Professional Documents
Culture Documents
NPM
MATA KULIAH
KELAS
DOSEN
Pada dasarnya badan hukum tidak mungkin mempunyai tanah dengan hak milik kecuali
ditentukan secara khusus oleh Undang-undang atau peraturan lainnya, seperti yang telah
ditentukan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1973 yaitu:
a. Bank-bank yang didirikan oleh negara.
b. Perkumpulan-perkumpulan Koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan undang-undang
Nomor 79 Tahun 1958.
c. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh menteri pertanian/agraria setelah
mendengarmenteri agama.
d. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh menteri pertanian/agraria setelah mendengar
menterisosial.
Penjelasan umum UUPA menerangkan bahwa dilarangnya badan hukum mempunyai
hak milik, karena memangnya badan hukum tidak perlu mempunyai hak milik tetapi cukup
bagi keperluan-keperluan yang khusus yaitu hak-hak lain selain hak milik.
Mengenai keabsahan dan kehalalan hak milik, telah dikenal dua asas;
1) Asas Nemo plus juristrans fere potest quam ipse habel, artinya tidak seorangpun dapat
mengalihkan atau memberikan sesuatu kepada orang lain melebihi hak miliknya atau apa
yang dia punyai.
2) Asas Nemo sibi ipse causam possessionis mutare potest, artinya tidak seorangpun
mengubah bagi dirinya atau kepentingan pihaknya sendiri, tujuan dari penggunaan objeknya
Hak Pakai
Berdasarkan Pasal 41 UUPA, Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan
memungut hasil dari tanah yangdikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 42 UUPA, Hak Pakai dapat diberikan kepada:
1. warga negara Indonesia;
2. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3. badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia;
4. badan hukum asing yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia.
Lebih lanjut, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah (PP No. 40/1996)
Hak Pakai dapat diberikan diatas tanah dengan status:
1. tanah negara;
2. tanah hak pengelolaan;
3. tanah hak milik.
Ditetapkan dalam Pasal 45 PP No. 40/1996, jangka waktu bagi hak pakai atas tanah
Negara adalah 25 (duapuluh lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun. PP No. 40/1996 mengatur beberapa persyaratan sebelum jangka waktu Hak
Pakai dapat diperpanjang, yaitu:
1. Tanah masih dipergunakan sesuai dengan penggunaan tanah;
2. Syarat-syarat pemberian hak tersebut masih dipenuhi dengan baik oleh pemegang
hak;
3. Pemegang hak masih memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak yang diatur dalam
PP No. 40/1996.
Lebih lanjut, untuk perpanjangan jangka waktu Hak Pakai, Pasal 47 PP No. 40/1996
mengatur bahwa permohonan atas perpanjangan jangka waktu harus diajukan selambatlambatnya dua tahun sebelum berakhirnya jangka waktu Hak Pakai tersebut.
Selain itu, PP No. 40/1996 mengatur jangka waktu yang berbeda untuk Hak Pakai atas
rumah yang dibangun berdasarkan perjanjian dengan pemegang Hak Milik, jangka waktu
perjanjian tersebut tidak boleh lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun dimana perjanjian
tersebut dapat diperpanjang selama 25 (duapuluh lima) tahun. Walaupun demikian,
perpanjangan selama 25 (dua puluh lima) tahun harus dibuat dalam perjanjian terpisah antara
orang asing dan pemegang hak milik. Selanjutnya, perpanjangan dapat dibuat dengan
ketentuan bahwa orang asing yang berdomisili di Indonesia atauuntuk perusahaan asing,
mempunyai perwakilan di Indonesia.
Apabila orang asing yang memiliki rumah yang dibangun atas Hak Pakai tanah negara
atau berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak tidak lagi berdomisili di Indonesia, dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun, orang asing harus mengalihkan haknya kepada pihak lain yang
memenuhi syarat untuk memiliki hak atas tanah. Dalam hal orang asing tersebut menolak
untuk mengalihkan haknya kepada pihak lain, rumah yang dibangun atas tanah negara akan
dikuasai oleh negara untuk dilelang. Adapun rumah yang dibangun berdasarkan perjanjian
dengan pemegang hak, rumah akan dimiliki oleh pemegang hak.
pemberian
haknya,
menggunakan
tanah
sesuai
dengan