You are on page 1of 5

Memperkenalkan Pendidikan Antikorupsi

Farida Denura| Rabu, 21 Maret 2012 - 10:42:41 WIB

(Ist/)
Kalangan mahasiswa menjadi motor penggerak pemberantasan korupsi. Bukti nyata
masyarakat intelektual mengabdi untuk masyarakat. Sebagai salah satu wadah memerangi
korupsi kampus kini memperkenalkan pendidikan anti korupsi.
Momok terberat di negeri ini adalah masalah korupsi. Mahasiswa sebagai garda terdepan harus
menjadi salah satu penggerak pemberantasan korupsi. Sehingga, pendidikan korupsi bagi
mahasiswa sangat penting untuk menjaga semangat anti korupsi dalam diri mahasiswa.
Melalui pendidikan anti korupsi inilah nantinya bisa menjadi bekal bagi mahasiswa untuk
bertindak jujur dalam bekerja. Tentunya, agar tidak melakukan tindakan korupsi ketika nanti
menduduki posisi strategis di sebuah institusi atau menjabat posisi penting di birokrasi ini. Fakta
menunjukkan bahwa orang berpendidikan tinggi rentan terhadap godaaan korupsi karena mereka
biasanya menduduki posisi strategis di sebuah institusi atau menjabat posisi penting di birokrasi.
Karenanya penting pendidikan korupsi di perguruan tinggi.
Sebagai langkah mengantisipasi bahaya laten korupsi, dua universitas di Indonesia, Institut
Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Paramadina Jakarta, menerapkan pendidikan anti
korupsi sebagai mata kuliah wajib. Kebijakan tersebut pun menuai apresiasi dari Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan mengatakan saat ini Universitas Paramadina
telah memasukkan mata kuliah pendidikan anti korupsi disemua fakultas yang ada dan
diwajibkan. Dengan adanya mata kuliah pendidikan anti korupsi tambah Anies, para
mahasiswa menjadi tercengang terhadap ancaman korupsi bagi bangsa Indonesia ke depannya
sehingga ada spirit baru dalam mencegah praktek tersebut, sehingga menciptakan generasi baru
yang punya integritas kuat. Minimal mencegah bagi mahasiswa untuk melakukan praktek
korupsi. Menurut dia, praktek korupsi timbul karena ada tiga faktor, seperti kebutuhan,

keserakahan dan sistem yang telah mengakar.


Sementara Rektor ITB, Prof Dr Ir Djoko Santoso, MSc mengatakan, ilmu pengetahuan tidak
diartikan secara sempit. Sebab menurutnya, melaksanakan proses belajar sesuai dengan norma
yang berlaku sama saja melaksanakan aktivitas yang antikorupsi. Substansinya, semua
perkuliahan dilakukan dengan kesadaran antikorupsi.
Selain ketiga perguruan tinggi di atas, Universitas Trisakti, Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), Universitas Gadjah Mada (UGM), juga mengaku telah memiliki mata kuliah yang di
dalamnya mengakomodasi pemberantasan korupsi. Universitas Panca Bhakti (UPB) Pontianak
juga memiliki keinginan kuat mengamputasi bibit-bibit korupsi. Salah satu upaya yang
dilakukan, menyiapkan mahasiswa anti korupsi melalui pendidikan integritas.
Rektor UPB, Dr Ir Rahmatullah Rizieq, Msi mengatakan pendidikan integritas anti korupsi
merupakan salah satu upaya mencetak SDM anti korupsi. Dalam mata kuliah integritas ini, para
mahasiswa akan dikenalkan dengan korupsi secara menyeluruh.
Nanti mahasiswa akan dikenalkan apa itu korupsi, dampaknya, serta modus-modusnya. Mereka
juga akan diterjunkan ke persidangan-persidangan korupsi sehingga dengan demikian mereka
akan mengenal hinanya korupsi sehingga tidak mau melakukannya, harap Rahmatullah.
Pendidikan integritas adalah pendidikan yang mengedepankan pembangunan karakter.
Pendidikan seperti ini tidak hanya mengandalkan teori, tapi peserta pendidikan juga harus bisa
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Spirit Anti Korupsi
Berbeda dengan yang dilakukan Universitas 17 Agustus '45 (UTA '45). Kampus ini seperti
dijelaskan Ketua Yayasan UTA' 45, Rudyono Darsono, sebagai langkah awal menanamkan nilainilai kebangsaan dan Pancasila dan disiplin tinggi kepada para mahasiswa, dosen, dan
karyawannya. Melalui nilai-nilai tersebut dan tegaknya disiplin dalam segala hal seperti disiplin
soal keuangan, disiplin soal pengadaan barang dan lain-lain maka dengan sendirinya korupsi
tidak akan dilakukan oleh siapapun.
Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan UI berencana
mengembangkan liberal art. Pada dasarnya, itu merupakan mata kuliah bersama yang di
dalamnya berisikan persoalan budi pekerti. Secara spesifik bisa saja menjelaskan teori skema
pencegahan korupsi.
Walaupun secara formal hal itu bukan mata kuliah khusus, namun Gumilar berkeyakinan mata
kuliah yang di dalamnya memberikan pengetahuan tentang budi pekerti dapat meningkatkan
pengetahuan atas berbagai persoalan moral dan etika. Peserta didik akan mengetahui bahwa
korupsi merupakan tindakan yang salah.
Menurut dia, pemberantasan korupsi bukan hanya dilakukan dengan cara itu. Perlu ada riset
tersendiri untuk mengetahui mengapa tindak pidana korupsi terjadi di Indonesia. Dengan begitu,
pemberantasan korupsi dapat dilakukan secara tepat dan cepat. "Mata kuliah khusus memang
penting. Tapi, kita harus juga melakukan riset agar tidak salah langkah," ucapnya.

Pembantu Rektor III Universitas Trisakti I Komang Suka'arsana mengatakan, Trisakti merupakan
salah satu perguruan tinggi yang terang-terangan mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dalam upaya memberantas tindak pidana korupsi.
Bahkan, Trisakti sangat berharap KPK akan mengonkretkan kerjasama kedua belah pihak. Pada
saat ini, Trisakti telah mempunyai mata kuliah yang mengakomodasi pemberantasan korupsi
yakni kebangsaan, demokrasi, dan HAM. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah pilihan.
Walaupun begitu, mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut sangat banyak. Di dalamnya
tentu membahas peran serta mahasiswa dalam memberantas korupsi di tanah air. Lebih jauh
Komang mengatakan, kemungkinan Trisakti akan membuat mata kuliah anti korupsi sendiri di
masa mendatang cukup besar.
Sementara Rektor UGM, Prof Ir Sudjawardi MEng PhD mengatakan, pendidikan merupakan
sikap mental tentang sesuatu. Karena itu, tidak perlu mata kuliah khusus yang mempelajari
persoalan anti korupsi.
Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan Nasional (Diknas) Fasli Jalal juga telah menginstruksikan kepada semua perguruan
tinggi untuk mengakomodasi pelajaran antikorupsi. Namun, pelaksanaannya diserahkan kepada
masing-masing perguruan tinggi.
Ketua KPK, Busyro Muqodas pada studium general Anti-korupsi di ITB beberapa waktu yang
lalu mengatakan, sudah tidak asing lagi terdengar di telinga ketika mahasiswa meneriakan kata
anti-korupsi. Sifat kritis, intelektualitas serta jiwa muda yang melekat pada mahasiswa
mendorong mereka untuk menjadi prajurit terdepan dalam meneriakan perlawanan keras
terhadap korupsi.
Busyro menambahkan, umumnya ada dua cara mahasiswa dalam mengekspresikan pandangan
mereka terhadap korupsi. Pertama mahasiswa yang mengatakan tidak terhadap korupsi sembari
melakukan kegiatan yang aktif. Biasanya mereka melakukan berbagai kampanye serta demo
yang menuntut korupsi dihapuskan dan semacamnya. Mereka bertindak aktif melawan korupsi.
Kedua, mahasiswa yang mengatakan tidak terhadap korupsi, namun mereka bersikap pasif. Pasif
disini seperti, mereka tidak terlalu ambil pusing dengan permasalahan korupsi yang ada. Mereka
mengatakan tidak dan cukup sampai itu saja. Tidak ada tindakan.
Menurut Busyro, tidak ada yang salah dengan cara keduanya. Masing-masing mahasiswa
memang mempunyai pandangan tersendiri terhadap permasalahan korupsi. Namun yang pasti,
keinginan untuk melakukan perlawanan terhadap korupsi masih ada dalam diri mereka. Memang
bukan langkah mudah untuk mensosialisasikan dan merealisasikannya, tapi dengan semangat
dan kerja keras, bukan tidak mungkin mata kuliah ini menjadi sarana perubahan masyarakat.
Korupsi dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Untuk menangkal korupsi maka nilai-nilai luhur bangsa serta keyakinan agama perlu dibina dan
digalakkan kembali sejak dini. Internalisasi falsafah Pancasila dalam diri setiap warga perlu

kembali disemarakkan agar tumbuh generasi penerus


yang cinta tanah air dan tidak bermental korup.
Demikian disampaikan Prof Dr H. Muchsin, SH,
dosen pascasarjana Fakultas Hukum UTA '45 yang
tampil sebagai pembicara pada panel diskusi bertema
Korupsi ditinjau dari Perspektif Nilai-Nilai
Kebangsaan, dalam rangka dies natalis ke-59,
Universitas 17 Agustus '45 Jakarta (UTA '45), di
kampus UTA '45, Selasa (26/7) lalu
Sementara Ketua Yayasan UTA '45, Rudyono
Darsono, korupsi kaitannya dengan nilai-nilai kebangsaan, konotasinya sangat dalam dimana
korupsi dilakukan secara sistematis dan konstitusional. Untuk itu kata dia, yang perlu diperbaiki
adalah moral bangsa, moral, pendidik, dan moral pemimpin. Bagi segenap civitas akademik UTA
'45 implementasi dari aspek-aspek kebangsaaan terus dilakukan.
Ditambahkan Rudyono,
guna mengeliminir praktik korupsi, penegakan disiplin secara tepat dan terpimpin pada segenap
civitas akademik menjadi target UTA '45. Karena menurut dia, satu persoalan yang menjadi
masalah bangsa ini tak lain adalah disiplin.
Tumbuh suburnya korupsi kata dia, dipicu oleh kurangnya disiplin dan penghayatan nilai-nilai
dari Pancasila. Ke depan, UTA '45 berencana menggandeng pihak lain penegak hukum untuk
mendiskusikan pemberantasan korupsi dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Korupsi menurut Muchsin, korupsi bukanlah budaya bangsa, karena budaya adalah nilai etis
sementara korupsi adalah pengingkaran terhadap nilai etis. Korupsi bisa dihilangkan dengan
mengembangkan sebuah budaya tandingan seperti nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur falsafah
bangsa yang tercakup pada lima sila dalam Pancasila.
Karenanya, langkah-langkah strategis untuk memberantas korupsi seperti disampaikan Deputi
VI/Kesbang Kemenko Polhukam, Dr. Prawira adalah dengan mengimplementasikan nilai-nilai
kebangsaan sebagai jatidiri bangsa dengan melakukan penegakan hukum secara tegas,
mempercepat program pengentasan kemiskinan, kesejahteraan, pendidikan, dan perekonomian.
Mendorong pemberitaan media massa yang berimbang, mendayagunakan kemitraan dengan
tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat, mengefektifkan pengawasan, memperkuat
kerjasama antar negera serta memperberat hukuman.(Harian Sinar Harapan)

You might also like