You are on page 1of 1

Langitpun berkata Tidak

Sungguh, lama kumenatap bait demi bait lembaran bergaris ini. Tapi paham nalarku masih memilih
bungkam untuk mengerti sirat maknanya. Lagi-lagi kucoba mengerti, tapi sama, hasilnya tetap sama, tak
ada yang terpaham dalam hati yang terlanjur rapat tertutup.
Mungkin benar pula, kata kawan sejawat dulu. Mengapa tidak diperjuangkan sampai akhir batas
kemampuan hayat.
Sekarang setelah apa yang didapatkan, mungkin pula tidak sebanding dengan waktu yang mengalir habis
dan kesempatan yang tak terindahkan. Meskipun semua itu hanya prediksi diri,dan jika tampak dari luar,
maka tersuratlah rasa percaya diri dalam segala kesederhanaan hidup. Cukup piawai memang
memadukan kesedarhanaan ini, meskipun sanggup mengglamorkan apa yang tercapai. Tapi bukan itu
tingkah yang dimaksud.
Semoga tiba saatnya nanti, bait demi bait ini terpatri dalam paham indah dengan hati terbuka, seperti
kalimat-kalimat syahdu penuh pengharapan kepada sang pemilik hayat pada setiap keheningan malam
yang dingin.

You might also like