You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakan nilai-nilai kemanusiaan
atau hubungan personal, interpersonal dan masyarakat secara agung dan luhur, tidak ada
perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian yang mengikat semua aspek
manusia. Karena Islam yang berakar pada kata salima dapat diartikan sebagai sebuah
kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu sifatnya fitrah.
Fitrah kemanusiaan yang merupakan pemberian Tuhan memang tidak dapat ditawar,
karena Islam itu lahir dengan pondasi keimanan, syariat, muamalat dan ihsan. Keimanan
adalah inti pemahaman manusia tehadap sang pencipta, syariat adalah jalan menuju
penghambaan manusia kepada tuhannya, sedangkan muamalat dan Ihsan adalah keutamaan
manusia memandang dirinya dan diri orang lain sebagai sebuah hubungan harmonis yang
bermuara pada kesalehan sosial. Ihsan yang secara harfiah berarti kebaikan, sehingga ihsan
itu sendiri akan melahirkan sebuah prilaku, yaitu moral atau etika.
Persoalan etika merupakan suatu hal yang urgen dan tidak bisa dianggap remeh.
Pasalnya, dalam kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari nilai-nilai moral yang telah
menyatu dalam sebuah sistem kehidupan, baik dalam lingkup yang kecil maupun yang besar.
Etika biasanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah dan dibatasi pada aspek sopan santun
antar sesama manusia. Etika diartikan sebagai watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Jika kita
membahas tentang etika biasanya dikaitkan dengan kata moral. Yang juga diartikan sebagai
adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Di dalam islam
pun telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah etika, namun umat
manusia yang kurang perhatian dan mengindahkan hadis nabi tersebut. Terbukti kehidupan
kita sekarang banyak diwarnai dengan hal-hal yang kurang bahkan tidak mencerminkan
moral. Hal ini antara lain disebabkan oleh masuknya budaya-budaya asing yang semakin sulit
dibendung lagi atau kepentingan-kepentingan manusia yang cenderung kapitalis. Maka dari
itu, Etika menjadi sangat penting untuk dikaji dan dihidupkan kembali, demi memperbaiki

11

moral generasi bangsa kita serta meneruskan misi Rasulullah saw.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Dari segi etimologi, istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal
kata etika yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk
jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai
untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai
arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens,
2000).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 mengutip
dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Sedangkan kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti : (1). ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak); (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dalam tradisi filsafat istilah etika lazim difahami sebagai suatu teori ilmu
pengetahuan yang mendiskusikan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk berkenaan
dengan perilaku manusia. Dengan kata lain, etika merupakan usaha dengan akal budinya
untuk menyusun teori mengenai penyelenggaraan hidup yang baik. Persoalan etika muncul
ketika moralitas seseorang atau suatu masyarakat mulai ditinjau kembali secara kritis.
Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan
kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan seluruh
tingkah laku manusia. Sementara itu, dalam Encyclopedia Britanica, etika didefinisikan
sebagai berikut: Ethics is the branch of philosophy that is concerned with what ismorally
good on bad, right and wrong, a synonym for it is moral philosophy.Artinya, etika adalah
cabang filsafat mengenai kesusilaan baik dan buruk, benar dan salah, etika merupakan

11

sinonim dari filsafat moral.

Adapun arti etika dari segi terminologi (istilah) yaitu sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandangnya masing-masing. Ahmad Amin misalnya mengartikan etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Menurut Soegarda poerbakawatja etika adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang
nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
semuanya, terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan
dan perasaan sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan.
Ketika dihubungkan dengan Islam, selalu muncul pertanyaan mendasar adakah
sesungguhnya yang disebut sebagai etika Islam itu? Menurut abdul Haq Anshari dalam
Islamic Ethics: Concepts and Prospects bahwa sesungguhnya Etika Islam sebagai sebuah
disiplin ilmu atau subyek keilmuan yang mandiri tidak pernah ada pada hari ini. Menurutnya
kita tidak pernah menjumpai karya-karya yang mendefinisikan konsepnya, menggambarkan
isu-isunya dan mendiskusikan pemasalahannya. Apa yang kita temukan justru diskusi yang
dilakukan oleh berbagai kalangan penulis, dari kelompok filosof, teolog, ahli hukum Islam,
sufi dan teoretesi ekonomi dan politik dibidang mereka masing-masing tentang berbagai isu,
baik yang merupakan bagian dari keilmuan mereka atau relevan dengan etika Islam.
Sedangkan dalam Wikipedia Indonesia, Etika Islam (bahasa Arab: ) atau
Adab dan Akhlak Islamiyah adalah etika dan moral yang dianjurkan di dalam ajaran Islam
yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi
Muhammad saw, yang di dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia yang paling
sempurna akhlaknya.
2.2

Etika Dalam Pandangan Islam


Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku

manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana buruk. Menurut Ah. Amin, Etika adalah
ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dan di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Istilah lain dari etika, biasanya digunakan kata : moral, susila, budi pekerti, akhlak,
sebagaimana dijelaskan oleh Hasbullah Bakri, bahwa etika dalam bahasa Arab disebut budi

11

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi'at.

Karena dalam pembahasan ini adalah etika yang berkaitan dengan tata kerama dalam
Islam, maka pembahasan ini lebih condong kepada pengertian etika dalam arti akhlak yang
menggunakan ukuran baik buruk berdasarkan wahyu, yaitu : Al-Qur'an dan Hadits, dan
kemudian berdasarkan Atsarus shahabah dan kemaslahatan umat.
Dasar etika dalam Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah, diantaranya :
a. Al-Qur'an Surat Al-Qalam ayat 4, yang menerangkan bahwa Allah telah menjadikan
pribadi Rasul sebagai suri tauladan yang baik, beliau dibekali akhlak yang luhur dan mulia,
yang berbunyi :

( 4 : )
Artinya :

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Al-Qolam: 4).

b. Al-Qur'an Surat Al-Ahzab Ayat 21, yang meneybutkan bahwa Rasulullah S.A.W. sebagai
figur yang yang teladan bagi umatnya, yang berbunyi :
Artinya :

( 1: ) ...

Sesunguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik

c. Al-Qur'an Surat Shad Ayat 46 :

(46 : )

Artinya : Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada


mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
(QS. Shad : 46).
d. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dari Abu Hurairah ra. :




[24]

Artinya : Bahwasannya aku diurus oleh Allah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak
(budi pekerti).
Dari ayat dan hadits di atas jelas bahwa dasar etika Islam adalah Al-Quran dan
Hadits. Sedangkan tujuan akhlak pada pokoknya adalah agar setiap manusia berbudi pekerti
(berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai
dengan ajaran Islam.
2.2.1

Bentuk-Bentuk Etika Islam

Bentuk-bentuk etika dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari perbedaan manusia dalam
segala seginya, dan dari segi perbuatan manusia. Bila ditinjau dari perbuatan manusia, etika
dibedakan menjadi dua yaitu akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak mahmudah (etika

11

terpuji).

Selanjutnya dalam pembahasan ini hanya dikaji akhlak mahmudah (etika terpuji) yang
khususnya pada hubungan manusia dengan Allah SWT yang meliputi shalat lima waktu dan
puasa Ramadlan serta hubungan manusia dengan sesamanya yang meliputi etika terhadap
orang tua, etika terhadap guru, etika terhadap teman sebaya dan etika terhadap masyarakat
pada umumnya.
Dalam persfektif psikologi, manusia terdiri dari tiga unsur penting yaitu, Id, Ego, dan
Superego, sedangkan dalam pandangan Islam ketiganya sering dipadankan dengan nafs
amarah, nafs lawwamah, dan nafs mutmaninah. Ketiganya merupakan unsur hidup yang ada
dalam manusia yang akan tumbuh berkembang seiring perjalanan dan pengalaman hidup
manusia.
a. Etika terhadap Allah
Etika terhadap Allah meliputi amal perbuatan yang dilakukan dengan cara
berhubungan dengan Allah, melalui media-media yang telah disediakan Allah, seperti salat,
puasa dan haji. Etika agama menegaskan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan-nya
adalah hubungan antara ciptaan dengan Penciptanya, hubungan antara makhluq dengan alKhaliq. Oleh karena itu, etika agama menetapkan keharusan manusia untuk tunduk dan patuh
kepada Tuhannya,karena manusia diciptakan Tuhan mmang untuk berbakti dan mengabdi
kepada-Nya, melalui karya kreatifnya untuk kemanusiaan.
b. Etika manusia terhadap manusia
Etika terhadap sesama manusia ini mengarah kepada bergaul dan berbuat baik kepada
orang lain. Pada hakikatnya posisi manusia terhadap sesamanya adalah sama dan sederajat,
sama-sama sebagai ciptaan (makhluq) Allah, dan karenanya di hadapan Allah semuanya
sama, yang membedakannya hanyalah amal perbuatannya atau taqwanya saja. Di samping
menghargai adanya perbedaan suku, ras dan agama, etika agama juga melarang masingmasing, baik individu maupun kelompok untuk menghina dan merendahkan satu dengan
yang lainnya, karena pada dasarnya manusia itu tidak ada yang sempurna.
Etika ini meliputi semua hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain,
yang terdiri dari :
1). Etika terhadap orang tua
Orang tua (ayah dan ibu) adalah sosok yang luhur maka dihadapan anak-anaknya
mereka memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya tanpa mengharapkan imbalan

11

apapun, hanya harapan untuk dikaruniai putra-putri yang shaleh dan shalehah.

Allah S.W.T. berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Isra : 23 :

( 23 : )
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah
seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali
kamu jangan mengatakan kepadanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia (QS. Al-Isra: 23).
Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa perintah berbakti kepada orang tua
ditetapkan pada urutan setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah S.W.T. yakni
perintah untuk tidak berkata kasar kepadanya melainkan harus mempergauli keduanya
dengan tutur kata yang sopan.
2). Etika terhadap guru
Guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah orang tua kandungnya, karena gurulah
yang mendidik anak sebagai lanjutan dari pendidikan yang diterima dalam keluarga, oleh
karena itu seorang murid harus selalu menghormati dan memuliakan gurunya. Sebagaimana
penuturan Azzarnuji sebagai berikut ;

[28]
Artinya : Ketahuilah bahwasannya seorang yang mencari ilmu tidak akan mendapat ilmu
dan manfaat kecuali dengan menghormati dan memuliakan ilmu dan pemikirannya serta
menghormati dan memuliakan gurunya.
3)

Etika terhadap keluarga

Keluarga merupakan sebuah persekutuan antara ibu-bapak dengan anak-anaknya


yang hidup bersama dalam sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan yang
sah menurut hukum, dimana di dalamnya ada interaksi (saling berhubungan dan
mempengaruhi) antara satu dengan lainnya. Kehidupan dalam keluarga mampu
menumbuhkembangkan potensi anak sebagai wahana menstranfer nilai-nilai dan sebagai
agen transformasi kebudayaan.
Oleh karena itu penanaman keimanan dan pembiasaan beribadah kepada Allah yang

11

dimulai dari kehidupan keluarga amat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti ajaran Allah yang ditunjukkan dalam Al Qur'an Surat Al An'aam ayat 151 :

(151)

Artinya : Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu,
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh
Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS. Al-An'am : 151).
Ayat ini menjelaskan tentang larangan menyekutukan Allah, perintah memelihara
dan mendidik anak-anak mereka, larangan berbuat keji. Hal ini menunjukkan bahwa
pengajaran budi pekerti kepada anak-anaknya tentang bagaimana membentuk keluarga yang
baik dan bagaimana memelihara keturunan merupakan hal yang sebenarnya telah ditetapkan
oleh Allah. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak menikah dan tidak
membentuk keluarga sakinah, karena hal itu merupakan perbuatan yang benar-benar telah
diatur berdasarkan petunjuk Allah.
4)

Etika terhadap tetangga

Tetangga merupakan orang yang berada di sekitar kita dan hidup bersama
berdampingan dengan kita. mereka selalu bersama-sama membentuk sebuah masyarakat yang
baik dan saling menghormati dan menjaga diri dan keluarga mereka masing-masing sesuai
dengan aturan yang telah disepakati bersama. Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat An
Nisaa' Ayat 36 :





(36)

11

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.


Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisaa' : 36).

Ayat ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik kepada tetangga baik yang dekat
maupun yang jauh. Berbuat baik dapat diterjemahkan sebagai perilaku yang baik untuk saling
menghormati dan saling menghargai karena mereka harus hidup untuk saling berdampingan
satu sama lainnya. Perbuatan yang baik kepada tetangga akan membuahkan hasil yang baik
pula yaitu mendapatkan perlakuan yang baik diantara mereka dan mendapatkan ketentraman
hidup selama mereka hidup bermasyarakat.
5) Etika terhadap teman sebaya
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Ia tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kehadiran teman sangat diperlukan baik
perorangan maupun kelompok. Dalam bahasan ini yang terutama adalah teman sebaya baik
sebaya dari segi usia maupun sebaya dari segi lainnya.
Agar diterima sebagaimana teman atau sahabat maka setiap orang harus dapat
membawa diri, menjaga perasaan serta mengetahui hak-hak yang harus dipenuhi.
Seperti hadits Nabi Muhammad S.A.W. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ;

:



( )

Artinya : Hak orang Islam terhadap orang lainnya ada 6 (enam) apabila engkau berjumpa
dengannya berilah salam kepadanya, apabila mengundangmu penuhilah undangannya,
apabila meminta nasihat padamu nasihatilah dia, apabila ia bersin lalu memuja Allah S.W.T.
maka doakanlah ia olehmu, apabila ia sakit tengoklah dia dan apabila dia meninggal dunia
iringlah dia.
Dalam kehidupan sehari-hari seorang teman harus senantiasa menjaga dan memenuhi
hak-hak yang lain serta dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang dapat diberikan
antara lain dalam bentuk saling membantu atau saling menolong dalam hal-hal yang
dibenarkan oleh agama. Firman Allah S.W.T. dalam Al-Quran surat Al-Maidah Ayat 2 :


: )

(2
Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al-Maidah : 3).

Demikian Islam telah meletakkan dasar persatuan di kalangan umat Islam. Dengan

11

dipenuhi hak-hak teman, saling membantu dan menolong serta menghindari sifat-sifat dan

perbuatan yang menjadi sebab perpecahan maka akan terbina kerukunan dan kebersamaan
antar sesama manusia.
6) Etika terhadap masyarakat pada umumnya
Sebagai mahluk sosial yang hidup dalam masyarakat maka setiap manusia harus dapat
menempatkan dirinya pada posisi yang tepat sehingga kehadirannya dapat diterima oleh
masyarakat tersebut, karena di dalam masyarakat inilah sesungguhnya hakikat kehidupan
manusia.
Masyarakat tersusun dari pribadi-pribadi yang beraneka ragam. Agar dapat bergaul
dengan mereka secara baik, menurut pandangan Islam, seorang mumin adalah saudara bagi
mumin lainnya. Tidak hanya memandang kaya atau miskin, berpangkat atau jelata, berkulit
putih atau hitam, semuanya adalah saudara sekeyakinan. Sebagaimana firman Allah S.W.T.
dalam Surat Al-Hujarat : 10



( 10 : )
Artinya : Sesungguhnya orang-orang mumin adalah bersaudara karena itu damaikanlah
antar kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (QS.
Al-Hujurat: 10).
Pentingnya etika dalam Islam ini juga dapat dilihat dari keberadaan hukum-hukum
Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Al-Ahkam AlItoqdiyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah, kepada Kitab
Allah, kepada Malaikat Allah, kepada Rasul Allah dan hari akhir. 2) Al-Ahkam alKhuluqiyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan keutamaan-keutaman yang
digunakan oleh manusia untuk menghiasi dirinya, dan keburukan-keburukan yang harus
dijauhi olehnya. 3) Al-Ahkam Al-Amaliyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan
pekerjaan orang-orang mukalaf seperti ibadah, muamalah, jinayat dan lain-lain.
Keberadaan etika atau akhlak dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat penting
dan fundamental dalam Islam, karena dengan etika yang baik manusia akan siap dalam
melaksanakan syariat, mentaati perintah, dan mentaati peraturan-peraturan yang wajib
ditaati. Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang erat antara agama dengan
akhlak atau etika Islam karena akhlak merupakan bagian dari ajaran agama Islam dan sebagai
penyempurna bagi dasar agama Islam.
Etika Hubungan Manusia dengan Alam

11

c)

Di lihat posisinya sebagai makhluq (ciptaan) Tuhan, manusia dan alam pada
hakikatnya mempunyai kedudukan yang sama, bahkan bagian dari manusia terbentuk dari
unsur-unsur alam, sehingga manusia sering disebut sebagai micro-cositios, alam kecil yang
mewakili semua unsur alam besar. Alam diciptakan Tuhan untuk manusia sebagai salah satu
unsur yang membentuk dirinya,maka alam semesta menjadi bagian dari diri manusia sendiri,
dan manusia diharapkan dapat menciptakan kemakmuran di bumi milik Allah ini. Oleh
karena itu, manusia dilarang Tuhan untuk membuat kerusakan di muka bumi, di samping
bumi seisinya milik Allah, maka kerusakan itu pun akan berakibat kerusakan bagi

11

sumberkehidupannya sendiri.

BAB III
PENUTUP
Agama adalah sumber nilai-nilai etika yang tak pernah kering, karena agama melihat
hakikat manusia pada perbuatan baiknya. Dalam agama, tinggi rendah seseorang tidak
ditentukan oleh harta, ilmu ataupun kekuasaan, tetapi ditentukan sepenuhnya oleh perbuatan
baik atau taqwanya dan seberapa jauh nilai-nilai etika menjiwai dan mewarnai segala
tindakannya.
Etika dalam islam adalah sebagai perangkat nilai yang tidak terhingga dan agung yang
bukan saja beriskan sikap, prilaku secara normative, yaitu dalam bentuk hubungan manusia
dengan tuhan (iman), melainkan wujud dari hubungan manusia terhadap Tuhan, Manusia dan
alam semesta dari sudut pangan historisitas. Etika sebagai fitrah akan sangat tergantung pada
pemahaman dan pengalaman keberagamaan seseorang. Maka Islam menganjurkan kepada
manusia untuk menjungjung etika sebagai fitrah dengan menghadirkan kedamaian, kejujuran,
dan keadilan. Etika dalam islam akan melahirkan konsep ihsan, yaitu cara pandang dan
perilaku manusia dalam hubungan social hanya dan untuk mengabdi pada Tuhan, buka ada
pamrih di dalamnya.
Etika merupakan perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dorongan dari luar (orang
lain atau yang lainnya) dan dilakukan dengan penuh nilai baik dan buruk, baik menyangkut
perkataan maupun perbuatan manusia. Etika merupakan perbuatan manusia yang dilakukan
tanpa dorongan dari luar (orang lain atau yang lainnya) dan dilakukan dengan penuh nilai
baik dan buruk, baik menyangkut perkataan maupun perbuatan manusia. Dasar etika Islam
adalah Al-Quran dan Hadits. Ditinjau dari perbuatan manusia, etika dibedakan menjadi dua,
yaitu akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak mahmudah (etika terpuji). Akhlak
mahmudah meliputi etika terhadap orang tua, etika terhadap guru, etika terhadap teman
sebaya dan etika terhadap masyarakat pada umumnya.
Keberadaan etika atau akhlak dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat penting
dan fundamental dalam Islam, karena dengan akhlak yang baik manusia akan siap dalam
melaksanakan syariat, mentaati perintah, dan mentaati peraturan-peraturan yang wajib
ditaati. Dengan demikian, berarti ada hubungan yang erat antara agama dengan akhlak atau
etika Islam karena akhlak merupakan bagian dari ajaran agama Islam dan sebagai

11

penyempurna bagi dasar agama Islam.

You might also like