You are on page 1of 3

KONSEP BAHAGIA

Pengertian Kebahagiaan
Secara etimologi kebahagiaan berarti keadaan senang, tentram; terlepas dari segala yang
menyusahkan.sehingga, kebahagiaan adalah suatu keadaan yang berlangsung, bukanlah suatu perasaan atau
emosi yang berlalu.
Kebahagiaan berasal dari kata Sanskerta, yaitu bhagya yang berate jatah yang menyenangkan. Bahagian juga
diartikan dengan keberuntungan. Dengan demikian,kebahagiaan berarti suatu kondisi sejahtera, yang ditandai
dengan keadaan yang relative tetap, dibarengi keadaan emosi yang secara umum gembira, mulai dari sekedar
rasa suka sampai dengan kegembiaraan menjalani kehidupan, dan adanya keinginan alamiah untuk
melanjutkan keadaan ini. Dalam perspektif ini bahagia pada dasarnya adalah berkaitan dengan kondisi
kejiwaan manusia.
Menurut Aristoteles, kebahagiaan itu dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu :
Pertama, kebahagiaan yang terdapat pada kondisi sehat badan dan kelembutan indrawi. Kedua, kebahagiaan
karena mempunyai sahabat. Ketiga, kebahagiaan karena mempunyai nama baik dan termasyhur. Keempat,
kebahagiaan karena sukses dalam berbagai hal. Kelima, kebahagiaan karena mempunyai pola piker yang
benar dan punya keyakinan yang mantap.
Dengan tercapainya kelima hal ini, menurut Aristoteles barulah manusia akan mencapai bahagia yang
sempurna.
Sedangkan bagi filosof sebelum Aristoteles, seperti Phytagoras, Sokrates dan Plato, kebahagiaan hanya bias
dicapai oleh jiwa saja. Oleh karenanya, ketika mengklasifikasikan bahagia mereka hanya membatasi pada
fakultas-fakultas jiwa saja; seperti kearifan, keberanian, kesederhanaan dan keadilan. Kebahagiaan hanya
akaan berkurang jika manusia mempunyai pikiran yang lemah. Dengan demikian, kemiskinan, nama baik,
wibawa ataupun kekurangan lain diluar badan tidak akan merusak nilai kebahagiaan.
Jika diikuti konsepsi ini tentu akan menjadi persoalan yang cukup rumit, karena bagaimanapun juga tubuh
adalah bagian dari diri manusia, begitu juga dengan lingkungan akan berpengaruh terhadap pola hidup
manusia. Oleh sebab itu, pada dasarnya kesempurnaan bahagia itu akan tergantung juga pada kesempurnaan
badan dan hal-hal yang berada diluarnya, sebagai factor pendukung.
Dari uraiana diatas, terlihat bahwa pada prinsipnya kebahagiaan tidak berada diluar badan, tapi berada di
dalam diri manusia, yaitu dengan memungsikan potensi yang dimilikinya, melalui sarana-sarana yang menjadi
objek pikiran. Artinya, untuk tercapainya bahgia sangat tergantung kepada cara manusia itu menyikapi hidup
ini, bukan bagaimana hidup memberlakukan manusia. Namun, kebahagiaan di atas baru sebatas kebahagiaan
duniawi dan defeniasi bahagia itu sendiri sukar untuk dirumuskan secara utuh karena ia terkait dengan orang
atau subjek yang menjelaskannya.
KEBAHAGIAAN MENURUT PEMIKIR ISLAM
1. Ibn Maskawaih
Terlebih dahulu membuat perbedaan antara kebaikan dengan kebahagiaan. Menurutnya, kebaikan itu sifatnya
umum, dan merupakan tujuan dari sesuatu sedangkan kebahagiaan merupakan akhir dari kebaikan, dalam
kaitannya dengan pemiliknya dan merupakan kesmepurnaan bagi pemiliknya. Sehingga ia bersifat relative
berbeda menuut orang yang mengupayakannya dan esensinya tidak pasti.
Dengan demikian, menurut Ibn maskawaih, kebahagiaan adalah kebaikan yang paling utama dan sempurna
diantara seluruh kebaiakn serta menjadi tujuan akhir dari kebaikan.mengenai kebahagiaan sempurna, Ibn

Maskawaih berpendapat bahwa bahagia sempurna atau tertinggi dapat diraih ketika manusia dapat
menyatukan antara kebutuhan jasmani dan ruhaniyahyang dia istilahkan dengan alam rendah dan alam
tinggi.
Namun jika tidak mencapai dari dua tingkatan itu makan manusia berada pada derajat binatang, karena
kebaikan itu tidak ada pada binatang dan ia tidak diberikan kemampuan mencapai tingkatan-tingkatan itu,
sedangkan manusia diseur dan diberi bekal untuk itu, tetapi manusia lebih suka kepada hala-hal yang lebih
rendah. Oleh karena itu, kebahagiaan manusia itu ada yang sempurna dan ada yang tidak.
Menurutnya, seseorang dapat mencapai kebahagiaan di dunia ini apabila mempunyai sifat sebagai berikut :
tidak keberatan berpisah dengan yang dicintainya di dunia; tidak bersedih hati karena tidak mendapat
kesenangan duniawi; memandang tubuh, harta dan semua kenikmatan duniawi tidak lebih dari sekedar bebab
duniawi , kecuali jika dibutuhkan untuk menjaga badannya; rindu berkumpul dengan ruh-ruh yang baik dan
para malaikat terpilih; tidak melalkukan sesuatu kecuali jika dikehendaki Allah; memilih sesuatu yang akan
mendekatkannya dengan Allah; tidak terjerat dengan tipu daya hawa nafsu; tidak berduka lara atas
kegagalannya memenuhi keinginannya.
Menurut Mulyadi Kartanegarasalah seorang doctor di bidang filsafat lulusan Universitas Chicago
berdasarkan anilisisnya terhadap karya-karya Ibn Maskawaih, menyimpulkan bahwa terdapat lima macam
jenjang kebahagiaan yang diperoleh dan dirasakan manusia. Pertama, jenjang kebahagiaan fisik atau sensual,
yang biasa disebut dengan kesenangan, kebahagiian jenis ini sering dipandang sebagai satu-satunya
kebahagiaan. Oleh karena itu sering keluar ungkapan kalau sudah kaya she pati kita bahgia, dan yang
dimaksud kaya disini adalah kaya harta atau materi. Kedua, jenjang kedua adalah kebahagiaan mental,
kebahagiaan yang mungkin barangkali tidak bisa dilepaskan dari indra lahir, tetapi uamanya tentu indra batin.
Ketiga, jenjang kebahagiaan intelektual, yaitu kebahagiaan manusia yang diperoleh dari ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, selama kita memiliki ilmu, selama itu pula kita merasakan kebahagiaan. Keempat, jenjang
kebahagian moral, yaitu kebahagiaan yang diperoleh dari mengamalkan ilmu pengetahuan. Dari sudut moral,
orang baik adalah orang yang telah memiliki perilaku baik, dan bukan hanya mengetahui perilaku baik itu
terpuji. Artinya, pada manusia yang berbahagia itu bukan saja manusia yang mengetahui jalan kebaian; jalan
hidup yang baik melainkan juga menjlankann hidup yang baik itu. Kelima, kebahagiaan spiritual, merupakan
kenahagiaan yang akan tercapai bila manusia telah berhasil mengadakan kontak dengan Ilahi.
2. Al-Ghazali
Dalam mewujudkan kebahagiaan, Al-Ghazali menekankan pentingnya arti cinta kepada Allah. Pengetahuan
tentang Tuhan merupakan kunci untuk mencintai Allah kareana tidak mungkin lahir cinta kalau tidak merasakan
indahnya berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan.
Dalam hal ini dapat diilustrasikan bahwa orang akan bernahagia apabila dapat beekenalan dengan raja. Hal
itu, karena raja mempunyai kekuasaan ynang besar dalam masyarakat dan dirinya sendiri sehingga timbullah
rasa simpatik terhadapa raja. Tetapi ia akan lebih merasa bahagia apabila dapat berkenalan dengan rajanya
segala remaja, maka tentu saja perkenalan itu berbeda bagi orang yang selalu dekat denga raja dengan orang
yang berjauhan dengan raja.bagi yang dekat dengan raja tentu akan lebih mencintau rajanaya daripada yang
berjauhan, sekalipun raja itu berpengaruh padanaya.
Begiru juga dengan cinta kepada Tuhan, bila manusia telah berkenalan dengan-Nya dan berpengaruh dalam
batin, maka inilah yang dikatakan Al-Ghazali bahwa ia sendiri sajalah yang pantas untuk dicintai, tetapi bila
seseorang tidak mencintai-Nya, maka hal itu disebabkan karena ia tak mengenali-Nya.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahagia menurut Al-Ghazali akan dapat dicapai apabila manusia
sudah bisa menundukkan nafsu kebinatangan dan setan dalam dirinya, dan menggantinya dengan sifat
malaikat. Sedangkan kebahagiaan tertinggi menurut Al-Ghazali adalah ketika manusia telah terbuka hijabnya
dengan Allah, ia bisa melihat Allah dengan mata hatinya, atau dalam bahasa Al-ghazali telah sampai kepada
tahap marifatullah.
Sedangkan menurut Yusuf Musa sebagaimana yang dikutip oleh SY Datuk Perpatih, kebahagiaan menurut AlGhazali dapat dikelompokkan kepada empat tingkatan, yaitu :
1. Kebaikan atau keutamaan jiwa yaitu: ilmu, hikmah, iffah (dapat menjaga kehormatan diri), berani dan adil.
2. Kebaikan atau keutamaan tubuh ada empat, yaitu : sehat, kuat, jamal (indah), dan panjang umur.
3. Kebaikan yang dating dari luar ada empat pula, yaitu : harta, keluarga, terhormat dan mulia keturunan.
4. Kebaikan atau keutamaan taufik ada empat, yaitu : hidayah Allah, Pimpinan Allah, bimbingan Allah, dan
bantuan Allah.
Adapun jalan untuk mencapai kebahagiaan hakiki menurut Al-Ghazali melalui ilmu dan amal. Ilmu ialah untuk
menentukan apa-apa yang harus diersiapkan dalam mencapai bahagia hakiki yang dimaksud, sedangkan amal
adalah berguna untuk membersihkan jiwa dari keinginan-keinginan duniawi yang dapat memalingkan manusia
dari kebahagiaan tersebut.
Kedudukan manusia di tengan-tengah masyarakat dinilai dari tingkat ilmu yang dimilikinya; orang-orang yang
berilmu akan lebih terhormat dan dihargai dibandingkan orang-orang yang kurang atau tidak berilmu sama
sekali. Ayat-ayat Al-qurqn sendiri memberikan penghargaan dengan memandang mulia orang yang berilmu
dibandingkan dengan orang yang kurang berilmu, seperti yang terdapat dalam Surat al-Mujadillah : 11
.
Artinya : niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.. (QS. Al-Mujadillah : 11)
Jalan kedua untuk memperoleh bahagia adalah dengan amala; amal merupakan buah dari ilmu itu sendiri. Hal
itu tentu saja sesuai dengan pandangan al-Quran sendiri bahwa amal shaleh merupakan mata rantai dari
keimanan dan bagi yang melaksanakannya akan memperoleh kebahagiaan, baik itu pria maupun wanita.
Sebagaimana firman allah :

Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
An-Nahl : 97)

You might also like