You are on page 1of 12

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS

PADA PERUSAHAAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk.


TAHUN 2005 2012
Rina Yuliani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ubud Salim, SE., MA.
Abstract: The purpose of this study was to examine the effect of the level of accounts
receivable turnover on profitability as measured by Return On Assets. Object of
study, namely PT. Unilever Indonesia Tbk year period from 2005 to 2012. This study
uses quantitative descriptive and explanatory nature replica consisting of two
variables are receivable turnover as the independent variable and ROA as the
dependent variable. The type of data used is quantitative data and data sources used
are secondary data. Data collection techniques are technical documentation. Method
of data analysis used in this study is a simple regression analysis and tested by t-test.
The test results showed that the level of accounts receivable turnover has a
significant effect on profitability. These results can be seen in the R Square of 0.795,
which means the relationship between the profitability of the accounts receivable
turnover has a very strong relationship. Results of this study confirmed the hypothesis
testing results through the t-test showed a significance 0.018 receivable turnover is
below 0.05, which means the accounts receivable turnover rate have a significant
effect on profitability (ROA).
Keywords: Accounts Receivable, Accounts Receivable Turnover Rate, Profitability
(Return On Assets).
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tingkat perputaran
piutang terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset. Obyek penelitian
yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk periode tahun 2005 2012. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif deskriptif eksplanatori dan bersifat replika yang
terdiri dari dua variabel yaitu perputaran piutang sebagai variabel independen dan
ROA sebagai variabel dependen. Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan
sumber data yang digunakan yaitu data sekunder. Teknik pengumpulan data ini
adalah teknik dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi sederhana dan diuji dengan Uji-t. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Hasil ini dapat dilihat pada R Square sebesar 0,795 yang
berarti hubungan antara perputaran piutang dengan profitabilitas mempunyai
hubungan yang sangat kuat. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil pengujian
hipotesis melalui Uji-t yang menunjukkan signifikansi tingkat perputaran piutang
sebesar 0,018 berada dibawah 0,05 yang berarti tingkat perputaran piutang
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Kata Kunci: Piutang, Tingkat Perputaran Piutang, Profitabilitas (Return On Asset).

PENDAHULUAN
Persaingan bisnis yang ketat
seiring
dengan
perkembangan
perekonomian dan teknologi dalam
memasuki era globalisasi menuntut
perusahaan
untuk
terus
mengembangkan inovasi produk,
meningkatkan kinerja karyawan, dan
melakukan perluasan usaha agar terus
dapat bertahan dan bersaing. Demi
mempertahankan usahanya tersebut
perusahaan
hendaknya
dapat
memperoleh keuntungan (laba) yang
maksimal dari setiap penjualan produk
yang didapatkan. Tidak sedikit
perusahaan yang menjual produk
produknya secara kredit kepada
pelanggan. Penjualan secara kredit
semacam
ini
sering
dilakukan
perusahaan
dalam
rangka
meningkatkan jumlah penjualan hasil
produksinya di pasar, mengingat
keadaan persaingan yang semakin
besar. Transaksi penjualan secara
kredit seperti ini pada umumnya
disebut piutang. Menurut Warren, et.
all (2008: 356) Istilah piutang
(Receivable) meliputi semua klaim
dalam bentuk uang terhadap pihak
lainnya termasuk individu, perusahaan,
atau organisasi lainnya.
Masalah piutang ini menjadi
penting manakala perusahaan harus
menilai
dan
mempertimbangkan
berapa besarnya jumlah piutang yang
optimal. Mengingat pentingnya suatu
piutang tersebut, piutang perusahaan
harus dikelola secara efisien dengan
biaya biaya yang ditimbulkan karena
adanya piutang. Semakin besar piutang
semakin besar pula biaya-biaya
(Carrying Cost) yang dikeluarkan

perusahaan. Oleh karena itu setiap


perusahaan mengambil kebijaksanaan
untuk memberikan kredit yang sudah
ditetapkan dan diharapkan untuk para
konsumen atau pelanggan agar mereka
membayar utang tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Mengingat
bahwa piutang merupakan suatu
bentuk investasi yang cukup besar bagi
perusahaan dan memberikan banyak
manfaat bagi perusahaan, maka
diperlukan adanya manajemen piutang
yang lebih baik sehingga keuntungan
keuntungan yang didapatkan lebih
meningkat. Selain itu piutang juga
dapat
mengukur
kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana
atau modal yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan
dan
menghasilkan
keuntungan atau laba yang besar bagi
perusahaan.
Untuk dapat mengetahui seberapa
besar
perusahaan
mampu
menghasilkan laba, maka digunakan
suatu
analisis
rasio
keuangan.
Penelitian ini menggunakan rasio
Return On Asset (ROA), karena ROA
merupakan rasio yang menunjukkan
keefisiensian
perusahaan
dalam
mengelola seluruh aktiva. ROA
mengukur tingkat pengembalian total
aktiva setelah beban bunga dan pajak.
Berdasarkan
latar
belakang
penelitian yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diidentifikasikan masalah
dalam penelitian ini yaitu apakah
perputaran
piutang
berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada
perusahaan PT. Unilever Indonesia
Tbk?.

Pengertian Piutang
Menurut Warren, et. all (2008:
404) menyatakan
bahwa
yang
dimaksud dengan piutang adalah
sebagai berikut : Piutang meliputi
semua klaim dalam bentuk uang
terhadap pihak lainnya, termasuk
individu, perusahaan atau organisasi
lainnya. Sedangkan menurut Al
Haryono Jusup (2005: 52) Pada
umumnya, piutang timbul karena
adanya transaksi penjualan secara
kredit. Dari kedua definisi yang telah
diungkapkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan piutang
adalah semua tuntutan atau tagihan
kepada pihak lain dalam bentuk uang
atau barang yang timbul dari adanya
penjualan secara kredit.

piutang usaha pelanggan. Bila


wesel tagih dan piutang usaha
berasal dari transaksi penjualan
maka hal itu kadang-kadang
disebut piutang dagang (Trade
Receivable).
3. Piutang lain-lain
Piutang
lain-lain
biasanya
disajikan secara terpisah dalam
neraca. Jika piutang ini diharapkan
akan tertagih dalam satu tahun,
maka
piutang
tersebut
diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar. Jika penagihannya lebih
dari satu tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva
tidak lancar. Piutang lain-lain
(Other
Receivable)
meliputi
piutang bunga, piutang pajak, dan
piutang dari pejabat atau karyawan
perusahaan.

Jenis Piutang
Warren, et. all (2008: 405)
mengklasifikasikan piutang kedalam
tiga kategori yaitu piutang usaha,
wesel tagih, dan piutang lain-lain
sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Piutang
usaha
timbul
dari
penjualan secara kredit agar dapat
menjual lebih banyak produk atau
jasa kepada pelanggan. Piutang
usaha semacam ini normalnya
diperkirakan akan tertagih dalam
periode waktu yang relatif pendek,
seperti 30 atau 60 hari.
2. Wesel Tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang
terutang bagi pelanggan di saat
perusahaan telah menerbitkan surat
utang formal. Wesel biasanya
digunakan untuk periode kredit
lebih dari 60 hari. Wesel bisa
digunakan untuk menyelesaikan

Faktor

Faktor
yang
Mempengaruhi Besarnya Piutang
Besar kecilnya piutang dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh Bambang Riyanto
(2008: 85-87) sebagai berikut :
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan
kredit dari keseluruhan penjualan
memperbesar jumlah investasi
dalam piutang.
2. Syarat
Pembayaran
Penjualan
Kredit
Syarat pembayaran penjualan
kredit dapat bersifat ketat atau
lunak.
Apabila
perusahaan
menetapkan syarat pembayaran
yang
ketat
berarti
bahwa
perusahaan lebih mengutamakan
keselamatan
kredit
daripada
pertimbangan profitabilitas. Syarat
yang ketat misalnmya dalam

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

bentuk batas waktu pembayaran


yang pendek, pembebanan bunga
yang berat pada pembayaran
piutang yang terlambat.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan
Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan
dapat menetapkan batas maksimal
atau plafond bagi kredit yang
diberikan
kepada
para
langganannya.
Makin
tinggi
plafond yang ditetapkan bagi
masing-masing langganan berarti
makin besar pula dana yang
diinvestasikan dalam piutang.
Begitu pula sebaliknya.
4. Kebijaksanaan dalam
Mengumpulkan Piutang
Perusahaan yang menjalankan
kebijaksanaan secara aktif, maka
perusahaan harus mengeluarkan
uang yang lebih besar untuk
membiayai aktivitas pengumpulan
piutang,
tetapi
dengan
menggunakan cara ini, maka
piutang yang ada akan lebih cepat
tertagih, sehingga akan lebih
memperkecil
jumlah
piutang
perusahaan.
Sebaliknya,
jika
perusahaan
menggunakan
kebijaksanaan secara pasif, maka
pengumpulan piutang akan lebih
lama, sehingga jumlah piutang
perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan Membayar Dari Para
Langganan
Kebiasaan para langganan untuk
membayar dalam periode Cash
Discount akan mengakibatkan
jumlah piutang lebih kecil,
sedangkan langganan membayar
periode setelah Cash Discount
akan
mengakibatkan
jumlah
piutang lebih besar karena jumlah

dana yang tertanam dalam piutang


lebih lama untuk menjadi kas.
Kerugian Piutang
Setiap penjualan kredit memiliki
risiko kerugian piutang karena adanya
piutang yang tidak tertagih. Ketika
piutang dagang menjadi tidak tertagih,
suatu
perusahaan
membebankan
kerugian penghapusan piutang dagang.
Kerugian ini diakui sebagai biaya dari
perusahaan sehingga dikelompokkan
sebagai biaya penjualan. Menurut S.
Munawir (2007: 258) berpendapat
bahwa
:
Semakin
besar Days
Receivable suatu perusahaan semakin
besar pula risiko kemungkinan tidak
tertagihnya piutang. Dan kalau
perusahaan tidak membuat cadangan
terhadap kemungkinan kerugian yang
timbul karena tidak tertagihnya
piutang (Allowance For Bad Debt)
berarti
perusahaan
telah
memperhitungkan labanya terlalu
besar (Overstated).
Risiko kerugian piutang terdiri dari
beberapa macam yaitu :
1. Risiko tidak dibayarnya seluruh
tagihan (piutang).
2. Risiko tidak dibayarnya sebagian
piutang.
3. Risiko keterlambatan pelunasan
piutang.
4. Risiko tidak tertanamnya modal
dalam piutang.
Kebijakan Penagihan Piutang
Sejumlah teknik penagihan piutang
yang
biasanya
dilakukan
oleh
perusahaan bilamana langganan atau
pembeli belum membayar sampai
dengan waktu yang telah ditentukan
adalah sebagai berikut:
1. Melalui surat
2. Melalui telepon

3. Kunjungan Personal
4. Tindakan Yuridis
Manfaat Penjualan Kredit
Gunawan Adisaputra (2003: 43)
mengemukakan manfaat penjualan
kredit, antara lain:
1. Upaya untuk meningkatkan omzet
penjualan.
2. Meningkatkan keuntungan.
3. Meningkatkan hubungan dagang
antara perusahaan dengan para
langganan.
4. Manfaat keuntungan berupa selisih
bunga modal pinjaman yang harus
dibayarakan kepada bank sebagai
sumber
dana
pembelanjaan
piutang.
Pengertian Profitabilitas
Menurut R. Agus Sartono (2001:
122) profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas
manajemen
perusahaan
secara
keseluruhan, yang ditunjukkan dengan
besarnya
laba
yang
diperoleh
perusahaan dan dinyatakan dalam
bentuk persentase atau dengan kata
lain
menunjukkan
bagaimana
kemampuan
perusahaan
tersebut
dengan seluruh sumber daya yang
dimiliki seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, dan
sebagainya untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Ada beberapa
rasio yang biasa digunakan dalam
mengukur besarnya profitabilitas.
Dalam penelitian ini digunakan ROA.
Rasio ROA merupakan kemampuan
untuk menghasilkan laba dari total

aktiva yang dimiliki oleh perusahaan


pada periode tertentu.
Berdasarkan
tinjauan
teoritis,
rumusan masalah dan tinjauan
penelitian, maka hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut :
H0 : Perputaran
piutang
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan PT.
Unilever Indonesia Tbk.
H1 : Perputaran piutang berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas
pada perusahaan PT. Unilever
Indonesia Tbk.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode
kuantitatif
deskriptif
eksplanatori dan bersifat replika yang
terdiri dari dua variabel yaitu
perputaran piutang sebagai variabel
independen dan ROA sebagai variabel
dependen. Jenis data yang digunakan
yaitu data kuantitatif dan sumber data
yang digunakan yaitu data sekunder
yang diperoleh dari berbagai macam
sumber sekunder yaitu Pojok BEI
Universitas Brawijaya dan situs
Indonesia Stock Exchange pada
http://www.idx.co.id dan literatur
lainnya.
Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI periode 2012 yang
berjumlah 4 perusahaan. Dalam
pengambilan sampel, digunakan teknik
pengambilan sampel Non Probability
Sampling dimana sampel yang dipilih
adalah PT. Unilever Indonesia Tbk.
Periode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah delapan tahun
yaitu mulai tahun 2005 sampai dengan
2012 pada perusahaan PT. Unilever

Indonesia Tbk. Periode ini dipilih


mendapatkan gambaran mengenai
kinerja keuangan perusahaan dengan
data terbaru. Variabel yang digunakan
pada penelitian adalah ROA sebagai
variabel dependen dan perputaran
piutang sebagai variabel independen.
Dalam
definisi
operasional
variabel ini, akan dibahas mengenai
beberapa hal yang berhubungan
dengan penelitian yaitu:
1. ROA
ROA diukur dengan membagi laba
setelah pajak dengan total asset.
ROA merupakan variabel yang
berpengaruh jika terjadi piutang
dalam perusahaan.
Rumus :
ROA= Laba Setelah Pajak
Jumlah Aktiva
2. Perputaran Piutang
Perputaran
piutang
dihitung
berdasarkan selisih penjualan bersih
dengan rata rata piutang
perusahaan.
Rumus:
=
Langkah langkah pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik, meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi,
variabel
independen,
variabel
dependen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Untuk
menguji normalitas data digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov
dengan
menggunakan taraf signifikansi 5%.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan

dengan
pertimbangan
untuk
pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. Untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi maka dilakukan
pengujian Durbin Watson (DW)
dengan ketentuan sebagai berikut
(Wahid Sulaiman, 2002:139):
1) 1,65 < DW < 2,35 kesimpulannya
tidak ada autokorelasi.
2) DW < 1,21 atau DW > 2,79
kesimpulannya
terjadi
autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi
atau terdapat ketidaksamaan varians
dari rersidual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Menurut
Singgih Santoso (2004: 138) dalam
bukunya yang berjudul Buku Latihan
SPSS
Statistik
Parametrik,
menyebutkan bahwa model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
2. Melakukan
pengolahan
data
penelitian dengan menggunakan
analisis
regresi
sederhana,
persamaan regresinya yaitu sebagai
berikut:
Y i = i + i X i + ei
Keterangan :
Yi = ROA
= Konstanta
= Koefisien Regresi
Xi = Perputaran Piutang
ei = Faktor Error
3. Melakukan uji hipotesis statistik
dengan menggunakan Uji-t dengan
tingkat signifikansi sebesar 5%
pada nilai ttabel dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai
berikut:
1. Jika thitung > ttabel, berarti Ho
ditolak dan Ha diterima.

2. Jika thitung < ttabel, berarti Ho diterima


dan Ha ditolak.
Tujuannya adalah untuk mengetahui
pengaruh perputaran piutang terhadap
profitabilitas (ROA).

(Netto) dengan piutang rata-rata.


Berikut ini adalah tabel perputaran
piutang dan periode pengumpulan
piutang perusahaan sampel selama
tahun 2005 hingga 2012.

HASIL PENELITIAN
Analisis ROA
ROA merupakan kemampuan
untuk menghasilkan laba dari total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
pada satu periode tertentu. Rasio ini
diperoleh dengan cara membagi laba
sebelum bunga dan pajak dengan total
aktiva perusahaan. Adapun tabel
perhitungan ROA PT. Unilever
Indonesia Tbk pada tahun 2005 sampai
dengan 2012 adalah sebagai berikut :

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas

Analisis Perputaran Piutang


Perputaran piutang adalah masamasa penerimaan piutang dari suatu
perusahaan selama periode tertentu.
Perputaran
piutang
memberikan
keterangan bahwa posisi piutang dan
taksiran waktu pengumpulannya dapat
dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutang tersebut, yaitu
dengan membagi total penjualan kredit

Berdasarkan
pengujian
Kolmogorov-Smirnov
di
atas,
didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,884 dan signifikansinya
sebesar
0,415.
Apabila
nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05
maka H0 diterima dan jika nilai
signifikansinya kurang dari 0,05 maka
H0 ditolak. Karena nilai signifikansi

lebih besar daripada


0,05 (0,415 >
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
asumsi normalitas residual telah
terpenuhi.
2. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan antara nilai hitung
Durbin Watson dengan nilai tabel
Durbin Watson (dL dan dU). Dari tabel
Durbin-Watson untuk n = 8, k = 2
didapatkan nilai DU sebesar 1,78.

Berdasarkan pada Tabel 4.5 di


atas, didapatkan koefisien DurbinWatson sebesar 2.040. Dalam tabel
Durbin-Watson dengan k = 2 dan n = 8
diketahui dL = 0,56 dan dU = 1,78. Dari
tabel di atas ditunjukkan bahwa nilai
dU < dw < 4 - dU (1,78 < 2.040 < 2,22
). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat autokorelasi positif atau
negatif antar residual dan asumsi nonautokorelasi sudah terpenuhi.
3. Uji Heterokedastisitas

Pada gambar 4.3 diatas dapat


dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas
serta titik titik menyebar secara acak
di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
Analisis Regresi Sederhana
Dalam pengujian regresi linier
sederhana pada variabel x (perputaran
piutang) dan variabel y (ROA)
didapatkan hasil sebagai berikut.

Jadi persamaan regresinya adalah


sebagai berikut:
Y= a + bX
Y = 0,452 0,004 (X)
Nilai konstanta dari persamaan
regresi ini adalah positif. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
dependen Y akan bertambah secara
konstan jika variabel X bernilai nol.
Sedangkan nilai a sebesar 0,452
menunjukkan bahwa apabila variabel
X (perputaran piutang) diabaikan atau
tidak ada, maka ROA akan bernilai
sebesar 0,452. Nilai koefisien dari b
sebesar -0,004 menunjukkan bahwa
setiap peningkatan variabel perputaran
piutang sebesar 1satuan akan diikuti
oleh penurunan ROA sebesar -0,004
dengan asumsi bahwa variabel bebas
yang lain tetap.

Analisis Koefisien Korelasi

Pada tabel 4.7 hasil analisis


koefisien korelasi di atas, nilai
koefisien korelasi sebesar R = 0,795
yang berarti bahwa hubungan antara
perputaran piutang terhadap ROA
sangat kuat yaitu sebesar 79,5 % dan
sisanya 20,5 % dijelaskan oleh faktor
lain yang tidak terdeteksi.
Hasil Uji Hipotesis
Selanjutnya untuk membuktikan
apakah terdapat pengaruh perputaran
piutang terhadap ROA maka dilakukan
pengujian hipotesis secara parsial saja
dengan menggunakan Uji-t karena
dalam penelitian ini hanya meliputi 1
variabel dependen dan 1 variabel
independen. Uji-t dilakukan untuk
mengetahui
pengaruh variabel
independen
terhadap
variabel
dependen. Penentuan hasil pengujian
(penerimaan/ penolakan H1) dapat
dilakukan dengan membandingkan
thitung dengan ttabel atau juga dapat
dilihat dari nilai signifikansinya.

Dari hasil pengujian yang tampak


pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa
variabel
perputaran
piutang
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap ROA yaitu sebesar 0,018. Hal
ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
yang menunjukkan angka yang lebih
kecil dari = 0,05. Nilai ttabel =
2,446912
diperoleh
dengan
menggunakan fungsi TINV(0.05,6)
pada Microsoft Excel, sedangkan thitung
sebesar -3,212. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel perputaran piutang
memiliki profitabilitas |thitung| lebih
besar dari ttabel (3,212 > 2,446912).
Apabila dilihat dari persamaan
regresinya,
menunjukkan
bahwa
varaibel
perputaran
piutang
mempunyai koefisien regresi negatif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan perputaran piutang akan
mengakibatkan
penurunan
ROA
perusahaan.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian dapat
disimpulkan pada tingkat kepercayaan
95% bahwa meningkatnya perputaran
piutang
berpengaruh
signifikan
terhadap peningkatan ROA pada PT.
Unilever Indonesia Tbk. Adanya
pengaruh
yang
signifikan
ini
mengindikasikan bahwa naik turunnya
perputaran piutang dapat menjelaskan
atau memprediksi naik turunnya ROA.
Hasil
ini menunjukan
bahwa
fluktuasi naik turunnya perputaran
piutang pada PT. Unilever Indonesia
Tbk tahun 2005 2012 diikuti
dengan naik turunnya ROA. Pengaruh
ini dinyatakan dalam koefisien korelasi
sebesar R = 0,795 dengan hubungan
antara perputaran piutang terhadap
ROA adalah sebesar 79,5% sedangkan
20,5 % dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak terdeteksi. Hal ini berarti dalam


tabel koefisien korelasi termasuk
dalam kategori hubungan yang kuat
dan
sifat
hubungannya
adalah
signifikan positif, artinya semakin
cepat tingkat perputaran piutangnya
maka profitabilitasnya pun semakin
meningkat.
Dengan
semakin
meningkatnya
profitabilitas
perusahaan berarti kebijakan penjualan
kredit yang diberikan perusahaan
kepada para pelanggan telah berjalan
dengan baik yaitu dengan memberikan
persyaratan kredit berupa potongan
tunai (Cash Discount), standar kredit
yang baik serta aktifnya perusahaan
dalam usaha pengumpulan piutang
sehingga kemungkinan perusahaan
dalam memperoleh laba akan semakin
meningkat.
Perputaran piutang PT. Unilever
Indonesia Tbk mengalami penurunan
yang signifikan dari tahun ke tahun, ini
ditunjukkan
dengan
periode
pengumpulan piutang yang semakin
besar atau semakin lama yang
berdampak
pada
profitabilitas
perusahaan yang semakin menurun.
Pada tahun 2005 perputaran piutang
PT. Unilever Indonesia Tbk sebanyak
21 kali dengan lamanya penagihan
piutang sebanyak 17 hari. Sedangkan
pada tahun 2012 perputaran piutang
PT. Unilever Indonesia Tbk sebanyak
12 kali dengan lamanya penagihan
piutang sebanyak 32 hari. Salah satu
penyebab tingkat perputaran yang
rendah
tersebut
dikarenakan
perusahaan memberikan syarat yang
mudah bagi kreditur sehingga jumlah
piutang meningkat dan profitabilitas
perusahaan menurun. Rata rata
tingkat perputaran piutang perusahaan
adalah sebesar 17 kali atau setiap 25
hari dalam satu tahun. Kondisi

perputaran piutang perusahaan setiap


tahunnya sudah baik, karena tingkat
perputaran piutangnya berada di atas
rata - rata industri atau lebih dari 10
kali. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan
oleh
Lukman
Syamsuddin (2009: 45) bahwa jika
semakin tinggi Account Receivable
Turnover suatu perusahaan maka akan
semakin baik pengelolaan piutangnya.
Selanjutnya hasil penelitian ini
diperkuat dengan hasil pengujian
hipotesis melalui uji t, menunjukkan
bahwa variabel perputaran piutang
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap ROA yaitu sebesar 0,018. Hal
ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
yang menunjukkan angka yang lebih
kecil dari = 0,05. Nilai ttabel =
2,446912
diperoleh
dengan
menggunakan fungsi TINV(0.05,6)
pada Microsoft Excel, sedangkan thitung
sebesar -3,212. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel perputaran piutang
memiliki profitabilitas |thitung| lebih
besar dari ttabel (3,212 > 2,446912).
Apabila dilihat dari persamaan
regresinya,
menunjukkan
bahwa
variabel
perputaran
piutang
mempunyai koefisien regresi positif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan perputaran piutang akan
mengakibatkan peningkatan ROA
perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya, maka
dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat
pengaruh
antara
perputaran piutang terhadap ROA pada
tingkat kepercayaan 95% dengan
diikuti fluktuasi naik turunnya
perputaran piutang pada PT. Unilever

Indonesia Tbk tahun 2005 2012


begitu pula diikuti dengan naik
turunnya
ROA.
Pengaruh
ini
dinyatakan dalam koefisien korelasi R
= 0,795 yang berarti koefisien korelasi
termasuk dalam kategori hubungan
yang kuat.
Dari hasil serta kesimpulan yang
diperoleh selama proses pengujian data
dalam penelitian ini, adapun saran
saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan
hendaknya
menjalankan kebijaksanaan dalam
pengumpulan piutang secara aktif
atau pasif. Perusahaan yang
menjalankan kebijaksanaan secara
aktif, maka perusahaan harus
mengeluarkan uang yang lebih
besar untuk membiayai aktivitas
pengumpulan
piutang,
tetapi
dengan menggunakan cara ini,
maka piutang yang ada akan lebih
cepat tertagih, sehingga akan lebih
memperkecil
jumlah
piutang
perusahaan.
Sebaliknya,
jika
perusahaan
menggunakan
kebijaksanaan secara pasif, maka
pengumpulan piutang akan lebih
lama, sehingga jumlah piutang
perusahaan akan lebih besar.
2. Sebelum memberikan piutang
sebaiknya perusahaan mencari
informasi terlebih dahulu tentang
keadaan dari calon debitur yang
diberi pinjaman. Informasi yang
diperoleh terutama adalah tentang
kejujuran dari calon debitur. Selain
itu juga perusahaan hendaknya
membatasi pemberian piutang
kepada pelanggan, sebab dalam
kenyataannya
hampir
tidak
mungkin bagi perusahaan untuk
menghilangkan risiko piutang tidak
tertagih.. Untuk mengurangi risiko

kredit
sebaiknya
perusahaan
memperlihatkan lima C sebelum
memberikan persetujuan kredit
yaitu
Character,
Capacity,
Capital,
Collateral,
dan
Conditions.

Daftar Pustaka
Algifari. 2000. Analisis Regresi, Teori,
Kasus dan Solusi Edisi Kedua.
BPFE: Yogyakarta.
Al Haryono Jusup. 2005. Dasar
Dasar Akuntansi Jilid Kedua.
STIE: Yogyakarta.
Bambang Riyanto. 2008. Dasar
Dasar
Pembelanjaan
Perusahaan Edisi Keempat.
BPFE: Yogyakarta.
Bambang Supomo, Nur Indriantoro.
2002. Metodologi Penelitian
Bisnis. BPFE: Yogyakarta.
Eugene F. Brigham, Joel F. Houston.
2006. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Salemba Empat:
Jakarta.
Gunawan Adisaputra. 2003. Analisa
Laporan
Keuangan.
Liberty:
Yogyakarta.
Henry Arya Darma. 2011. Pengaruh
Perputaran Piutang terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan
PT. PLN (Persero) Area
Pelayanan Jaringan Malang
Kota.
Skripsi.
Universitas
Brawijaya Malang.

Ibnu Subiyanto. 2000. Metodologi


Penelitian. YKPN: Semarang.
Imam Ghozali. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariaate dengan program
SPSS.
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro:
Semarang.
Indriyo Gitosudarmono, Basri. 2002.
Manajemen Keuangan. BPFE:
Yogyakarta.
Lukman
Syamsuddin.
2009.
Manajemen
Keuangan
Perusahaan. Rajawali Pers:
Jakarta.
Melisha putri. struktur organisasi
perusahaan
unilever.
http://melishaputri.wordpress.co
m/2011/10/15/strukturorganisasi-perusahaan-unilever/,
diakses 8 April 2013.
Nurlaeli. 2006. Pengaruh Manajemen
Piutang dan Utang terhadap
Peningkatan Profitabilitas (Studi
Kasus: Perusahaan yang Listing
di Jakarta Islamic Index).
Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
R. Agus Sartono. 2001. Manajemen
Keuangan (Teori, Konsep dan
Aplikasi) Edisi Pertama. BPFE:
Yogyakarta.
Singgih Santoso. 2004. Buku Latihan
SPSS Statistik Parametik Edisi
Kedua. Elex Media Komputindo:
Jakarta.

S. Munawir. 2007. Analisa Laporan


Keuangan
Edisi
Keempat.
Liberty: Yogyakarta.
Stanislaus S. Uyanto. 2009. Pedoman
Analisis Data dengan SPSS Edisi
Ketiga. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Ubud Salim. 2011. Manajemen
Keuangan Strategik. UB Press:
Malang.
Uma Sekaran. 2000. Metodologi
Penelitian Bisnis. BPFE: Yogyakarta.
Wahid Sulaiman. 2002. Jalan Pintas
Menguasai SPSS. Andi: Yogyakarta.
Walsh Ciaran. 2002. Key Management
Ratios Edisi 3, Alih Bahasa
Salahuddin Haikal. Erlangga:
Jakarta.
Warren, Reeve, dan Fess. 2008.
Pengantar Akuntansi Edisi 21.
Salemba Empat: Jakarta.
www.unilever.co.id
www.idx.co.id

You might also like