Professional Documents
Culture Documents
BBLR
RUANG NAKULA IV RSUD KOTA SEMARANG
Disusun oleh:
AHLUL HAQ NANDA PAMBAYUN
ARIFAH WAHYU NUR SEPTI
DEVI SELVIA FATMALA
YUKE DESSY ARLIYANA WANTI
TEGUH BUDI SAPUTRO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Anak II yang berjudul BBLR . Dalam penyusunan makalah ini penulis
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat
serta doa untuk keberhasilan penulis, antara lain :
1.
Ibu Dyah Restuning P, S.Kep, Ns. M.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak II, yang telah membimbing dan memberi masukan kepada
penulis.
2.
Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.
Semarang,
Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan
paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada
pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem
pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum
sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain
itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta
tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi
seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari
pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan
pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan
BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas
tentang kasus BBLR pada bayi NY. U yang akan penulis bahas pada BAB
berikutnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian
prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu.
(Suryadi dan Yuliani, 2006 )
C. Patofisiologi
SecaraumumbayiBBLRiniberhubungandenganusiakehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas.Artinyabayilahircukupbulan(usiakehamilan38minggu),
tapiberatbadan(BB)lahirnyalebihkecilketimbangmasakehamilannya,
yaitutidakmencapai2.500gram.Biasanyahaliniterjadikarenaadanya
gangguanpertumbuhanbayisewaktudalamkandunganyangdisebabkan
olehpenyakitibusepertiadanyakelainanplasenta,infeksi,hipertensidan
keadaankeadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Giziyangbaikdiperlukan seorangibuhamilagarpertumbuhan
janintidakmengalamihambatan,danselanjutnyaakanmelahirkanbayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
padamasaprahamilmaupunsaathamil,ibuakanmelahirkanbayilebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya.Ibudengankondisikuranggizikronispadamasahamilsering
melahirkanbayiBBLR,vitalitasyangrendahdankematianyangtinggi,
terlebihlagibilaibumenderitaanemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang
pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paruparu pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya
sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian.
Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan
absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua
bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi
lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet
rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam
absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami
rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain
yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature
meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi
premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga
bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
D. Pathways
Faktor
Pencetus
Faktor Ibu
1. Faktor penyakit
(toksemia
gravidarum,
trauma fisik, dll)
2. Faktor usia
Faktor Janin
1. Hydroamnion
2. Kehamilan
multiple/gand
a
3. Kelainan
kromosom
Faktor
Lingkungan
1. Tempat
tinggal di
dataran tinggi
2. Radiasi
3. Zat-zat
beracun
BBLR
Imaturitas system
lemak subcutan
pernafasan
menghisap blm
sempurna
Tidak dapat
Pernafasan belum
menyimpan panas
sempurna
adekuat
Asupan gizi kurang
Mudah kehilangan
O2 dalam darah
panas
CO2
kedinginan
hipotermi
Sel-sel kekurangan
nutrisi
Kerusakan sel
Asidosis
respiratoris
Gangguan
Penurunan
BB/kematian
pertukaran gas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hipotermia.
2.
Hipoglikemia.
3.
4.
Hiperbilirubinemia.
5.
6.
7.
Infeksi.
8.
Perdarahan intraventrikuler.
9.
Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1.
Gangguan perkembangan.
2.
Gangguan pertumbuhan.
3.
4.
Gangguan pendengaran.
5.
6.
7.
H. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
Jmlh ml/kg BB
50- 65
100
125
150
160
175
200
225
175
150
I. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
TUJUAN
mendapat
INTERVENSI
tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
irama, frekuensi )
Kriteria Hasil :
Akral hangat
Tidak ada
sianosis
Tangisan aktif
dan kuat
RR : 30-40x/mt
Tidak ada
dengan penghangat
1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax
mendapatkan
tindakan
kondisi
2.3. Ganti segera popok yang basah
oleh urine atau faeces
2.4. Hindarkan untuk sering membuka
Kriteria Hasil :
Badan hangat
Suhu : 36,5-37oC
3.
siolaesa)
3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan
Setelah
mendapat
tindakan
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
infeksi
Kriteria Hasil :
tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu
adekuat
3.5. Pastikan alat yang kontak dengan
ngsiolaesa)
Suhu tubuh normal
cuci tangan
bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
(36,5-37oC)
gr/3hr.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2014 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama
: By. Ny. U
b. Alamat
d. Jenis Kelamin
: Perempuan
e. Agama
: Islam
f. No. Register
: 302468
h. Diagnosa Medis
: Tn. W
b. Pendidikan
: SMA
c. Pekerjaan
: Wiraswasta
d. Nama Ibu
: Ny. U
e. Pendidikan
: SMA
f. Pekerjaan
2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi lahir pada tanggal 16 oktober 2014 di RSUD Kota Semarang
secara spontan diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu
1060 gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan
nilai apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh karena itu bayi
sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat tindakan lebih
lanjut.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya
di bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat
penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan
bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir
1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung
dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai
apgar score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram
Keterangan
= Laki-laki
= Pasien
= Perempuan
= Tinggal serumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat
dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak
boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.
7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali
sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek
cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti
setian 6 jam sekali dan terisi 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor
setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan
selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital
-
Nadi
Pernafasan
: 40 x per menit
Suhu
: 36,2C
c. Antropometri
-
Panjang Badan
: 34 cm
Berat Lahir
: 1060 gram
Lingkar Dada
: 26 cm
Lingkar Kepala
: 23 cm
d. Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Mulut
h. Telinga
i. Dada
j. Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tak terkaji
Auskultasi
k. Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup/ Dullness
Auskultasi
: Ronchi
l. Abdomen
-
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
hati/limfa
-
Perkusi
: Tympani
m. Punggung
n. Genetalia
o. Ekstremitas
-
Atas
Bawah
kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit
9. Therapi
-
Infuse umbilical 5%
Hasil
Satuan
Nilai Normal
15.9
49.50
4.14
24.7
249
g/Dl
%
/Ul
/Ul
10^3/ul
12.0-16.0
37-47
4.2-5.4
4.8-10.8
150-400
137.0
5.30
1.20
mmol/L
mmol/L
mmol/L
134.0-147.0
3.50-5.20
1.12-1.32
B. ANALISA DATA
NO
1
DATA
DS : DO :
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2C
DS : DO :
- Keadaan umum lemah
- Lahir premature 30 minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2C
PROBLEM
Resiko hipotermi
ETIOLOGI
Jaringan
lemak
subkotis tipis
Resiko Infeksi
Prematuritas
dan
system imun yang
tidak adekuat
- Lekosit 24.7/uL
DS : DO :
- Terpasang selang OGT
- Reflek hisap lemah
- BB 1060 gram
- Terpasang infus umbilical
D5%
DS : DO :
- Terpasang ventilator 2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi
Ketidakseimbangan Prematuritas,
nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
kebutuhan tubuh
mengabsorbsi nutrisi
Ketidakefektifan
jalan nafas
Penumpukan cairan
di rongga paru
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
1
TANGGAL
17/10/2014
17/10/2014
17/10/2014
17/10/2014
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis
Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
prematuritas,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat
PARAF
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan
penumpukan cairan
dirongga paru,
penurunan ekspansi
paru
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN
TINDAKAN
RASIONAL
Setelah dilakukan - Observasi
- Sebagai
tindakan
TTV, cuping
acuan
keperawatan
hidung,
penatalaksa
selama 3x24 jam
retraksi dada
naan
jalan
nafas - Berikan
tindakan
adekuat, dengan
terapi
O2 - Mensuplai
kriteria hasil :
2lt/menit
O2 dalam
- Pernafasan
tubuh
- Posisikan
adekuat 16-30
klien semi - Memberikan
x/menit
fowler
rasa nyaman
- Perkusi paru - Jaga
klien
sonor
- Jalan nafas
kepatenan
- Auskultasi
jalan nafas :
tidak
ada
vesikuler
suction
sumbatan
- Tidak
ada
penumpukan
cairan di paru
Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan
tindakan
setiap 3 jam
acuan
dengan
jaringan keperawatan
sekali
penatalaksa
subkotis tipis
selama 3x24 jam
naan
hipotermi tubuh
tindakan
stabil , dengan
-Atur
suhu - Mengikuti
kriteria hasil :
incubator
program
- Suhu tubuh
normal
36- sesuai indikasi
yang
37,5C
-Hindarkan
dianjurkan
- Akral hangat
bayi
kontak
- Bayi
tidak langsung
menggigil
dengan
sumber
dingin/panas
-Ganti popok - Menjaga
bila basah
kenyamanan
klien
Ketidakefektifan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
prematuritas,
TT
ketidakmampuan
mengabsorbsi
nutrisi
dengan
kriteria - Pasang
hasil :
selang OGT
- BB seimbang
2500-3500
gram
- Kaji
- Reflek hisap
kemampuan
kuat
reflek hisap
- Intake
ASI
- Monitor
adekuat
asupan
intake dan
output
cairan
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
pemberian
nutrisi
Resiko
infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda
berhubungan
tindakan
gejala
dengan
keperawatan
infeksi
:
Prematuritas
dan selama 3x24 tidak
suhu,
system imun yang terjadi
infeksi,
lekosit,
tidak adekuat
dengan
kriteria
penurunan
hasil :
BB
- Tidak
ada - Batasi
tanda tanda
jumlah
infeksi
pengunjung
- Jumlah
lekosit dalam
batas normal - Gunakan
5000-10000
teknik
aseptic
selama
berinteraksi
dengan klien
- Bersihkan
incubator
secara
berkala
- membantu
suplai
nutrisi untuk
tubuh
- indikasi bayi
mampu
menyerap
nutrisi
- mengatur
keseimbang
an
cairan
pada klien
- asupan
nutrisi bayi
bisa
tercukupi
- Sebagai
acuan
penatalaksa
naan
tindakan
- Memberi
kenyamanan
pada klien
- Agar
tidak
terjadinya
infeksi pada
klien
- Menjaga
incubator
tetap terjaga
kebersihann
ya
- Berikan anti - Mencegah
biotik sesuai
penyebaran
advis dokter
infeksi
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
DX
1,2,
3,4
TANGGAL
JAM
17 Okt 2014
08.00
TINDAKAN
RESPON KLIEN
- Mengobservasi ttv,cuping
hidung retraksi dada
09.00
10.00
10.30
11.00
12.00
14.00
15.00
18.00
TT
05.00
1,2,
3,4
10.00
10.15
12.00
13.00
17.00
17.30
20.00
1,2,
3,4
10.20
12.00
12.15
12.40
berinteraksi
dengan
14.00
F. EVALUASI
NO
DX
1
TANGGAL
JAM
17-10-2014
14.00
14.00
EVALUASI
S:O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
14.00
14.00
S:O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
S:-
TT
18-10-2014
14.00
14.00
14.00
14.00
19-10-2014
14.00
14.00
14.00
14.00
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang
kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik pada kasus Asuhan
Keperawatan pada By. Ny. U dengan BBLR, Asfiksia di Ruang Nakula IV
RSUD Kota Semarang. Pembahasan ini terdiri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi. kelompok akan membahas secara
lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 17
Oktober - 19 Oktober 2014.
Diagnosa yang muncul
Penulis melakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 17 Oktober
2014 pada pukul 08.00 WIB diruang Nakula IV RSUD Kota Semarang.
Pada bab pembahasan ini kelompok akan melakukan penjelasan tentang
Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. U dengan Diagnosa BBLR, Asfiksia.
kelompok akan menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan
dengan teori serta dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan
apa yang berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini
didukung oleh data pasien yang menunjukkan pada Riwayat Penyakit
Sekarang Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.
Dari masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan 4
diagnosa untuk mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan cairan
Prioritas
utama
yang
kelompok
ambil
adalah
karakteristik
menolak
makan,
kurangnya
kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan data refles hisap pada klien
belum ada, dank lien hanya bisa mengabsorbsi nutrisi melalui selang
OGT. Diagnosa tersebut menjadi prioritas ketiga karena Apabila
kebutuhan nutrisi kurang terus menerus dan tidak segera ditangani
pasien akan menimbulkan penurunan penyaluran oksigen ke jaringan
karena Hb terus menurun.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Monitor BB klien, Pasang
selang OGT, Kaji kemampuan reflek hisap, Monitor asupan intake dan output
cairan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi dan kelompok
sudah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi selama 3x24 jam.
inflamasi),
malnutrisi,
ketuban
pecah,
kerusakan
jaringan,trauma.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Pantau tanda gejala
infeksi : suhu, lekosit, penurunan BB, Batasi jumlah pengunjung, Gunakan
teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien , Bersihkan incubator secara
berkala, Berikan anti biotik sesuai advis dokter dan kelompok sudah
melakukan implementasi sesuai intervensi selama 3x24 jam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan
berat lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir
rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada
besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus
diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25
C, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat
kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat
didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela
atau lengan baju. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat
1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
B. Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta :
JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.