Pemaketan alat kesehatan
Pengadaan obat generik/obat paten
vi

86
87
88
91
92
93
94
94
95
96
96
97
98
99
100

Kontrak obat secara e-purchasing yang tidak bisa


dipenuhi
41. Satu kode rekening untuk banyak kontrak pengadaan
obat
42. Pengadaan obat secara e-purchasing
40.

BAB V PENGADAAN DENGAN


SECARA E-PURCHASING
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.

102
104

E-CATALOGUE LKPP

Auditor tentang pph untuk e-catalogue


E-catalogue sebagai salah satu sumber spesifikasi
untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah
Pengadaan di e-catalogue lkpp, haruskah yang
termurah?
Pengadaan alat berat
Tidak ada di e-catalogue lkpp maka penunjukan
langsung atau pelelangan
E-purchasing lkpp sama dengan penunjukan langsung?
Pengadaan langsung karena di e-catalogue tidak ada
Pengadaan lelang karena di e-catalogue tidak ada
Penyedia di e-catalogue berbeda lokasi
Penetapan spesifikasi dan penetapan metode
pemilihan penyedia
Proses lelang kemudian muncul e-catalogue LKPP
Kontrak payung
Perbedaan pengadaan dengan penunjukan langsung
dan pengadaan secara e-purchasing
Pengadaan e-catalogue/e-purchasing tidak harus
barang/jasa yang murah
Pengadaan dengan e-catalogue melaui e-purchasing
Harga perikatan dengan pengadaan langsung atau
pelelangan melebihi harga e-catalogue
Alur prosedur e-purchasing
vii

101

106
107
110
111
112
114
114
115
115
116
116
117
118
120
121
122
123

60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.

Spesifikasi yang diperlukan berbeda dengan yang ada


di katalog
Pengadaan alat berat
Harga di catalog inaproc (info per 20 mei 2013)
Masa berlaku harga katalog
Pengadaan alat berat secara e-purchasing
Harga katalog lkpp melebihi anggaran yang tersedia
Pengadaan jasa di katalog
Pengadaan buku sd dengan catalog lkpp senilai Rp.
904 miliar
Bagaimana usul kontrak payung ke catalog LKPP
Bagaimana menjadi perusahaan (penyedia) e-catalog
internet
Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan
e-purchasing. Sebuah paradigma baru
Jaminan pelaksanaan dalam e-purchasing
Bila aplikasi e-purchasing tidak berfungsi
Bukti perikatan dalam sistem e-purchasing

viii

124
124
125
126
126
126
127
128
128
128
130
138
140
141

BAB I

BAB I PEMAKETAN

1. PEMAKETAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


Pemaketan adalah mengelompokkan pekerjaan yang sejenis
untuk keberhasilan dalam mencapai out put pekerjaan berdasarkan
prinsip-prinsip pengadaan antara lain prinsip efektif dan efisien.
Berdasarkan pasal 24 Perpres 54/2010 sebagaimana
perubahan kedua Perpres 70/2012, Pemakaten dilakukan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran ketika menyusun
Rencana Umum Pengadaan (RUP).
Dalam pasal 24 sebagai berikut:
1. PA melakukan pemaketan Barang/Jasa dalam Rencana
Umum Pengadaan Barang/Jasa kegiatan dan anggaran
K/L/D/I.
2. Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyakbanyaknya paket usaha untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil
serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi,
persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan
teknis.
3. Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang:
a. menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang
tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat
pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di
beberapa lokasi/daerah masing-masing;
b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut
sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau
2

besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro


dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;
c. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa
paket dengan maksud menghindari pelelangan; dan/atau
d. menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur
pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan
pertimbangan yang tidak obyektif.
Dalam pasal 11, PPK dapat mengusulkan perubahan paket
kepada PA/KPA.
Adapun cara pemaketan dalam pengadaan barangjasa
pemerintah, bila kita memiliki dokumen anggaran yaitu DPA/DIPA
maka langkah pemaketan sebagai berikut:
1. Langkah Pertama
Kegiatan-kegiatan yang ada dalam DPA/DIPA
dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan dengan:
a. Swakelola, atau
b. Penyedia
Apabila pekerjaan dilakukan dengan swakelola, berdasarkan
pasal 29 perpres 54/2010 dan perpres 70/2012, Pengadaan
Barang/Jasa oleh K/L/D/I selaku Penanggung Jawab Anggaran
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku
cadang dan tenaga ahli dilakukan oleh ULP/Pejabat
Pengadaan;
b. pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a
berpedoman pada ketentuan dalam Peraturan Presiden
54/2010 dan perpres 70/2012.
3

2. Langkah kedua
Kegiatan-kegiatan tersebut yang melalui penyedia
dipecah lagi, lalu dikelompokkan berdasarkan jenis
pengadaannya, yaitu :
a. barang
b. pekerjaan konstruksi
c. jasa konsultansi
d. jasa lainnya
3. Langkah ketiga
Jenis-jenis pengadaan tersebut dipecah lagi dan
dikelompokkan ke dalam ruang lingkup kompetensi penyedia
(Dikelompokkan kepada bidang/subbidang penyedia).
Contoh untuk pengadaan barang ada beberapa
kompetensi sebagai berikut:
Pengadaan Alat tulis kantor (ATK), AC (pendingin
ruangan) dan Motor Roda Dua.
Berdasarkan contoh di atas ada 3 kompetensi penyedia,
berarti ada tiga penyedia yang berbeda yang kita perlukan
berdasarkan kompetensi penyedia.
Ada penyedia ATK, yang tentunya bukan penyedia AC
sehingga diperlukan penyedia AC, demikian juga diperlukan
penyedia sepeda motor (dealer).
4. Langkah keempat

Berdasarkan ruang lingkup kompetensi, penyedia


dikelompokkan kembali berdasar nilai anggarannya ke
dalam metode pengadaannya. Contoh pengadaan ATK bila
nilainya di atas Rp. 200 juta dilakukan dengan pelelangan
sederhana, namun bila dibawah Rp. 200 juta dilakukan dengan
pengadaan langsung.
Untuk paket pengadaan yang memenuhi syarat khusus
dan tertentu sebagaimana disebut dalam pasal 38/pasal
44 maka dilakukan dengan penunjukan langsung, atau jika
barang/jasanya terdapat di katalog dilakukan dengan epurchasing.
2. CONTOH-CONTOH PEMAKETAN
1. Dalam Dokumen Anggaran (DPA) APBD, pembangunan
Mushollah di 13 sekolah SMP/SMA masingmasing Rp. 220
juta. Untuk pekerjaan konstruksi Rp. 130 juta, pengadaan
konsultan perencana dan pengawas masing-masing Rp. 5
juta dan pengadaan barang masing-masing Rp. 80 juta.
2. Dalam dokumen anggaran sebagai berikut:
a. buku-buku perpustakaan dengan dana dari APBD
Propinsi senilai Rp. 140 juta
b. pengadaan meja kursi untuk perpustakaan dengan dana
dari APBD Kab, senilai Rp. 80 juta
3. Sedangkan dalam dokumen anggaran untuk pembuatan
pagar kantor senilai Rp. 185 juta dan pengerasan halaman
senilai Rp. 115 juta.
5

Bagaimana kami melakukan pemaketannya?


1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 24 ayat
(1), Pengguna Anggaran (PA) melakukan pemaketan
Barang/Jasa dalam Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa
kegiatan dan anggaran K/L/D/I. Pemaketan dilakukan dengan
menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha untuk Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa
mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan
sistem dan kualitas kemampuan teknis (Pasal 24 ayat
(2)). Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang:
a. menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang
tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat
pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan
di beberapa lokasi/daerah masing-masing;
b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut
sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau
besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro
dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;
c. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa
paket dengan maksud menghindari pelelangan;
2. Mengacu pada ketentuan di atas, pemaketan untuk pekerjaan
konstruksi pembangunan ruang ibadah sekolah dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi sekolah-sekolah
yang berdekatan dan dapat dijangkau oleh penyedia dengan
6

mudah. Pembangunan ruang ibadah sebaiknya digabungkan


dalam satu paket atau beberapa paket berdasarkan sebaran
lokasi (lokasi yang berdekatan digabungkan). Dalam hal nilai
pengadaannya berdasarkan pemaketan tersebut, nilainya di
atas Rp. 200 juta, maka dapat dilakukan dengan pelelangan,
untuk kompetisi yang terbuka dan sehat. Apabila berdasarkan
pemaketan, nilai pengadaannya maksimal Rp. 200 juta, maka
dapat dilakukan melalui pengadaan langsung dengan
negosiasi kewajaran harga.
3. Adapun untuk pekerjaan konsultan, dapat dipaketkan menjadi
satu paket sesuai beban kerjanya. Misal paket untuk
konsultan perencana dan paket untuk konsultan pengawas.
Demikian juga untuk pengadaan barang dapat dipaketkan
menjadi satu pengadaan.
4. Dalam hal sumber dana berbeda, misalnya dari APBN dan
APBD, untuk PPK dengan satu orang yang sama dan ruang
lingkup pekerjaan dengan kompetensi penyedia yang sama,
pelaksanaan pengadaan barang/jasa tetap dapat
dilaksanakan dalam satu kontrak dengan menyebutkan asal
anggaran.
Bila PPK dengan orang yang berbeda, maka dapat dilakukan
dengan Kontrak Pengadaan bersama. Tata cara teknis
penganggaran dan pengelolaan keuangan dapat Saudara
konsultasikan dengan instansi yang berwenang dalam
pengelolaan keuangan;

5. Sedangkan untuk pembangunan pagar dan pengerasan


halaman, mengingat dalam ruang lingkup kompetensi
penyedia yang sama yaitu penyedia konstruksi maka agar
disatukan dalam satu paket.
3. KEGIATAN: PENGADAAN ALAT KESEHATAN DAN ALAT
PENUNJANG KESEHATAN
Terdiri dari 5 Pekerjaan dengan kode rekening pekerjaan masing
masing:
1. Pengadaan Alat Kedokteran Mata, pagu Rp. 1.000.000.000,00
(sudah Kontrak)
2. Pengadaan Alat Kedokteran Gigi, pagu Rp. 200.000.000,00
3. Pengadaan Alat Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Pagu Rp.
200.000.000,00
4. Pengadaan Alat Fisiotherapy, Pagu Rp. 200.000.000,00
5. Pengadaan Alat Farmasi, Pagu Rp. 200.000.000,00
Direncanakan, akan dilaksanakan pengadaan alat untuk
pekerjaan no 2 sd. No.5 dengan cara Pengadaan Langsung untuk
masing masing Paket di atas, sehingga akan ada 4 Pengadaan
Langsung.
Pertanyaan:
Apakah pemaketan tersebut, yang akan dilakukan masingmasing secara pengadaan langsung sudah tepat?
Tanggapan:

apabila alat kesehatan yang dibutuhkan terdapat dalam katalog,


maka dapat dilakukan dengan e-purchasing.
8

Dalam melakukan pemaketan, PA/KPA menyelenggrakan


survey terlebih dahulu kepada para penyedia, terutama jenis
produk-produk yang dijual, apakah heterogen atau homogen
karena ini berhubungan dengan kompetensi penyedia.

Ketika sudah dilakukan survey, maka kita dapat memutuskan


apakah sebaiknya dilelang atau pengadaan langsung.

terkait dengan karakteristik alat kesehatan tersebut, apakah


dalam praktek bisnisnya dapat dipenuhi oleh satu kompetensi
penyedia, bila ya maka pemaketan dilakukan dalam satu
paket. Bila tidak, maka pemaketan pengadaan dilakukan sesuai
dengan kompetensi penyedia.

berdasarkan hasil pemaketan, bila nilai paket di atas Rp 200


juta dan tidak tersedia di katalog LKPP maka dilakukan dengan
pelelangan.

4. MENYATUKAN PAKET
Apakah Paket Pekerjaan Pengadaan dengan nilai HPS Rp.
2,4 M dapat digabung dengan paket Pemasangan (Trafo) dengan
nilai HPS Rp. 1 milyar? Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dalam
pelelangan dan pekerjaan, karena keduanya harus memiliki SLO
(Sertifikat Layak Operasi), jika dibuat paket terpisah maka
dikhawatirkan biaya SLO akan menjadi lebih besar.
Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 Pasal 24, terdapat
beberapa ketentuan sebagai berikut :

ayat (2), Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyakbanyaknya paket usaha untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil
serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi,
persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan
teknis.
ayat (3) huruf b, Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA
dilarang menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut
sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran
nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro dan Usaha
Kecil serta koperasi kecil
Berdasarkan hal tersebut di atas, bilamana sifat dan jenis
pekerjaannya yang dimaksud sama atau dalam satu kesatuan
tanggung jawab dari satu penyedia, maka dapat disatukan dalam
satu paket pelelangan.
5. DAPATKAH PEMAKETAN PEKERJAAN YANG NILAINYA
UNTUK PELELANGAN DIUBAH MENJADI PENGADAAN
LANGSUNG
Pembuatan Keramba Jaring Apung (KJA) dan Rumah Jaga
dengan pagu Rp. 266 juta, Pertanyaannya, apakah boleh paket ini
diadakan dengan metode Pengadaan Langsung?
Dapat disampaikan bahwa paket tersebut di dalamnya tidak
tersedia dana untuk pembuatan gambarnya, dan pekerjaan ini
diarahkan untuk menjadi percontohan kepada masyarakat
pembuatan KJA yang sesuai dengan SNI.
Tanggapan;
10

Agar dianalisa kemampuan penyedianya, diperlukan survey


data primer penyedia, kecuali bila kita sudah punya data sekunder
penyedia beserta kompetensinya yang mungkin dapat dilihat dari
history pekerjaannya.
Agar ditanyakan di bagian perencanaan/keuangan bahwa
apakah untuk mencapai out put, dari dana tersebut diperbolehkan
adanya
perencanaan/pengawasan,
tim
teknis,
biaya
administrasi dan honor.
Kemudian dilakukan pemaketan pekerjaan terhadap
pembuatan jaring apung dan rumah jaga, apakah satu kompetensi
penyedia atau berbeda kompetensinya.
Dalam hal setelah pemaketan, nilai masing-masing paket
dibawah Rp. 200 juta maka dilakukan pengadaan langsung dengan
negosiasi kewajaran harga.
6. PEMAKETAN UNTUK PEKERJAAN DI BEBERAPA DESA
Berdasarkan Perpres 70 Tahun 2012 Pasal 24 Ayat 3 Point c,
bahwa PA dilarang memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi
beberapa paket dengan maksud menghindari pelelangan.
Pertanyaan:
Apakah pemaketan pada Dinas Kelautan dan Perikanan menyalahi
aturan, jika dalam satu kode rekening terdapat banyak paket,
mengingat Pagu Anggaran masing masing paket bernilai sama
dan hal ini dicantumkan dalam RUP.
11

Contoh:
a. Pembangunan Kolam ikan Desa Subur Rp.175.000.000,00
b. Pembangunan Kolam ikan Desa Suka Makmur
Rp.175.000.000,00
c. Pembangunan Kolam ikan Desa Sukajadi Rp.175.000.000,00
d. Pembangunan Kolam ikan Desa Sukakreasi Rp.175.000.000,00
Jawaban:
Bedakan fungsi pos penganggaran dengan kebutuhan akan
pengadaan barang/jasa. Jika di dalam 1 rekening ada beberapa
paket, hal itu tidak menjadi masalah.
Jika setelah dilakukan pengkajian pekerjaan dengan
memperhatikan prinsip efektif dan efisien, lebih baik dikerjakan
pada masing-masing lokasi, maka dapat dilakukan pemecahan
paket berdasarkan lokasi atau kelompok lokasi yang berdekatan.
Pasal 24 Ayat 3 Point a
Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang:
Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di
beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat
efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah
masing-masing.
7. PEMAKETAN DAN KLASIFIKASI BIDANG
Pokja ULP Prov akan melaksanakan lelang dengan pagu Rp.
800.000.000,00 untuk paket pekerjaan pengadaan bahan dan
12

peralatan pelatihan pemagangan dalam negeri berbasis pengguna


(Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov.).
Adapun jenis bahan dan peralatan pelatihan terkait dengan
jurusan pelatihan yakni: komputer, fotografi, akuntansi, sekretaris,
otomotif, perhotelan, design grafis, tata kecantikan rambut, tata rias
pengantin dan pelatihan menjahit.
Dalam menyusun dokumen lelang, kami kesulitan untuk
mencari kategorisasi jenis usaha untuk tata kecantikan rambut, tata
rias pengantin dan menjahit. Sedangkan yang lainnya masuk dalam
kategori : elektrikal, mekanikal, peralatan komputer, dan ATK.
Mohon pencerahan, jenis bidang apa kira-kira yang bisa kami
syaratkan untuk bahan dan peralatan tiga bidang/jurusan pelatihan
sebagaimana yang disebutkan.
Tanggapan:
Pemaketan dilakukan berdasarkan kompetensi penyedianya.
Hasil pemaketan dilakukan
langsung sesuai nilai paketnya.

dengan

pelelangan/pengadaan

Dalam hal dilakukan dengan pengadaan langsung, dapat dilakukan


oleh toko atau penyedianya secara langsung tanpa melalui
perantara.
Klasifikasi bidang/subbidang dicari dengan kategori yang paling
sesuai/mendekati.

13

8 PEMECAHAN PAKET PENGADAAN TIDAK SELALU DILARANG


Pengadaan meja kursi senilai Rp.360 juta
a. Meja Kursi Jati senilai Rp.190 juta
b. Meja Kursi pabrikan senilai Rp.170 juta
Apakah pengadaan dibuat dalam satu paket, mengingat ada
dalam satu kode rekening atau satu DPA (Dokumen Anggaran)?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Pasal 24 ayat (3) huruf b, dalam melakukan pemaketan
Barang/Jasa, PA dilarang menyatukan beberapa paket pengadaan
yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau
besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro dan
Usaha Kecil serta koperasi kecil;
Kita agar dapat menganaliasa, kebutuhan akan kursi pabrikan
yang sifatnya sudah given dari pabrik dengan kebutuhan kursi kayu
jati yang mungkin membutuhkan kompetensi penyedia yang
berbeda dengan kursi pabrikan. Perbedaan tersebut mungkin
dikarenakan untuk kursi kayu jati membutuhkan keahlian dan
desain khusus.
Pemecahan paket harus berdasarkan alasan yang jelas dan
sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan yang efisien dan efektif.
Proses
pemilihan
untuk
pengadaan
barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya yang memiliki spesifikasi teknis yang sama
pada waktu yang sama dan kelompok belanja yang sama harus
dilakukan secara sekaligus. Namun demikian pemecahan paket
dapat dilakukan karena perbedaan target Penyedia, perbedaan
14

lokasi penerima/pengguna barang yang cukup signifikan, atau


karena perbedaan waktu pemakaian barang/jasa tersebut
Mengacu pada ketentuan tersebut di atas, bilamana sifat dan
jenis pekerjaan untuk pengadaan meubelair dari jati membutuhkan
desain khusus yang berbeda dengan meubelair pabrikan, maka
proses pemilihan penyedia dilakukan dengan paket yang terpisah.
Berdasarkan nilai pemaketan, bila nilai masing-masing
dibawah Rp. 200 juta maka dilakukan dengan pengadaan langsung
dengan negosiasi harga.
Adapun yang dilarang memecah paket adalah bila paket
tersebut termasuk dalam kategori yang dilelangkan misal
pengadaan meja kursi kayu jati Rp. 360 juta, dipecah menjadi dua
paket sehingga tidak dilelang. Akan tetapi, bila pengadaan meja
kursi dengan nilai Rp. 360 juta dipecah menjadi dua paket,
sebagaimana disebutkan di atas, kemudian pengadaan atas dua
paket tersebut tetap dilelangkan, maka hal tersebut diperbolehkan.
Ketidaktepatan dalam pemaketan, bukanlah suatu hal yang
bersifat tindak pidana korupsi, hal tersebut hanya akan
mengakibatkan inefisiensi (kemungkinan potensi kerugian negara),
belum kerugian negara secara nyata.
Yang lebih diperhatikan atau perlu diingat sebagai pelaksana
pengadaan untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif seperti
menerima suap/gratifikasi dan melakukan persekongkolan lelang.
Jadi bukan salah atau benar suatu melakukan pemaketan yang
merupakan bukan kesengajaan rekayasa untuk memenangkan
penyedia tertentu.

15

9. PEMAKETAN PENGADAAN RUMAH LAYAK HUNI


Pemerintah Kota X akan melakukan pekerjaan perbaikan
rumah sebanyak 81 rumah dengan lokasi yang tersebar, senilai Rp.
245 juta.
Bagaimana pemaketan pengadaannya? Apakah dilakukan
dengan penyedia atau dapat dilakukan secara swakelola oleh
kelompok masyarakat?
Tanggapan:
Saudara dapat melihat kembali KAK-nya, jika termasuk ke
dalam pekerjaan yang sederhana mungkin dapat dipertimbangkan
untuk diberikan kepada kelompok masyarakat. Selanjutnya silahkan
cek kompetensi kelompok masyarakat tersebut. Apabila
dibandingkan dengan kebutuhan yang ada di KAK kelompok
masyarakat tersebut dinilai tidak mampu, maka proses
pengadaannya lebih baik dilakukan melalui penyedia.
Dalam hal dilakukan oleh masyarakat sendiri, maka
disalurkan bantuan dana ke masyarakat yang dinilai layak untuk
dibantu dan ada rekomendasi dari pihak terkait.
Dalam hal berupa bantuan barang, maka pengadaan barang
dilakukan dengan pelelangan untuk nilai pengadaan di atas Rp. 200
juta.
Jika dikerjakan oleh penyedia, mengingat pekerjaan ini
terletak dalam satu kota, sebaiknya dibuat dalam satu paket.
Kemudian paket tersebut dilelangkan agar terjadi kompetisi.
16

Selanjutnya setelah dilakukan pemaketan, bila lokasi tersebar


dan berjauhan agar dikelompokkan berdasar prinsip efektif dan
efisien.
Dalam hal setelah pemaketan, untuk paket pengadaan yang
nilainya dibawah Rp. 200 juta, dilakukan dengan pengadaan
langsung. Pengadaan langsung agar dilakukan dengan negosiasi
kewajaran harga, karena dalam pengadaan langsung tidak ada
kompetisi.

10. PENGADAAN DENGAN PENGADAAN LANGSUNG ATAU


DILAKUKAN DENGAN PELELANGAN?
Apakah metode pengadaan langsung dapat kami lakukan
untuk pengadaan berikut?
a. Pengadaan Meubelair, 1 paket Rp. 69.200.000,- kode
2129.053 011 53
b. Pengadaan komputer MA, 22 unit Rp. 120.000.000,- kode
2129.053 011 53
c. Pengadaan perangkat jaringan internet, 2 set Rp. 15 jt,- kode
2129.996.053 011 53
d. Pengadaan Komputer/PC/LCD, 10 unit Rp. 8 jt,- kode
2129.996.053 011 53
e. Pengadaan Multimedia Proyektor/OHP, 2 unit Rp.10 jt,- kode
2129.996.053 011 53
f. Pembangunan Ruang Kelas Baru Rp. 190.000.000,- kode
2129.017.001 011 53

17

Tanggapan:
Agar dilakukan pemaketan pekerjaan berdasar jenis
pengadaannya yaitu pengadaan barang, konstruksi, jasa lainnya
atau konsultansi.
Selanjutnya misal untuk pengadaan barang dikelompokkan
berdasar kompetensi penyedia. Misal paket untuk penyedia
mebeler, paket untuk pengadan komputer dsb.
Berikutnya untuk paket pengadaan mebeler apabila nilainya
s.d. Rp. 200 juta dapat dilakukan dengan pengadaan langsung,
sedangkan apabila nilainya di atas Rp. 200 juta maka dilakukan
dengan pelelangan.
11. PEMAKETAN
KONSTRUKSI

UNTUK

PENGADAAN

PEKERJAAN

Dalam Kegiatan Pengadaan Renovasi Bangunan di Rumah


Sakit, Dinas Kesehatan Provinsi, kami beritahukan beberapa hal
sebagai berikut:
Pada Rekening 5.2.2.21 Belanja Jasa Konsultansi terdapat 2
rincian pekerjaan, yaitu :
a. 5.2.2.21.06 Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan dengan
pagu Rp. 44.000.000,b. 5.2.3.21.07 Belanja Jasa Konsultansi Pengawasan dengan
pagu Rp. 28.000.000,-

18

Pada Rekening 5.2.3.26 Belanja Modal Pengadaan


Konstruksi/Pembelian Bangunan terdapat 3 rincian pekerjaan
yaitu:
a. 5.2.3.26.01 Belanja Modal Pengadaan konstruksi/Pembelian
gedung kantor, uraian paket pekerjaan kantor TU dengan
pagu Rp. 190.000.000,b. 5.2.3.26.04 Belanja Modal Pengadaan konstruksi/Pembelian
gedung gudang, uraian paket pekerjaan gudang bangsal
dengan pagu Rp. 120.000.000,c. 5.2.3.26.16 Belanja Modal Pengadaan konstruksi bangunan
rawat inap, uraian paket pekerjaan ruang Perina dan ICU
dengan pagu Rp. 195.000.000,Sehubungan dengan hal tersebut disampaikan pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah Jasa konsultansi untuk 3 jenis pekerjaan tersebut
dapat disatukan?
2. Apa Metode pengadaan yang paling tepat untuk dilakukan
bagi masing-masing paket pekerjaan
mengingat
pelaksanaannya untuk keperluan kantor, gudang dan rawat
inap?
Jika pekerjaan ada dalam satu lokasi, maka dilakukan
pemaketan, sehingga ada tiga paket yaitu:
a. konsultan perencanaan senilai Rp.
pengadaan langsung
b. konsultan pengawasan senilai Rp.
pengadaan langsung

19

44

juta

dengan

28

juta

dengan

c. jasa konstruksi senilai Rp. 505 juta dengan pelelangan


sederhana
Selanjutnya PPK silahkan membuat HPS, spesifikasi, dan
draft kontrak. Kemudian pokja ULP melakukan pelelangan jasa
konstruksi dan pejabat pengadaan melakukan pengadaan
langsung jasa konsultan.
12. PEMAKETAN PEKERJAAN KONSTRUKSI UNTUK SATU
LOKASI
1. Pekerjaan
: Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas
HPS
: Rp. 185.000.000,No. Rekening : xxxxxxxxxxxxxxxx
Klasifikasi
: Bidang Arsitektur/Bangunan - Bangunan Non
Perumahan Lainnya (21005)
2. Pekerjaan
: Conblok Halaman Kantor
HPS
: Rp. 160.000.000,No. Rekening : yyyyyyyyyyyyyy
Klasifikasi
: Bidang
Sipil/Jalan
Raya,
Jalan
Lingkungan (22001)
Apakah sebaiknya dilakukan pemecahan paket sehingga
dapat dilakukan dengan pengadaan langsung atau boleh kedua
paket tersebut menjadi satu paket, meskipun dengan kode
rekening dan klasifikasi bidang yang berbeda?
Dalam hal kedua paket tersebut berada dalam satu
tempat/lokasi/berdekatan, dapat dikerjakan oleh satu kompetensi
penyedia (konstruksi), dan klasifikasi penyedia untuk nilai
dibawah Rp 2.5 Milyar tidak terlalu signifikan (karena nilainya
20

dibawah Rp 2.5 Milyar, tidak diperlukan subbidang) maka


dilakukan dengan satu pemaketan yang dibuat dalam satu
kontrak, meskipun dari rekening yang berbeda.
Di kontrak dapat disebut dua rekening anggaran tersebut
untuk pembebanan anggaran.

13. PEMAKETAN UNTUK


KATALOG LKPP

ALAT

KESEHATAN

DENGAN

Apakah Rumah Sakit hanya boleh mengadakan alat


kesehatan (alkes) yg ada di e-katalog. Bila demikian bagaimana
cara pemaketan dan pelaksaannya mengingat tidak seluruhnya
alkes sudah ada di e-katalog, sedangkan dokumen anggaran
sudah ditetapkan.
Apa boleh dilaksanakan secara pengadaan langsung
pekerjaan pengadaan barang dgn pagu dibawah 200Jt, namun
barang tersebut bersifat menambah aset KLDI, dan bukan
operasional rutin KLDI sesuai Pasal 39 Pepres 70 tahun 2012
Misal ada satu kode akun pengadaan alkes senilai Rp. 1
miliar untuk 3 alat, dengan ada dua alat di catalog LKPP dan satu
alat tidak ada dicatalog LKPP.
Alat di catalog LKPP dari penyedia A Rp. 500 juta dan dari
penyedia B senilai Rp. 320 juta sehingga senilai total Rp. 820
juta. Sisanya satu alat senilai Rp 180 juta, tidak ada di catalog
LKPP.
21

Pengadaan yang ada dicatalog dilakukan secara


Epurchasing dengan negosiasi kewajaran harga. Sedangkan
yang tidak ada dilakukan dengan Pengadaan Langsung.
Pengadaan langsung memang diutamakan terhadap barang yang
tidak menambah aset, namun demikian terhadap sisa dana
tersebut yaitu sebesar Rp. 180 dapat dilakukan dengan
pengadaan langsung.
Selanjutnya, untuk pengadaan alkes yang belum ada di
catalog (e-purchasing) dilakukan dengan pengadaan langsung
untuk nilai sampai Rp. 200 juta, dan proses lelang apabila nilai
paket di atas Rp. 200 juta.
Jadi di satu akun rekening dokumen anggaran bisa
terdapat banyak kontrak/SPK (contoh ini ada dua kontrak dan
satu SPK).

14. PEMAKETAN DI SATU KODE REKENING


PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

UNTUK

Pada kegiatan pengadaaan sarana dan prasarana


puskesmas paket pekerjaan belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran umum sebesar Rp. 1.800.000.000. Pada saat
perencanaan, semua item barang yang terdapat dalam satu
anggaran tersebut belum ada di e-katalog, saat akan diadakan
proses pemilihan penyedia ternyata e-katalognya sudah ada.
Apa langkah yang harus dilakukan oleh PPK, apabila harga
hasil pelelangan melebihi harga di katalog LKPP?
22

Dapatkah paket pekerjaan yang terdiri dari beberapa


bentuk perikatan/perjanjian dengan penyedia sesuai dengan
jumlah transaksi, dilakukan untuk satu kode rekening anggaran,
tanpa harus merubah dokumen anggaran?
Pengadaan yang dilakukan melalui pelelangan ketika
katalog LKPP belum tersedia, dan sekarang tersedia, maka
pengadaan tersebut tetap dapat diteruskan. Harga yang terbentuk
dari proses pelelangan bisa melebihi dari harga katalog, dengan
catatan harga HPS telah dibuat sesuai dengan prosedur.
Dalam satu kode rekening anggaran (akun) dapat dilakukan
banyak pemaketan sehingga akan banyak kontrak dengan
berbagai penyedia.
Dalam hal untuk satu kode rekening (akun) dengan satu
penyedia dapat dilakukan dengan satu kontrak, walaupun
transaksinya banyak.

15. PENGADAAN PARA SOPIR DENGAN PENGADAAN


LANGSUNG ATAU PELELANGAN UNTUK ANGGARAN YANG
BESAR?
Pada tahun anggaran 2014 Sekretariat Daerah Kota Parise
telah menganggarkan dana untuk upah/gaji Tenaga Sopir
sebanyak 20 orang yang merupakan Pegawai Tidak Tetap
dengan anggaran sebesar Rp. 600 juta pada DPA Bagian
Umum. Adapun rinciannya sebagai berikut:
23

20 orang x 12 bulan x Rp. 2.500.000,- = Rp. 600.000.000,Ditinjau dari anggaran yang dialokasikan, apakah upah/gaji
ini diproses melalui Lelang Sederhana atau dapat dibayarkan
langsung setiap bulannya kepada yang bersangkutan?
Pengadaan tersebut dilakukan dengan pemaketan
berdasarkan prinsip efektif dan efisiein yaitu pemaketan
kepada penyedia badan usaha atau akan dilakukan kepada
masing-masing sopir.
Bila diadakan dengan penyedia badan usaha maka
dilakukan dengan pelelangan sederhana.
Namun bila kepada masing-masing sopir dapat dilakukan
dengan pengadaan langsung mengingat nilai paket masingmasing sopir dibawah Rp. 200 juta.
Pengadaan langsung ke masing-masing sopir dilakukan
dengan memperhatikan kompetensi antara lain kesehatan dan
memiliki SIM.
Perikatan dengan masing-masing sopir dilakukan dengan
kontrak harga satuan/SPK harga satuan dengan memperhatikan
upah minimum provinsi.
Pembayaran dapat dilakukan perbulan.

24

16. PEMECAHAN PAKET DAPAT DILAKUKAN BERDASAR


PRINSIP EFEKTIF DAN EFISIEN
Pada pengadaan papan sosialisasi suatu Pemerintah
provinsi di jalan Raya di tiga kota senilai total Rp. 300 juta.
Bagaimana pemaketannya?
Pemaketan dilakukan berdasar prinsip efektif dan efisien,
Dalam Perpres 70 tahun 2012 pada pasal 24 ayat 3a.
Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang:
menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang
tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat
pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di
beberapa lokasi/daerah masing-masing.
Apabila lebih efisien dengan dilakukan pengadaan di
masing-masing kota maka dapat dibuat dalam 3 paket,
selanjutnya setelah pemaketan mengingat nilainya per masingmasing paket hanya Rp. 100 juta maka dapat dilakukan
pengadaan langsung dengan negosiasi kewajaran harga.

17. STRATEGI PEMAKETAN AKAN MENGURANGI BEBAN


KERJA ULP
Pengkajian terhadap pemaketan akan membuat jumlah
ideal paket yang akan dilelangkan.
25

Jumlah yang dilelangkan bisa hanya menjadi separuh atau


sepertiga dari jumlah paket yang selama ini dilelangkan, jumlah
yang sangat banyak
Termasuk pengkajian terhadap jumlah anggota pokja yang
cukup 3 orang saja, akan membuat sumber daya manusia di ULP
menjadi efisien atau tidak perlu banyak personil.

18. PEMAKETAN PEKERJAAN PANANGANAN SAMPAH


Pada anggaran kami ada Rp. 8 miliar untuk kegiatan
penanganan sampah untuk 4 kecamatan. Bagaimana cara
pengadaannya?
Dilakukan pemaketan pekerjaan, meskipun bisa dibuat
dalam satu paket, kami menyarankan untuk dibuat menjadi 4
paket.
Dengan banyaknya paket, akan menumbuhkembangkan
usaha pengelolaan sampah.
Dengan
pemecahan
paket,
akan
ketergantungan pemda kepada satu penyedia.

mengurangi

Apakah hal tersebut akan dinilai memecah paket?


Suatu paket yang dilelangkan dapat dipecah-pecah ke
banyak paket, asal tetap dilelang.
Selanjutnya dibuat kriteria penyedia, alat-alat yang harus
dimiliki (punya sendiri/sewa), jumlah minimal tenaga kerja yang
26

harus dimiliki, metodologi pekerjaan, tempat pembuangan akhir


dsb.
19. PEMAKETAN PENGADAAN APLIKASI
Kami akan melakukan kegiatan pengadaan barang dan
aplikasi sistem yang terdiri dari:
1. Pembelian PC, UPS dan LAN Pembelian aplikasi program
2. Bagaimana
cara
pemaketan
pengadaannya?
Bila untuk pengadaan PC, UPS, LAN dan aplikasi program
termasuk dalam satu ruang lingkup kompetensi penyedia,
maka dipaketkan dalam satu paket pengadaan.
Namun bila penyedia yang bisa melakukan pengadaan
tersebut dalam kompetensi yang berbeda-beda, maka
pengadaan dipaketkan berdasarkan kelompok kompetensi
penyedia.
20. SATU KODE REKENING UNTUK BANYAK KONTRAK
PENGADAAN OBAT
Sehubungan dengan penerapan ketentuan pelaksanaan
pengadaan obat generik melalui E-Katalog pada bulan Mei 2013,
dalam pengadaan obat Rumah Sakit, pada proses pengadaan
obat tersebut ditemukan beberapa masalah. Berdasarkan hal
tersebut kami mohon penjelasan agar permasalahan yang kami
hadapi dapat diselesaikan dan pelaksanaannya berjalan dengan
baik.
Adapun masalah yang kami hadapi adalah sebagai berikut:
27

Pada kegiatan pengadaan obat rumah sakit, di DPA


terdapat dalam satu kode rekening antara obat generik dan non
generik. Sehubungan dengan penerapan E-katalog, pengadaan
obat generik dibuat dalam paket terpisah. Apakah hal tersebut
dibenarkan?
Obat generik yang tidak termasuk ada di E-Katalog, untuk
pengadaannya apakah digabungkan dengan lelang obat non
generik atau melalui penunjukan langsung?
Terjadi permasalahan pada saat pencairan anggaran untuk
penyedia barang (obat generik) di Bagian Keuangan, karena
banyaknya SPK atau kontrak. Mohon penjelasan terkait dengan
tata cara dan prosedur pencairan anggaran.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal
110 ayat (4), K/L/D/I melakukan E-purchasing terhadap
barang/jasa yang sudah dimuat dalam sistem katalog elektronik.
Sedangkan berdasar pasal 1 ayat (41) E-purchasing adalah tata
cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik.
Mengacu kepada ketentuan tersebut diatas, dan
memperhatikan Surat Edaran Kepala LKPP No.1 Tahun 2013
tentang e-purchasing, maka untuk pengadaan obat yang sudah
tercantum harganya dalam katalog, dapat dilakukan secara
langsung dengan menggunakan aplikasi e-purchasing.
Sedangkan untuk obat yang tidak ada dalam katalog dilakukan
dengan pemaketan berdasarkan kompetensi Penyedia.
Selanjutnya berdasarkan pemaketan tersebut dilakukan
pengadaan langsung/pelelangan sesuai dengan nilainya. Bila
penyedia yang dapat memenuhi persyaratan hanya 1 (satu),
maka dilakukan penunjukan langsung dengan negosiasi
kewajaran harga.
28

Selanjutnya dalam 1 (satu) kode rekening dapat dilakukan


dengan banyak transaksi atau banyak Kontrak, pada keuangan
daerah hal tersebut sering tidak biasa namun seharusnya bisa
dilakukan, sebelum melakukan pengadaan dan untuk pencairan
anggaran silahkan Saudara berkoordinasi dengan bagian
keuangan.
21. PEMAKETAN PENGADAAN BUKU UNTUK BAHAN PUSTAKA
Bagaimana jenis pengadaan buku untuk bahan pustaka?
Jika buku yang akan diadakan terdiri dari berbagai jenis judul
buku dengan nilai diatas 200 juta, dari pengarang dan penerbit
yang berbeda? apakah dapat dilelangkan sekaligus atau dapat
ditunjuk langsung dari penerbit masing-masing buku? bagaimana
dengan pelelangan itemized? apakah dimungkinkan?
Berdasarkan pengalaman apabila dilelangkan sekaligus,
sering kali ada masalah karena penerbit mencabut dukungannya
pada rekanan terpilih.
Agar dilakukan pemaketan, sebagai berikut :
1. paket buku dari pengarang dan penerbit yang bebas
diperjualbelikan, untuk paket ini agar dilelangkan bila nilai
setelah pemaketan di atas Rp. 200 juta. Pelelangan dapat
juga menggunakan pelelangan itemize.
2. paket-paket yang dilakukan dengan penunjukan langsung,
jika hanya ada satu penerbit atau hanya ada satu pengarang
yang bisa menjadi penyedia.
29

3. Dengan dilakukan sesuai poin 1 dan 2 maka dengan


demikian tidak diperlukan adanya surat dukungan.
4. Dalam hal ada yang dilakukan dengan penunjukan langsung
maka agar dilakukan dengan klarifikasi dan negosiasi harga.
22. PEMAKETAN BERDASARKAN PRINSIP EFEKTIF DAN
EFISIEN
Apakah untuk pengadaan Formulir dan Sampul Pemilu
Presiden 2014 dapat digabung menjadi satu paket? Mengingat
klasifikasi penyedia yang dibutuhkan adalah perusahaan
percetakan dan waktunya sudah terbatas. Meskipun demikian,
metode pengerjaannya agak berbeda (formulir cukup dicetak saja
sementara untuk sampul perlu dibentuk dan dilem). Apabila
dikerjakan oleh satu penyedia, penyelesaian pekerjaan akan
terlambat sementara waktu sudah sangat terbatas.
Mengacu kepada prinsip efektif dan efisien, apabila
pekerjaan dapat dilakukan oleh satu kompetensi penyedia maka
dapat dibuat dalam satu paket. Tapi apabila penyatuan paket
dinilai akan berisiko dengan beban pekerjaan, sehingga
kemungkinan kegagalan akan besar, maka dapat dijadikan dua
paket.
23. PEMAKETAN PEKERJAAN KONSULTAN
Pada APBD TA 2014 kabupaten Malayani Rakjata,
dialokasikan dana DAK pendidikan sebesar Rp. 600.000.000,(bersifat glondongan/belum dirinci), yang diperuntukkan untuk
30

penyusunan DED dan RAB sekolah-sekolah yang akan dibangun


yang tersebar di 7 kecamatan, dan setiap sekolah masing-masing
memiliki desain bangunan yang berbeda satu sama lain.
Pertanyaan:
Bagaimana mekanisme pemilihan penyedia jasa
konsultansinya, apakah pemilihannya dilakukan per sekolah dan
disesuaikan dengan kondisi sekolah (dilakukan pemecahan
paket) atau dilelang sekaligus dalam satu paket?
Apabila pekerjaan konsultansi ada dalam kompetensi satu
profesi konsultan yang sama, misalnya konsultan perencana,
maka pekerjaan dapat dibuat dalam satu paket meskipun
wilayahnya berbeda.
Apabila beban satu penyedia dinilai terlalu besar untuk
menangani satu paket, berdasarkan efektivitasnya dapat dibuat
paket baru.
24. PEMAKETAN BERDASAR KOMPETENSI PENYEDIA DAN
LOKASI
Pertanyaan;
Kegiatan Renovasi Sedang/Berat Gedung Kantor, dengan DPA
senilai Rp.350 juta, yang terdiri dari pekerjaan:
1. Renovasi Sedang/Berat Rumah Dinas (bidang arsitektur)
dengan nilai Rp.190 juta, dan

31

2. Conblok halaman kantor (bidang sipil) dengan nilai Rp.160


juta dengan kode rekening masing-masing berbeda.
Apakah metode yang paling tepat untuk pemilihan penyedia
barang/jasa pada pekerjaan tersebut?
Apakah melalui metode Pengadaan Langsung dengan masingmasing pekerjaan oleh Pejabat Pengadaan atau dengan metode
pemilihan langsung oleh ULP dengan menggabungkan kedua
pekerjaan tersebut?
Tanggapan:
Mengingat kompetensi penyedia adalah sama dan lokasinya
sama maka dijadikan satu paket dan dilakukan dengan pemilihan
langsung.
25. PEMAKETAN UNTUK KONSTRUKSI DI BANYAK LOKASI
Di Kabupaten Z ada paket lelang Rumah Layak Huni
Sebanyak 180 Unit (tersebar di 12 Kecamatan), masing-masing
rumah bernilai Rp. 44 juta/unit dan tiap kecamatan tidak sama
pembagiannya, ada yang 15 unit, 10 unit dan 5 unit.
Pertanyaan:
Bagaimana proses pengadaan barang/jasa terhadap paket ini?
Apakah dilelang secara keseluruhan atau dipisah untuk masingmasing kecamatan?
Tanggapan:

32

Sesuai dengan pasal 24 ayat (3) Perpres 54 mengenai


pemaketan, apabila dilaksanakan oleh kelompok masyarakat
maka dilaksanakan secara swakelola. Dalam hal dilaksanakan
oleh penyedia, agar dinilai pemaketannya bersama inspektorat,
apakah lebih efektif dan efisien berdasarkan lokasinya bila
dilakukan dalam satu paket, atau lebih dari satu paket.
26. PELELANGAN GAGAL KARENA TIDAK ADA PESERTA,
DAPAT TERJADI KARENA KESALAHAN PEMAKETAN
Dalam pelelangan yang tidak ada peserta, maka dapat
dilakukan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

diulang
Penunjukan langsung
dilakukan secara swakelola
dialihkan untuk kegiatan lain saja.
Dalam hal akan diulang, sebelum diulang agar dievaluasi
terlebih dahulu kenapa gagal. Apakah HPSnya terlalu kecil?
Adakah persyaratan yang tidak tepat sehingga tidak bisa dipenuhi
oleh para penyedia? Atau adakah kesalahan lain seperti
kesalahan pemaketan dan sebagainya.
Setelah dilakukan evaluasi dan Dokumen Pengadaan
diperbaiki, selanjutnya dilakukan pelelangan kembali.
Apabila setelah pelelangan ulang, tidak ada satu penyedia
pun yang memasukkan penawaran, silahkan Saudara
mencermati pasal 84 ayat 6, atau jika penyedianya ternyata
hanya ada satu, dilakukan dengan penunjukan langsung dengan
klarifikasi teknis dan negosiasi kewajaran harga.
33

Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah, kegiatan


tersebut kurang menguntungkan dilaksanakan oleh penyedia.
Berdasarkan prinsip efektif mungkin paket pekerjaan tersebut
lebih baik dilaksanakan sendiri secara swakelola.
Jika tidak ada penyedia yang berminat dan tidak bisa
dilaksanakan secara swakelola, Anggaran untuk paket pekerjaan
tersebut dapat dialihkan untuk kegiatan lain dengan terlebih
dahulu melakukan revisi anggaran.
27. PEMAKETAN UNTUK PENGADAAN OBAT DAN ALAT
KESEHATAN
Pada pengadaan obat, reagen dan alat kesehatan (alkes),
apakah dapat dijadikan satu paket dalam pelelangan?
Pelelangan dilakukan untuk mendapatkan penyedia
sebenarnya atau kepada penyedia yang memiliki kompetensi.
Berdasarkan kualifikasi penyedia atau kompetensi
penyedia, dilihat dari aspek perijinannya maka penyedia reagen
dan alat kesehatan menggunakan ijin PAK (penyalur alat
kesehatan), sedangkan penyedia obat menggunakan ijin PBF
(Pedagang Besar Farmasi).
Selanjutnya pelelangan dibuat dalam dua paket yaitu:
Paket 1 : Pengadaan obat
Paket 2 : Pengadaan reagen dan alkes
34

28. PEMAKETAN UNTUK BERBAGAI LOKASI


Pada T.A 2014 Kab. Y mendapat dana bantuan berupa
Pembangunan Ruang Tempat Ibadah dengan rincian:
ruang tempat ibadah SD = 5 ruang, bernilai @ Rp 150 jt dan
peralatan @ Rp. 30jt.
ruang tempat ibadah SMP = 9 ruang bernilai @ Rp 175 jt dan
peralatan @ Rp. 40jt.
ruang tempat ibadah SMA = 3 ruang bernilai @ Rp 190 jt dan
peralatan @ Rp. 60jt.
Apakah diperbolehkan menyatukan paket Pekerjaan
KONSTRUKSI menjadi satu PAKET untuk 17 sekolah, dan
untuk pengadaan peralatan apakah dibenarkan kami jadikan satu
paket, karena berbentuk barang?
Untuk pengadaan konstruksi, mengingat lokasi yang
berbeda-beda agar dinilai berdasarkan prinsip efisien dan efektif,
apakah lebih baik disatukan paket konstruksinya atau dipecahpecah. Sedangkan untuk pengadaan barang lebih baik disatukan,
karena hanya tinggal mengirim barang ke berbagai evaluasi.
29. PEMELIHARAAN KENDARAAN DINAS
Pada DPA TA 2014 senilai Rp. 800 juta
pemeliharaan 5 kendaraan roda 6:
1. Bagaimanakah cara pengadaannya?
2. Bagaimana cara menghitung HPSnya?
3. Bagaimana dengan peranan PPHP?
35

untuk

Untuk kegiatan pemeliharaan kendaraan bermotor roda 6,


di DPA TA 2014, agar dilakukan identifikasi kebutuhan,
berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut dibuatkan
pemaketan.
Untuk pemeliharaan kendaraan yang telah pasti kerusakan
atau perbaikannya dan memerlukan suku cadang tertentu agar
pengadaannya dilakukan dengan penunjukan langsung kepada
pabrikan atau agen resmi yang ditunjuk oleh pabrikan.
Untuk pemeliharaan yang telah pasti kerusakannya dan
dapat dikerjakan oleh banyak penyedia bila nilainya di atas Rp.
200 juta agar dilakukan dengan pelelangan dengan penyedia
bengkel.
Untuk pemeliharaan atau kerusakan yang tidak dapat
diidentifikasi dan kerusakannya sewaktu-waktu dan harus segera
diselesaikan agar tidak mengganggu operasional pelayanan
maka dapat dilakukan dengan pengadaan langsung.
Dalam hal penyusunan HPS, PPK mencari data yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan Pasal 66 ayat
(7) serta memperhatikan harga pasar atau kewajaran biaya pada
dealer atau bengkel setempat.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
Pasal 18 Pasal (5) bahwa Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan Barang/Jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak,
menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
36

pemeriksaan/pengujian, membuat dan menandatangani Berita


Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. Setelah Penyedia
melakukan perbaikan terhadap kendaraan tersebut, maka perlu
dilakukan pemeriksaan hasil pekerjaan oleh PPHP.
30. PEMAKETAN PEMELIHARAAN BEBERAPA GEDUNG
Dinas Pendidikan Kab. X akan melaksanakan suatu
perbaikan/renovasi/pemeliharaan beberapa gedung yang menjadi
salah satu tugas Satuan Kerja kami. adapun kondisi yang ada
sebagai berikut:
1. volume kerusakan tidak bisa diprediksi (perbaikan atas
permintaan pemakai gedung);
2. waktu dimulainya pekerjaan tidak bisa kami prediksi (waktu
perbaikan atas permintaan pemakai gedung);
3. kerusakan terjadi di beberapa gedung dan berlainan
lokasi/tempat;
Pertanyaan:
1. Apakah perbaikan/renovasi tersebut harus dalam satu
kontrak (pembayaran sesuai dengan jenis pekerjaan yang
sudah dilakukan)?
2. Jenis kontrak yang kami gunakan (lump sum ataukah unit
price?
Tanggapan:

37

1. Agar dilakukan identifikasi kerusakan di berbagai lokasi,


kemudian dibuatkan paket pemeliharaan untuk pelelangan
bila nilainya lebih dari 200 juta.
2. Pemaketan berdasar prinsip efisien dan efektif berdasar
pengelompokan lokasi.
3. Untuk kerusakan yang belum ada, yang nantinya ada, agar
pelayanan instansi tidak terganggu serta mencegah
kerusakan lebih lanjut agar dilakukan dengan pengadaan
langsung.
4. Kontrak dilakukan berdasar pemaketannya.
5. Disarankan agar menggunakan kontrak harga satuan.
31. PEMAKETAN PENGADAAN LANGSUNG ATAU PELELANGAN
Di Kabupaten X, Paket Konstruksi dengan nilai dibawah
Rp.200.000.000,- ada sekitar 30 paket, bagaimana cara
Pengadaannya? Apakah dilakukan 1 orang pejabat pengadaan
atau dapat dilakukan oleh ULP?
Jenis pengadaan apa yang tepat dilakukan, pengadaan
langsung atau Penunjukan langsung? Selanjutnya disampaikan
bahwa kondisi ini bukan keadaan darurat.
Untuk hal tersebut, agar dilakukan pemaketan
(pengelompokan) berdasarkan kompetensi penyedia dan lokasi.
Berdasarkan pemaketan tersebut, bila nilai pemaketannya di atas
Rp. 200 juta, maka dilakukan pelelangan. Bila nilai pemaketannya
dibawah Rp. 200 juta, dilakukan pengadaan langsung dengan
negosiasi kewajaran harga. Dalam hal nilai paket banyak yang
masuk kategori pengadaan langsung, dapat dipertimbangkan
untuk mengangkat pejabat pengadaan lebih satu orang.

38

32. PEMAKETAN di RUP


1. Pemaketan adalah penyusunan/penetapan kegiatan pekerjaan
yang akan dilaksanakan baik melalui penyedia maupun
dengan swakelola oleh Pengguna Anggaran (PA).
2. PA melakukan pemaketan Barang/Jasa dalam Rencana
Umum Pengadaan Barang/Jasa kegiatan dan anggaran
K/L/D/I.
3. Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyakbanyaknya paket usaha untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil
serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi,
persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan
teknis.
4. Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang:
a. menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang
tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat
pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di
beberapa lokasi/daerah masing-masing;
b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut
sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau
besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro
dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;
c. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa
paket dengan maksud menghindari pelelangan; dan/atau

39

d. menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur


pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan
pertimbangan yang tidak obyektif.

33. KEGIATAN SWAKELOLA


Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri
oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat. Kegiatan
Swakelola yang diumumkan pada bagian Swakelola di SiRUP
merupakan kelompok kegiatan yang dapat terdiri dari (sebagian
atau semua item di bawah ini):

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

honor tim;
belanja ATK;
belanja bahan komputer;
konsumsi rapat;
biaya perjalanan dinas;
sewa hotel;
biaya operasional kendaraan dinas;
biaya langganan dan daya (listrik, air, dan telepon).

Contoh:
Suatu kegiatan dalam DPA dengan judul kegiatan : Operasional
dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor. Total anggaran:
Rp. 876.800.000,00 (Delapan ratus tujuh puluh enam juta delapan
40

ratus ribu rupiah). Rincian biaya dan uraian kegiatannya sebagai


berikut:
a. honor Tim = Rp.85.000.000,00 (Delapan puluh lima juta
rupiah);
b. belanja ATK = Rp.21.500.000,00 (Dua puluh satu juta lima
ratus ribu rupiah);
c. belanja bahan komputer = Rp.32.500.000,00 (Tiga puluh dua
juta lima ratus ribu rupiah);
d. konsumsi rapat = Rp.17.800.000,00 (Tujuh belas juta delapan
ratus ribu rupiah);
e. Pembelian Lemari Arsip = Rp.185.000.000,00 (Seratus
delapan puluh lima juta rupiah);
f. Perjalanan dinas dalam negeri = Rp.235.000.000,00 (Dua
ratus tiga puluh lima juta rupiah);
g. Biaya operasional kendaraan dinas = Rp.300.000.000,00
(Tiga ratus juta rupiah).
Contoh kegiatan dalam DPA tersebut di atas dapat dipecah
menjadi dua, yaitu, yang dilaksanakan secara Swakelola dan
melalui Penyedia.
1. Kegiatan Swakelola dengan Judul: Operasional dan
Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor, total pagu
kegiatan sebesar Rp. 691.800.000,00 (Enam ratus Sembilan
puluh satu juta delapan ratus ribu rupiah).
2. Rincian biaya dan uraian kegiatannya:
a. honor Tim = Rp. 85.000.000,00 (Delapan puluh lima juta
rupiah);
b. belanja ATK = Rp. 21.500.000,00 (Dua puluh satu juta
lima ratus ribu rupiah);
41

c. belanja bahan komputer = Rp. 32.500.000,00 (Tiga puluh


dua juta lima ratus ribu rupiah);
d. konsumsi rapat = Rp. 17.800.000,00 (Tujuh belas juta
delapan ratus ribu rupiah);
e. Perjalanan dinas dalam negeri = Rp. 235.000.000,00
(Dua ratus tiga puluh lima juta rupiah);
f. Biaya operasional kendaraan dinas = Rp. 300.000.000,00
(Tiga ratus juta rupiah).
3. Melalui Penyedia:
Judul Kegiatan
Nama Paket
Total pagu

: Operasional dan Peningkatan Sarana


dan Prasarana Kantor
: Pembelian Lemari Arsip
: Rp185.000.000,00 (Seratus delapan
puluh lima juta rupiah).

Dapat dilihat disini, kegiatan-kegiatan


yang
pertanggungjawaban perikatannya berupa nota/kuitansi
digabungkan sebagai item swakelola, sedangkan yang berupa
SPK dimasukkan sebagai item tersendiri sebagai kegiatan
yang dilakukan melalui penyedia.
34. PAKET PENGADAAN MELALUI PENYEDIA
a. Paket kegiatan yang membutuhkan penyedia
pelaksanaannya diumumkan pada bagian Penyedia.

dalam

b. Paket-paket dimaksud adalah paket yang nilainya diatas Rp.


50 juta untuk Barang, Konstruksi, dan Jasa Lainnya.
42

c. Paket konsultansi yang diumumkan di bagian penyedia adalah


dengan nilai pagu setiap paketnya di atas Rp. 10 juta.
d. Termasuk paket pengadaan Barang, Konstruksi dan Jasa
Lainnya yang menggunakan SPK walaupun nilainya dibawah
Rp. 50 Juta.
e. Paket-paket pekerjaan untuk sewa hotel dengan nilai sampai
dengan Rp. 50 cukup digabungkan dalam Kegiatan Swakelola.
Sedangkan untuk paket sewa hotel dengan nilai diatas Rp. 50
juta dikeluarkan dari Kegiatan Swakelola dan diumumkan pada
bagian penyedia.
Contoh paket pekerjaan yang diumumkan pada bagian
Penyedia:
1 Judul Kegiatan: Peningkatan Lingkungan dan Bangunan
Kantor
Nama Paket Pekerjaan: Pembangunan saluran drainase
kantor.
Total pagu anggaran: Rp. 35.000.000,00;
(pelaksanaan paket pekerjaan ini menggunakan SPK).
2 Judul
Kegiatan:
Operasional
rutin
kantor
Nama Paket Pekerjaan: Pengadaan ATK rutin kantor
Total pagu anggaran Rp. 150.000.000,00;
(pelaksanaan paket pekerjaan ini menggunakan SPK dan
metoda Pengadaan Langsung).
3 Judul Kegiatan: Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan
dan Jembatan Kabupaten.
43

Nama Paket Pekerjaan: Pembangunan Jalan Lingkungan


Sesi I, Total pagu anggaran Rp. 2.150.000.000,00 (Dua
miliar seratur lima puluh juta rupiah);
4 Judul Kegiatan: Seminar Nasional Peningkatan
Penanggulangan Narkoba, Nama Paket Pekerjaan: Sewa
hotel tempat pelaksanaan Seminar, Total pagu anggaran
Rp. 300.000.000,00 (Tiga ratus juta rupiah); (pelaksanaan
paket pekerjaan ini menggunakan kontrak dan metoda
Penunjukan Langsung).

44

BAB II

45

BAB II PENGADAAN LANGSUNG


1. PERBEDAAN

PENGADAAN
PENUNJUKAN LANGSUNG

LANGSUNG

DENGAN

Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan


Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu)
Penyedia Barang/Jasa.
Penunjukan langsung dapat dilakukan karena :
a)
b)
c)
d)

ada alasan khusus dan tertentu sebagaimana disebutkan


dalam pasal 38 dan pasal 44 Perpres 54/2010;
setelah pelelangan/seleksi ulang yang lulus kualifikasi di
prakualifikasi hanya satu penyedia;
yang memasukkan dokumen penawaran dalam
pelelangan/seleksi ulang hanya satu penyedia;
berdasarkan pasal 84 ayat 6 Perpres 70/2010; setelah
pelelangan ulang/seleksi ulang, hasilnya gagal maka dapat
dilakukan penunjukan langsung berdasarkan persetujuan
PA.

Penunjukan langsung tidak dibatasi oleh nilai, berapapun


nilainya asalkan memenuhi empat kriteria tersebut maka dapat
dilakukan dengan penunjukan langsung.
Sedangkan Pengadaan Langsung adalah Pengadaan
Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa
melalui Pelelangan/ Seleksi/Penunjukan Langsung.
Pengadaan langsung dibatasi dengan nilai sebagaimana:
a.

Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang


bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00. Dikecualikan untuk
wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
46

b.

berdasarkan Perpres 84 Tahun 2012, dapat bernilai paling


tinggi Rp 1 Milyar.
Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi
Rp50.000.000

2. BAGAIMANA PROSES PENGADAAN LANGSUNG BARANG?

Proses Pengadaan Langsung Barang dilakukan sebagai berikut:


a. Pejabat Pengadaan mencari informasi barang dan harga
melalui media elektronik maupun non-elektronik;
b. Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan kualitas
paling sedikit dari 2 (dua) sumber informasi yang berbeda;
c. Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi
teknis untuk mendapatkan harga yang wajar serta dapat
dipertanggungjawabkan, (bila diperlukan);
d. Pejabat Pengadaan melakukan transaksi;
e. Pejabat Pengadaan mendapatkan bukti transaksi dengan
ketentuan:
1) untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) berupa bukti
pembelian;
2) untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) berupa kuitansi;
dan
3) untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) berupa Surat
Perintah Kerja (SPK).

3. BAGAIMANA PROSES PENGADAAN LANGSUNG JASA

KONSULTANSI?
Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi memiliki karakteristik
sebagai berikut:
47

a. merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I; dan/atau


b. bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pengadaan Langsung Konsultansi meliputi paling kurang tahapan
sebagai berikut:
a. survei harga pasar untuk memilih calon Penyedia Jasa
Konsultansi. Mengenai biaya personil dapat melihat dalam
tabel INKINDO, sedangkan untuk konsultan konstruksi dapat
melihat pada Peraturan Menteri PU ( SE Menteri PU No. 3
tahun 2013);
b. membandingkan harga penawaran dengan nilai biaya
langsung personil; dan
c. klarifikasi teknis dan negosiasi biaya.

4. BAGAIMANA

PROSES
PENGADAAN
LANGSUNG
PEKERJAAN KONSTRUKSI/KONSULTANSI/JASA LAINNYA?
Proses Pengadaan Langsung Pekerjaan Konstruksi/
Konsultansi/Jasa Lainnya dilakukan sebagai berikut:

a. Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait Pekerjaan


Konstruksi dan harga melalui media elektronik maupun nonelektronik;
b. Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan kualitas paling
sedikit dari 2 (dua) sumber informasi yang berbeda;
c. Pejabat Pengadaan mengundang calon penyedia yang
diyakini mampu;
d. undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta
dokumen-dokumen lain yang menggambarkan jenis pekerjaan
yang dibutuhkan;

48

e. penyedia yang diundang menyampaikan penawaran


administrasi, teknis dan harga secara langsung sesuai jadwal
yang telah ditentukan dalam undangan;
f. Pejabat Pengadaan membuka, mengevaluasi, melakukan
klarifikasi teknis dan negosiasi harga untuk mendapatkan
harga yang wajar;
g. negosiasi dilakukan berdasarkan HPS;
h. Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan
Langsung.
i. Pejabat Pengadaan menyampaikan berita acara kepada PPK;
j. PPK melakukan perjanjian dan mendapatkan bukti perjanjian
dengan ketentuan:
1)
2)

untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan


Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) berupa kuitansi;
atau
untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) berupa Surat
Perintah Kerja (SPK).

5. UNTUK NILAI PEMAKETAN ANGGARAN DIATAS RP. 200 JT

(ATAU S/D RP 50 JT UNTUK KONSULTAN), BILA HPS


DAPAT DIBUAT DIBAWAH ITU, BISAKAH DILAKUKAN
DENGAN PENGADAAN LANGSUNG?
Nilai paket dalam Perpres 54 lebih menunjuk kepada nilai
HPS, daripada pagu anggaran. Ketika suatu nilai paket
pengadaan dilakukan pembuatan HPSnya, kemudian nilai
HPSnya berubah turun ke nilai metode pengadaan tertentu,
seperti menjadi pengadaan langsung. Apakah pengadaan
tersebut dapat dilakukan dengan pengadaan langsung? Ini yang
akan menjadi pertanyaan.

49

Misal nilai paket untuk pengadaan meja kursi senilai Rp.


230 juta, yang harus dilakukan dengan pelelangan sederhana
ketika dibuat HPSnya menjadi Rp. 190 juta maka dapat
dilakukan dengan pengadaan langsung, asal outputnya tercapai.
Atau untuk pengadaan komputer senilai Rp. 225 juta
yang harus dilakukan dengan metode pengadaan pelelangan
sederhana, kemudian dilakukan pembuatan HPS menjadi Rp. 196
juta, menjadi dapat dilakukan dengan pengadaan langsung, asal
outputnya tercapai.
Jadi apakah nilai paket itu nilai pagu anggaran atau nilai
HPS? Nilai paket adalah nilai pagu anggaran, kemudian ketika
dibuat HPSnya nilai paket menjadi nilai HPS. Pemikiran ini
didasarkan kepada prinsip efektif dan efisien.
Dengan demikian bila kita mempunyai dana anggaran
suatu paket senilai Rp. 215 juta untuk pengadaan ATK (alat tulis
kantor) misalnya ketika bisa dibuat HPSnya dibuat dibawah Rp.
200 juta, misal menjadi Rp. 197 juta maka dapat dilakukan
dengan pengadaan langsung, asal out put (keluaran) yang dituju
oleh kegiatan tersebut dapat tercapai.
Yang tegas dilarang adalah memecah paket untuk
menghindari pelelangan/seleksi. Contoh ada anggaran
pengadaan komputer senilai Rp. 234 juta, dipecah jadi dua paket
sehingga menjadi Paket I Rp. 170 juta dan Paket II Rp, 64 juta,
sehingga masing-masing menjadi pengadaan langsung (yang
demikian dilarang).
Contoh lain, misalnya untuk jasa konsultansi dengan
anggaran senilai Rp. 60 juta untuk pekerjaan pembuatan SOP
(Standard Operating Procedure) maka berdasarkan nilainya
dilakukan dengan seleksi sederhana. Namun bila bisa membuat
50

HPS senilai dibawah Rp. 50 juta maka dapat dilakukan dengan


pengadaan langsung.
Apakah boleh dilaksanakan dengan pengadaan langsung
tanpa lelang pekerjaan jasa konsultasi dengan nilai Pagu
anggaran Rp 60 juta sedangkan HPS Rp 49 juta ?
a)
b)

c)

Perencanaan pemilihan penyedia dan pembuatan HPS


dilakukan oleh PPK.
Berdasarkan Perpres 70 Tahun 2012 jo. Perpres 54 Tahun
2010 Pasal 45 Ayat (1) disebutkan bahwa Pengadaan
Langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Jasa
Konsultansi yang memiliki karakteristik merupakan
kebutuhan operasional K/L/D/I dan/atau bernilai paling tinggi
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
Mengacu ketentuan tersebut untuk pekerjaan dengan nilai
HPS Rp. 49 juta dapat dilakukan Pengadaan Langsung.

Untuk nilai-nilai paket yang dilakukan dengan pelelangan


sederhana/seleksi sederhana ketika bisa dilakukan dengan HPS
untuk nilai pengadaan langsung maka akan terjadi penghematan
anggaran, asalkan out put dari kegiatan tercapai. Namun agar
diperhatikan pula mengenai kualitas atau mutu dari pengadaan
tersebut.
Dalam Perpres 70/2012 jo Perpres 54/2010
Pasal 24 ayat 3c:
Dilarang memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa
paket dengan maksud menghindari pelelangan; dan/atau
Pasal 39 ayat 4
PA/KPA dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung
sebagai alasan untuk memecah paket Pengadaan menjadi
beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan
51

Pasal 45 ayat 3
PA/KPA dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung
sebagai alasan untuk memecah paket pengadaan menjadi
beberapa paket dengan maksud untuk menghindari Seleksi.
6. TANDA BUKTI
LANGSUNG

PERJANJIAN

DALAM

PENGADAAN

Pengadaan

Langsung
Barang

Jasa Lainnya

Konstruksi

Bukti
Pembelian

Bukti
Pembelian

Kuitansi

Kuitansi

Kuitansi

SPK

SPK

SPK

Konsultansi

SPK

Permintaaan Penawaran + Klarifikasi & Negosiasi

7. PENGADAAN LANGSUNG DI BAWAH 50 JUTA APAKAH


SEMUA DENGAN BUKTI KUITANSI SAJA?
Beberapa bukti perjanjian dalam pengadaan langsung
yaitu bukti pembelian, kuitansi, dan SPK. Untuk nilai dibawah
Rp.50 juta dapat menggunakan bukti perjanjian berupa kuitansi.
Namun demikian, tidak semua jenis pengadaan
menggunakan kuitansi, karena ada hak dan kewajiban dari para
pihak yang harus diungkapkan atau hak dan kewajiban tidak
cukup ditulis di kuitansi. Contohnya untuk pengadaan konsultan
jasa untuk membuat web suatu instansi yang senilai Rp. 9 juta,
52

karena harus diungkapkan hak dan kewajiban maka dibuatkan


SPK.

8. PELAKSANAAN PENGADAAN LANGSUNG DENGAN BUKTI


PEMBELIAN
Pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp
10 juta rupiah dibuktikan dengan bukti pembelian. Bukti
pembelian a.l. seperti nota pembelian, bukti pembayaran tol,
pembayaran melalui slip ATM, tiket/karcis pembayaran parkir,
bukti pembayaran listrik/telepon, struk belanja di pasar swalayan,
dan sejenisnya.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) meminta kepada
pejabat pengadaan untuk melakukan pengadaan langsung.
Pejabat pengadaan melakukan pengadaan langsung dan/atau
menerima bukti pembelian/pengadaan dari para pejabat/pegawai
yang melakukan transaksi (bernilai) kecil-kecil yang harganya
sudah pasti dan tidak bisa dinegosiasikan. Bukti tersebut oleh
pejabat pengadaan diteliti dan disampaikan kepada PPK sebagai
pertanggungjawaban proses pengadaan langsung. PPK memberi
persetujuan atas bukti pembelian untuk dapat digunakan sebagai
dokumen transaksi pengeluaran. Persetujuan PPK dapat
berbentuk paraf atau tanda tangan. Mengenai perikatan dalam
bukti pembelian lebih sering digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya
Dalam pengadaan melalui bukti pembelian tidak
diperlukan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) namun tetap harus
memperhatikan kewajaran harga pasarnya. Bila nilai pengadaan
sampai dengan Rp10 juta dipandang tidak memadai hanya
menggunakan bukti pembelian maka dapat dibuatkan kuitansi.
Bahkan bila diperlukan adanya penjelasan mengenai hak dan
53

kewajiban antar para pihak maka dapat dibuatkan Surat Perintah


Kerja (SPK).
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) menerima dan
meneliti barang dan jasa yang diterima. Bila barang/jasa dapat
diterima maka PPHP membubuhkan paraf atau tanda tangan.
PPHP dapat menuliskan di bukti pembelian "barang/jasa diterima
dengan baik dan cukup".
Dalam pengadaan langsung perlu diperhatikan apakah
suatu pengadaan pembayarannya dapat dilakukan melalui
pembayaran dengan uang persediaan (UP) atau pembayaran
langsung ke rekening penyedia (LS) termasuk mengenai
pengenaan pajaknya (mengenai hal ini silahkan dikonfirmasikan
dengan/ke biro/bagian/badan/dinas keuangan).
Pengadaan langsung dengan bukti pembelian. Perlu
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan bagian keuangan, agar
tidak terjadi kesalahpahaman sehingga tidak ada permasalahan
dengan pertanggungjawaban pembayaran.
9. PELAKSANAAN
KUITANSI

PENGADAAN

LANGSUNG

DENGAN

Tahapan proses pelaksanaan pengadaan langsung


dengan kuitansi dan keterlibatan para pihak adalah sebagai
berikut :
a. PPK membuat spesifikasi teknis, HPS (untuk nilai di
atas/lebih dari Rp. 10 juta) dan draft SPK bila diperlukan,
kemudian diberikan kepada pejabat pengadaan.
b. Pejabat Pengadaan mencari 2 (dua) sumber informasi
harga.
c. Pejabat Pengadaan mendatangi 1 (satu) penyedia atau
mengundang kepada 1 (satu) penyedia.
54

d. Pejabat Pengadaan dapat melakukan klarifikasi dan


negosiasi harga.
e. Pejabat Pengadaan memperoleh bukti kuitansi.
f. Barang/jasa diserahkan oleh Penyedia.
g. PPHP (Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan)
memeriksa dan menerima barang/jasa, kemudian
membubuhkan tandatangan di kuitansi dengan pernyataan
barang/jasa diterima dengan baik dan cukup. Bila di kuitansi
tidak cukup memuat mengenai item-item barang/jasa maka
dapat dibuat dokumen tersendiri berupa nota/bukti
penerimaan barang/jasa kemudian dapat ditulis dan ditandatangani pernyataan barang/jasa diterima dengan baik dan
cukup.
h. Kuitansi dan dokumen lain yang telah didukung oleh tanda
tangan PPHP diberikan kepada PPK untuk dasar penerbitan
permintaan pembayaran.
i. Untuk pekerjaan yang tidak dapat menggambarkan hak dan
kewajiban antar para pihak dengan kuitansi walaupun
nilainya di bawah/kurang dari sampai dengan Rp. 50 juta
maka agar dibuatkan SPK.
Demikian gambaran sederhana proses pengadaan
langsung dengan kuitansi, namun untuk yang biasa
menggunakan bukti pengadaan dengan hanya SPK, agar
dikoordinasikan dengan bagian keuangan mengenai prosedur
pembayaran yang berkaitan dengan kuitansi.

10. PELAKSANAAN PENGADAAN


SURAT PERINTAH KERJA (SPK)

LANGSUNG

DENGAN

Tahapan proses pelaksanaan pengadaan langsung


dengan Surat Perintah Kerja (SPK) dan keterlibatan para pihak
adalah sebagai berikut:

55

a)
b)
c)

d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

PPK membuat Rencana Pelaksanaan Pengadaan (RPP)


yang memuat spesifikasi, HPS dan draft SPK, kemudian
diberikan ke pejabat pengadaan.
Berdasarkan RPP yang diterima, Pejabat Pengadaan
mencari 2 (dua) sumber informasi harga.
Pejabat Pengadaan mendatangi 1 (satu) penyedia atau
mengundang 1 (satu) penyedia untuk menyampaikan
penawaran. Pejabat pengadaan dapat memberi penjelasan
mengenai barang/jasa yang akan diadakan.
Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi
harga
Pejabat Pengadaan melakukan transaksi dengan SPK.
SPK tersebut untuk ditandatangani oleh penyedia.
Pejabat Pengadaan melakukan pengumuman penyedia
yang ditunjuk di papan pengumuman dan di website Pemda
(untuk K/L di website K/L).
SPK yang telah ditandatangani penyedia diberikan ke PPK.
Barang/jasa diserahkan oleh Penyedia.
PPHP memeriksa barang/jasa dari penyedia, bila
barang/jasa dapat diterima maka dibuatkan berita acara
serah terima sebagai dasar pembayaran oleh PPK.
PPHP menerima dan meneliti barang dan jasa yang
diterima. Bila barang/jasa dapat diterima dapat
membubuhkan paraf atau memberikan tanda tangan di
kuitansi/bukti pengiriman. PPHP dapat menuliskan di
kuitansi/bukti pengiriman yang merupakan bagian dari
dokumen SPK "barang/jasa diterima dengan baik dan
cukup".

Untuk pengadaan barang dan jasa lainnya dapat


dilakukan secara pascakualifikasi, Untuk pengadaan jasa
Konsultansi badan usaha dan pekerjaan konstruksi dilakukan
secara prakualifikasi. Prakualifikasi dilakukan terhadap kualifikasi
yang diperlukan saja.
56

11. APAKAH DIPERBOLEHKAN MENCANTUMKAN MEREK


PADA DOKUMEN UNTUK PENGADAAN LANGSUNG?
Penyebutan suatu merek dalam dokumen pengadaan
untuk pelelangan/seleksi dilarang dalam hal pengadaan tersebut
hanya bisa dipenuhi oleh satu penyedia saja.
Dalam pengadaan langsung, karena bukan suatu
pelelangan/seleksi yang didalamnya diperlukan persaingan dan
dalam rangka mendapatkan suatu barang yang berkualitas maka
penyebutan suatu merek dalam pengadaan langsung tidak
dilarang.
12. ADA SATU ITEM BARANG YANG HARGANYA MELEBIHI
HARGA SATUAN PADA HPS NAMUN SECARA
KESELURUHAN TIDAK MELEBIHI TOTAL HPS
Negosiasi teknis dan harga untuk tahapan pengadaan
langsung dilakukan, salah satunya, mengacu pada rincian Harga
Perkiraan Sendiri (HPS) yang telah dibuat. Dalam hal terdapat
satu item barang melampaui HPS, namun secara total
penawaran berada di bawah total HPS maka pada saat
negosiasi teknis dan harga sebisa mungkin disamakan dengan
harga rincian HPS. Apabila penyedia tidak bersedia untuk
menurunkan harga item barang, selama total harga penawaran
tidak melebihi HPS maka hal tersebut diperbolehkan.

13. PENGADAAN BIBIT KAMBING TETAPI DI DALAM


PERENCANAAN TERPISAH PENGALOKASIAN DI MATA
ANGGARAN ATAU REKENING ANGGARANNYA, MASINGMASING DENGAN PAGU DIBAWAH RP. 200.000.000,57

NAMUN APABILA DIJUMLAHKAN MAKA PAGUNYA LEBIH


DARI RP. 200.000.000,Pasal 39 ayat 4 Perpres Nomor 70 Tahun 2012
menyebutkan bahwa PA/KPA dilarang menggunakan metode
Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket
Pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk
menghindari pelelangan. Mengingat ketiga bibit ternak kambing
tersebut dapat disediakan oleh Penyedia Barang/Jasa yang
sama kualifikasinya maka dijadikan satu paket dan dilakukan
pelelangan sederhana jika nilainya paling tinggi Rp. 5 milyar.
Namun dalam hal kapasitas penyedia, di daerah Saudara
berdasar penilaian efisien dan efektif, tidak ada yang dapat
menyediakan dalam jumlah banyak, maka dapat dilakukan
pengadaan langsung kepada penyedia yang ada, dengan
klarifikasi teknis dan negosiasi kewajaran harga.
14. PENGADAAN HOTEL DENGAN NILAI DI BAWAH RP 200
JUTA, PENGADAAN LANGSUNG ATAU PENUNJUKAN
LANGSUNG?
Pengadaan langsung dilakukan dengan nilai sampai
dengan Rp.200 juta, sedangkan penunjukan langsung tidak
dibatasi oleh nilai. Terhadap pengadaan hotel, sebagaimana
ketentuan Pasal 38 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 maka
dilakukan dengan penunjukan langsung, namun demikian karena
nilai pengadaannya dibawah Rp. 200 juta maka dilakukan oleh
pejabat pengadaan melalui mekanisme pengadaan langsung.
15. PENGADAAN LANGSUNG DENGAN PT/CV ATAU BISA
DENGAN TOKO/PERORANGAN?
Pengadaan agar dilakukan kepada penyedia
sebenarnya seperti yang terjadi dalam praktek bisnisnya.
58

Dengan demikian pengadaan langsung dapat dilakukan kepada


toko atau perajin sesuai ijin usaha yang dimiliki mereka dalam
menjalankan usaha.
Dalam prakteknya ada kesulitan mengenai aspek
pertanggung-jawaban pajak jika kita membeli langsung kepada
toko/perorangan sehingga tidak dapat dilakukan kepada
penyedia sebenarnya, sehingga dicari pihak lain yang dapat
memenuhi aspek perpajakan. Dengan demikian ketika hanya
dapat dilakukan kepada penyedia sebagai perantara (bukan
kepada penyedia sebenarnya), harga yang terbentuk akan
menjadi lebih mahal daripada kita membeli langsung.

16. PERSYARATAN MEMENUHI KETENTUAN PAJAK 3 BULAN


TERAKHIR UNTUK PEMBELIAN YANG MENGGUNAKAN
KWITANSI
Untuk pengadaan yang menggunakan kuitansi, maka
persyaratan pemenuhan pajak 3 bulan terakhir dapat diabaikan.

17. PENGADAAN LANGSUNG KE HANYA SATU PENYEDIA


SECARA TERUS MENERUS
Pengadaan langsung dilakukan langsung ke penyedia
yang memang sehari-hari mempunyai bisnis atau usaha
tersebut. Misal pengadaan ATK, ditujukan kepada penjual ATK,
bukan kepada penyedia bermodalkan papan nama saja.
Pengadaan langsung dapat dilakukan kepada penyedia
tertentu secara terus menerus. Memperhatikan peran
pemerintah yang secara langsung atau tidak langsung
membawa dampak pada tumbuh kembangnya usaha swasta
59

maka sebaiknya pengadaan langsung tidak hanya ditujukan


kepada penyedia tertentu tetapi juga ditujukan kepada penyediapenyedia yang lain. Pengadaan langsung dapat sebagai sarana
mengembangkan usaha setempat, asal usaha setempat memiliki
kompetensi untuk menyediakan barang dan jasa serta kewajaran
harga yang ditawarkan.
18. PENGADAAN LANGSUNG RP. 170 JUTA UNTUK ATK,
APAKAH DAPAT DIPECAH-PECAH?
Pengadaan tersebut dapat dilakukan dengan banyak cara,
antara lain:
a. Pengadaan dapat dilakukan dengan pelelangan sederhana.
b. Pengadaan dilakukan pengadaan langsung kepada satu
penyedia secara sekaligus.
c. Pengadaan dilakukan pengadaan langsung kepada satu
penyedia, dengan berkali-kali transaksi.
d. Pengadaan dilakukan pengadaan langsung kepada banyak
penyedia (dipecah-pecah)
e. Pengadaan dilakukan kombinasi cara a s.d. d
19. EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN LANGSUNG
Dalam pengadaan langsung yang menggunakan bukti
pembelian atau kuitansi, evaluasi dilakukan antara lain terhadap:
-

jumlah barang/jasa,
spesifikasi
kewajaran harga pasar
jaminan purna jual (bila ada).

60

Penilaian dilakukan terhadap terpenuhinya barang/jasa


yang diperlukan dengan harga yang wajar. Bila penyedia yang
dinilai tidak memenuhi syarat maka agar dicari penyedia lainnya.
Dalam pengadaan langsung yang menggunakan SPK,
evaluasi dilakukan antara lain terhadap data kualifikasi,
administrasi, teknis dan harga. Kualifikasi diperlukan terhadap
yang dibutuhkan saja.
Penilaian dilakukan terhadap terpenuhinya penawaran
penyedia sesuai persyaratan yang telah ditentukan dalam
dokumen pengadaan. Bila penyedia yang dinilai tidak memenuhi
syarat maka agar dicari penyedia lainnya. Bila dokumen
pengadaan tidak dapat menghasilkan penyedia yang memenuhi
syarat, maka dokumen pengadaan agar diperbaiki.

20. JAMINAN PENAWARAN DAN JAMINAN PELAKSANAAN


DALAM PENGADAAN LANGSUNG
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012
Pasal 68 ayat (3) disebutkan bahwa jaminan penawaran tidak
diperlukan dalam hal Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dilaksanakan dengan Penunjukan
Langsung, Pengadaan Langsung atau Kontes/Sayembara.
Mengacu pada ketentuan tersebut, maka untuk proses
penunjukan langsung, Kontes/Sayembara atau pengadaan
langsung tidak memerlukan jaminan penawaran.
Sedangkan jaminan pelaksanaan tidak juga diperlukan
untuk pengadaan langsung. Hal tersebut sebagaimana
disebutkan dalam Perpres 70 tahun 2012 pasal 70 ayat (1)
Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/
Pekerjaan Konstruksi untuk Kontrak bernilai di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
61

21. MEKANISME
LANGSUNG

PEMBAYARAN

PADA

PENGADAAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.


190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara 2012, pembayaran dengan dana APBN untuk Uang
Persediaan (UP) sekarang dapat digunakan untuk belanja
modal.
Mekanisme pembayaran terdiri dari 2, yaitu mekanisme
Uang Persedian (UP) dan mekanisme pembayaran langsung
(LS).
Pada mekanisme UP, pembayaran suatu tagihan atas
belanja dilakukan melalui bendahara pengeluaran dengan uang
muka kerja yang dikelolanya (UP).
Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran kepada satu penerima hak atau
penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp.50.000.000,kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.
Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal
dari UP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran paling
banyak sebesar Rp.50.000.000,- .
UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
a. Belanja Barang;
b. Belanja Modal; dan
c. Belanja Lain-lain.
Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran
kepada satu penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
62

Pembayaran tagihan pada pengadaan langsung yang


menggunakan bukti pembelian dan kuitansi dapat dilakukan
dengan mekanisme UP sebagai berikut:
a.

Pembayaran dilakukan oleh bendahara pengeluaran


kepada penyedia
PPK menerima bukti pengeluaran berupa Kuitansi/bukti
pembelian disertai faktur pajak dan SSP (bagi
barang/jasa yang dikenakan pajak menurut ketentuan
yang berlaku) dan nota/bukti penerimaan barang/jasa
dari Pejabat Pengadaan atas pembelian/pembayaran
yang dilaksanakan oleh pejabat pengadaan atau
seseorang/pegawai yang ditunjuk.
Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran
berdasarkan Surat Perintah Bayar yang disetujui dan
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA yang dilampiri
kuitansi/bukti pembelian dan nota/bukti penerimaan
barang/jasa.
Dalam rangka penyederhanaan administrasi dokumen
bukti-bukti pengeluaran yang tidak dapat dikuitansikan,
untuk transaksi kecil-kecil dan sejenis (pada beban
akun yang sama) dapat dilakukan rekapitulasi dengan
menggabungkan beberapa bukti pembelian dalam
jumlah sampai dengan Rp 1 juta dalam bentuk Daftar
Rincian Pembayaran.

b.

Pembayaran dilakukan oleh pejabat pengadaan atau


seseorang yang ditunjuk dengan uang muka kerja kegiatan
Pejabat Pengadaan atau seseorang yang ditunjuk
mengajukan
rencana
pelaksanaan
kegiatan/pembayaran dan rincian kebutuhan dana
kepada PPK.
PPK menyetujui dan menandatangani SPBT dan
menyampaikan kepada bendahara pengeluaran untuk
dilakukan pembayaran sebagai uang muka kerja
63

kepada pejabat pengadaan atau seseorang yang


ditunjuk.
Pejabat Pengadaan atau seseorang yang ditunjuk
melakukan pembayaran kepada penyedia dan
menyampaikan kuitansi/bukti pembelian disertai faktur
pajak dan SSP (bagi barang/jasa yang dikenakan pajak
menurut ketentuan yang berlaku) dan nota/bukti
penerimaan barang/jasa kepada PPK.

Untuk pembayaran tagihan pada pengadaan langsung


terkait bukti perjanjian berupa SPK dengan nilai di atas Rp. 50
juta dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung dari
rekening Kuasa BUN (Bendahara Umum Negara) ke rekening
penyedia. Pembayaran tagihan diajukan oleh PPK melalui
Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM (PP-SPM)
kepada Kuasa BUN (KPPN) berdasarkan bukti tagihan setelah
barang/jasa diterima oleh PPK.
Pembayaran tagihan pada pengadaan langsung
dengan mekanisme LS adalah sebagai berikut:
a.

PPK mengajukan tagihan kepada KPPN melalui PP-SPM


atas tagihan yang diajukan penyedia berdasarkan buktibukti yang sah yang meliputi:
Bukti perjanjian berupa SPK;
Referensi bank yang menunjukkan nama dan nomor
rekening penyedia barang/jasa;
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
Berita Acara Pembayaran;
Kuitansi;
Faktur pajak dan SSP;
Jaminan yang dikeluarkan oleh Bank Umum,
perusahaan penjamin atau perusahaan asuransi;
64

Dan dokumen lain yang dipersyaratkan (khususnya


untuk perjanjian yang dananya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah
dalam/luar negeri).
b.
c.

d.

PP-SPM menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)


dan menyampaikan SPM-LS dilampiri SSP kepada KPPN.
Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka
pembayaran uang muka pekerjaan atau pembayaran
dengan menggunakan jaminan pembayaran di akhir tahun
juga dilampiri asli surat jaminan uang muka atau asli
jaminan pembayaran.
KPPN melakukan pembayaran dengan melakukan transfer
dana dari rekening kas umum negara ke rekening
penyedia barang/jasa.

Selanjutnya agar diikuti aturan Kemenkeu mengenai


hal ini, sedangkan untuk dana APBD, silahkan Pemerintah
Daerah membuat Peraturan Daerah mengenai hal tersebut,
dengan mengacu kepada Peraturan Mendagri terkait, dan
mengadaptasi Peraturan Menteri Keuangan tersebut di atas.
22. Dalam Perpres No 70 Tahun 2012 disebutkan bahwa
pengadaan langsung adalah proses Pengadaan Jasa
Konsultansi yang merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I
dan/atau bernilai Rp 50 juta.
1. Besaran Rp 50 juta ini untuk setiap tenaga konsultan
ataukah utuk setiap paket pekerjaan.
2. terdapat pekerjaan Pengembangan aplikasi pelaporan
dengan nilai pekerjaan Rp 115 juta yang akan dikerjakan 4
orang konsultan yaitu: a. Sistem analis 1 org x 4 bln x
6.000.000 = 24.000.000 b. Programmer web 3 org x 3 bln x
7.500.000 = 45.000.000 c. Ahli webdesign 1 org x 3 bln x
65

7.500.000 = 22.500.000 d. Database administrator 1 org x 4


bln x 6.000.000 = 24.000.000.
Apakah pekerjaan ini bisa diadakan secara pengadaan
langsung, ataukah melalui lelang?
Besaran nilai 50 juta rupiah untuk pengadaan jasa
konsultansi adalah untuk nilai satu paket pekerjaan perorangan
ataupun nilai satu paket konsultan badan hukum.
Terhadap contoh permasalahan dalam butir 2 tersebut,
definisi paket yang digunakan adalah paket per orang. Hal ini
dikarenakan tenaga ahli bekerja masing-masing melakukan
kontrak dengan PPK mengatas-namakan dirinya sendiri
sehingga dapat dilakukan dengan pengadaan langsung, dan
dalam konteks tersebut personel K/L/D/I yang akan bertindak
sebagai leader, kecuali jika PPK akan melakukan kontrak
dengan suatu badan usaha dimana tenaga ahli tersebut bekerja
untuk badan usaha tersebut (atau dikontrak oleh perusahaan
tersebut) maka jika nilai biaya secara keseluruhan lebih dari Rp.
50 juta maka harus dilakukan seleksi konsultan.

66

BAB III

67

BAB III
PENGADAAN KENDARAAN BERMOTOR DARI E-CATALOGUE
LKPP SECARA E-PURCHASING
1. PENGADAAN SEPEDA MOTOR
Dinas kami akan mengadakan pengadaan sepeda motor.
Penyedia (Dealer) sesuai e-catalogue LKPP tidak ada, bila beli ke
dealer sesuai dealer e-catalogue LKPP dapat dilakukan dari
daerah lain dengan ditambah biaya kirim.
Harga dealer tersebut Rp. 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah) dan
biaya kirim Rp. 740.000,- (tujuh ratus empat puluh ribu rupiah).
Ada dealer di kota kami yang tidak termasuk di e-catalogue LKPP
namun harganya Rp. 13.400.000,- (tiga belas juta empat ratus ribu
rupiah).
Bagaimana pengadaan untuk sepeda motor ini ?
E-catalogue LKPP adalah untuk kemudahan pengadaan
dengan efektifitas dan efisiennya.
Dalam hal e-catalogue tersebut tidak dapat dilakukan di suatu
daerah dan pengadaan dengan nilai di bawah Rp. 200.000.000,(dua ratus juta rupiah) di luar e-catalogue dapat dilakukan lebih
murah, maka silahkan dilakukan diluar e-catalogue.
Kami menyarankan dalam hal, ketika harganya sama antara
e-catalogue LKPP dengan yang bukan e-catalogue LKPP
sebaiknya dilakukan dengan e-catalogue secara e-purchasing
dalam rangka pengendalian, monitoring dan pengembangan
sistem pengadaan nasional. Bahwa pada prinsipnya untuk barang
di luar e-catalogue dapat melakukan proses pengadaan sesuai
ketentuan Perpres.

68

Barang tersedia di e-catalogue dan juga tersedia di daerah si


pembeli, sehingga dilakukan dengan menggunakan e-catalogue.
Bila nilai paket pengadaan di bawah Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) maka dilakukan dengan pengadaan langsung.
Bila pengadaan dilakukan di kota lain maka akan dikenakan
biaya tambahan berupa biaya kirim dan biaya pengurusan surat,
dimana untuk keluar surat banyak persyaratan/dengan off the
road.
2. PENGADAAN MOBIL AMBULANCE
Pengadaan ambulance yang ternyata tidak ada dalam ecatalogue, apakah harus lelang umum? Apakah syarat penyedia
harus ATPM (agen tunggal pemegang merek)?
a. Teliti dahulu agar dilihat dulu di e-catalogue LKPP apakah
terdapat spesifikasi yang mendekati di e-catalogue LKPP
b. bila tidak ada dan nilainya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) maka dilakukan pelelangan, dengan syarat peserta
lelang adalah ATPM/dealer.
3. UPDATE HARGA E-CATALOGUE
KENDARAAN (April 2014)

LKPP

MENGENAI

Kenapa e-catalogue untuk suatu merek kendaraan telah ada


namun kemudian suatu saat tidak ada?
Contoh saat ini, merek kendaraan tertentu tidak muncul, padahal
bulan lalu ada.
E-catalogue kendaraan akan diupdate untuk setiap tiga bulan
atau enam bulan, yang mana penyedia dapat memperbarui
harganya atau update harga sendiri.
69

Ketika penyedia melakukan update harga, maka untuk sementara


tayangan di e-catalogue LKPP menjadi tidak ada dan akan
muncul lagi ketika harga update disetujui.
4. BILA HARGA E-CATALOGUE KENDARAAN DI AWAL
JANUARI 2014 BELUM TERSEDIA
Bagaimana bila harga di e-catalogue untuk kendaraan
sedang di update?
Harga e-catalogue kendaraan akan diupdate setiap waktu
tertentu (misal per tiga bulan ). Dalam hal harga e-catalogue
kendaraan belum tersedia silahkan ditunggu dulu. Diharapkan
harga e-catalogue kendaraan akan segera ada. Jika kebutuhan
mendesak silahkan dengan metode pengadaan yang lain sesuai
perpres 54/2010 jo perpres 70/2012.
5. KENDARAAN RODA EMPAT TIDAK ADA DI E-CATALOGUE
MAKA SIAPA PENYEDIANYA?
Kami akan mengadakan truck arm roll (truk sampah), tetapi
sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh PA dalam RUP, truk
yang dibeli tidak sesuai dengan kapasitas arm roll yang
ada/tersedia dalam e-catalogue.
Bagaimana selanjutnya?
Apakah pengadaannya boleh dipisah, misalnya pengadaan
truk dengan e-catalogue dan diproses dengan Pengadaan
Langsung oleh PPK?
Kemudian, apakah bisa dilelangkan? Jika dilelang, tentu kita
menyediakan anggaran untuk keuntungan yang wajar bagi
penyedia (lebih kurang 10%) dan PPN Pasal 22 (10%) diluar harga
70

e-catalogue, jadi total penambahan harga sekitar 20% dari harga


e-catalogue. Apakah hal ini tidak dianggap mark-up harga?
Pengadaan bisa dipisah, menjadi pengadaan truk dan
pengadaan arm roll. Penyedia truk melalui e-purchasing dan
penyedia arm roll melalui proses sesuai dengan Perpres 54 tahun
2010 beserta perubahannya.
Perhitungan HPS untuk armroll sesuai ketentuan yang berlaku,
yaitu perlu menambahkan keuntungan, overhead dan PPN.
6. HARGA KENDARAAN DI E-CATALOGUE MASIH DATA HARGA
LAMA
Kami akan melaksanakan penunjukan langsung kendaraan
pemerintah pada Agustus 2013, sedangkan harga e-catalogue
yang kami lihat di portal e-catalogue pricelist s.d. bulan Juni 2013.
Pertanyaan kami :
a. Apakah kami dapat melaksanakan proses dengan mengacu
harga e-catalogue s.d. Bulan Juni?
b. Apakah kami dapat melaksanakan proses dengan meminta
pricelist yang terbaru dari Penyedia kendaraan bermotor?
Pengadaan melalui e-purchasing berdasarkan harga yang berlaku
pada e-katalog.
7. PENGADAAN KENDARAAN YANG DAERAH KAMI TIDAK ADA
DEALER?
Bagaimana kami melakukan pengadaan kendaraan, bila di
daerah kami tidak ada dealer?

71

Pengadaan dengan penunjukan langsung kendaraan pemerintah


harus mengacu pada spesifikasi teknis dan harga yang
ditayangkan dan dipublikasikan secara luas (e-catalogue).
Spesifikasi salah satunya adalah jaringan distribusi berikut
jangkauan pengirimannya, sedangkan dalam acuan HPS salah
satu yang ditayangkan adalah ongkos kirimnya.
Dalam membuat spek dan HPS, PPK harus mengacu pada
ketentuan tersebut, sehingga apabila pada salah satu wilayah tidak
tersedia ongkos kirim, dalam mekanisme penunjukan langsung
tidak dapat dimasukkan komponen ongkos kirim ke dalam
komponen HPS (untuk penunjukan langsung dengan e-catalogue).
Artinya kalau suatu daerah tidak ada dealer sesuai dengan di
e-catalogue maka biaya pengiriman dibuat dalam kontrak
tersendiri diluar kontrak yang dilakukan berdasar e-catalogue. Jadi
bila tidak ada di e-catalogue untuk suatu penambahan item
dilaksanakan melalui mekanisme pengadaan yang terpisah.
Penunjukan langsung hanya dapat dilakukan terhadap
spesifikasi dan uraian harga yang ada pada e-catalogue. Diluar itu
harus dilaksanakan melalui mekanisme pengadaan yang terpisah.
Paket yang dipisah tersebut bila s.d. Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) bisa dilakukan dengan pengadaan langsung.
Jadi bila ada tambahan asesori seperti ban radial, kaca film,
video player, dilakukan diluar paket penunjukan langsung dengan
e-catalogue.
8. PENGADAAN LANGSUNG KENDARAAN PEMERINTAH
Apakah Peraturan Kepala LKPP Nomor 13 Tahun 2012
tentang PERKA LKPP tentang Pedoman Penunjukan Langsung
Pengadaan
Kendaraan
Pemerintah
dilingkungan
72

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi


Lainnya masih berlaku sampai dengan saat ini atau sudah ada
penggantinya, terima kasih.
Tanggapan:
Perka No. 13 Tahun 2012 tidak berlaku lagi setelah tersedia
e-katalog kendaraan.
Pengadaan kendaraan pemerintah yang dilakukan dengan ecatalogue LKPP mengacu kepada Peraturan Kepala LKPP No. 17
tahun 2012
9. PENGADAAN AMBULANCE SEBAGAI CSR DARI BUMD
Bagaimana cara melakukan pengadaan ambulance yang akan
digunakan sebagai CSR BUMN?
a. Pengadaan yang dilakukan oleh BUMN/BUMD tidak wajib
mengikuti Perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya.
Pengadaan oleh BUMN/BUMD dapat diatur sendiri oleh Direksi
BUMN/BUMD
dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
pengadaan.
b. Dalam barang yang akan diadakan ada di e-catalogue LKPP,
dapat juga melakukan pengadaan secara e-purchasing
menggunakan e-catalogue LKPP, selanjutnya silahkan
dikoordinasikan dengan Unit Layanan Pengadaan Pemda dan
Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pemda.
10. PENGADAAN KENDARAAN YANG TIDAK ADA DI ECATALOGUE
Pengadaan kendaraan dinas XXX sedang kami proses
melalui proses pelelangan, namun pada kenyataannya
penawaran peserta lelang diatas HPS (Harga GSO dari Main
73

Dealer) karena yang menawar bukan dealer/main dealer, maka


yang bersangkutan menambahkan pajak dan keuntungan. Disisi
lain kendaraan ini tidak termasuk dalam e-catalogue.
Berkenaan dengan kondisi tersebut diatas dan mengingat
dealer dan main dealer tidak bersedia mengikuti proses
pelelangan, maka untuk pengadaan ini apakah dapat dilakukan
dengan penunjukan langsung atau dengan menambah pajak dan
keuntungan pada HPS yang melebihi nilai harga GSO yang
dikeluarkan oleh main dealer.
Tanggapan;
Apabila kendaraan yang dibutuhkan tidak terdapat dalam ecatalogue, maka dilakukan dengan pengadaan langsung (nilainya
di bawah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)), atau
dilakukan dengan pelelangan umum/sederhana (jika nilainya
diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)) dengan
spesifikasi bukan untuk satu merek dan peserta adalah DEALER.
Dalam hal pelelangan ulang gagal maka PA dapat
memerintahkan penunjukan langsung. Kemudian penunjukan
langsung dilakukan kepada DEALER dengan negosiasi
kewajaran harga.
11. PENGADAAN SEPEDA MOTOR
Di Satker kami ada pengadaan 2 unit sepeda motor nilai
Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah), ada juga yang 1 unit
senilai Rp. 16.000.000,- (enam belas juta rupiah). Apakah
pekerjaan tersebut tetap harus diumumkan di LPSE ya pak?
Bagaimana prosedur GSO penunjukan langsung? Apakah
langsung menghubungi dealer resmi di inaproc atau bagaimana?
Terima kasih penjelasannya.
Tanggapan;
74

Gunakan prosedur e-catalogue lkpp (e-purchasing)


cantumkan dalam RUP, bila tidak ada di e-catalogue maka
dilakukan pengadaan langsung ke dealer dengan negosiasi
kewajaran harga.
12. SEPEDA MOTOR DI E-CATALOGUE LKPP TIDAK ADA
Bila di e-catalogue kendaraan roda dua merk XXX belum
ada sedangkan kantor kami mau membeli kendaraan roda dua
merek XXX untuk kebutuhan operasional kantor. Bolehkan
membeli kendaraan tersebut dengan harga sama dengan
konsumen umum?
Tanggapan;
Dalam hal di e-catalogue tidak ada, dapat dilakukan
dengan pengadaan langsung (bila nilainya ) dibawah Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), dengan penyedianya
adalah dealer, dengan kewajaran harga, tidak mahal dari harga
pribadi. Agar ditanyakan juga harga diskonnya.
13. PENGADAAN KAROSERI DAN E-PURCHASING
Bagaimana proses pengadaan e-purchasing kendaraan
yang menggunakan karoseri?
Contohnya:
Untuk pembelian mobil Sampah, di e-purchasing mobil
hanya chasis saja yang ada, sedangkan untuk karoseri tidak
75

tersedia, bagaimana proses pembeliannya, apakah dilakukan


lelang sederhana atau cukup pada aplikasi e-purchasing saja?
Penyedia yang terpilih untuk karoseri agar menggunakan
chasis dari e-catalogue lkpp untuk chasisnya.
Pengadaan chasis dilakukan secara e-purchasing
Pengadaan karoseri yang tidak ada di e-catalogue LKPP
dilakukan sesuai dengan nilainya (pengadaan langsung atau
lelang sederhana) dengan kontrak menyebut bahwa chasisnya
dari e-catalogue LKPP.
14. PENGADAAN KENDARAAN SAMPAH UNTUK BANYAK
KELURAHAN
Pemerintah Kota ada dana bantuan yang akan
didistribusikan ke 86 kelurahan, dana tersebut akan dibelanjakan
kendaraan roda 3 beserta bak sampahnya (harga kendaraan
tersebut sudah ada di e-catalogue) dengan anggaran Rp. 35.
000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah) per unit.
Pertanyaannya:
a. Apakah pengadaan tersebut harus dilaksanakan oleh PPK
dan Pejabat Pengadaan dengan metode pangadaan
langsung dengan dokumen pengadaan? atau
b. Apakah cukup membeli langsung dengan bukti pembelian
oleh bendahara?
Bila dananya ada di kelurahan maka dilaksanakan oleh
kelurahan melalui pengadaan langsung dengan negosiasi
kewajaran harga oleh pejabat pengadaan di masing-masing
kelurahan.
76

Atau pengadaan tersebut dapat dilakukan oleh PPK


dengan e-catalogue e-purchasing yang dilakukan oleh pokja ULP
dengan negosiasi kewajaran harga mengingat yang dibeli banyak.
15. KEUNTUNGAN
PURCHASING

ADANYA

E-CATALOGUE

DAN

E-

E-catalogue (Katalog Elektronik) adalah sistem informasi


elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga
barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.
E-purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa
melalui sistem e-catalogue elektronik. Keuntungan adanya ecatalogue dan e-purchasing antara lain:
a. memberikan
kemudahan
kepada
K/L/D/I
dalam
melaksanakan pengadaan untuk kebutuhan instansinya.
Pelaksanaan pengadaan dapat dilakukan secara langsung
terhadap barang/jasa yang diinginkan kepada penyedianya
langsung dan boleh menyebut merek.
b. memberikan kepastian spesifikasi teknis dan acuan harga
yang seragam. Kementerian/lembaga/pemda/instansi tidak
perlu membuat spesifikasi. Spesifikasi langsung bisa diambil
dari e-catalogue. HPS untuk pengadaan obat, internet dan
alat mesin pertanian tidak perlu dibuat lagi. Untuk pengadaan
kendaraan data harga masih merupakan acuan HPS, namun
bisa juga diambil sebagai HPS dan nanti jangan lupa
dilakukan negosiasi harga. Negosiasi harga memperhatikan
harga untuk mobil pribadi, jumlah mobil yang akan dibeli dan
sebagainya.
c. Dokumen pengadaan disediakan dalam sistem aplikasi
sehingga mengurangi dokumen seperti dalam dokumen
pelelangan.
d. Tidak ada sanggah menyanggah dan mengurangi masalah
hukum lainnya.
77

e. Pelaksanaan e-purchasing akan terrecord sehingga


memudahkan monitoring dan memudahkan sebagai bahan
analisa.
f. Membentuk pasar nasional yang semakin jelas dan terukur
g. Mempercepat penyediaan fasiltas kinerja kantor dan
pelayanan masyarakat.
h. Mempercepat penyerapan anggaran.
16. DI E-CATALOGUE INAPROC UNTUK
KENDARAAN HANYA CHASSIS SAJA

PENGADAAN

Kami ingin melakukan proses pengadaan kendaraan dump truck.


untuk pengadaan kendaraan dump truck tersebut hanya ada GSO
harga Chassis saja.
Apakah kami bisa melakukan pengadaan kendaraan dalam
bentuk chassis saja?
Untuk pengadaan chassis yang ada di e-catalogue Inaproc LKPP
dilakukan secara e-purchasing, sedangkan pengadaan yang
lainnya dilakukan sesuai nilainya.
Dalam hal untuk pengadaan yang lainnya s.d. Rp. 200.000.000,(dua ratus juta rupiah) dengan pengadaan langsung ke karoseri,
namun bila untuk pengadaan yang lainnya lebih dari Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dilakukan dengan
pelelangan kepada para penyedia karoseri.
17. PENGADAAN KENDARAAN YANG TIDAK ADA DI ECATALOGUE LKPP
Pengadaan kendaraan yang tidak ada di e-catalogue
pemerintah dilakukan kepada penyedia sebenarnya yaitu dealer
78

atau main dealer. Dalam hal kendaraan yang perlu dibuat oleh
karoseri maka pengadaannya dilakukan dengan penyedia
karoseri.
18. HARGA UNTUK
CATALOGUE

KENDARAAN

BELUM

ADA

DI

E-

Kami telah melakukan pengecekan pada e-catalogue dan


harga untuk kendaraan belum ada yang masuk, jadi bagaimana
kami melaksanaan penunjukan langsung pengadaan kenderaan
bermotor pada instansi kami saat ini?
Selanjutnya bagaimana tatacara pemakaian penunjukan
langsung pada aplikasi SPSE?
a. Pengadaan kendaraan terhadap yang ditayangkan dalam
portal pengadaan nasional maka dapat dilakukan penunjukan
langsung (Pasal 38 Perpres 70 tahun 2012)
b. Harga kendaraan yang ditayangkan di portal bila harga portal
pengadaan nasional tidak muncul (karena setiap tiga bulan
diadakan negosiasi harga sehingga belum muncul harga di
portal).
c. Disarankan pengadaan kendaraaan menunggu keluarnya
harga di portal pengadaan.
d. Terhadap pengadaan yang tidak dilakukan sesuai dengan
prosedur tersebut, maka agar dinilai apakah pengadaan yang
dilakukan tersebut lebih mahal dari harga pasarnya. Apakah
ada unsur mark up atau tidak, silahkan di diskusikan dengan
auditor/inspektorat.

79

19. HASIL PENGADAAN


CATNYA

KENDARAAN

DIRUBAH

WARNA

Pengadaan mobil pick up lewat E-purchasing, setelah


mobil diterima diperlukan perubahan warna mobil untuk
disesuaikan dengan warna mobil satpol PP. Apakah ini
diperbolehkan dan bagaimana mekanismenya?
Diperbolehkan saja, kalau memang diperlukan warna khas
sehingga perlu cat baru.
Untuk pengadaan yang ada di e-catalogue menggunakan
e-purchasing (tidak lelang lagi) dengan kontrak/SPK kepada
dealer, sedangkan untuk cat baru dapat dinegosiasikan lagi
dengan dealer jika dealer tidak bisa maka dilaksanakan dengan
pengadaan langsung ke penyedia lain yang sanggup.
20. DOKUMEN PENGADAAN
PURCHASING

KENDARAAN

SECARA

E-

Pengadaan kendaraan secara e-purchasing mengikuti aplikasi


yang tersedia dalam SPSE.
Dalam hal dilakukan secara e-purchasing, tidak diperlukan
adanya pembuatan dokumen diluar dokumen yang tersedia di
aplikasi.
Dokumen yang diperlukan diluar sistem aplikasi adalah dokumen
berita acara hasil negosiasi.

80

21. DEALER ADA DI DAERAH LAIN (e-purchasing)


Dalam e-catalogue telah terdaftar pengadaan kendaraan
roda empat dilaksanakan melalui e-purchasing dimana untuk
merek XXX dipegang oleh dealer PT. AAA di Medan namun
dealer tersebut tidak memiliki cabang di kota Banda Aceh dan
untuk merek XXX wilayah Aceh (termasuk Banda Aceh) di
pegang oleh dealer PT. BBB. Kota terdekat yang memiliki cabang
PT. AAA adalah Kota Medan yang jaraknya 611 km dari kota
Banda aceh.
Pertanyaan saya adalah:
a. Apakah pengadaan kendaraan roda empat dimaksud boleh
dilakukan melalui pelelangan umum atau tetap harus melalui
e-purchasing karena PT. BBB tidak terdaftar di dalam ecatalogue?
b. Apakah tidak melanggar ketentuan yang pelayanannya
berbasis wilayah/hanya harga. Untuk ongkos kirim di luar epurchasing. Jika langsung beli di lokasi dengan tunjuk
langsung akan lebih murah.Terima kasih
Tanggapan:
a. Dapat dilakukan pengadaan melalui e-catalogue kepada
ATPM yang terdaftar, namun kemungkinan akan ada
tambahan biaya seperti biaya kirim, dengan demikian agar
dibuat terpisah biaya kirim dan atau biaya surat kelengkapan
kendaraan.
Walaupun di kota sendiri ada.
Dalam memesan bisa dilakukan di kota yang lain dengan
cara pembelian off the road dengan e-purchasing. Saat ini
sudah ada tampilan mengenai biaya on the road dan off the
road.
81

b. Dalam hal dealer melayani penjualan berbeda wilayah dan


dapat mengurus perpajakannya beserta biaya pengirimannya
maka pembelian tersebut dapat dilakukan, sepanjang biaya
yang dikeluarkan tidak lebih besar dari pada harga di kotanya
sendiri, bila tidak maka dilakukan sesuai ketentuan Perpres.
22. HARGA DI E-CATALOGUE LEBIH TINGGI DARI DANA
ANGGARAN YANG TERSEDIA
Contoh dalam pengadaan kendaraan bermotor.
Harga di e-catalogue untuk merek dan tipe tertentu Rp.
260.000.000,- (dua ratus enam puluh juta rupiah)
Sedangkan dana di dalam DIPA/DPA untuk pengadaan satu
kendaraan sebesar Rp. 245.000.000,- (dua ratus empat puluh
lima juta rupiah).
Setelah dikomunikasikan dengan dealer, pihak dealer dapat
dinegosiasi menjadi Rp. 243.000.000,- (dua ratus empat puluh
tiga juta rupiah).
Apakah hal tersebut diperbolehkan?
Hal tersebut dapat dilakukan karena batasan pengadaan
kendaraan dilakukan dengan harga pasar (dilakukan negosiasi
untuk menuju ke harga pasar), pada level penyedia yang tepat
(dealer/main dealer) serta masih dalam dana yang tersedia dalam
dokumen anggaran (DPA atau DIPA).Dalam pengadaan secara
e-purchasing, kita dapat memilih merek yang tersedia dalam ecatalogue INAPROC.

82

23. SPESIFIKASI E-CATALOGUE TIDAK LENGKAP?


Pemko akan melaksanakan pengadaan dump truck melalui ecataloque.
Saat pokja menginput paket pekerjaan, ternyata yang muncul
hanya chassis kendaraan saja, sedangkan spesifikasi dump-nya
tidak muncul (tidak ada).
Bagaimana langkah yang harus kami lakukan?
a. dilakukan pengadaan chassis secara e-purchasing dengan ecatalogue, sedangkan untuk dump (kelengkapan lainnya)
dengan pengadaan langsung atau pelelangan bila nilai
kelengkapan di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
b. dilakukan pelelangan bila pengadaan secara utuh dump truck
dengan penyedianya adalah dealer/karoseri.
24. PENGADAAN SEPEDA MOTOR PENYEDIANYA ADALAH
DEALER
Berdasarkan DPA kami akan mengadakan pembelian
kendaraan Dinas Operasional Roda Dua yang mana dalam DPA
tertulis:
a. Pengadaan kendaraan operasional KPA Rp. 14.500.000,b. Pengadaan Kendaraan operasional Pejabat Pengadaan Rp.
21.700.000,c. Pengadaan kendaraan operasional PPK Rp. 16.500.000,d. Pengadaan kendaraan operasioanl Bendahara Rp.
17.000.000,Pertanyaan kami adalah:
Apakan boleh kita menyatukan kontrak untuk 4 Paket pengadaan
tersebut, dengan anggaran per unit yang berbeda, dan spesifikasi
yang berbeda namun pada satu pihak penyedia?
83

Tanggapan:
a. bisa, disarankan dilakukan secara e-catalogue dengan epurchasing.
b. bila tidak ada di e-catalogue dilakukan dengan penyedianya
adalah dealer/main dealer.
c. pengadaan langsung dilakukan dengan negosiasi harga,
apalagi bila pengadaan lebih dari satu.
d. harga yang terjadi tidak boleh lebih tinggi dari harga untuk
pembelian pribadi (harga pasar).

84

BAB IV

85

BAB IV
PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DARI
E-CATALOGUE LKPP SECARA E-PURCHASING
25. PENGADAAN ALAT KESEHATAN
a. Apakah harga e-catalogue alat kesehatan LKPP sudah
termasuk ongkos kirim sampai Kabupaten kami
b. Apakah harga e-catalogue alat kesehatan LKPP sudah
termasuk uji fungsi alat (teknisi datang ke tempat kami), serta
biaya training ?
c. Apakah harga e-catalogue alat kesehatan LKPP sudah
termasuk garansi dan jaminan ketersediaan suku cadang ?
d. Apakah dalam satu kode rekening dokumen anggaran bisa
banyak kontrak ?
e. Bagaimana pengadaan alkes yang belum ada di e-catalogue
LKPP ?
Tanggapan:
a. Harga yang tercantum di e-catalogue sudah termasuk biaya
kirim dan uji fungsi alat (tetapi ada beberapa yang tidak
termasuk, maka K/L/D/I diharapkan melakukan konfirmasi
harga tersebut kepada penyedia).
b. Bila belum termasuk, agar dibuat kontrak/SPK terpisah.
c. Harga e-catalogue alat kesehatan LKPP sudah termasuk
garansi dan jaminan ketersedian suku cadang
d. Dalam satu kode rekening bisa banyak kontrak e-catalogue ,
dikarenakan penyedianya berbeda sesuai kebutuhan.
e. pengadaan alkes yang belum ada di e-catalogue LKPP
disarankan agar dilakukan dengan memilih jenis alat
kesehatan yang mempunyai fungsi yang sama sesuai
kebutuhan pada e-catalogue LKPP, dengan melakukan
86

pengadaan secara e-purchasing. Sedangkan bila tidak ada


sama sekali dilakukan pengadaan sesuai ketentuan
pengadaan dalam Perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya.
26. KATALOG OBAT, PERSEDIAAN PENYEDIA TIDAK ADA
Setelah dilakukan pengiriman informasi paket pembelian
obat SRR ke penyedia PT. DDD pada tanggal 17 juni 2014 oleh
ULP Kab. Bagus, belum ada tanggapan sama sekali. Apakah
pesanan obat kami bisa dipenuhi atau tidak mohon
penjelasannya.Jika pesanan obat kami tidak dapat dipenuhi,
bagaimana caranya supaya kami bisa mendapatkan obat
tersebut.
Terhadap produk obat :
a) XXX tidak dapat dilayani/disuplai oleh PT. TTT karena ada
kendala dalam proses produksi.
b) Obat FFF tidak dapat dilayani/disuplai oleh PT. MMM karena
kuota produk tersebut telah digunakan untuk memenuhi
pesanan proyek Kementrian
c) Produk BBB tablet salut 100 mg tidak dapat dilayani/disuplai
karena sudah melebihi dari RKO.
Pertanyaan:
Bagaimana caranya untuk mendapatkan obat tersebut, bisakah
dilakukan pembelian diluar e-catalogue?
Kalau bisa apa dasar hukumnya dan untuk HPS apakah tetap
harga e-catalogue atau harga pasar?

87

Tanggapan:
a. Selama ada penjelasan dari PT. xxx yang berkontrak payung
(pabrikan) bahwa terdapat kendala dalam penyediaan obat.
Hal tersebut diperbolehkan, namun bila tidak ada respon
pelayanan sesuai kontrak payung LKPP dengan penyedia,
agar berkirim surat ke dit catalog LKPP
b. dalam hal obat diperlukan segera karena tidak tersedia obat
untuk kepentingan pelayanan maka dapat dilakukan dengan
pengadaan langsung/penunjukan langsung
c. untuk kebutuhan obat yang tidak mendesak dan nilai
pengadaan di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
dilakukan pelelalangan sederhana/pelelangan umum
d. dalam hal pengadaan tidak dapat dilakukan secara epurchasing dibuktikan dengan pernyataan penyedia catalog
maka pengadaan dilakukan diluar e-catalogue dengan harga
mengikuti harga pasar.
27. PENGADAAN-PENGADAAN DI RUMAH SAKIT
Kalau dalam pelelangan ulang pemilihan penyedia kedua
kalinya untuk pekerjaan Pengisian Tabung Oksigen dan
Pemilihan Penyedia yang ketiga kalinya untuk pekerjaan
pengadaan makanan dan minuman pasien rawat inap ternyata
kembali mengalarni kegagalan karena tidak ada yang
memasukkan penawaran, apa yang harus dilakukan?
Selanjutnya
kepada penyedia
pelelangan ulang
dilakukan sambil

apakah boleh dilakukan penunjukan langsung


tahun sebelumnya? Atau dilakukan dilakukan
kembali, proses pengadaan apa yang harus
menunggu proses lelang selesai sementara
88

makanan dan minuman pasien rawat inap dan pengisian tabung


oksigen tetap harus tersedia?
Apakah adendum kuantitas diperbolehkan karena terjadi
kesalahan perhitungan untuk kontrak harga satuan?
Proses pelelangan obat-obatan non e-catalogue di Rumah
Sakit terhambat karena e-catalogue
terus berubah dan
bertambah sementara stok obat dirumah sakit dalam kondisi
kosong, apa yang harus dilakukan?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; pasal
84
ayat
(6)
dinyatakan
bahwa
dalam
hal
Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung Ulang gagal, Kelompok
kerja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung berdasarkan
persetujuan PA, dengan tetap memperhatikan prinsip efisiensi,
efektifitas, dan akuntabilitas, dengan ketentuan:
a. Hasil Pekerjaan tidak dapat ditunda;
b. Menyangkut kepentingan/keselamatan masyarakat;
c. Tidak cukup waktu untuk melaksanakan proses
Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung dalam Pelaksanaan
Pekerjaan.
Mengacu pada ketentuan di atas berdasarkan perintah PA,
Pokja ULP dapat melakukan penunjukan langsung untuk
pengadaan obat, bahan makanan dan tabung oksigen untuk
keselamatan/pelayanan masyarakat dengan negosiasi kewajaran
harga.
Dalam hal pekerjaan pelayanan masyarakat telah
dilaksanakan tanpa didasari oleh perjanjian/perikatan sebelumnya
dengan pihak penyedia barang/jasa karena pelaksanaan
89

pekerjaan tersebut tidak dapat ditunda, maka proses pembayaran


dan penandatanganan kontrak pembayarannya dapat dilakukan
setelah melalui proses audit dari Inspektorat.
Untuk mendukung proses audit sebagaimana tersebut di atas,
maka disarankan untuk mengumpulkan bukti-bukti antara lain:
Berita Acara Pelaksanaan Pekerjaan,
Kuitansi,
Tanda Terima,
Foto-foto pelaksanaan dan/atau
Bukti pendukung lainnya.
Hasil audit dan kepastian telah teralokasinya anggaran
menjadi salah satu dasar Penandatanganan Kontrak Pembayaran
Hutang pekerjaan ini.
Selanjutnya karena pekerjaan ini adalah pekerjaan yang
berkelanjutan, untuk Tahun Anggaran berikutnya Pengadaan
Pemeliharaan Sistem pelayanan masyarakat dilakukan dengan
Pelelangan Umum yang prosesnya dapat dimulai pada tahun
anggaran sekarang, setelah dokumen RKAKL-nya disetujui
(Pasal 73 ayat (1) huruf b Perpres Nomor 70 Tahun 2012). Atau
kalau memungkinkan dibuat Kontrak untuk tahun jamak.
Untuk pekerjaan yang menggunakan kontrak harga satuan
dapat dilakukan perubahan kontrak terhadap volume (kuantitas).
Untuk pengadaan obat dan alat kesehatan yang sudah
tersedia di e-catalogue dapat dilakukan dengan pengadaan
secara prosedur e-catalogue. Untuk obat dan alat kesehatan yang
belum ada dalam e-catalogue menggunakan proses pengadaan
sesuai dengan peraturan presiden no. 54 tahun 2010
sebagaimana telah diubah dalam peraturan Presiden no. 54
90

Tahun 2010 sebagaimana diubah dalam Peraturan Presiden No.


70 tahun 2012.
Pengadaan yang sifatnya mendesak untuk keselamatan
masyarakat dilakukan dengan penunjukan langsung dengan
negosiasi teknis dan harga (Peraturan Presiden No. 70 tahun
2012 Pasal 38 ayat 4a3, penunjukan langsung dapat dilakukan
untuk keselamatan/ perlindungan masyarakat yang pelaksanakan
pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera).
Proses pengadaan adalah pilihan-pilihan prosedural,
jangan sampai penerapan hukum yang tidak proporsional
mengakibatkan rumah sakit di negeri ini tersandera dalam
memberikan pelayanan yang baik.
28. PEMAKETAN DI SATU KODE REKENING
PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

UNTUK

Pada paket kegiatan Pengadaaan sarana dan prasarana


puskesmas Paket Pekerjaan Belanja modal Pengadaan alat-alat
kedokteran umum Sebesar Rp. 1.800.000.000.pada saat
perencanaan semula semua item barang yang terdapat dalam
satu anggaran tersebut belum ada di e-catalogue. saat akan
diadakan proses pemilihan penyedia ternyata e-catalogue nya
telah keluar.
Apa langkah yang harus dilakukan oleh PPK, apalagi bila
harganya melebihi harga e-catalogue?
Dapatkah Paket Pekerjaan tersebut terdiri dari beberapa
bentuk perikatan/perjanjian dengan Penyedia sesuai dengan
jumlah transaksi, tanpa harus merubah dokumen anggarannya?
Pengadaan yang dilakukan melalui pelelangan karena
kemarin belum tersedia catalognya tetap dapat diteruskan. Harga
91

yang terbentuk dari proses pelelangan bisa melebihi dari harga ecatalogue, dengan catatan harga HPS telah dibuat sesuai dengan
prosedur.
Satu kode rekening anggaran (akun) dapat dilakukan
banyak pemaketan sehingga akan banyak kontrak dengan
berbagai penyedia.
Dalam hal satu kode rekening (akun) dengan satu penyedia
maka dilakukan dengan satu kontrak (walaupun transaksinya
banyak) e-catalogue merupakan salah satu pilihan, dimana
penunjukan langsung dapat dilakukan. Ketentuan e-catalogue
ada di Pasal 38 perpres 70/2012.
29. BILA HARGA E-CATALOGUE OBAT DI AWAL JANUARI 2014
BELUM TERSEDIA
Pelayanan Bagaimana bila harga di e-catalogue untuk obat
sedang di update?
Pelayanan kepada masyarakat tidak boleh terhenti, karena
masalah pengadaan.
Dalam hal harga e-catalogue obat belum tersedia,
pengadaan dilakukan untuk kebutuhan 2 minggu atau satu bulan
dengan pengadaan langsung/penunjukan langsung, dengan
negosiasi kewajaran harga.
Diharapkan harga e-catalogue obat akan segera ada.
30. STOK DI E-CATALOGUE TIDAK DAPAT DIPESAN LAGI
Pengadaan di e-catalogue secara e-purchasing disusun
atas dasar kebutuhan nasional.

92

Misal ada 500 kota/kabupaten menyusun kebutuhan atas


suatu obat tertentu misal obat Z dengan total kebutuhan ada
100.000 butir.
100.000 butir bisa disediakan oleh Pabrikan W .
Maka LKPP melakukan kontrak payung dengan kewajaran harga
kepada Pabrikan W.
Semua instansi pemerintah seperti Rumah Sakit
pemerintah dapat melakukan pengadaan obat secara e-catalogue
dengan e-purchasing (bahkan untuk pengadaan obat secara epurchasing ini, bisa menyebut merek dan tidak diperlukan lagi
negosiasi harga).
Suatu saat semua kebutuhan Rumah Sakit akan mencapai
lebih dari 100.000 butir, sehingga penyedia tersebut tidak bisa
memenuhi lagi sesuai kontrak payung.
Stok sesuai kontrak payung telah dicapai dengan pabrikan
W. Penyedia tidak memenuhi karena kita memberi angka 100.000
butir yang didapat dari penjumlahan masing-masing
kota/kabupaten, yang mungkin sekali angka yang disampaikan
oleh kota/kabupaten tidak begitu akurat atau selama ini tidak teruji
bila dicocokkan dibandingkan dengan realisasinya.
E-catalogue obat sudah dikompetisikan dan ditentukan 1
pemenang dari 1 penyedia obat, target adalah RKO, bila
permintaan melebihi RKO maka tidak dapat dipenuhi oleh
penyedia obat.
Dalam hal ada kebutuhan obat tidak bisa dipenuhi lagi oleh
Pabrikan W tersebut, kita agar mencatat penyataan penyedia
tersebut, yang selanjutnya kita dapat mengadakan melalui
pelelangan atau pengadaan langsung. Untuk kebutuhan obat
yang sifatnya mendesak untuk pelayanan masyarakat dapat
dilakukan dengan penunjukan langsung.
93

Setiap pengadaan langsung atau penunjukan langsung


agar dilakukan kewajaran harga.
31. TIDAK ADA NEGOSIASI DALAM PENGADAAN OBAT
SECARA E-PURCHASING
Apakah dalam pengadaan obat melalui e-purchasing masih
diperlukan negosiasi harga?
Harga obat di e-catalogue INAPROC merupakan harga hasil
kompetisi yang merupakan harga transaksi sehingga tidak
diperlukan negosiasi harga.
32. CARA PENGADAAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS
Mohon petunjuk untuk pengadaan alat kesehatan
puskesmas dimana dalam uraian barang/ kebutuhan barang
yang akan dilakukan pelelangan, barang alkes yang dibutuhkan
ada yang belum tersedia harga e-catalogue (harga dari
LPSE/LKPP).
Pengadaan sebaiknya dilakukan dengan e-catalogue/epurchasing LKPP. Sehingga barang/jasa yang ada di e-catalogue
dilakukan dengan e-purchasing. Dalam hal tidak ada di ecatalogue LKPP, barang/jasa yang diperlukan agar dilakukan
pemaketan berdasarkan kompetensi penyedia.
Berikutnya terhadap paket yang barangnya hanya bisa
disediakan oleh satu penyedia agar dilakukan penunjukan
langsung dengan negosiasi harga.
Terhadap barang/jasa yang penyedianya banyak agar dilelangkan
atau bila nilainya s.d. Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
dilakukan dengan pengadaan langsung.
94

33. PEMAKETAN UNTUK ALAT KESEHATAN DENGAN ECATALOGUE LKPP


Apakah Rumah Sakit hanya boleh mengadakan alat alat
kesehatan yg ada di e-catalogue?
Bila demikian bagaimana cara pemaketan dan
pelaksaannya mengingat tidak seluruhnya alkes sudah ada di ecatalogue? DIPA sudah ditetapkan.
Apa boleh dilaksanakan secara pengadaan langsung
pekerjaan pengadaan barang dengan pagu dibawah
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), namun barang tersebut
menambah aset K/L/D/I, dan bukan operasional rutin K/L/D/I?
Pasal 39 Pepres 70 thn 2012
Misalkan ada satu kode akun pengadaan alkes senilai satu
miliar rupiah untuk 3 alat.
Ada dua alat di e-catalogue LKPP.
Alat di e-catalogue LKPP dari penyedia A Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan dari penyedia B senilai
Rp. 320.000.000,- (tiga ratus dua puluh juta rupiah) sehingga
senilai total Rp. 820.000.000,- (delapan ratus dua puluh juta
rupiah).
Pengadaan langsung diutamakan terhadap barang yang
tidak menambah aset, namun demikian sisa tersebut sebesar
Rp. 180.000.000,- (seratus delapan puluh juta rupiah) dapat
dilakukan dengan pengadaan langsung.
Jadi di satu akun rekening DIPA bisa menjadi banyak
kontrak/SPK (contoh ini ada tiga kontrak/SPK).
95

34. E-CATALOGUE ALAT KESEHATAN TELAH ADA


Telah tersedia e-catalogue alat kesehatan, yang dapat
diadakan secara e-purchasing. Harga catalog masih perlu untuk
dilakukan negosiasi harga.
Silahkan klik di
http://inaproc.lkpp.go.id/v3/public/ee-catalogue /ee-catalogue
.htm
35. SATU KODE REKENING DI DPA ATAU DIPA UNTUK BANYAK
KONTRAK PENGADAAN OBAT
Dalam DPA/DIPA 2013 untuk pengadaan obat untuk satu
kode rekening DPA senilai Rp. 2,4 miliar. Tahun lalu dilelangkan
dengan satu kontrak. Tahun ini melalui e-catalogue epurchasing. Obat yang kami perlukan tersedia di e-catalogue.
Penyedianya adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

PT Kimia Farma
PT Indo Farma
PT Novapahrin
PT Phapros
PT Kalbe Farma
Tidak ada di catalog
Dengan demikian akan ada 6 penyedia. Bagaimana
pengadaan dan kontraknya? Pengadaan yang sudah ada ecatalogue maka dilakukan pengadaan dengan e-purchasing,
berdasarkan hal ini, maka ada 5 penyedia.
Sedangkan yang tidak ada di e-catalogue dilakukan
pelelangan atau pengadaan langsung berdasarkan besaran
nilainya. Misalnya terpilih penyedia PT. X, kontrak dilakukan
dengan masing-masing penyedia, sehingga ada 6 kontrak.
96

Kontrak dengan penyedia disarankan menggunakan kontrak


harga satuan.
Jadi dalam satu kode rekening dapat dilakukan dengan
banyak kontrak, tidak ada larangannya, yang tidak boleh adalah
adanya perikatan kontrak/SPK yang semua nilai kontraknya bila
dijumlahkan akan melebihi anggaran.
Jadi dalam satu kode rekening dapat dilakukan dengan banyak
kontrak. Kita terbiasa dengan satu kode rekening dengan satu
kontrak saja. Padahal dapat dilakukan satu kode rekening dengan
banyak kontrak.
36. PENGADAAN OBAT 2013
Untuk pengadaan obat dan alat kesehatan yang sudah
tersedia di e-catalogue dapat dilakukan dengan pengadaan
secara prosedur e-purchasing.
E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/Jasa
melalui e-catalogue
Untuk obat dan alat kesehatan yang belum ada dalam ecatalogue menggunakan proses pengadaan sesuai dengan
Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 sebagaimana telah diubah
dalam Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012.
Pengadaan yang sifatnya mendesak untuk keselamatan
masyarakat dilakukan dengan Penunjukan Langsung dengan
negosiasi teknis dan harga (Peraturan Presiden No. 70 tahun
2012 Pasal 38 ayat 4 a3, penunjukan langsung dapat dilakukan
untuk keselamatan/perlindungan masyarakat yang pelaksanaan
pekerjaannya tidak dapat ditunda/ harus dilakukan segera).
Penunjukan langsung dilakukan kepada pabrikan atau
distributor resmi dari pabrikan tersebut.
97

Untuk pengadaan bukan kebutuhan mendesak, dalam rangka


ketersediaan cadangan obat tidak dapat dilakukan dengan
penunjukan langsung.
Untuk paket-paket sampai dengan Rp.200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) dapat dilakukan dengan pengadaan langsung
dengan negosiasi teknis dan harga.
Penyedia yang ditunjuk dengan Pengadaan Langsung atau
Penunjukan Langsung diumumkan di papan pengumuman.
37. BAGAIMANA PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI
TAHUN 2013?
Untuk pengadaan obat dan alat kesehatan yang sudah
tersedia di e-catalogue dapat dilakukan dengan pengadaan
secara prosedur e-purchasing.
E-purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa
melalui sistem katalog elektronik
Untuk obat dan alat kesehatan yang belum ada dalam ecatalogue menggunakan proses pengadaan sesuai dengan
Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 sebagaimana telah diubah
dalam Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012.
Pengadaan yang sifatnya mendesak untuk keselamatan
masyarakat dilakukan dengan Penunjukan Langsung dengan
negosiasi teknis dan harga (Peraturan Presiden No. 70 tahun
2012 Pasal 38 ayat 4 a3, penunjukan langsung dapat dilakukan
untuk keselamatan/perlindungan masyarakat yang pelaksanaan
pekerjaannya tidak dapat ditunda/ harus dilakukan segera).
Penunjukan Langsung dilakukan kepada pabrikan atau
distributor resmi dari pabrikan tersebut.
98

Untuk pengadaan bukan kebutuhan mendesak, dalam


rangka ketersediaan cadangan obat tidak dapat dilakukan dengan
penunjukan langsung.
Untuk paket-paket sampai dengan Rp.200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) dapat dilakukan dengan pengadaan langsung
dengan negosiasi teknis dan harga.
Penyedia yang ditunjuk dengan Pengadaan Langsung atau
Penunjukan Langsung diumumkan di papan pengumuman.
38. PEMAKETAN ALAT KESEHATAN
Kegiatan: Pengadaan Alat Kesehatan dan Alat Penunjang
Kesehatan. Terdiri dari 5 Pekerjaan dengan kode rekening
pekerjaan masing masing:
a. Pengadaan Alat Kedokteran Mata, Pagu Rp 1.000.000.000,- (
Sudah Kontrak )
b. Pengadaan Alat Kedokteran Gigi, Pagu Rp 200.000.000,c. Pengadaan Alat Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Pagu
Rp 200.000.000,d. Pengadaan Alat Fisiotherapy, Pagu Rp 200.000.000,e. Pengadaan Alat Farmasi, Pagu Rp 200.000.000,Rencananya, akan dilaksanakan pengadaan alat untuk
pekerjaan no 2 s.d. no 5 dengan cara Pengadaan Langsung
untuk masing-masing Pengadaan di atas, jadi akan ada 4
Pengadaan Langsung
Pertanyaan:
Apakah Rencana tersebut sudah tepat?
Tanggapan:
99

Apabila alat kesehatan yang dibutuhkan terdapat dalam ecatalogue , maka dapat dilakukan dengan e-purchasing. Terkait
dengan karakteristik alat kesehatan tersebut, apabila dalam
praktek bisnisnya dapat dipenuhi dalam satu kompentesi
penyedia, maka pemaketan dilakukan dalam satu paket. Bila
tidak dapat dipenuhi dalam satu kompentesi penyedia maka
pemaketan pengadaan dilakukan sesuai kompetensi penyedia.
Berdasarkan hasil pemaketan, bila nilai paket di atas Rp
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan tidak tersedia di ecatalogue LKPP maka dilakukan dengan pelelangan.
39. PENGADAAN OBAT GENERIK/OBAT PATEN
a. Apa diperbolehkan pengadaan obat generik yang tidak ada
dalam e-catalogue dilakukan secara Penunjukan Langsung
atau harus tender?
b. Apa diperbolehkan memisah pengadaan obat generik dan
paten dalam 1 (satu) rekening? atau harus ditender semua?
Tanggapan:
a. bila penyedianya hanya satu, dilakukan penunjukan
langsung.
b. bila penyedianya banyak dan nilainya dibawah Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) maka dilakukan dengan
pengadaan langsung.
c. bila penyedianya banyak dan nilainya di atas Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) maka dilakukan dengan
pelelengan sederhana.

100

Dalam satu kode rekening dapat dilakukan banyak SPK/kontrak


dengan:
a. e-catalogue LKPP dengan e-purchasing (bisa banyak
penyedia, yang akan SPK/kontrak ),
b. pelelangan,
c. pengadaan langsung,
d. penunjukan langsung.
40. KONTRAK OBAT SECARA E-PURCHASING YANG TIDAK
BISA DIPENUHI
Telah dilakukan kontrak pengadaan obat secara ecatalogue dengan e-purchasing. Dalam pelaksanaannya,
penyedia tidak dapat memenuhi sebagian obat karena
dihentikan/belum dipenuhinya ketentuan sesuai ketentuan BPOM
(Badan Pengawas Obat dan Makanan).
Berdasarkan hal tersebut, kontrak hanya dilakukan
terhadap yang dapat dipenuhi oleh penyedia atau dilakukan
pemutusan kontrak.
Pemutusan kontrak dilakukan berdasarkan penelitian PPK,
bila Penyedia barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan
keseluruhan pekerjaan ...(Pasal 93 Perpres 54/2010 beserta
perubahannya).
Instansi dapat melaporkan ke LKPP mengenai tidak
dipenuhinya kontrak. Pemberian sanksi dilakukan oleh LKPP
dalam hal kesalahan tersebut merupakan kesalahan penyedia.

101

41. SATU KODE REKENING UNTUK BANYAK KONTRAK


PENGADAAN OBAT
Sehubungan dengan penerapan ketentuan pelaksanaan
pengadaan obat generik melalui e-catalogue pada bulan Mei
2013, dalam pengadaan obat Rumah Sakit kami pada proses
pengadaan obat tersebut ditemui beberapa masalah.
Berdasarkan masalah tersebut kami mohon penjelasan agar
permasalahan yang kami hadapi dalam proses pengadaan obat
terselesaikan dan pelaksanaannya berjalan baik.
Adapun masalah yang kami hadapi sebagai berikut :
Kegiatan pengadaan obat rumah sakit di DPA satu kode
rekening antara obat generik dan non generik, terjadi pemisahan
sehubungan penerapan e-catalogue untuk obat generik.Hal
tersebut apakah dibenarkan karena DPA satu kode rekening?
Dalam pengadaan obat generik sesuai e-catalogue terjadi
pemecahan anggaran dan SPK(kontrak). Hal ini apakah
dibenarkan karena DPA satu kode rekening?
Obat generik yang tidak termasuk dalam e-catalogue, untuk
pengadaannya apakah digabungkan dengan lelang obat non
generic atau melalui penunjukan langsung?
Pencairan anggaran untuk penyedia barang (obat generik)
karena banyaknya SPK atau kontrak terjadi permasalahan di
Bagian Keuangan.
Mohon penjelasan terkait dengan tata cara dan prosedur
pencairan anggaran!
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal
102

110 ayat (4) K/L/D/I melakukan e-purchasing terhadap


barang/jasayang sudah dimuat dalam sistem e-catalogue
elektronik. Sedangkan berdasar pasal 1 ayat (41) E-purchasing
adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog
elektronik.
Mengacu kepada ketentuan tersebut diatas, maka untuk
pengadaan obat yang sudah tercantum harganya dalam ecatalogue, dapat dilakukan dengan penunjukan langsung dengan
menggunakan aplikasi e-purchasing dan memperhatikan Surat
Edaran Kepala LKPP No.1 Tahun 2013 tentang e-purchasing.
Sedangkan untuk obat yang tidak dalam e-catalogue dilakukan
dengan pemaketan berdasar kompetensi Penyedia. Selanjutnya
berdasarkan pemaketan tersebut dilakukan pengadaan
langsung/pelelangan sesuai dengan nilainya. Bila penyedia yang
dapat memenuhi hanya 1 (satu) dilakukan penunjukan langsung
dengan negosiasi kewajaran harga;
Untuk 1 (satu) kode rekening dapat dilakukan dengan
banyak transaksi atau banyak Kontrak, bagi keuangan daerah hal
tersebut sering tidak biasa namun bisa dilakukan dan selanjutnya
untuk pencairan anggaran silahkan Saudara berkoordinasi
dengan bagian keuangan.
42. PENGADAAN OBAT SECARA E-PURCHASING
Pengadaan obat secara E-purchasing dapat dilihat di
http://116.66.204.151/e-e-catalogue -obat/
Kementerian/Lembaga/Pemda/Instansi
dalam
melakukan
penunjukan kepada penyedia tidak perlu melakukan kualifikasi
penyedia lagi (kecuali ada hal yang diperlukan).

103

Bila yang diperlukan banyak obat dan banyak penyedia di


e-catalogue maka akan diperlukan banyak kontrak berdasar
pabrikan tersebut.
Harga di e-catalogue obat sudah merupakan harga
transaksi sehingga dapat dilakukan transaksi tanpa ada negosiasi
lagi. Lebih lanjut lanjut mengenai e-purchasing silahkan
mempelajari pasal 110 perpres 54/2010 jo perpres 70/2012.

104

BAB V

105

BAB V
PENGADAAN DENGAN E-CATALOGUE LKPP SECARA
E-PURCHASING
43. AUDITOR TENTANG PPH UNTUK E-CATALOGUE
Pada tahun 2013 kami ada pengadaan kendaraan.
Disini ada perbedaan pemahaman antara kami dengan auditor
dalam memaknai redaksi "Harga Off The Road Plat Merah sudah
termasuk PPN dan PPh" yang tercantum pada harga e-catalogue
LKPP.
Auditor beranggapan LKPP memasukkan PPh dalam harga
off the road plat merah, padahal komponen PPh tidak boleh
dianggarkan.
Sehingga HPS kami (yang berdasarkan e-catalogue)
dianggap oleh auditor terdapat pula komponen PPh sehingga
kami dianggap melanggar Perpres 70.
Mohon informasi.
Tanggapan:
Harga sudah termasuk pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
Semua instansi dalam membuat HPS tidak boleh memasukan
PPh.
Sedangkan semua instansi dapat menggunakan harga ecatalogue untuk negosiasi dalam pengadaan secara e-catalogue.
Yang didalam e-catalogue sudah dimasukkan anggaran PPN dan
tidak perlu ditambahkan PPh lagi.
106

Dengan demikian ketika Saudara mengambil harga e-catalogue


dan melakukan negosiasi, maka hal tersebut telah benar.
Kemudian ketika melakukan pembayaran dilakukan pemotongan
PPN dan PPh.
44. E-CATALOGUE SEBAGAI SALAH SATU SUMBER
SPESIFIKASI UNTUK PENGADAAN BARANG DAN JASA
PEMERINTAH
Spesifikasi adalah rincian atau kriteria-kriteria dari suatu
barang atau jasa.
Sedangkan spesifikasi untuk pengadaan barang dan jasa
pemerintah adalah rincian atau kriteria-kriteria dari suatu barang
atau jasa yang diperlukan dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah.
Sering juga kita menyebut suatu kriteria minimal yang
diperlukan.Namun dalam beberapa hal kriteria minimal yang telah
ditetapkan ketika diperoleh suatu kriteria yang lebih, tidak cocok
dengan yang kita perlukan.
Spesifikasi agar menuju ketepatan dari barang dan jasa
yang diperlukan.Spesifikasi menggambarkan batasan minimum
dan maksimum untuk barang dan jasa yang diperlukan.
Banyak cara untuk menyusun spesifikasi berdasar asal
data spesifikasi, dalam penulisan ini diambil beberapa saja yang
memudahkan dalam pemahaman kita. Spesifikasi bisa diperoleh
dari:
a. brosur atau penjelasan produk
b. kinerja
107

c. standar
d. ahli /konsultan
e. e-catalogue INAPROC
Dalam menyusun spesfikasi melalui brosur atau penjelasan
produk kita bisa melihat dari brosur atau penjelasan produk yang
menjelaskan kemampuan teknis dari barang atau jasa yang
diperlukan. Lebih baik lagi bila ada beberapa brosur sehingga
kita dapat membandingkan untuk mencari standar minimal dari
kinerja yang diharapkan atas suatu produk atau jasa.
Bentuk dari brosur dari suatu produk atau penjelasan
produk bisa berwujud daftar barang dan jasa yang dikeluarkan
oleh suatu pabrikan atau catalogue produk.
Brosur atau daftar produk dapat diperoleh dari lembar
promosi atau buku catalogue produk. Publikasi produk banyak
ditemui di bagian pemasaran, di buku telepon atau di publikasi
internet.
Menyusun spesifikasi berdasar kinerja, dilakukan atas
identifikasi atau keperluan kinerja tertentu yang kita
harapkan.Setelah ditemukan kinerja yang diharapkan maka kita
membuat kriteria teknis untuk mencapai kinerja tersebut. Contoh
diperlukan kinerja mengangkut sampah seberat 50 ton sehari
maka diperlukan secara teknis adanya kendaraan tertentu yang
harus dapat didetailkan secara teknis kriteria atau spesifikasinya
yang mampu menyelesaikan sampah sebesar 50 ton dalam
sehari.
Spesifikasi secara standar dapat diperoleh dari standar
yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu, misalanya dari
SNI (Standar Nasional Indonesia) atau standar pembangunan
jalan dari Kemen PU.
108

Untuk suatu institusi yang mempunyai kantor yang banyak


dan menyebar dapat membuat spesifikasi standar yang
diwujudkan dalam pedoman/petunjuk teknis. Dengan demikian
maka spesesifikasi pengadaannya dapat langsung mengacu
kepada spesifikasi dalam pedoman/petunjuk teknis.
Untuk keperluan akan barang/jasa tertentu yang kita tidak
memiliki kompetensi maka dalam pembuatan spesifikasi dapat
dibantu oleh yang ahli dalam bidang tersebut. Contoh untuk
pengadaan alat-alat khusus atau alat yang merupakan teknologi
tinggi dapat meminta kepada ahlinya untuk membantu membuat
spesifikasinya dan sekaligus cara mengevaluasi penawaran dari
segi teknisnya. Jangan sampai PPK menyusun spesifikasi
sembarangan saja dan pokja ULP melakukan evaluasi dengan
asal evaluasi saja.
Dalam pekerjaan konstruksi, dalam pembuatan spesifikasi
dapat dibuatkan spesifikasinya oleh konsultan perencana. Tugas
kita bersama dengan tim teknis untuk mengkaji hasil pekerjaan
dari konsultan perencana.
Proses pengadaan pemerintah yang cepat dapat diperoleh
melalui e-catalogue INAPROC. Ketika suatu produk atau jasa
sudah ada dalam e-catalogue INAPROC, maka tidak diperlukan
lelang, kita dapat langsung melakukan penunjukan langsung atau
e-purchasing berdasarkan kecocokan kita atas spesifikasi yang
ada dalam e-catalogue INAPROC. Bila spesifikasi yang ada, tidak
ada dalam e-catalogue INAPROC maka dilakukan pengadaan
langsung atau pelelangan sesuai dengan nilai pengadaan. Dalam
hal memenuhi ketentuan khusus atau tertentu maka dapat
dilakukan penunjukan langsung.

109

45. PENGADAAN DI E-CATALOGUE LKPP, HARUSKAH YANG


TERMURAH?
No.
1
2
3
4
5

Nama alat
XXX spesifikasi zzzz
XXX spesifikasi zzzz
XXX spesifikasi zzw
XXX spesifikasi zmzy
XXX spesifikasi zznk

Penyedia
PT A
PT B
PT C
PT D
PT E

Harga Rp.
$
$
$
$
$

90.000
91.500
92.200
92.800
93.050

Dalam pengadaan dengan e-catalogue LKPP, instansi


pemerintah tidak diharamkan lagi menyebut merek kepada
Pejabat Pengadaan atau Pokja ULP untuk diproses
pengadaannya, dan spesifikasi tidak perlu membuat lagi, sudah
tersedia di e-catalogue LKPP.
Apakah pengadaan harus dilakukan kepada yang termurah
di antara yang tersedia di catalog LKPP ?
Bila dalam satu daerah terdapat beberapa penyedia ecatalogue yang menawarkan barang dengan merek, tipe, spek
yang sama, maka yang diutamakan adalah penyedia yang
menawarkan harga yang paling murah.
Pengadaan dilakukan terhadap barang yang diperlukan,
dan dilakukan klarifikasi serta negosiasi harga. Misalkan terhadap
produk PT D, dilakukan klarifikasi teknis dan negosiasi kewajaran
harga.
Harga untuk mata uang asing sudah dikonversi kedalam
rupiah dan sudah ter-update dengan kurs tengah, harian Bank
Indonesia.

110

46. PENGADAAN ALAT BERAT


a. Siapakan penyedia untuk pengadaan alat berat?
b. Harga survei yang merupakan harga jual sebesar Rp. X,
kemudian profit HPS adalah 10%
c. Apakah HPS = Rp. X + Profit 10% ?
d. Apakah pengadaan alat berat yang tidak di e-catalogue LKPP
bisa dilakukan penunjukan langsung kepada dealer/distributor
resmi?
e. Apakah pengadaan alat berat harus menggunakan pihak ke
tiga?
f. Apakah ada daftar harga LKPP untuk alat berat?
g. Kemudian untuk penentuan HPS bagaimana caranya?
Tanggapan:
a. Berdasarkan Perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya pada
pasal 19 antara lain disebutkan "memiliki keahlian,
pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk
menyediakan Barang/Jasa". Dengan demikian pengadaan
alat berat dapat disyaratkan penyedianya adalah dealer atau
distributor.
b. Berdasarkan Perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya pada
pasal 66 antara lain disebutkan mengenai harga pasar.
Dengan demikian bila harga survai kepada level penyedia
(dealer/distributor) yang akan ikut dalam pelelangan kita
adalah harga jual, maka tidak perlu ditambahkan keuntungan,
karena harga jual sudah termasuk keuntungan.
c. Dalam hal spesifikasi alat berat yang diperlukan tidak ada di
e-catalogue, maka agar dicari terlebih dahulu di e-catalogue
mengenai alat berat yang spesifikasinya mendekati. Dalam
hal
tidak ada di e-catalogue maka dilakukan
pelelangan/pengadaan langsung sesuai dengan nilai
111

pengadaan, dengan penyedianya adalah dealer/distributor.


Bila nilainya dibawah Rp 200 juta maka dapat dilakukan
pengadaan langsung dengan klarifikasi teknis dan negosiasi
kewajaran harga.
d. Dalam hal berdasarkan identifikasi kebutuhan hanya bisa
dipenuhi oleh satu penyedia maka dilakukan dengan
penunjukan langsung, dengan klarifikasi teknis dan negosiasi
kewajaran harga.
e. Pengadaan alat berat harus melalui pemilihan penyedia.
f.

Daftar harga dapat dilihat pada e-catalogue dalam aplikasi epurchasing. Bila belum/tidak tercantum dalam e-catalogue
maka pengadaannya melalui pelelangan kepada usaha non
kecil yaitu pabrikan, dealer, distributor resmi yang memiliki
garansi barang, bukan PT / CV yang sehari-hari tidak
menjual produk ini.

g. Perhitungan HPS sebagaimana disebutkan dalam Perpres


Nomor 70 Tahun 2012 Pasal 66.
HPS adalah harga beli dari para pembeli atau harga jual
dilevel agen, distributor resmi dan pabrikan (tidak perlu
ditambah keuntungan, karena harga jual adalah harga yang
sudah termasuk keuntungan).
47. TIDAK ADA DI E-CATALOGUE LKPP MAKA PENUNJUKAN
LANGSUNG ATAU PELELANGAN
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota XXX
hendak melakukan penyusunan HPS untuk pengadaan alat berat
(1 unit Excavator dan 1 unit Bulldozer) untuk pemeliharaan TPA
Sampah. Disini kami berkeinginan agar pengadaan ini
dilaksanakan secara e-purchasing/ e-catalogue, agar
112

pelaksanaanya lebih cepat dan menguntungkan negara. Setelah


kami lihat barang yang kami maksud di e-catalogue ternyata
belum ada.
Bagaimana agar barang yang kami maksud dapat
ditampilkan di e-catalogue LKPP atau apakah kami dapat
melaksanakan pembelian (barang yang kami maksud adalah
Bulldozer Zzzzz, dan Excavator Cccccek dibawah agen tunggal
adalah PT. Hemmmm) langsung saja ke Distributor/Agen Tunggal
(Kontrak antara PPK dengan Agen Tunggal/Distributor) seperti
layaknya pribadi/swasta membeli alat berat?
Bila spesifikasi minimal yang diperlukan hanya ada di satu
merek maka dilakukan penunjukan langsung ke distributor/agen
tunggal. Bila dapat dipenuhi oleh banyak distributor/agen tunggal
dari berbagai merek maka dilakukan pelelangan dengan
pesertanya adalah para distributor/agen tunggal.
Ada beberapa point:
Bagaimana secara umum melakukan proses pengadaan,
jika dikaitkan dengan proses e-purchasing/ e-catalogue maka apa
bila fungsi barang yang dibutuhkan tidak ada di e-catalogue maka
dapat dilakukan sesuai proses pengadaan sesuai yang diatur
dalam Perpres, namun jika sudah menuju pada merek tertentu
maka belum dapat difasilitasi untuk saat ini. Tetapi tidak menutup
kemungkinan di kemudian hari semua merek dapat tersedia
dalam e-catalogue. Proses pemasukan produk dalam e-catalogue
masih memerlukan waktu yang saat ini belum dapat dipastikan
karena banyaknya produk yang masih ditangani oleh pokja;
Mengenai pelelangan yang dilakukan antar distributor
sebenarnya tidak ada larangan sepanjang memenihi syarat
sesuai pasal 19, dengan level penyedia yang setara. Perlu di cek
apakah level distributor dapat langsung menjual kepada
113

konsumen, karena ada beberapa distributor yang tidak dapat


menjual langsung. Struktur ini perlu diketahui, sehingga tidak
selalu pelelangan yang terjadi meminta ijin SIUP.
48. E-PURCHASING LKPP SAMA DENGAN PENUNJUKAN
LANGSUNG?
Apakah pengadaan e-purchasing melalui e-catalogue dapat
disebut sebagai metode Penunjukan Langsung.
E-purchasing berbeda dengan penunjukan langsung,
karena diatur tersendiri dengan memperhatikan kontrak
payungnya. E- purchasing (pembelian lewat e-catalogue ) hanya
dapat dilakukan bila tercantum dalam e-catalogue LKPP dengan
menggunakan aplikasi LKPP.
E-purchasing adalah pembelian barang/jasa yang
tercantum dalam e-catalogue. Sedangkan penunjukan langsung
adalah proses penetapan penyedia barang/jasa sebagaimana
yang diatur dalam pasal 38 dan pasal 44 Perpres 54/2010 jo
Perpres 70/2012.
Proses e-purchasing dapat dilakukan oleh pejabat
pengadaan untuk anggaran s.d. Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) atau pokja ULP untuk anggaran di atas Rp 200.000.000,(dua ratus juta rupiah).
49. PENGADAAN LANGSUNG KARENA DI E-CATALOGUE TIDAK
ADA
Dana dalam dokumen anggaran senilai Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah). Dari dana tersebut diadakan senilai Rp.
400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) secara e-catalogue
114

dengan e-purchasing. Bagaimana dengan dana Rp.


100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang tidak ada di e-catalogue,
dapatkah diadakan dengan Pengadaan Langsung?
Nilai sisa sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
dapat dilakukan dengan pelelangan atau pengadaan langsung.
Dalam hal dilakukan dengan pengadaan langsung agar dilakukan
dengan klarifikasi teknis dan negosiasi kewajaran harga
50. PENGADAAN LELANG KARENA DI E-CATALOGUE TIDAK
ADA
Dana dalam dokumen anggaran senilai Rp. 900.000.000,(sembilan ratus juta rupiah). Dari dana tersebut diadakan senilai
Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) secara e-catalogue
dengan e-purchasing. Bagaimana dengan dana Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang tidak ada di ecatalogue, dapatkah diadakan dengan Pengadaan Langsung?
Nilai sisa sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
dapat dilakukan dengan pelelangan.
51. PENYEDIA DI E-CATALOGUE BERBEDA LOKASI
Untuk pengadaan alat pertanian (hand tractor) sudah ada
harga e-catalogue yang penyedianya berlokasi di Yogyakarta.
Apakah untuk pengadaan hand tractor di Kota Pariaman
(Sumatra Barat) dapat dilaksanakan secara penunjukan langsung
kepada penyedia tersebut atau dilelangkan?
Dalam hal barang tersebut sudah tercantum di e-catalogue
dengan penyedia berlokasi di Yogyakarta maka dapat dilakukan
e-purchasing dengan menambahkan ongkos kirim. Bila di e115

catalogue belum termasuk biaya kirim ke daerah Saudara, maka


dapat dibuat paket tersendiri mengenai biaya kirim. Dalam hal
Saudara akan mengadakan diluar e-catalogue, sesuai nilainya
dilakukan dengan pelelangan/pengadaan langsung.
52. PENETAPAN SPESIFIKASI DAN PENETAPAN METODE
PEMILIHAN PENYEDIA
Berdasarkan identifikasi spesifikasi maka ditetapkan
metode pemilihan penyedia sbb:
a. Bila spesifikasi ada dalam e-catalogue INAPROC dapat
dilakukan pengadaan secara e-purchasing, berapapun
nilainya
b. Bila tidak terdapat dalam e-catalogue INAPROC maka
dilakukan pengadaan sesuai dengan nilainya yaitu
pengadaan langsung atau pelelangan
c. Bila tidak terdapat dalam e-catalogue INAPROC dan
penyedianya hanya satu maka dilakukan dengan penunjukan
langsung, berapapun nilainya
53. PROSES LELANG KEMUDIAN MUNCUL E-CATALOGUE
LKPP
E-catalogue belum ada. Kemudian dilakukan pelelangan.
Ketika proses lelang ada e-catalogue LKPP dan HPS yang
ditetapkan melebihi e-catalogue. Bagaimana ?
Disarankan untuk menggunakan e-catalogue LKPP atau
HPS pelelangan disesuaikan dengan harga e-catalogue. Lebih
lanjut dapat dilihat pada SE Kepala LKPP Nomor 1 tahun 2013
poin 5.
116

54. KONTRAK PAYUNG


Kami
ingin
menanyakan
tentang
Kontrak
Payung/Framework Contract. Kami ingin menanyakan hal-hal
sebagai berikut:
Dengan adanya kontrak payung ini, maka untuk pengadaan
perawatan kendaraan, sewa bandwith, cleaning service, travel
agent, hotel, ATK, bahan computer dan sebagainya harus wajib
dengan Kontrak Payung? Ada referensi apa saja pengadaan yang
wajib menggunakan kontrak payung?
Kontrak payung untuk pengadaan barang dan jasa
digunakan untuk pekerjaan yang berulang yang ada setiap tahun
dan berada di banyak PPK, yang proses kontrak payung tersebut
dilakukan dengan pelelangan atau penunjukan langsung bila
memenuhi syarat untuk penunjukan langsung. Kalau
pekerjaannya hanya ada di satu PPK saja disarankan agar
menggunakan kontrak harga satuan, tidak perlu menggunakan
kontrak payung.
Kontrak payung dilakukan oleh satu PPK yang mewakili
PPK-PPK yang mempunyai pekerjaan yang sama. Kontrak
payung yang pernah ada seperti pelelangan surat kabar sebagai
media pengumuman lelang/seleksi, kendaraan dinas pemerintah
dan bandwith internet.
Hasil kontrak payung seperti pengadaan kendaraan dinas
pemerintah dan bandwith internet dimunculkan dalam e-catalogue
di INAPROC sehingga dapat dilakukan dengan penunjukan
langsung atau e-purchasing.
Terhadap yang tersedia dalam e-catalogue maka dilakukan
penunjukan langsung atau e-purchasing. Untuk barang/jasa yang
117

tidak tersedia dalam e-catalogue dilakukan pelelangan atau


pengadaan langsung sesuai nilai pengadaannya.
Pasal 53 Perpres 54 tahun 2010
Kontrak Payung (Framework Contract) merupakan Kontrak
Harga Satuan antara Pejabat K/L/D/I dengan Penyedia
Barang/Jasa yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. diadakan untuk menjamin harga Barang/Jasa yang lebih
efisien, ketersediaan Barang/Jasa terjamin, dan sifatnya
dibutuhkan secara berulang dengan volume atau kuantitas
pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat Kontrak
ditandatangani; dan
b. pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja
yang didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama
terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan
oleh Penyedia Barang/Jasa secara nyata.
Penjelasan: Pejabat K/L/D/I dimaksud adalah pejabat yang
berwenang mewakili 1 (satu) atau lebih dari 1 (satu) PPK untuk
melakukan perjanjian.
Pengadaan Barang/Jasa dengan Kontrak Payung antara
lain dilakukan untuk pengadaan alat tulis kantor (ATK), pekerjaan
pengadaan kendaraan dinas, jasa boga, jasa layanan perjalanan
(travel agent) dan pekerjaan/jasa lain yang sejenis.
55. PERBEDAAN PENGADAAN DENGAN PENUNJUKAN
LANGSUNG DAN PENGADAAN SECARA E-PURCHASING
Apa perbedaan pengadaan dengan penunjukan langsung
dan pengadaan secara e-purchasing dalam konteks Peraturan
118

Presiden nomor 70 tahun 2012 pengadaan secara penunjukan


langsung diantaranya didasarkan kepada Pasal 38 Perpres 70
tahun 2012, dalam Pasal ini telah disebutkan barang/jasa yang
dapat dilakukan dengan penunjukan langsung. Barang/jasa yang
disebutkan, telah dimasukkan sebagian dalam e-catalogue (di
INAPROC).
Dalam penunjukan langsung secara e-catalogue ini, harga
yang dicantumkan masih merupakan acauan HPS, sehingga PPK
masih harus membuat HPS lagi dan kemudian terhadap penyedia
yang terpilih dilakukan negosiasi kewajaran harga. Contoh
pengadaan kendaraan dinas.
Sedangkan pengadaan secara e-purchasing didasarkan
pada pasal 110 Perpres 70 tahun 2012. Pengadaan dengan epurchasing tidak diperlukan pembuatan HPS lagi oleh PPK.
Harga yang tercantum di e-catalogue menjadi HPS bagi PPK.
Namun mengenai negosiasi harga masih tetap diperlukan.
Contoh pengadaan jasa bandwith
Dalam masa mendatang untuk semua yang tercantum dalam ecatalogue dilakukan pengadaan secara e-purchasing, sebagai
kemudahan dalam proses pengadaan.
1. E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui
sistem katalog elektronik.
2. Pengadaan barang/jasa secara elektronik dilakukan dengan
cara e-tendering atau e-purchasing.
Pasal 110**)
1) Dalam rangka e-purchasing, sistem katalog elektronik (ecatalogue) sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan
harga barang/jasa.
119

2) Sistem katalog elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diselenggarakan oleh LKPP.
(2a) Barang/jasa yang dicantumkan dalam katalog
elektronik ditetapkan oleh Kepala LKPP.
3) Dalam rangka pengelolaan sistem katalog elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LKPP melaksanakan
Kontrak Payung dengan Penyedia barang/jasa untuk
barang/jasa tertentu.
4) K/L/D/I melakukan e-purchasing terhadap barang/jasa yang
sudah dimuat dalam sistem katalog elektronik.
56. PENGADAAN E-CATALOGUE/E-PURCHASING TIDAK HARUS
BARANG/JASA YANG MURAH
Sehubungan dengan pengadaan barang pada kegiatan
lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi yang menggunakan mekanisme e-purchasing, maka
bersama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah dalam memilih barang kami dibebaskan untuk
memilih barang manapun (yang sejenis) yang terdapat pada
e-catalogue meskipun harganya berbeda, untuk kemudian
kami akan menegosiasikan harga ke pihak penyedia barang
tersebut sehingga harga dapat tetap lebih menguntungkan
negara.
2. Adapun pertimbangan kami dalam memilih calon penyedia
barang tersebut adalah kualitas barang yang sudah terjamin
dikarenakan pengalaman kami selama ini menggunakan
barang tersebut dan pengalaman penyedia dalam mensuplay barang ke titik bagi (kami akan bernegosiasi agar
barang tersebut dapat kami terima dititik bagi/lokasi).

120

Tanggapan;
Dalam pengadaan melalui e-catalogue/e-purchasing, tidak
harus memilih yang murah. Yang dipilih adalah yang diperlukan
dan yang berkualitas. Jangan lupa untuk melakukan negosiasi
harga.
57. PENGADAAN DENGAN
PURCHASING

E-CATALOGUE

MELAUI

E-

Dapatkah pengadaan jasa internet dari Maret 2014 s.d. 2015?


Bagaimana bila dibayar dimuka?
Apakah ini termasuk kontrak tahun jamak?
Bagaimana dengan jaminan pelaksanaan?
Setiap perikatan dengan penyedia di e-catalogue dilakukan
dengan kontrak payung antara penyedia dengan LKPP. Kontrak
payung yang saat ini dibuat pertahun atau untuk tahun s.d. akhir
Desember 2014.
Dengan demikian tidak dapat dibuat kontrak antara Satker
dengan penyedia melebihi tahun 2014, sehingga tidak berlaku
sebagai kontrak multi years.
Pembayaran dimuka dapat dilakukan bila secara bisnis hal
tersebut biasa dilakukan dengan suatu perjanjian atau pernyataan
yang jelas dari penyedia yang dapat dituntut secara hukum.
Umumnya untuk pembayaran jasa internet dilakukan
perbulan. Jaminan pelaksanaan untuk pengadaan secara epurchasing tidak diperlukan.Bila penyedia tidak dapat memenuhi
sesuai kontrak dan sesuia kontrak payung maka silahkan
dilaporkan ke LKPP untuk diproses dengan teguran atau tindakan
lainnya.
121

58. HARGA PERIKATAN DENGAN PENGADAAN LANGSUNG


ATAU PELELANGAN MELEBIHI HARGA E-CATALOGUE
Misal harga di SPK/Kontrak pada pertengahan Desember
2013 yang merupakan hasil proses dari pelelangan atau
pengadaan langsung untuk pengadan alat senilai Rp.
145.000.000,- (seratus empat puluh lima juta rupiah).
Ketika kontrak berjalan pada akhir Desember 2013 di ecatalogue harganya adalah lebih murah misal Rp. 139.000.000,(seratus tiga puluh sembilan juta rupiah).
Apakah hal demikian dapat dipermasalahkan?
Perbandingan tersebut tidak bersifat setara (apple to
apple). Penyedia untuk harga Rp 145.000.000,- (seratus empat
puluh lima juta rupiah) dengan penyedia untuk harga Rp.
139.000.000,- (seratus tiga puluh sembilan juta rupiah) berbeda.
Bila sama penyedianya pun, tentunya sudut pandang
penyedia tersebut akan berbeda. Sudut pandang tersebut
(motivasi penyedia/target penyedia) antara lain Rp 145.000.000,(seratus empat puluh lima juta rupiah) untuk skala kebutuhan
sedikit sedangkan harga Rp. 139.000.000,- (seratus tiga puluh
sembilan juta rupiah) untuk transaksi nasional.
Jadi yang lebih mendekati adalah mencocokan dengan
harga pasar dengan skema yang tepat. Perhitungan yang nyata
dan pasti memang agak sukar dilakukan. Selanjutnya nikmatilah
kemudahan dengan menggunakan katalog LKPP dengan cara epurchasing.

122

59. ALUR PROSEDUR E-PURCHASING


Suatu barang/jasa layak dimasukan ke dalam e-catalogue bila
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. dibutuhkan beberapa Kementerian/Lembaga/Pemda dan
Instansi lainnya
b. merupakan kebutuhan berulang
c. penyedia adalah pabrikan dan agen dibawahnya
d. mempunyai harga yang tidak melebihi harga pasar
Selanjutnya alur proses e-purchasing secara garis besar sebagai
berikut:
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
PPK melihat pada e-catalogue inaproc LKPP di
http://inaproc.lkpp.go.id/v3/public/ekatalog/ekatalog.htm,
kemudian menyusun rencana pelaksanaan pengadaan
(kebutuhan pengadaan) dan menyampaikan ke Pokja ULP.
POKJA
Pokja Log in dalam sistem aplikasi e-purchasing
Membuat paket e-catalogue
Kirim permintaan pembelian
PENYEDIA
Penyedia Log in dalam sistem aplikasi e-purchasing
Lihat notifikasi
Persetujuan permintaan pembelian

123

PPK
Pokja ULP menyampaikan ke PPK
PPK login dan input data
Cetak lampiran kontrak
Tandatangan dengan penyedia
60. SPESIFIKASI YANG DIPERLUKAN BERBEDA DENGAN YANG
ADA DI KATALOG
Di katalog tersedia armroll dengan kapasitas 10 kubik,
sedangkan kebutuhan SKPD yang tercantum dalam RUP dan
KAK kapasitas 6 kubik, bagaimana menyikapi kondisi ini?
Pilihannya;
A. lakukan revisi RUP/KAK sesuai dengan e-catalogue,
sehingga dapat dilakukan dengan pengadaan di catalog (epurchasing) atau
B. yang dibutuhkan adalah sesuai KAK, yang tidak ada di ecatalogue maka dilakukan pengadaannya dengan
dealer/main dealer melalui:
a. pelelangan bila nilainya diatas Rp 200 juta
b. pengadaan langsung bila nilainya dibawah Rp 200 juta
c. penunjukan langsung bila penyedianya tunggal
61. PENGADAAN ALAT BERAT
Apakah pengadaan alat berat harus menggunakan pihak ke tiga?
Dan apakah ada daftar harga LKPP untuk alat berat?
Kemudian untuk penentuan HPS bagaimana caranya?
Pengadaan alat berat harus melalui pemilihan penyedia.
124

Daftar harga dapat dilihat pada e-catalog dalam aplikasi epurchasing. Bila belum/tidak tercantum dalam e-catalog maka
pengadaannya melalui pelelangan kepada usaha non kecil yaitu
pabrikan, dealer, distributor resmi yang memiliki garansi barang,
bukan PT / CV yang sehari-hari tidak jualan produk ini.
Perhitungan HPS sebagaimana disebutkan dalam Perpres
Nomor 70 Tahun 2012 Pasal 66.
HPS adalah harga beli dari para pembeli atau harga jual dilevel
agen, distributor resmi dan pabrikan (tidak perlu ditambah
keuntungan, karena harga jual adalah harga untung).
62. HARGA DI CATALOG INAPROC (INFO PER 20 MEI 2013)
Untuk pengadaan kendaraan, harga kendaraan masih
merupakan acuan HPS sehingga diperlukan untuk dibuat HPS
dan kemudian dilakukan negosiasi.
Pengadaan untuk alat pertanian dan bandwith internet,
harga yang tertayang merupakan HPS sehingga masih dilakukan
negosiasi.
Mengapa ada negosiasi harga? Karena ketika dimasukan
dalam katalog harga tersebut, bukan hasil pelelangan oleh LKPP
sehingga masih diperlukan negosiasi. Selanjutnya silahkan
kunjungi, http://116.66.204.151/e-katalogkb/pricelist/index.php/katalog/daftar_katalog_umum
Untuk pengadaan obat, harga merupakan harga transaksi
sehingga tidak diperlukan adanya negosiasi harga. Untuk katalog
obat, ketika dimasukkan dalam katalog untuk obat dilakukan
125

pelelangan oleh LKPP, sehingga K/L/D/I tidak perlu melakukan


negosiasi.
Untuk langkah-langkahnya epurchasing obat bagi pokja
ULP silahkan kilik
http://inaproc.lkpp.go.id/v3/public/ekatalog/files/Panduan%20Aplik
asi%20-%20ePurchasing%20Obat%20-%20Panitia.pdf
63. MASA BERLAKU HARGA KATALOG
Harga kendaraan diupdate setiap tiga bulan sekali.
Harga bandwith internet diupdate setiap 6 bulan sekali.
Harga obat berlaku satu tahun.
Harga alat mesin pertanian dapat diupdate kapan saja.
64. PENGADAAN ALAT BERAT SECARA E-PURCHASING
Bagi yang akan mengadakan alat berat, mungkin jangan
langsung lelang. Pengadaan alat berat bisa pake katalog LKPP.
silahkan klik di
https://e-katalog.lkpp.go.id/e-katalog-alatberat/
Dalam pengadaan secara epurchasing spesifikasi telah
ada, jangan lupa untuk negosiasi harga. Pengadaan tersebut
untuk seluruh Indonesia. Kalau untuk sewa alat berat, hanya
berlaku bagi Pemda DKI.
65. HARGA KATALOG LKPP MELEBIHI ANGGARAN YANG
TERSEDIA.
Apakah harga mobil yang diumumkan di website LKPP bisa
dilakukan dengan menggunakan metode penunjukan langsung
sedangkan harga di LKPP melebihi pagu anggaran, misalnya:
126

harga di website LKPP Rp. 290.000.000, sedangkan pagu dana


yang tersedia sebesar Rp. 285.000.000.
Bisa tidak pengadaan mobil tersebut dilakukan dengan
penunjukan langsung dan sekaligus negaisasi harga? Silahkan
dilakukan negosiasi harga, sehingga harga kontrak tidak boleh
melebihi pagu anggaran.
66. PENGADAAN JASA DI KATALOG
Pokja 2 ULP kota akan melelangkan pekerjaan pengadaan
koneksi internet 15 Mbbs, dalam e katalog terdapat beberapa
provider internet dengan berbagai harga yang di tawarkan,
bagaimana caranya pokja untuk menentukan provider yang di
tunjuk, apakah dapat di tunjuk provider yang memiliki harga tinggi
di karenakan pihak pengguna (skpd) telah terbiasa menggunakan
provider tersebut, dikarenakan pelayanan yang di rasa baik dan
memuaskan selama menggunakan provider tersebut.
Dapatkah kontrak pengadaan koneksi internet tersebut di
tanda tangani oleh account executive perusahaan selaku
pimpinan anak cabang di daerah kami, karena jika
menandatangani kontrak harus ke pimpinan pusat perusahaan
harus ke Jakarta, terima kasih.
Tanggapan;
a. Untuk pemilihan provider jasa internet dalam ekatalog,
silahkan Saudara memilih Penyedia yg Saudara minati, dan
dilakukan negosiasi kewajaran harga.
b. dapat ditandatangani oleh perwakilan di daerah Saudara.

127

67. PENGADAAN BUKU SD DENGAN CATALOG LKPP SENILAI


RP. 904 MILIAR
Katalog Cetak Buku Kurikulum 2013 untuk Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar atau Sederajat Tahun Anggaran 2014 silahkan klik
di
http://lpse.lkpp.go.id/eproc/lelang/view/1268119.
68. BAGAIMANA USUL KONTRAK PAYUNG KE CATALOG LKPP
a. LKPP akan melakukan kontrak payung untuk readymix di
Jakarta.
Apakah berdasarkan permintaan pemda DKI, kalau demikian
bagaimana dengan kami sebagai
Pemda di luar Jawa, apakah bisa melakukan kontrak payung
tersebut, termasuk komoditi lainnya?
b. Dapatkah Gubernur/ Bupati/Wako melakukan kontrak payung
untuk keperluan di Daerah yangbersifat dibutuhkan secara
sepesifik / dibutuhkan secara masal dan simultan?
Tanggapan :
a. Permintaan tersebut dari DKI Jakarta. Untuk daerah lain
silahkan mengajukan ke LKPP
b. Kontrak payung oleh PA KPA maka scopenya hanya di
bawah penandatangan kontrak payung.
69. BAGAIMANA MENJADI PERUSAHAAN (PENYEDIA) ECATALOG INTERNET
Mohon bantuan/penjelasan bagaimana langkah agar
perusahaan kami yaitu pt. xxx di zzz tercantum dalam e-catalog.
128

Apa yg mesti dilakukan agar dalam tender pemerintah,


kami bisa sebagai penyedia, karena nama perusahaan kami tidak
tercantum maka kami kehilangan kesempatan sebagai penyedia
atau kami kehilangan kesempatan mengikuti pengadaan.
Agar dipastikan bidang usaha Saudara tersebut sesuai
dengan E-catalog yang ada. Silahkan perhatikan pasal 110
Perpres 70 tahun 2012. Selanjutnya silahkan korespondesni ke
LKPP Up.Deputi Monev dan PSI.
Bilamana perusahaan Saudara sudah terdaftar dalam ekatalog untuk Internet Service Provider (ISP), Saudara dapat
melakukan promosi kepada dinas/instansi pemerintah yang
termasuk dalam jangkauan layanan saudara berdasarkan lokasi
e-katalog. Promosi tersebut dilakukan sesuai etika dan seluruh
keputusan final berada di dinas/instansi pemerintah tersebut
untuk membeli/menggunakan layanan yang Saudara tawarkan.
Ketentuan dan tata cara e-purchasing mengacu pada
Peraturan Kepala LKPP No. 17 Tahun 2012 serta aturan lainnya
sebagaimana
dimuat
dalam
laman
http://inaproc.lkpp.go.id/v3/public/ekatalog/ekatalog.htm
Pasal 110**)
1) Dalam rangka E-purchasing, sistem katalog elektronik (ECatalogue) sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan
harga Barang/Jasa.
2) Sistem katalog elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan oleh LKPP.
(2a) Barang/Jasa yang dicantumkan dalam katalog elektronik
ditetapkan oleh Kepala LKPP.
129

3) Dalam rangka pengelolaan sistem katalog elektronik


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LKPP melaksanakan
Kontrak Payung dengan Penyedia Barang/Jasa untuk
Barang/Jasa tertentu.
4) K/L/D/I melakukan E-purchasing terhadap barang/jasayang
sudah dimuat dalam sistem katalog elektronik.
70. PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN EPURCHASING. SEBUAH PARADIGMA BARU
Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi
yang sangat pesat akhir-akhir ini mendorong perilaku individu
maupun organisasi menjadi semakin lebih dinamis. Banyaknya
kemudahan yang ditawarkan oleh produk yang dihasilkan dari
perkembangan teknologi informasi semakin mempengaruhi gaya
hidup, wawasan bahkan pengambilan keputusan baik yang
dilakukan oleh pribadi, kelompok, maupun organisasi baik di
sektor swasta dan juga pemerintahan.
Adanya perkembangan teknologi informasi, khususnya
internet, telah mengubah pandangan hidup banyak orang.Kini,
internet bukan lagi sekedar pelengkap.Bahkan telah menjadi
kebutuhan sehari-hari.Tak heran jika di masa sekarang ini
aksesibilitas internet tidak terbatas pada perangkat
komputer.Namun sudah merambah ke perangkat telepon
genggam dan barang- barang gadget lainnya.Singkatnya, internet
sudah menjadi bagian dari budaya manusia saat ini.
Adalah suatu fakta yang tidak terbantahkan bahwa salah
satu fenomena dari makin digunakannnya secara luas internet
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari oleh masyarakat pada
akhir-akhir ini adalah adanya tren belanja secara on-line.
Munculnya situs-situs yang menawarkan kemudahan untuk
berbelanja seperti bhineka.com, tokobagus.com, berniaga.com
130

dan lain sebagainya menandakan bahwa trend belanja secara online bukan hanya sebagai gaya hidup tapi merupakan kebutuhan
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Situs-situs yang memfasilitasi
belanja on-line tersebut bukan hanya sekedar menawarkan
produk, tapi juga bagaimana menawarkan kemudahan bagi
masyarakat untuk berbelanja tanpa harus menghabiskan waktu
dan tenaga. Sesuatu yang pastinya masih terjadi jika melakukan
belanja secara konvensional. Disamping itu pula, situs-situs
tersebut juga menampilkan variasi dari produk yang ditawarkan,
baik barang maupun jasa, lengkap dengan harga yang
dipublikasikan.
Tidak berhenti sampai disitu, bahkan pembeli dapat
menghubungi pihak penjual karena situs-situs tadi juga
mempublikasikan informasi tentang pihak penjual. Lengkap
dengan nomor kontak yang dapat dihubungi. Kemudahankemudahan inilah yang diyakini banyak pihak bahwa belanja online kelak akan menjadi fenomena tersendiri di masyarakat yang
semakin lama makin modern dan maju. Tidak hanya di dominasi
oleh kelas atas, bahkan masyarakat kelas menengah dan bawah
pun akan terbiasa untuk berbelanja secara on-line.
Dengan semakin murahnya harga perangkat gadget, tarif
pulsa dari perusahaan telekomunikasi yang semakin kompetitif,
maka makin menciptakan kemudahan yang lebih besar bagi
masyarakat untuk melakukan belanja on-line dimana pun dan
kapan pun tanpa harus dibatasi waktu dan tempat. Tak perlu lagi
harus pergi ke pasar, toko, bahkan swalayan atau menghabiskan
waktu luang dengan berbelanja, karena perkembangan teknologi
telah memudahkan siapa pun untuk berbelanja secara on-line
tanpa harus mengeluarkan tenaga extra. Tidak heran jika para
produsen yang menguasai produk atau jasa yang sudah terkenal
pun ramai-ramai menyediakan sistem yang memungkinkan
masyarakat untuk membeli produk mereka secara on-line!
131

Belanja Pemerintah
Harus diakui, bahwa faktanya disektor pemerintahan,
bagaimana pemerintah melakukan belanja barang dan jasa atau
lazimnya sering disebut pengadaan barang/jasa pemerintah
(PBJP) terkesan jalan ditempat.Belum ada sebuah terobosan
yang dianggap cukup berarti. Di masyarakat, kegiatan belanja
barang dan jasa secara on-line sudah bukan lagi menjadi sekedar
gaya hidup namun telah menjadi fenomena tersendiri. Hal
tersebut, yang sayangnya, belum menjadi tren di kalangan
organisasi pemerintahan baik di pusat maupun daerah.Belum
menjadi tren belanja secara on-line khusus untuk PBJP dirasakan
sebagai fakta yang dianggap sebagai sektor yang terbelakang.
Keterbelakangan di sektor PBJP semakin diperparah oleh
pemberitaan berbagai media tentang bagaimana PBJP dipandang
sebagai lahan basah bagi sebagian oknum pejabat pemerintah
untuk melakukan korupsi. Kasus Wisma Atlet, Hambalang dan
terakhir korupsi alat-alat kesehatan di Tangerang Selatan yang
sedang dalam penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
makin menambah cerita pilu tentang PBJP. Belum lagi
berkembang sebuah mind set di tengah masyarakat bahwa
PBJP identik dengan arisan penyedia barang/jasa tertentu,
pengaturan tender, bagi-bagi anggaran pusat maupun daerah dan
sebagainya. Sehingga menyebabkan kegiatan PBJP seolah-olah
menjadi kegiatan yang bukan lagi dipandang sebelah mata tetapi
menjadi tidak menarik untuk dikembangkan atau digarap dan
dikembangkan secara lebih serius.
Hal tersebut dperparah dengan sinisme yang berkembang
di masyarakat bahwa PBJP identik dengan proses yang rumit,
ribet, merepotkan dan cenderung menyulitkan. Disatu sisi,
maraknya pemberitaan kasus-kasus korupsi di PBJP membuat
beberapa kalangan di pemerintahan cenderung menghindar atau
bahkan memutuskan untuk tidak terlibat dalam proses PBJP.
132

Singkatnya, mereka cenderung menolak untuk menjadi personil


pengadaan.Cerita dan kondisi yang memilukan ini masih saja
terjadi ditengah perkembangan kehidupan masyarakat yang kian
modern.
Peran Lembaga
Pemerintah

Kebijakan

Pengadaan

Barang/Jasa

Sejak terbentuk pada 6 Desember 2007, Lembaga


Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) berupaya
untuk melaksanakan terobosan di bidang PBJP. Terobosan
pertama adalah dengan menerbitkan regulasi pengadaan yang
sama sekali baru dari pendahulunya, yakni Perpres Nomor 54
Tahun 2010 yang menggantikan Keppres Nomor 80 Tahun 2003.
Terobosan yang diperkenalkan adalah kenaikan ambang batas
nilai untuk Pengadaan Langsung, Kontrak Payung, Sayembara
dan Kontes serta adanya Jaminan Sanggahan Banding. Juga
mulai diatur bahwa Sanggahan Banding akan menghentikan
proses pelelangan. Sesuatu hal yang tidak diatur oleh regulasi
yang lama. Kemudian menyusul perkembangan yang terjadi di
masyarakat dikeluarkannya revisi atas Perpres Nomor 54 Tahun
2010 yakni Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dimana ambang batas
nilai Pengadaan Langsung yang semakin dinaikan,
diperkenankannya Pelelangan Terbatas untuk pengadaan
barang, pelelangan untuk penyedia barang/jasa dari Luar Negeri,
dan diaturnya Penunjukan Langsung dalam kondisi tertentu.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 110 ayat 4 Perpres
Nomor 70 Tahun 2012 telah mengamanatkan bahwa instansi
pemerintah dapat melakukan E-purchasing dengan barang/jasa
yang masuk dalam katalog elektronik yang dikembangkan oleh
LKPP. Tentunya terobosan dalam regulasi sudah selayaknya
disambut baik oleh berbagai kalangan.Akan tetapi, tataran
regulasi saja tentunya tidak cukup. Perlu ada terobosan lain yang
133

diperlukan untuk mendorong semakin digunakannya mekanisme


E-purchasing dalam PBJP.
Saat ini, LKPP telah berhasil memasukan beberapa jenis
barang dan jasa, termasuk jasa internet, ke dalam sistem katalog
elektronik.Pada pertemuan dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta
pada beberapa waktu lalu, LKPP telah berhasil menambah jenis
barang dan jasa di dalam katalog elektronik.Adanya katalog
elektronik semakin memudahkan instansi pemerintah untuk dapat
mengefisienkan serta mengefektifkan PBJP mereka.
Semestinya, dengan diperkenalkannya E-purchasing
berikut dengan katalog elektroniknya menjadikan PBJP menjadi
lebih mudah, tidak rumit dan juga tidak menimbulkan ketakutan
akan munculnya tunduhan korupsi karena harga yang tercantum
dalam katalog elektronik tersebut sudah tertuang dan tertayang
dengan wajar.
Dapat dilihat secara sepintas, bahwa mekanisme Epurchasing sebenarnya identik dengan belanja secara on-line
yang sering dilakukan oleh masyarakat kita dalam kesehariannya.
Adanya kesamaan inilah yang semestinya dipahami oleh para
pemangku kebijakan bahwa upaya mendorong penggunaan Epurchasing dalam PBJP sama artinya dengan mendorong instansi
pemerintah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakat. Sekaligus mendorong instansi pemerintah untuk
senantiasa meningkatkan efektfitas, efisiensi dan pembelian
barang/jasa yang tepat guna sesuai dengan harga dan
kebutuhannya.
E-purchasing, Manfaat, Peluang dan Tantangan
Tak dapat dipungkiri bahwa PBJP dengan E-purchasing
memiliki banyak keunggulan dan kemudahan yang ditawarkan.
Selain bebas prosedural yang rumit dan terkadang berbelit,
134

personil yang ditugaskan untuk melaksanakan pengadaan akan


lebih mudah dalam pelaksanaannya. Tidak perlu proses lelang
yang panjang, karena sudah tersusun secara elektronik. Tidak
perlu repot menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) karena
tinggal membeli barang atau jasa yang tertera di katalog sesuai
dengan harga yang sudah terpublikasikan. Tak perlu lagi was-was
akan penyelidikan Aparat Penegak Hukum, karena harga barang
atau jasa yang dipublikasikan dapat dipertanggungjawabkan,
bahkan lebih murah dari harga pasaran secara umum.
Selain itu pula, dengan E-purchasing pastinya akan
menutup peluang terjadinya pelelangan gagal, karena produsen
barang atau jasa yang tercantum di dalam katalog sudah
menjamin akan ketersediaan barang atau jasa yang ditawarkan
berikut dengan harganya.
Adanya kemudahan dan keunggulan inilah yang
menyebabkan terbukanya peluang bagi penyedia barang atau
jasa khususnya yang bertindak sebagai produsen. Dengan
terdaftar dalam katalog elektronik, maka penyedia barang atau
jasa secara langsung mempromosikan produk mereka secara
gratis kepada seluruh instansi pemerintah yang ada di Indonesia!
Dengan tercantum pada katalog elektronik tidak hanya menaikan
reputasi perusahaan namun juga mampu meningkatkan akses
menuju pasar pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Tambahan manfaat dari penggunaan E-purchasing
terutama bagi personil pengadaan yang terlibat dalam PBJP akan
mengurangi adanya sanggah, sanggahan banding maupun
pengaduan terkait dengan proses PBJP. Sehingga, personil
pengadaan akan semakin fokus dalam kegiatan PBJP dan
tentunya akan mampu meningkatkan produktifitas secara lebih
baik lagi. Penggunaan E-purchasing juga akan sedikit banyak
membantu ketersediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
instansi pemerintah pengguna. Karena dapat memesan dan
135

membeli barang atau jasa yang dibutuhkan kapan pun dan


dimanapun selama 24 jam sehari.
Namun terlepas dari kemudahan maupun keunggulan dari
yang ditawarkan oleh E-purchasing, hal tersebut menciptakan
tantangan yang pastinya juga besar.Tantangan demi tantangan
tentunya perlu disikapi secara lebih dewasa dan matang untuk
mengawal penggunaan sistem ini lebih baik lagi. Tantangantantangan tersebut antara lain:
Pertama, tidak bisa tidak peran LKPP akan semakin
dominan dan memiliki tugas yang amat berat. Amanat yang
ditetapkan pada Pasal 110 ayat 2 Perpres Nomor 70 Tahun 2012
mewajibkan LKPP untuk mempersiapkan sistem yang mampu
memfasilitasi sistem E-purchasing yang sanggup beroperasi 24
jam sehari dan memiliki aksesibilitas pada semua instansi
pemerintah baik di pusat maupun di daerah yang ada di seluruh
Indonesia. Dengan komposisi jumlah pegawai yang saat ini
dimiliki masih kurang dari 1000 orang, tentunya tugas LKPP untuk
menjamin kelayakan dan keandalan sistem informasi dan
komunikasi yang digunakan serta up dating harga barang atau
jasa di katalog elektronik akan menjadi semakin sangat berat.
Kedua, perlunya perubahan mind set bagi para pemimpin
yang ada di instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah,
terutama para Kepala Daerah. Penggunaan E-purchasing secara
luas juga membutuhkan perubahan mind set bahwa pengadaan
bukan merupakan cara membalas jasa bagi para pengusaha
yang telah membantu sang Kepala Daerah dalam menghantarkan
mereka menduduki jabatan tersebut. Sudah menjadi rahasia
umum bahwa PBJP merupakan cara yag sering ditempuh para
Kepala Daerah sebagai imbal jasa kepada para pengusaha
penyandang dana yang telah membantu mereka memenangi
pemilihan Kepala Daerah. Dengan menggunakan E-Purcasing,
maka peluang untuk memanfaatkan PBJP sebagai sarana untuk
136

balas jasa tersebut pastinya akan semakin mengecil atau bahkan


bisa hilang sama sekali.
Ketiga, perlunya penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
di bidang pengadaan yang harus dilakukan segera.Penggunaan
E-purchasing dalam PBJP mengharuskan adanya personil
pengadaan yang memiliki kemampuan dan wawasan tentang
teknologi yang lebih baik dari yang sebelumnya. Hal ini tentunya,
akan berdampak kepada perubahan kurikulum dan silabus
pelatihan personil yang akan maupun sudah terlibat dalam PBJP.
Keempat, juga bersifat aksioma bahwa penggunaan Epurchasing dalam PBJP memerlukan sarana, prasarana dan
infrastruktur teknologi informasi yang memadai.Hal ini juga berarti
memerlukan ketersediaan anggaran yang sangat besar untuk
menjaga dan mengawal sistem ini agar penggunaannya dapat
diandalkan selalu setiap saat.Secara tidak langsung, dapat
dikatakan bahwa nantinya untuk mewujudkan sarana, prasarana
dan infrastruktur teknologi informasi dibutuhkan komitmen
pimpinan di bidang anggaran yang lebih besar dari sebelumnya.
Kelima, perlunya dukungan peraturan yang lebih tinggi dari
Peraturan Presiden untuk menjamin bahwa sistem PBJP dengan
menggunakan E-purchasing akan terus diimplementasikan secara
terus-menerus secara kontinu baik di instansi pemerintah pusat
maupun daerah yang ada di seluruh Indonesia. Jika terdapat
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dari Perpres,
maka kontinuitas dari pelaksanaan PBJP dengan menggunakan
sistem E-purchasing tentunya akan lebih terjamin keandalannya.
Epilog
Sebagaimana aksioma yang berlaku secara umum bahwa
perubahan adalah sesuatu hal yang bersifat pasti. Jika perubahan
datang maka yang bisa dilakukan adalah ikut menyesuaikan diri
137

dengan perubahan tersebut atau akan ketinggalan dan lama-lama


mati. Dengan mulai diberlakukannya sistem E-purchasing dalam
PBJP tentunya setiap pihakyang berkepentingan wajib berubah.
Tidak hanya sekedar perubahan sistem dari manual
menjadi elektronik tapi juga merubah perilaku, mind set dan juga
komitmen. Perubahan sistem pengadaan dari yang terbiasa
melalui pelelangan menjadi katalog elektronik bukan saja
memerlukan partisipasi dan kesiapan banyak pihak.Namun juga
membutuhkan perubahan mentalitas semua pihak yang
berkepentingan. Memang hal tersebut bukanlah pekerjaan yang
mudah, namun dengan keniscayaan akan perubahan maka mau
tidak mau hal tersebut pada akhirnya memang akan dilakukan
dalam waktu yang, tentunya, tidak terlalu lama.
Samudra Gunadharma
Pejabat Pengadaan pada PPK V LKPP periode 2010 2012
Dapat dihubungi pada 0813165072961
71. JAMINAN PELAKSANAAN DALAM E-PURCHASING
Dalam pengadaan melalui epurchasing untuk nilai
pengadaan diatas RP. 200 juta tidak diperlukan lagi bagi satuan
kerja yang melakukan perikatan dengan penyedia untuk
meminta jaminan pelaksanaan, karena perikatan antara PPK
suatu satuan kerja dengan penyedia dilakukan berdasar kontrak
payung yang dilakukan oleh LKPP dengan penyedia.
Dalam petunjuk teknisnya yaitu Peraturan Kepala LKPP
No. 17 tahun 2012 dan petunjuk aplikasinya, mengenai jaminan
pelaksanaan tidak disyaratkan.
Bagi penyedia yang melakukan wan prestasi maka para satker
agar melaporkan hal tersebut kepada LKPP.

PERATURAN MENGENAI E-PURCHASING

138

Pasal 1 ayat 41
E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui
sistem katalog elektronik.
Pasal 106 ayat 2
Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik dilakukan dengan
cara e-tendering atau e-purchasing.
Pasal 110
(1) Dalam rangka E-Purchasing, sistem katalog elektronik (ECatalogue) sekurang-kurangnya memuat informasi teknis
dan harga Barang/Jasa.
Penjelasan: E-purchasing diselenggarakan dengan tujuan :
a. terciptanya proses Pemilihan Barang/Jasa secara
langsung melalui sistem katalog elektronik (E-Catalogue)
sehingga memungkinkan semua ULP/ Pejabat
Pengadaan dapat memilih Barang/Jasa pada pilihan
terbaik; dan
b. efisiensi biaya dan waktu proses Pemilihan Barang /Jasa
dari sisi Penyedia Barang/Jasa dan Pengguna
Barang/Jasa.
(2) Sistem katalog elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan oleh LKPP.
(2a)

Barang/Jasa yang dicantumkan dalam


elektronik ditetapkan oleh Kepala LKPP.

katalog

Penjelasan: Barang/Jasa yang dapat dimasukkan ke dalam


katalog adalah barang/jasa yang sudah tersedia dan sudah
terjadi kompetisi di pasar, antara lain kendaraan bermotor,
alat berat, peralatan IT, alat kesehatan, obat-obatan, sewa
penginapan/hotel/ruang rapat, tiket pesawat terbang, dan
pengadaan benih
(3) Dalam rangka pengelolaan sistem katalog elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LKPP melaksanakan

139

Kontrak Payung dengan Penyedia Barang/Jasa untuk


Barang/Jasa tertentu.
Penjelasan: Berdasarkan Kontrak Payung (framework
contract), LKPP akan menayangkan daftar barang beserta
spesifikasi dan harganya pada sistem katalog elektronik
dengan alamat www.e-katalog.lkpp.go.id.
(4) K/L/D/I melakukan E-Purchasing terhadap barang/jasayang
sudah dimuat dalam sistem katalog elektronik.
PERATURAN KEPALA LKPP No. 17 tahun 2012 tentang
E-PURCHASING
PERATURAN MENGENAI JAMINAN PELAKSANAAN
Pasal 70
(1) Jaminan Pelaksanaan diminta PPK kepada Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi untuk Kontrak bernilai di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Penjelasan: Permintaan Jaminan Pelaksanaan
dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan.

harus

(2) Jaminan Pelaksanaan dapat diberikan oleh Penyedia Jasa


Lainnya untuk Kontrak bernilai diatas Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah), kecuali untuk Pengadaan Jasa
Lainnya dimana aset Penyedia sudah dikuasai oleh
Pengguna.
Penjelasan: Dalam hal Jaminan Pelaksanaan dipersyaratkan
oleh PPK, permintaan tersebut harus dimuat dalam
Dokumen Pengadaan.
(3) Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan
sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/
Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya.
(4) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut:

140

a. untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan


puluh perseratus) sampai dengan 100% (seratus
perseratus) dari nilai total HPS, Jaminan Pelaksanaan
adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak;
atau
b. untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan
puluh perseratus) dari nilai total HPS, besarnya Jaminan
Pelaksanaan 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.
(5) Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal Kontrak sampai
serah terima Barang/Jasa Lainnya atau serah terima
pertama Pekerjaan Konstruksi.
(6) Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah:
a. penyerahan Barang/Jasa Lainnya dan Sertifikat Garansi;
atau
b. penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai Kontrak khusus bagi Penyedia
Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.

72. BILA APLIKASI E-PURCHASING TIDAK BERFUNGSI


Dalam hal aplikasi E-Purchasing mengalami kendala
operasional yang menyebabkan aplikasi tersebut belum/tidak
dapat dipergunakan, maka pelaksanaan pengadaan secara EPurchasing dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. PPK menyampaikan permintaan kepada Pokja ULP/Pejabat
Pengadaan dengan mengacu pada Spesifikasi teknis, Harga
dan Penyedia yang ada pada E-catalogue untuk melakukan
proses pengadaan;
b. PokjaULP/Pejabat Pengadaan melakukan negosiasi dan
membuat Berita Acara Negosiasi terhadap barang/jasa yang
memerlukan proses negosiasi;
c. Pokja ULP/Pejabat Pengadaan mengirimkan permintaan
pembelian barang/jasa kepada penyedia yang ada di ECatalogue;
d. Penyedia memberikan persetujuan pembelian barang/jasa;
dan

141

e. PPK dan Penyedia mendatangani Perjanjian Pembelian


Barang/Jasa.
Rujukan
Surat EdaranKepala LKPP No. 1 tahun 2013 tentang
pengadaan barang dan jasa dengan sistem e-purchasing.

73. BUKTI PERIKATAN DALAM SISTEM E-PURCHASING


Apakah bukti perikatan untuk pengadaan senilai dibawah Rp 50
juta yang dilakukan secara E-purchasing?
Bukti perikatan
0 s.d Rp 10 juta
0 s.d. Rp. 50 juta
0 s.d. Rp 200 juta
0 s.d. Rp. tidak terbatas

= bukti pembelian
= kuitansi
= SPK
= surat perjanjian/kontrak

Sedangkan fasilitas di E-purchasing adalah dokumen kontrak


dan surat pesanan.
Untuk nilai s.d. Rp 50 juta dapat dilakukan dengan kuitansi.
Namun karena harus ada yang diinput dalam sistem yang
memerlukan kontrak, maka sebaiknya dibuat dalam kontrak,
apalagi dokumen kontrak sudah tersedia dalam sistem.

142

You might also like