You are on page 1of 39

ANATOMI DAN

HISTOLOGI
SISTEM MUSKULOSKE
LETAL

28

TuesdayAUG 2012

POSTED BY SIKKABOLA IN KESEHATAN


LEAVE A COMMENT

ANATOMI
Ekstremitas Superior
Ossa Membri Superioris
Cingulum membri superior

Os clavicula

Os scapulae
Ossa extremitas superioris libera

Regio Brachium

Regio Antebrachium, terdiri dari:

Os Radius

Os Ulna

Regio Manus

Persendian pada Antebrachium:

Articulatio cubiti, terdiri dari:

Articulatio humeroradialis

Articulatio humeroulnaris

Articulatio radioulnaris proximalis

Articulatio radioulnaris distalis

Articulatio radiocarpalis

Otot pada Lengan Bawah

Otot Flexor:

Lapisan I, dipersarafi oleh N. Medianus kecuali M. Flexor carpiulnaris.

M. Pronator Teres, mempunyai dua caput yaitu caput ulnare dan humerale.

M. Flexor carpiradialis.

M. Palmaris longus.

M. Flexor carpiulnaris, mempunyai dua caput yaitu caput ulnare dan


humerale.

Lapisan II, terdapat M. Flexor digitorum sublimis yang dipersarafi oleh N.


Medianus.

Lapisan III, terdiri dari M. Flexor digitorum profundus dan M.policis longus yang
dipersarafi oleh N. Medianus ramus intercosius anterior dan N. Ulnaris.

Lapisan IV, terdiri dari M. Pronator longus yang dipersarafi oleh N. Medianus
ramus intercosius anterior.
Otot Ekstensor

Dipersarafi oleh N. Radialis ramus profundus, kecuali M. Brachioradialis dan M. Onconeus


yang dipersarafi oleh N. Radialis.
Golongan radial

Dangkal:

M. Brachioradialis

M. Ekstensor carpiradialis longus

M. Ekstensor carpiradialis brevis


Dalam:

M. Supinator

Golongan dorsal

Dangkal:

M. Onconeus

M. Ekstensor digitorum communis

M. Ekstensor digitiquinti propius

M. Ekstensor carpi ulnaris


Dalam:

M. Abductor pollicis longus

M. Ekstensor pollicis longus et brevis

M. Ekstensor indicis propius

Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Dapat dikelempokkan
menjadi:
1.

Sendi peluru : persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh:


hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.

2.

Sendi pelana : persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke
segala arah.
Contoh : hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.

3.

Sendi putar : persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi).


Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang os Atlas

4.

5.

Sendi luncur : persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar.
Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.
Sendi engsel : persendian yang memungkinkan gerakan satu arah.
Contoh: articulatio cubiti.

HISTOLOGI
Tulang pada anak-anak dan dewasa ada dua jenis tulang kompak / kortikal, yang menyusun
lapisan luar dari hampir semua tulangdan merupakan 808% dari tulang tubuh dan tulang
trabekular atau spongiosa disebelah dalam tulang kortikal yang menyusun 20% sisa tulang tubuh.
TULANG RAWAN

Berkembang dari sel-sel mesenkim

Pada masa embrional tubuh terdiri dari tulang rawan

Pada mamalia dewasa, beberapa bagian tubuh terdapat tulang rawan

Jenis-jenis tulang rawan


1. Hialin

bening, licin

beberapa serat dapat dilihat

serat elastik berwarna hitam dapat,

2. Elastis

dilihat dengan pewarnaan khusus


3. Fibrokartilago/fibrosa

serat kolagen: merah muda terang

Komponen tulang rawan

Sel-sel

kondrosit, kondroblas

mensekresikan matriks dan serat-serat


Serat-serat

kolagen, elastin

Subtansi dasar

glikosaminoglikan dan proteoglikans

tidak terkalsifikasi

TULANG

Merupakan bentuk jaringan ikat

yang kejur(kaku)

membentuk sebagian besar

kerangka vertebrata yang lebih


tinggi
Tipe tulang
1. Tulang spongiosa (kaselosa, sepon)

terdiri dari trabekula/balok tulang

tidak teratur

bercabangan & membentuk anyaman

celah diantara anyaman diisi sumsum tulang

2. Tulang kompakta

tampak padat

Tidak ada batas yang jelas diantara ke-2 tipe


Pertumbuhan Tulang
Tulang tengkorak dibentuk melalui osifikasi membrane (pembentukan tulang intra membranosa).
Tulang-tulang panjang mula-mula dibentuk modelnya dalam tulang rawan kemudian diubah
menjadi tulang melalui osifikasi yang berawal di batang tulang (pembentukan tulang enkondral).
Selama pertumbuhan , terjadi pemisahan daerah-daerah khusus diujung ujung setiap tulang
panjang (epifisis) dari batang tulang oleh suatu lempeng tulang rawan yang aktif berproliferasi,
lempeng epifisis. dengan diletakannya tlang baru pada ujung batang tulang oleh lempeng ini,
tulang memanjang. Lebar lempeng setara dengan kecepatan prtumbuhan tulang. Lebar
dipengaruhi oleh jumlah hormon tetapi paling mencolok oleh hormone pertumbuhan hipofisis

TULANG
Kimia tulang terdiri dari :
1.

Air 14 44%

2.

Bahan organic: kolagen, glikoprotein, sitrat

3.

Bahan anorganik : garam kalsium fosfat dan kalsium karbonat

Tulang
1.

Penanda tulang

Tonjolan yang menjadi tempat perlekatn tulang dan ligamentum.

Tonjolan yang merupakan bagian dari articulation atau sendi

Lekukan atau lubang yang merupakan tempat lewat syaraf atau pembuluh darah

OSIFIKASI :
Meliputi pengendapan garam garam tulang dalam matriks oleh keseimbangan kimia fisika ionion : Ca HPO ,dan PO
++,

METABOLISME TULANG
Kalsifikasi tulang rawan didahului dengan penimbunan glikogen

pembengkakan sel-sel tulang rawan kalsifikai terjadi memerlukan energy dari


pemecahan
glikogen
tersebut
.

Seperti halnya dngan jaringan tubuh lain, unsur-unsur tulang selalu bertukar dngan
unsur-unsur
dalam
plasma.

Proses deminerlisasi tulang : terjadi bila intake Ca & P tidak cukup atau hilang dari
tubuh

Vitamin D : meningkatkan Ca & P darah dengan cara meningkatkan absorsi kalsium


fosfat
dapat
mengendap
pada
tulang
.
Kekurangang
Vitamin

vitamin
D

D
akan

menyebabkan

menurunkan

fosfatase

RICKET
Alkalis

Enzim fosfatase alkalis darah naik upaya tubuh untuk mningkatkan P.

Enzim fosfatase alkalis membebaskan ion P dari ester fosfat pada pH


alkalis

Faktor-faktor yang berperan pada metabolisme Tulang :


Vitamin D :

1.
A.

Meningkatkan absorbsi ion kalsium usus

B.

Membantu memineralisasi normal tulang

C.

Mempercepat reabsorbsi kalsium dari tulang


Vitamin A :

2.
A.

Berperan pada pertumbuhan tulang


Vitamin C :

3.

Berfungsi untuk pertumbuhan normal tulang (diperlukan pada

A.

sintesis kolagen defisiensi ganguan kalsifikasi.


Estrogen :

4.

Menghambat produki asam laktat pada glikolisis dalam tulang

A.

defisiensi estrogen mudah osteoporosis


Hormone paratiroid

5.
A.

Meningkatkan reaborpsi tulang ,


Meningkatkan kecepatan produksi asam laktat pH<<

B.

deminerallisasi

Mempengaruhi sel osteosit depolarisasi mukoprotein Kristal

C.

tulang larut
Kalsitonin

6.

Mempercepat pemasukan Ca & P dari darah ke tulang deposito

A.

Ca >> menghambat resorpsi tulang


Glukokortikoid

7.

Mengurangi matriks tulang dapat terjadi osteoporosis

A.

Growth Hormon

8.
A.

Meningkatkan absorbsi Ca dari usus

B.

Meningkatkan sintesis kolagen


Meningkatkan produksi somastomedin (sulfation factor ) oleh hepar

C.

pengikatan sulfat dalam tulang rawan


D.

Meningkatkan pertumbuhan tulang panjang pada epifisis

JARINGAN OTOT
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.
Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot dapat
berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan
memendek.

Jaringan Otot Polos

Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati
di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara
refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat.
Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.

Jaringan Otot Lurik/Rangka/Skelet


Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat
pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf
sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan
terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari
otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai
dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.

PERSENDIAN

Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi
oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong,
terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang
menghasilkan cairan sinovial untuk meminyaki sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh
ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi
gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk
melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi
mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik,
maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :

Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal
inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastis

Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap
tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal
kolagennya akan tahan terhadap tarikan

Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.

FISIOLOGI
Morfologi otot
Otot tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun sistem otot. Hampir seluruh
otot rangka berawal dan berakhir di tendo, dan serat-serat otot rangka tersusun sejajar diantara
ujung-ujung tendo, sehingga daya kontraksi tiap unit akan saling menguatkan. Setiap sel otot
merupakan satu sel otot yang berinti banyak, memanjang, silindrik dan diliputi oleh membran sel
yang dinamakan sarkolemma. Diantara sel-selnya tidak terdapat sinsitium. Serat-serat otot
tersusun atas miofibril yang terbagi menjadi filamen-filamen yang tersusun dari protein-protein
kontaktil.
Proses Kontraksi dan Relaksasi Otot Rangka
Tahap kontraksi

Impuls neuron motorik

Pelepasan transmiter (asetilkolin)ke end-plate motorik

Pengikatan asetilkolin oleh reseptor asetilkolinoleh reseptor asetilkolin nikotinik.

Peningkatan konduktans ion natrium dan ion kalium di membran end-plate.

Terbentuknya potensial end-plate.

Tercetusnya potensial aksi di serat-serat otot.

Penyebaran depolarisasi kedalam tubulus T.

Pelepasan ion kalsium dari sisterna retikulum sarkoplasmik dan difusi ion kalsium ke
filamen tebal dan filamen tipis

Pengikatan ion kalsium oleh troponin C membuka tempat pengikatan miosin di molekul
aktin

Pembentukan ikatan silang antara aktin dan miosin dan pergeseran filamen tipis pada
filamen tebalmenghasilkan pemendekan.

Tahap relaksasi
1.

Ion kalsium dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasmik

2.

Lepasnya ion kalsium dari troponin

3.

Terhentinya interaksi antara aktin dan miosin

Jenis-Jenis Kontraksi

Isometrik : ukuran tetap atau kontraksi dengan panjang yang tetap


Isotonik: kontraksi melawan beban yang tetap dengan pemendekan otot, tegangan yang
tetap.

Pemeriksaan Radiologi
Pada antebrachium dan articulatio cubiti dapat dilakukan pemeriksaan dari posisi lateral maupun
anterior-posterior baik dengan menggunakan sinar X, MRI, maupun Ctscan.

Posisi Lengan Bawah Tidak Normal


Sesuai dengan kasus, daapat disebebkan oleh beberapa kemungkin yaitu fraktur atau dislokasi
pada lengan bawah.
Definisi fraktur
Patah Tulang (fraktur) adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan
sekitarnya.
Jenis patah tulang:
1.

Patah tulang tertutup (patah tulang simplek).


Tulang yang patah tidak tampak dari luar.

2.

Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk).


Tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kulit mengalami
robekan.
Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.

3.

Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan)


Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya
atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang.
Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena
osteoporosis

4.

Patah tulang karena tergilas.


Tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan
tulang.
Jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka
penyembuhannya akan berjalan sangat lambat.

5.

. Patah tulang patologis


Terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan menyebabkan
tulang menjadi rapuh.
Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan

tanpa cedera sama sekali.


Faktor faktor penyebab
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah
raga atau karena jatuh.
Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.
Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:
Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang
Usia penderita
Kelenturan tulang
Jenis tulang.
Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor bisa
mengalami patah tulang.
GEJALA
a. Nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata.
b. Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi jika tulang
yang terkena digerakkan.
c. Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan nyeri.
Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga penderita tidak dapat
menggerakkan lengannya, berdiri diatas satu tungkai atau menggenggam dengan
tangannya.
Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak)
dan masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.

Fraktur pada Interkondilar Humerus


Pada fraktur ini bentuk garis patah yang terjadi berupa huruf T atau Y. Di daerah siku tampak
jelas pembengkakan, kubiti varus atau kubiti valgus.
Jenis Fraktur pada Antebrakial Distal

Fraktur Colles, deformitas fraktur ini berbenuk seperti sendok makan. Pasien terjatuh
dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh serta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi)

Fraktur Smith, merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior, karena itu sering disebut
reverse Colles fracture. Biasa terjadi pada orang muda. Pasian jatuh dengan tangan menahan
badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intrakular.

Fraktur Galeazzi, fraktur radius distalserta dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien
jatuh dengan tangan terbuka menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi
pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

Fraktur Montegia, merupakan fraktur segitiga proximal ulna disertai dislokasi sendi
radius ulna proximal. Terjadi karena trauma langsung.

Dislokasi
Keluarnya/bercerainya kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan
yang memerlukan pertolongan segera. Dislokasi sendikecil dapat direposisi ditempat kejadian
tanpa anastesi.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif.Suprohaita.Wardhani, Wahyu Ika.Setiowulan, Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius.2000.
Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.2003.
Junquiera, Luiz Carlos, Carneiro, Jose. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta:EGC.2007.
www.wikipedia.com
Putz,R,Pabst,R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid I. Jakarta:EGC.2007.

Trauma Pada Tulang dan Otot

SKENARIO: TRAUMA PADA TULANG DAN OTOT


Agus, 18 tahun, seorang mahasiswa yang menyukai olahraga panjat tebing.
Tapi malang baginya pada saat melakukan panjat tebing Agus jatuh dari ketinggian
30 m. Agus tidak dapat berdiri dan mengalami luka-luka. Teman-teman sesama
pemanjat tebing langsung menolong Agus dengan memasang bidai pada tungkai
kiri Agus dan memasang mitela pada bahu kiri.
Agus tidak kehilangan kesadaran, tetapi nyeri dan bengkak pada sendi bahu
kiri dan tungkai bawah terkulai. Pada saat pemeriksaan terlihat pembengkakan,
nyeri tekan dan nyeri pada cruris sinistra 1/3 tengah. Pada artikulatio humeri
sinistra tidak bisa digerakkan dan terlihat bengkak. Pemeriksaan akral pada kedua
ekstremitas tersebut baik. Kemudian dilakukan pemeriksaan radiologi.
KEYWORD;

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang patah tidak bergerak (immobilisasi).
Tujuan Pembidaian:

1.

Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tlang yang patah.

2.

Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.

3.

Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.

4.

Mengurangi rasa nyeri.

5.

Mempercepat penyembuhan.
Macam-Macam Bidai:

1.

Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, aluminium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat
dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat
di lapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2.

Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah
tulang paha.
Contoh: bidai traksi tulang paha.

3.

Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh: majalah, Koran, karton dan lain-lain.

4.

Gendongan/belat dan bebat


Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan
daerah cedera.
Contoh: gendongan lengan.
Prinsip Pembidaian:

1.

Lakukan pembidaian pada tempat di mana anggota badan mengalami cidera


(korban yang dipindahkan).

2.

Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang.

3.

Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.

Mitela adalah pembalut berbentuk segitiga

a.

Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan
berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm.

b.

Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota badan yang cedera.

c.
d.

Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung tangan.
Cara membalut dengan mitela:
Salah satu sisi mitela dilipat 3 4 cm sebanyak 1- 3 kali.
Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan dibalut, lalu
ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan.
Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan atau
diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada
tempat dan kepentingannya.

Cruris Sinistra 1/3 tengah: betis kiri bagian tengah

Artikulatio humeri sinistra: sendi humerus sebelah kiri

ANAMNESIS:

Keluhan:

Nama:

Agus

Umur:

18 Tahun

Jatuh dari ketinggian 30 meter, tidak dapat berdiri, mengalami luka-luka,


nyeri dan bengkak pada sendi bahu kiri dan tungkai bawah terkulai,

eriksaan fisik: pembengkakan, nyeri tekan dan nyeri pada cruris sinistra 1/3 tengah, artikulatio
humeri sinistra tidak bisa digerakkan dan terlihat bengkak.
Pemeriksaan penunjang
1.

X.ray

2.

Bone scan : focus pada organ tertentu

3.

MRI (magnetic resoning imaging)

4.

Tormogram

5.

CT scan : jika banyak kerusakan otot

6.

Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vascular

7.

Foto polos

LEARNING OBJECTIVE
1. TRAUMA DAN PENANGANANNYA
Definisi Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan
untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para
Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau
suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat
negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder.

Dalam perkembangannya, berdasarkan dampak yang ditimbulkan dikategorikan


dua, yaitu trauma fisik dan psikologis. Trauma fisik adalah trauma yang diakibatkan
oleh suatu kejadian yang melukai secara fisik, misalnya kecelakaan, kerap
mendapatkan pukulan dan sebagainya. Sedangkan trauma psikologis diakibatkan
kejadian yang melukai secara batin, misalnya dibandingkan dengan saudara atau
teman, sering dicaci maki dan dilabeli anak bodoh, pemalas, perceraian, kekerasan
seksual dan sebagainya.

2. HISTOLOGI TULANG
Tulang adalah jaringan ikat khusus sebagai unsur pokok yang membentuk kerangka
manusia yang dapat menyangga struktur otot, melindungi organ vital di dalam
tubuh (otak dalam tengkorak,rongga dada, menampung sumsum tulang sebagai
tempat pembentukan sel - sel darah), sebagai cadangan ca,fosfat,ion lain dalam
cairan tubuh yang fungsinya mekanik & metabolik pada kerangka serta membentuk
sistem pengungkit yang dapat menyebabkan otot rangka berkontraksi untuk
gerakan tubuh.
MACAM MACAM TULANG :
A. MENURUT SUSUNAN

Tulang kompakta :
Masa kompak dan keras.

Ruang ruang (mikroskopis)


Bagian luar tulang.

Tulang spongiosa
Balok- balok tulang.
Bentuk dan tebal bermacam macam.
Bersilangan dan berhubungan.
Ruang diantara tulang.

B. MENURUT BENTUK.
Tulang panjang, terdiri dari tiga bagian :

DIAFISIS (shaft) : Bagian luar kompakta


EPIFISIS : Ujung dari diafisis, terdiri dari banyak tulang spongiosa, pada persendian
ditutupi tulang rawan hialin
METAFISIS : terletak antara epifisis dan diafisis.

Tulang pendek :
- Pendek- pendek.
- Spongiosa banyak
- Kompakta sedikit
- Sumsum merah.
- Vertebra, phalanx dll.

Tulang pipih:
- Bentuk pipih.

- Kompakta tebal
- Sumsum Merah.
- Tulang Tengkorak, Sternum, Panggul, Skapula.

3. FRAKTUR DAN KLASIFIKASINYA


Definisi Fraktur
Putusnya hubungan kesinambungan / diskontinuitas permukaan tulang atau tulang
rawan atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma.

KLASIFIKASI FRAKTUR
A. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
1.

Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah
ditembus. Artinya ada hubungan antara fragmen-fragmen tulang dengan dunia luar.
Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah ada atau tidaknya kontaminasi oleh
lingkungan pada tempat terjadinya fraktir tersebut.

Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.

Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

2.

Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak


ekstensif.
Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dengan kulit yang tidak ditembus oleh fragmen
tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan karena tidak
adanya hubungan antara fraktur dengan dunia luar.

B.

Berdasarkan komplit atau tidaknya

1.

Fraktur komplit
Fraktur komplit adalah fraktur yang mengenai seluruh korteks

2.

Fraktur inkomplit

Fraktur inkomplit adalah fraktur yang mengenai satu sisi korteks saja

C. Berdasarkan garis frakturnya


1.

Fraktur kominutif
Fraktur kominutif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan
dengan lebih dari dua fragmen tulang.

2.

Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam
ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah
menjadi sulit untuk menyembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan
secara bedah.

3.

Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang
patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmensegmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai atau gips.

4.

Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

5.

Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis
fraktur rendah energy ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini sering cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

6.

Fraktur green stick


Fraktur green stick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anakanak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian uga periosteum. Fraktur ini
akan segera sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal

7.

Fraktur Kompresi

Fraktur kompresi terjadai ketika dua tulang menumbuk tulang ke-tiga yang berada
di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada
korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pandangan lateral dari
tulang punggung menunjukkan pengurangan tinggi.

4. MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR


a.
b.
c.

Nyeri terus menerus dan bertambah


diimobilisasi, hematoma, dan edema

beratnya

samapi

fragmen

tulang

Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah


Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur

d.

Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

e.

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

5. PENATALAKSANAAN
1.

Terapi konservatif

a.

Proteksi saja
Misal mitela untuk fraktur collum chirorgicong humeri dengan kedudukan baik

b.

Imobilisasi saja tanpa reposisi


Misal pemasangan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik

c.
d.
e.

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips


Missal pada fraktur supra condillus, fraktur colles, fraktur smith, reposisi dapat
dalam anastesi umum atau lokal
Teraksi untuk reposisi secara perlahan
Pada anak-anak dipakai teraksi kulit terbatas untuk 4 minggu fengan beban kurang
dari 5 kg

2.

Terapi operatif

Reposisi terbuka, fiksasi interna


Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti giksasi interna, terpi operatif
dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna (open reduction and internal
fiksasiob), atoplasti eksisional eksisi fragmen dan pemasangan endoproktesus.

Patofisiologi Penyembuhan Fraktur


Fraktur atau patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma baik itu
karena trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Fraktur juga bisa terjadi
karena trauma akibat tarikan otot misalnya tulang oatela dan dekranon, karena otot
trisep dan brisep mendadak berkontraksi.
Sewaktu tulang patah biasanya terjadi disekitar tempat patah kedalam jaringan
lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel sel darah putih dan
sel sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat
tersebut, fagositosis dan pembersihan sisa sisa sel mati dimulai. Ditempat patah
terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala jala untuk
melekatkan sel sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru amatur yang disebut callus yang terbentuk kira-kira 2 minggu setelah
terjadinya fraktur.

Asuhan Keperawatan Fraktur Klavikula

17SEP2014 Meninggalkan komentar


by Betta Hayya in Asuhan Keperawatan Tags: Asuhan Keperawatan Fraktur Klavikula, distal
klavikula, fraktur lengkap, fraktur terbuka, fraktur tertutup, gangguan fungsi
tulang, klavikula, outstreched hand, patah tulang klavikula, tulang kolar

Latar belakang
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh.

Tanpa tulang

tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek
mekanikal maupun aspek fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh
badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek
fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya.
Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang
sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium. Namun karena tulang
bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga
menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.
Insiden Kejadian
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh
dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched hand) dimana trauma
dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah
diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah
hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau
terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan
Peterson. Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik
keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena
trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari
kecelakaan lalu lintas.
Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada anak-anak
sekitar 1016 % dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar
2,65 %.
Definisi
Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi
dan berbeda-beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas
mengenai patah tulang bagian klavikula .

Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau
proksimal klavikula.
Etiologi Faktur Klavikula ( Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat kecelakaan
apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang dapat juga
disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada fraktur
clavicula yaitu :
1.

Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis
selama proses melahirkan.

2.

Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh


dari ketinggian dan yang lainnya.

3.

Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya
pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.

4.

Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi,
keganasan clan lain-lain.

Patofisiologi
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama perkembangan
embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang
skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang klavikula juga membentuk hubungan
antara anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini membantu mengangkat bahu ke atas, ke
luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian proksimal tulang clavikula bergabung dengan
sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula
bergabung dengan acromion dari skapula membentuk sambungan acromioclavicular (AC).
Patah tulang clavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang klavikula
adalah tulang yang terletak dibawak kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif di depan.
Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk
patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman yang
keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang
akan menyebabkan fraktur.

Klasifikasi Patah Tulang Secara Umum :

Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu
sisi ke sisi lain.
Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks
yang utuh). Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol malalui kulit.
Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula
menjadi 3 kelompok.
1.

Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula(insidensi

kejadian 75-80%).
Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2.

Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%).


Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament
coracoclavicular yakni(yakni, conoid dan trapezoid).
Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan
tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.

Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya.

Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.

Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal
berpindah keatas.

3.

Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.


Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%)
Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

Gambaran Klinis dan pemeriksaan diagnostic


Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan
lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang
menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat
disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi
yang mengikuti fraktur.
Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah :

Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.


Scan tulang, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak.

Cara Penanganan

Pada prinsipnya penangan patah tulang clavikula adalah untuk mencapai penyembuhan
tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk.

Kebanyakan patah tulang clavikula telah berhasil ditangani dengan metode tanpa
operasi. Perawatannonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah
tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan
cara reduksi tertutup dan imobilisasi.

Modifikasi spika bahu (gips Clavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap
klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan
mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakanstrap klavikula, ketiak harus diberi
bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan
arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3
distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling
dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
terputusnya ligamen korakoklavikular , akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani
dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus
menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan
yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan
kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto
rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat
proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6
(pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan
tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan
bahu secara penuh, dan kekuatan kembali
normal.

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

Fraktur terbuka.

Terdapat cedera neurovaskuler.

Fraktur comminuted.

Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.

Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).

Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).

Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti
acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen. G.
Prognosis Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.
Komplikasi
Komplikasi akut:

Cedera pembuluh darah

Pneumouthorax

Haemothorax

Komplikasi lambat :

Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

PEMBAHASAN KASUS (Contoh Kasus)

PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 14 april 2014
Tanggal masuk : 13 april 2014
Ruang /kelas : cempaka kelas 3
Nomor register : 2014 55 12 28
Diagnosa medis : Fraktur Clavicula Sinistra
1.

Identitas Klien

Nama Klien : Tn. S


Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 32 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : Perusahaan
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : Klien
2.

Resume

Klien tiba di RSUD Pasar Rebo Poli Bedah Orthopaedy dengan diagnose Fraktur Clavikula
Sinistra. Riwayat kecelakaan 1 (satu) minggu yang lalu, sebelumnya klien berobat ke klinik
dan di rontgen ternyata ada fraktur kemudian klien disarankan untuk ke dokter spesialis
bedah orthopaedy. Di poli bedah orthopaedy klien disarankan untuk operasi dan

dijadwalkan tanggal 15 April 2014. Klien mengatakan setelah kecelakaan tangannya


bengkak dan sakit bila digerakkan.
Masalah keperawatan adalah nyeri berhubungan dengan diskontinitas jaringan tulang.
Tindakan keperawatan adalah melakukan pengukuran tanda-tanda vital, mengkaji skala
nyeri (P, Q, R, S,T), memberikan posisi senyaman mungkin, mengajarkan teknik relaksasi,
dan melakukan pemindaian.
Evaluasi klien : klien mengatakan nyeri pada daerah fraktur, skala nyeri 5, masalah belum
diatasi dan askep dilanjutkan.
Satu hari sebelum operasi klien masuk ruang rawat inap, dilakukan pemeriksaan
laboratorium, dan terpasang infuse RA/8jam. Kemudian klien disiapkan untuk operasi
(klien dipuasakan) dan pengisian inform consent. Kemudian tanggal 15 April 2014 pada
pukul 08.00 wib klien menjalani operasi selesai pukul 12.30 wib.
3.

Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang.


Keluhan utama : nyeri
Faktor Pencetus : ketika tangan digerakkan
Timbulnya Keluhan : secara mendadak
Lamanya +/- 10 menit
Upaya mengatasi : tarik napas dalam
Riwayat kesehatan masa lalu.
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalu lintas sebelumnya
Klien mengalami riwayat alergi bila udara dingin
Klien tidak pernah mengknsumsi obat jangka panjang sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga. Genogram

(GAMBAR)

Didalam kelurga tidak ada penyakit yang pernah diderita yang menjadi factor resiko.
Riwayat Psikososial dan spiritual
Klien dekat dengan istri dan keluarga
Pila komunikasi terbuka pembuatan musyawarah
Kegiatan kemasyarakatan aktif dalam karang taruna
Dampak penyakit klien terhadap keluarga : keluarga menjadi cemas dan khawatir.
Klien ingin segera berkumpul dengan keluarganya dirumah.
Mekanisme koping terhadap stress yaitu minum obat.
Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada
Aktifitas agama yang dilakukan yaitu berdoa dan sholat
Pengkajian Fisik :
Pemeriksaan fisik umum :
BB 53kg sebelum sakit 53 kg.
TB 160 cm
Keadaan umum : sedang, tidak ada pembesaran getah bening
Sistem penglihatan :
posisi mata simetris

Kelopak mata normal


Pergerakan bola mata normal
Konjungtifa merah muda
Kornea normal
Sklera anikterik
Pupil isokor
Otot mata tidak ada kelainan
Fungsi penglihatan baik
Pemakaian kacamata : tidak
Pemakaian lensa kontak : tidak
Reaksi terhadap cahaya baik
Sistem pendengaran
Daun telinga normal
Kondisi telinga tengah normal
Cairan dari telinga tidak ada
Tinitus tidak ada
Fungsi pendengaran normal
Sistem wicara normal
Sistem pernafasan :
Nafas bersih
Tidak ada sumbatan

Tidak sesak nafas


Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Fruekuensi 22 x/ menit
Irama teratur
Jenis pernafasan spontan
Palpasi dada : tidak teraba taktil fremitus
Perkusi dada : resonan
Suara nafas vesikuler
Sistem kardiovaskuler
Nadi 88x/ menit
Irama teratur
Denyut kuat
Tekanan darah 120/ 90 mmhg
Tidak ada distensi vena jugularis
Temperatur kulit hangat
Warna kulit kemerahan
Pengisian kapiler 2 detik
Adanya edema di tungkai atas
Sistem Hematologi
Tidak pucat
Tidak ada pendarahan

Sistem Syaraf Pusat


Tidak ada keluhan sakit kepala
Tingkat kesadaran composmentis
GCS E : 4, M : 6, V : 5
Tidak ada peningkatan TIK
Reflek fisiologis normal
Reflek patologis tidak ada
Sistem Pencernaan
Tidak ada karies
Tidak ada stomatitis
Tidak ada lidah kotor
Salifa normal
Tidak muntah
Tidak ada nyeri perut
Bising usus : 10 x/ menit
Tidak ada diare
Tidak ada konstipasi
Hepar tidak teraba
Abdomen lembek
Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Sistem urogenital
Balance cairan : intake 4000ml, output 3700ml
BAK warna kuning jernih
tidak ada distensi kandung kemih
Sistem Integumen
Turgor kulit elastis
Temperatur kulit hangat
Warna kulit kemerahan
Keadaan kulit baik
Ada luka operasi di bahu kiri
Kondisi luka kondisi tertutup
Tidak ada kelainan kulit
Daerah pemasangan infuse tidak Plebitis
Keadaan rambut baik dan bersih
System Musculoskeletal
Adanya kesulitan dalam bergerak
Nyeri pada tulang dan sendi
Adanya fraktur di clavikula sinistra, bengkak
Tonus otot baik
Kekuatan otot Gambarff
Data Penunjang

Laboratorium HB 15,4 gr/dl


Leuko 10600/mm3
Ht 43%
Trombosit 226.000/mm3
Masa pendarahan 03.00
Masa pembekuan 12.00
SGOT 23
SGPT 12
UREUM 17
Kreatinin 0,89
GDS 103
Radiologi : Rontgen Thorak fraktur clavikula
Penatalaksanaan
Terapi : IVFD RA / 8 jam
injeksi bifotik 2 x 1 gram / iv
injeksi ketese 3 x 30 mg / iv
osteokal 2 x1 tab
diet : makan biasa

You might also like