Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar tentang Cedera Kepala Berat
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan seminar diharapkan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Cedera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun
efek sekunder dari trauma yang terjadi. (Sylvia & Price, 2006).
Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma fungsi yang disertai
perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti continuitas otak
(Sjamsuhidajat, 2002). Resiko utama yang terjadi pada pasien cedera
kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan
otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK.
Cedera kepala adalah pukulan atau benturan mendadak pada kepala
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Tucker, 2002 ).
Cedera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak,
commusio (gegar) serebri, contusio (memar) serebri, laserasi dan
perdarahan serebral yaitu diantaranya subdural, epidural, intraserebral,
dan batang otak (Doenges, 2000:270).
Cidera kepala diklasifikasikan berdasarkan:
1.
2.
b.
b.
Edema serebri
c.
d.
Laserasi
1)
Hematoma epidural
2)
Hematoma subdural
3)
3.
a.
4.
Cidera tumpul
1)
2)
b.
Cidera tembus
c.
b.
c.
:4
Dipanggil/diperintah
:3
:2
Tidak berespon
:2
:5
:3
:2
:1
Respon Motorik
Mematuhi perintah
Menunjuk lokasi nyeri
:6
:5
Reaksi fleksi
:4
:3
Ekstensi abnormal
:2
:1
5.
Berdasarkan morfologi
a.
Fraktur tengkorak
1)
tertutup.
2)
B.
2)
Etiologi
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas ( Mansjoer, 2000:3).
Penyebab cidera kepala antara lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian,
terjatuh, dan cidera olah raga. Cidera kepala terbuka sering disebabkan
oleh peluru atau pisau (Corkrin, 2001:175).
C.
Patofisiologi
Cidera kepala dapat terjadi karena benturan benda keras, cidera kulit
Kerusakan itu bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak oleh
kompresi, goresan, atau tekanan.
Cidera yang terjadi waktu benturan mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansia alba, cidera robekan, atau
hemmorarghi.
Sebagai akibat, cidera skunder dapat terjadi sebagai kemampuan auto
regulasi serebral dikurangi atau tidak ada pada area cidera,
konsekuensinya meliputi hiperemia (peningkatan volume darah,
peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, tekanan
intra cranial) (Huddak & Gallo, 2000:226).
Pengaruh umum cidera kepala juga bisa menyebabkan kram, adanya
penumpukan cairan yang berlebihan pada jaringan otak, edema otak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial yang dapat
menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak. rauma pada
kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang
terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin
besar kerusakan yang timbul, getaran dari benturan akan diteruskan
menuju Galia Aponeurotika sehingga banyak energi yang diserap oleh
perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek sehingga
akan menyebabkan haematoma epidural, subdura maupun intracranial,
perdarahan tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke
otak menurun sehingga suplai oksigen berkurang dan terjadi hipoksia
jaringan akan menyebabkan edema cerebral. Akibat dari haematoma
diatas akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke
arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan TIK (Tekanan
Intrakranial) merangsang kelenjar Pitultary dan Steroid adrenal sehingga
sekresi asam lambung meningkat akibatnya timbul rasa mual dan muntah
dan anoreksia sehingga masukan nutrisi kurang. (Price and Wilson,
2006:1010).
D.
Manifestasi Klinik
Berdasarkan anatomis
1.
kehilangan kesadaran
b.
detik/menit
2.
3.
c.
d.
Edema serebri
a.
b.
c.
c.
d.
e.
Penurunan kesadaran
f.
g.
Defisit neurologis
h.
Herniasi
4.
Laserasi
a.
Hematoma Epidural
talk dan die tanda klasik: penurunan kesadaran ringan saat benturan,
merupakan periode lucid (pikiran jernih), beberapa menit s.d beberapa
jam, menyebabkan penurunan kesadaran dan defisit neurologis (tanda
hernia):
b.
1)
2)
3)
Hematoma subdural
1)
epidura
3)
dengan berbulan-bulan
c.
4)
5)
6)
Peningkatan TIK
7)
8)
Disfasia
2)
Kaku kuduk
2.
a.
GCS 13-15
b.
c.
d.
GCS 9-12
b.
dari 24 jam
c.
3.
c.
a.
GCS 3-8
b.
E.
Komplikasi
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
Fistel Karotis-Kavernosus,
h.
Meningitis Ventrikulitis
i.
j.
Perdarahan gastrointestinal
k.
l.
1.
2.
Komplikasi lain:
1.
Peningkatan TIK
2.
Hemorarghi
3.
Kegagalan nafas
4.
Diseksi ekstrakranial
Komplikasi menurut
F.
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
cervicalis
b.
c.
d.
e.
terjadi hiperhidrasi
f.
decubitus
g.
2.
Penatalaksanaan Medis
a.
b.
c.
1)
2)
3)
4)
d.
e.
f.
g.
h.
i.
G.
Intake cairan tidak boleh > 800 cc/24 jam selama 3-4 hari
Pemeriksaan Diagnostik
1.
X Ray tengkorak
Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak.
2.
CT Scan
Mengidentifikasi adanya hemorragic, ukuran ventrikuler, infark
gelombang elektomagnetik.
4.
Pemeriksaan Laboratorium
Kimia darah: mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.
5.
pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA
Price A. S et al. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Smeltzer C. S & B.G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC