Professional Documents
Culture Documents
2013
LAPORAN AKHIR
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang dengan
kasihNya telah mengijinkan kami tim pengkaji untuk menyelesaikan kajian yang
berjudul ?Kajian Model Pengolahan Sampah dan SDM Dinas Kebersihan di Kota
Medan?. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sistim pengelolaan
sampah Kota Medan dan menyusun rencana strategis model pengelolaan
sampah dan SDM Dinas Kebersihan berdasarkan kondisi internal dan eksternal
daerah. Kami menyadari bahwa kajian ini dapat terselesaikan dengan bantuan
dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami tim
pengkaji menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya kajian ini.
Demikianlah Laporan Akhir ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan informasi tentang model pengelolaan sampah dan
SDM dinas kebersihan di Kota Medan untuk mewujudkan kota Medan yang
bersih di masa yang akan datang.
Medan,
November 2013
Tim Pengkaji
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
ii
iv
v
Bab 1
PENDAHULUAN
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Sampah
2.2 Jenis-jenis Sampah
2.2.1
Sampah Khusus
2.3 Sumber Timbulan Sampah
2.4 Sistem Pengelolaan Sampah
2.4.1
Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
2.4.2
Aspek Kelembagaan dan Organisasi
2.4.3
Aspek Pembiayaan Pengelolaan Sampah
2.4.4
Aspek Hukum dan Peraturan
2.4.5
Aspek Peran Masyarakat
2.5 Dampak Sampah terhadap Lingkungan dan Sosial Ekonomi
2.6 Permasalahan dalam Pengelolaan Persampahan
2.7 Undang-Undang No. 18 tentang Pengelolaan Sampah
2.8 Sistem Pengelolaan Sampah Ideal
2.9 Kualitas Pelayanan dan SDM Kebersihan
6
8
8
9
10
11
22
22
23
23
24
26
28
29
30
Bab 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
3.3 Lokasi Penelitian
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1
Perhitungan Besaran Timbulan Sampah
3.7.2
Analisis Kondisi menggunakan Analisis SWOT
32
32
32
32
33
35
35
35
36
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Luaran (Output) Penelitian
ii
1
5
5
5
5
Bab 4
Bab 5
66
70
70
71
74
75
75
76
76
80
81
83
DAFTAR PUSTAKA
90
LAMPIRAN
93
iii
38
38
39
42
47
47
48
49
49
56
57
58
59
59
64
65
DAFTAR TABEL
Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV.3
Tabel IV.4
Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel IV.8
Tabel IV.9
Tabel IV.10
Tabel IV.11
Tabel IV.12
Tabel IV.13
Tabel IV.14
Tabel IV.15
Tabel IV.16
Tabel IV.17
Tabel V.1
iv
13
13
19
39
41
42
44
45
46
47
47
60
61
62
63
64
71
72
73
73
83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
11
11
30
Gambar 3.1
37
Gambar 4.1
Gambar 4.2
40
50
52
53
53
54
55
56
57
59
63
67
LAPORAN AKHIR
BAB
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
Gambar 1.1
Kondisi Sampah di Kota Medan
Perilaku dan kesadaran masyarakat serta keterbatasan pelayanan pembuangan
sampah membuat sebagian toko, bengkel, rumah tangga, hotel, perkantoran dan
sumber sampah lainnya melakukan pembuangan sampah pada tempat-tempat
yang tidak semestinya seperti sungai, laut, lahan-lahan kosong (seperti Gambar
1.1), dipinggir-pinggir jalan dan sebagainya. Kondisi ini membuat kondisi yang
tidak nyaman dan sehat. Kadang pewadahan sampah di sampah yang sudah
disediakan sudah rusak di pasar-pasar tradiosional, nampak sampah ditumpuk
3| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
begitu saja di lahan parkir atau lahan kosong, hal ini mengurangi estetika pasar
dan menimbulkan bau tidak sedap. Sedangkan pewadahan sampah pada toko
tidak mampu menampung sampah yang dihasilkan sehingga sampah berserakan
disekitar wadah sampah, hal ini tentu mengurangi keindahan kota.
Namun didalam penentuan sarana dan prasarana tersebut perlu diketahui
potensi timbulan sampah serta dalam proses pengolahan perlu diketahui
komposisi timbulan sampah. Sampai dengan saat ini data tersebut belum
dimiliki sebagai dasar perencanaan teknis operasional, maka dalam kajian ini
akan dilakukan pengukuran timbulan sampah dan komposisinya. Aspek yang
tidak kalah pentingnya yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah adalah
regulasi dalam pengelolaan sampah. Saat ini operasional pengelolaan sampah di
Kota Medan dikelola oleh masing-masing kelurahan. Kemudian belum optimal
dan meratanya
sarana tempat pembuangan sampah yang disediakan
pemerintah kota dan penyuluhan kepada masyarakat serta belum adanya
peraturan daerah berupa regulasi yang mengatur pembuangan sampah maka
pembuangan sampah dilakukan masyarakat di sembarang tempat seperti
membuang ke sungai, kelaut, lahan-lahan kosong dan sebagainya. Hal ini
tentunya dapat memperburuk kondisi lingkungan terutama estetika Kota Medan.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas diperlukan suatu kajian pengelolaan
sampah kota sehingga diharapkan nantinya semua sumber timbulan sampah
dapat dilayani dan sampah yang dihasilkan dapat diangkut ke tempat
pembuangan akhir, pantai dan sungai terbebas dari sampah sehingga kota
tampak bersih dan indah. Sistem pewadahan pada sumber-sumber sampah yang
dilayani masih belum mampu menampung sampah yang dihasilkan baik wadah
yang disediakan oleh LSM maupun perusahaan daerah.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas diperlukan suatu kajian pengelolaan
sampah kota sehingga diharapkan nantinya semua sumber timbulan sampah
dapat dilayani dan sampah yang dihasilkan dapat diangkut ke tempat
pembuangan akhir, sehingga kota tampak bersih dan indah.
4| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Penelitian
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam kajian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah Kota Medan dalam penyusunan perencanaan pengelolaan sampah
dan kinerja SDM Kebersihan Kota Medan di masa yang akan datang khususnya
aspek teknis operasional.
1.5
Luaran/Output Penelitian
5| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
BAB
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian Sampah
Menurut Slamet (2002), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah
Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berujud padat atau semi padat berupa
zat organik atau an organik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai
yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut sampah dapat dibedakan atas dasar sifatsifat biologis dan kimianya sehingga mempermudah pengelolaannya sebagai
berikut :
1. sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan
yang cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah berupa gas
metan dan H2S yang bersifat racun bagi tubuh.
2. sampah yang tidak dapat membusuk (refuse), terdiri dari sampah plastik,
logam, gelas, karet dan lain-lain.
3. sampah yang berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau
sampah.
4. sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3 adalah
sampah yang karena sifatnya , jumlahnya, konsentrasinya atau karena
sifat kimia, fisika dan mikrobologinya dapat meningkatkan mortalitas dan
morbiditas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang
irreversibell ataupun sakit berat yang pulih (tidak berbalik) atau
reversibell (berbalik) atau berpotensi menimbulkan bahaya sekarang
maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan
apabila tidak diolah, disimpan atau dibuang dengan baik.
Dilihat dari wujudnya limbah dapat berupa padatan, cairan atau gas, sedangkan
sampah hanya berupa padatan atau setengah padatan. Berbeda dengan sampah,
limbah memerlukan pengelolaan khusus agar tidak mencemari lingkungan.
Dalam pengertian ini maka tinja tidak termasuk kategori sampah, melainkan
limbah. Jadi perbedaan sampah dan limbah dapat dilihat dari wujudnya, tingkat
pencemaran dan metode pengelolaan. Untuk lebih memahami perbedaan antara
sampah, buangan dan limbah, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
6| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Kebutuhan Manusia
Produk
Sisa
Barang Bekas
Buangan
Sampah
Limbah
Cair
Padat
Gas
a. Industri
* Sisa inert (sisa bahan-bahan
hancur)
Urugan Bangunan
Sisa Bangunan
b. Sisa Pertanian
c. Sisa Pertambangan
d. Lumpur buangan komunal
e. Bahan-bahan bekas: Minyak bekas,
ban bekas dan sisa kendaraan
bermotor
f. Limbah Rumah sakit
Gambar 2.1
Klasifikasi Buangan Padat
7| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
2.2
Jenis-jenis Sampah
LAPORAN AKHIR
2.3
LAPORAN AKHIR
(bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer,
baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer
rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan
secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya
dan beracun.
5. Sampah dari industri. Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses
produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan
pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut
untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali
beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
2.4
10 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.2
Keterkaitan Komponen dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota
2.4.1 Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
Sub sistem teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasardasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir
sampah. Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari
kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat
terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Agar lebih jelasnya
teknis operasional pengelolaan sampah dapat dilihat pada skema pada Gambar
2.3.
Gambar 2.3
Skema Teknik Operasional Pengolahan Sampah (SNI)
11 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
Volume
(liter)
Satuan
Berat
(Kg)
Rumah permanen
per org/hr
2,25-2,50
0,35-0,40
per org/hr
2,00-2,25
0,30-0,35
per org/hr
1,75-2,00
0,25-0,30
Kantor
per peg/hr
0,50-0,75
0,025-0,10
Toko/Ruko
per ptgs/hr
2,50-3,00
0,15-0,35
Sekolah
per mrd/hr
0,10-0,15
0,01-0,02
Jalan Arteri
per mtr/hr
0,10-0,15
0,02-0,10
Jalan Kolektor
per mtr/hr
0,10-0,15
0,10-0,05
Jalan Lokal
per mtr/hr
0,50-0,1
0,005-0,025
Pasar
per mtr/hr
0,20-0,60
0,10-0,30
10
Klasifikasi Kota
Volume (L/org/hr)
Kota Sedang
Kota Kecil
Satuan
Berat (Kg/org/hr)
2,75-3,25
0,70-0,80
2,5-3,75
0,625-0,75
LAPORAN AKHIR
Dalam melakukan pewadahan harus disesuaikan dengan jenis sampah yang telah
terpilah, yaitu :
1) sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap;
2) sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan
wadah warna terang;
3) sampah bahan berbahaya beracun (B3) rumah tangga dengan warna
merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku
(Departemen Pekerjaan Umum, 2002).
Dalam menunjang keberhasilan operasi pengumpulan sampah, perlu adanya
pewadahan yang sebaiknya dilakukan oleh pemilik rumah. Tempat sampah juga
harus direncanakan dengan pertimbangan kemudahan dalam proses
pengumpulan, higienis untuk penghasil sampah maupun petugas penumpul, kuat
dan relatif lama serta mempertimbangkan segi estetika.
Kapasitas pewadahan ini diperhitungkan berdasarkan rata-rata laju timbulan
sampah per orang per hari, jumlah anggota keluarga serta frekuensi
pengumpulan.
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah. Menurut
Departemen Pekerjaan Umum, bila data pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung timbulan sampah dapat digunakan nilai timbulan
sebagai berikut :
a. Satuan timbulan sampah kota besar : 2- 2,5 liter/orang/hari atau 0,4-0,5
kg/orang/hari
b. Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil : 1,5-2 liter/orang/hari atau
1,3 ? 1,4 kg/orang/hari.
Menurut penelitian Puslitbang Permukiman (Ditjen Cipta Karya, 1991)
didapatkan angka-angka laju timbulan sampah sebagai berikut:
1. Kota Kecil
Laju timbulan sampah permukiman 2,0 liter/orang/hari
Persentase total sampah permukiman 75 % ? 80 %
Persentase sampah non permukiman 20 % - 25 %
2. Kota Sedang
Laju timbulan sampah permukiman 2,25 liter/orang/hari.
Persentase total sampah permukiman 65 % ? 75 %.
Persentase sampah non permukiman 25 % - 35 %.
Persyaratan bahan yang digunakan sebagai pewadahan sampah adalah tidak
mudah rusak dan kedap air, ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat
serta mudah dan cepat dikosongkan (Departemen Pekerjaan Umum, 2002).
Sedangkan penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan:
1) Jumlah penghuni tiap rumah;
2) Timbulan sampah;
3) Frekuensi pengambilan sampah;
14 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
Menurut Rahardyan dan Widagdo (2005), tujuan dari pewadahan adalah untuk
memudahkan dalam pengangkutannya dan selain itu dengan penggunaan wadah
ini, bau akibat pembusukan sampah yang juga dapat menarik perhatian lalat
dapat diatasi, air hujan yang berpotensi menambah kadar air sampah dapat
dikendalikan dan pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari.
3. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari
sumber atu tempat pewadahan penampungan sampah sampai ke Tempat
Pembuangan Sementara (TPS). TPS yang digunakan biasanya kontainer kapasitas
10 m3, 6 m3, 1m3, transper depo, bak pasangan batubata, drum bekas volume
200 liter, dan lain-lain. Pengambilan sampah dilakukan tiap periodesasi tertentu.
Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukan yaitu kurang
lebih setelah berumur 2-3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan
maksimal setiap 3 hari sekali.
a. Sistim Pengumpulan
Pengumpulan sampah dari tiap-tiap sumber sampah dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu:
1) Sistem tidak langsung
Di daerah pemukiman yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat
berpendapatan rendah, dengan kondisi jalan pemukiman yang sempit,
pengumpulan sampah dilakukan dengan gerobak sampai yang mempunyai
volume rata-rata 1 m3. Untuk kemudian diangkut ke TPS. Sampah dari pasar
dan hasil sapuan jalan biasanya dikumpul dalam kontainer atau TPS dekat
pasar yang kemudian diangkut Truk ke TPA.
2) Sistem Langsung, terdiri dari
1) Pengumpulan individu langsung, Pada sistem ini proses pengumpulan
dan pengangkutan sampah dilakukan ber-samaan. Pengumpulan
dilakukan oleh petugas kebersihan dari wadah-wadah sampah
rumah/persil kemudian dimuat ke kendaraan langsung dibawa ke TPA.
Alat pengumpul berupa truck standar atau dump truck, dan sekaligus
berfungsi sebagai alat pengangkut sampah menuju TPA. Daerah yang
dilayani dengan sistem ini adalah daerah pemukiman teratur (formal
area) dan daerah perkotaan dimana pada daerah-daerah tersebut sulit
untuk menempatkan transfer dipo atau kontainer angkut karena
kondisi, sifat daerahnya ataupun standar kesehatan masyarakat dan
standar kenyaman masyarakat cukup tinggi. Persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam sistem ini adalah:
kondisi topografi (rata-rata > 5 %) sehingga alat pengumpul non
mesin sulit beroperasi.
Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menunggu pemakai
jalan lainnya.
Kondisi dan jumlah alat memadai
Jumlah timbulan sampah > 3 m3/hari
16 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
5. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah langsung dari sumber
sampah dengan sistim pengumpulan individual langsung atau pengumpulan
melalui sistim pemindahan menuju TPA. Pola pengangkutan dengan sistim
pengumpulan individual langsung, kendaraan dari pool menuju titik sumber
sampah dan mengambil sampah setiap titik sumber sampah sampai penuh,
selanjutnya diangkut ke TPA. Setelah truk dikosongkan selanjutnya truk
mengambil sampah di lokasi lainnya dan seterusnya sesuai jumlah ritase yang
telah ditetapkan. Pengangkutan dengan sistim pemindah, truck dari pool menuju
lokasi pemindah lalu dibawa ke TPA, selanjutnya pengambilan ke pemindah lain
sesuai ritase yang telah ditetapkan.
Untuk mengangkut sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) ke
tempat pembuangan akhir sampah (TPA), digunakan truk jenis Tripper/Dump
Truck, Arm Roll Truck, dan jenis Compactor Truck.
Tabel II.3
Jenis dan Alat Angkut Sampah
Jenis Kendaraan
Truk bak terbuka
(kayu)
Kapasitas
3
8m
3
10 m
3
12 m
Tripper/Dump
Truck
Armroll Truck
Container
6m
3
8m
3
10 m
5m
3
7m
3
8m
Kekurangan
Tenaga kerja
banyak
Perlu penutup
bak
Operasinal
lambat
Tenaga kerja
banyak
Perlu penutup
bak
Biaya O&M
relatif Tinggi
Mahal
Butuh container
Biaya O&M
tinggi
Kebaikan
Biaya O&M
rendah
Cocok sistem
door to door
Umur produksi
5 tahun
2 ? 3 rit/hari
Bisa door to
door
Mobilitas tinggi,
2-3 rit/hari
Umur 5 ? 7
tahun - Cepat
operasi
pembongkaran
Mobilitas tinggi
Cocok untuk
permukiman
dan pasar
Tenaga kerja
sedikit
Umur 5 tahun
4-5 rit/hari
Catatan
Tidak
dianjurkan
Kurang
dianjurkan
Cocok untuk
lokasi
sampah
yang banyak
Dianjurkan
19 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
21 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Dengan demikian umur teknis dari suatu TPA merupakan fungsi dari Volume rill,
pemadatan, volume sampah yang diangkut pemulung, batas ketinggian,
ketinggian tanah urugan dan susut sampah.
2.4.2 Aspek Kelembagaan dan Organisasi
Organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi disiplin yang
bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek
ekonomi, sosial budaya dan kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan pihak
yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan organisasi
disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang membinanya, pola sistem
operasional yang diterapkan, kapasitas kerja sistem dan lingkup tugas pokok dan
fungsi yang harus ditangani (Rahardyan dan Widagdo, 2005).
Menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola
sampah disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk kelembagaan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kota Raya dan kota besar (jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa) bentuk
lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa perusahaan daerah
atau dinas tersendiri.
2. Kota sedang 1 dengan jumlah penduduk 250.000 jiwa ? 500.000 jiwa atau
ibu kota propinsi berupa dinas tersendiri.
3. Kota sedang 2 dengan jumlah penduduk 100.000 jiwa ? 250.000 jiwa atau
kota/kotif berupa dinas/suku dinas atau UPTD dinas pekerjaan umum
atau seksi pada dinas pekerjaan umum.
4. Kota kecil dengan jumlah penduduk 20.000 jiwa ? 100.000 jiwa berupa
UPTD dinas pekerjaan umum atau seksi pada dinas pekerjaan umum
2.4.3 Aspek pembiayaan Pengelolaan Sampah
Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem
pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar. Sistem
pengelolaan persampahan di Indonesia lebih diarahkan pada pembiayaan sendiri
termasuk membentuk perusahaan daerah. Masalah umum yang sering dijumpai
dalam sub sistem pembiayaan adalah retribusi yang terkumpul sangat terbatas
dan tidak sebanding dengan biaya operasional , dana pembangunan di daerah
berdasarkan skala prioritas, kewenangan dan struktur organisasi yang ada tidak
berhak mengelola dana sendiri dan penyusunan tarif retribusi tidak didasari
metode yang benar.
Menurut Syfaruddin dan Priyambada (2001), besaran retribusi sampah adalah 1
% dari penghasilan per rumah tangga. Dengan demikianbesaran retribusi sampah
bervariasi sesuai tingkat pendapatan, makin tinggi pendapatan suatu rumah
tangga maka makin besar retribusi yang harus mereka bayarkan karena makin
tinggi tingkat ekonomi seseorang makin besar sampah yang mereka hasilkan.
22 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
2.5
Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktu yang
lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan
yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan
pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada
harganya. Sampah dapat berpengaruh pada kesehatan manusia baik langsung
maupun tidak langsung. Dampak langsung sampah pada kesehatan disebabkan
terjadinya kontak langsung dengan sampah tersebut misalnya sampah beracun,
sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik dan lainlain. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.
Dekomposisi sampah dapat terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif
dan secara anaerobik apabila oksigen habis. Dekomposisi secara anaerobik akan
menghasilkan cairan yang disebut Leachate beserta gas. Leachate atau lindi
adalah cairan yang mengandung zat padat yang tersuspensi yang sangat halus
dan hasil penguraian mikroba yang biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe,
khlorida, Sulfat, fosfat, Zn, Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, asam organik dan H2.
Berdasarkan kualitas sampahnya leachate atau lindi bisa pula didapat mikroba
patogen, logam berat dan zat lainnya yang berbahaya.
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan
lingkungan yaitu:
1) Dampak terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi
beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan
anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan
yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
24 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
b) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
d) Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut
oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
2) Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam
air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.
Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat
meledak.
3) Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau
yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah
bertebaran dimana-mana.
b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan
c) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini
adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung
(tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan
banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan
umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
e) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan
sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang
diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu
lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
25 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
2.6.
LAPORAN AKHIR
27 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
2.7
LAPORAN AKHIR
2.8
29 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Penerapan Teknologi
Pengelolaan
Sampah Kota
Ideal
Gambar 2.4
Skema Pengelolaan Sampah Ideal
2.9
Kualitas pelayanan jauh lebih sukar didefinisikan, dijabarkan dan diukur bila
dibandingkan dengan kualitas barang. Bila ukuran kualitas dan pengendalian
kualitas telah lama eksis untuk barang-barang berwujud, maka untuk pelayanan,
berbagai upaya sedang dikembangkan untuk merumuskan ukuran-ukuran
semacam itu. Pada dasarnya, definisi kualitas pelayanan terfokus pada upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Lovelock
(1994) kualitas pelayanan merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan
dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Parasuraman dalam Ekaningtiyas (2009) berpendapat bahwa faktor
yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah layanan yang diharapkan dan
layanan yang dipersepsikan, sehingga implikasi baik buruknya layanan
tergantung pada kemampuan penyediaan layanan memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisiten.
Terbentuknya harapan atas layanan dari para pelanggan dipengaruhi oleh
berbagai kegiatan marketing seperti iklan, penjualan, harga, tradisi maupun
danya kontak konsumen dengan penyediaan layanan sebelumnya. Sementara
layanan yang diterima dipengaruhi oleh kontak antar personel dengan
penyediaan layanan, fasilitas fisik, prosedur yang merupakan bagian dari sistem
layanan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Lovelock (1994) bahwa
pelayanan pelanggan dapat diartikan sebagai suatu sistem manajemen,
30 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
31 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
BAB
METODE PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian
3.2
3.3
Lokasi Penelitian
3.4
1. Data Primer Data primer yang diinput untuk keperluan penelitian ini adalah:
a. Besaran timbulan sampah dan komposisinya.
b. Kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah, persepsi masyarakat
tentang sampah, partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah.
c. Kegiatan masyarakat di TPA sementara dan kegiatan pencacahan sampah.
Data Sekunder
2. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kebersihan, Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil, Badan Pusat Statistik, Bappeda dan Bagian Tata Pemerintahan
Sekretariat Daerah meliputi data-data:
32 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
3.5
Untuk mengetahui rata-rata timbulan sampah per kapita per hari maka dilakukan
pengambilan sampel yang berasal dari kegiatan domestik dan non rumah tangga.
Rata-rata timbulan sampah perjiwa di gunakan untuk menghitung kebutuhan
sarana prasarana dalam pengelolaan sampah, meliputi kebutuhan pewadahan,
kebutuhan alat angkut dan kebutuhan luas awal tempat pembuangan akhir atau
untuk mengetahui umur tempat pembuangan akhir.
Teknik pengambilan sampel dilapangan untuk rumah tangga dan non rumah
tangga dilakukan dengan menggunakan pedoman SK SNI M36-1991-03, yakni
pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional stratified random
sampling. Rumah tangga dibagi dalam tiga strata yaitu rumah tangga
berpendapatan tinggi, sedang dan rendah, masing-masing strata diambil secara
acak. Pembagian rumah tangga ke dalam strata karena masing-masing strata
diperkirakan memiliki rata-rata timbulan sampah yang berbeda sehingga
diharapkan hasil yang diperoleh lebih representatif.
Untuk menentukan jumlah sampel rumah tangga (domestik) menggunakan
rumus:
dimana:
S
= Jumlah sampel (jiwa)
Cd
= Koefisien Perumahan (untuk kota kecil Cd = 0.5)
Ps
= Populasi (jiwa)
33 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
dimana:
K
= Jumlah sampel (KK)
S
= Jumlah sampel jiwa
N
= Jumlah jiwa per KK (N=5)
Dari jumlah sampel rumah tangga (K) ditentukan jumlah sampel setiap strata
rumah tangga dengan cara sebagai berikut:
a. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan tinggi
= 25% x K
b. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan sedang
= 30% x K
c. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan rendah
= 40% x K
Berdasarkan rumus-rumus tersebut maka ditetapkan jumlah contoh KK dan jiwa
berdasarkan klasifikasi kota adalah sebagai berikut:
No.
1
2
3
Klasifikasi Kota
Metropolitan
Besar
Sedang, Kecil, IKK
Jumlah Penduduk
1.000.000-2,5.000.000
500.000-1.000.000
3.000-500.000
Jumlah contoh
jiwa
1.000-1.500
700-1000
150-350
Jumlah KK
200-300
140-200
30-70
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk kota Medan sebanyak
2.122.804 jiwa. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel untuk non
perumahan menggunakan rumus:
dimana:
S
= Jumlah sampel (jiwa)
Cd
= Koefisien Perumahan (untuk kota kecil Cd = 1)
Ts
= Jumlah populasi non perumahan (jiwa)
Lokasi Pengambilan
Sampel
Toko
Sekolah
Kantor
Pasar
Jalan
Metropolitan
3-30
13-30
13-30
6-15
6-15
Klasifikasi Kota
Kota Besar
Kota Sedang
10-13
5-10
10-13
5-10
10-13
5-10
3-6
3-6
3-6
3-6
IKK
3-5
3-5
3-5
1
1
34 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
3.6
Pada kajian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Untuk memperoleh data primer digunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara langsung pada sasaran penelitian dengan menyediakan suatu daftar
pertanyaan terstruktur dalam bentuk kuesioner. Menurut Hadi (2005), kuisioner
dibagi dalam dua kategori yaitu:
a. Kuisioner tidak langsung, yaitu dengan membagikan kuisioner kepada
responden, jika telah diisi lengkap kuisioner diserahkan kembali kepada
peneliti, dikirim atau diambil langsung oleh peneliti.
b. Kuisioner langsung, yaitu peneliti langsung mewawancarai responden dengan
pedoman kuisioner yang telah disiapkan. Guna menghindari salah interpretasi
dari respon tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan maka pada
penelitian ini dilakukan kuisioner langsung.
Selanjutnya dilakukan wawancara dengan instansi terkait tentang kebijakan
pemerintah daerah berkaitan dengan pengelolaan sampah yang telah dilakukan
seperti dinas kebersihan dan tata kota selaku pengelola, bagian tata
pemerintahan selaku penyedia lahan untuk TPA, Bappeda selaku perencana dan
LSM/Perusahaan daerah selaku operator pengelola sampah. Selain itu itu
memperkaya informasi tentang keinginan masyarakat juga dilakukan wawancara
dengan tokoh masyarakat.
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait antara lain Badan
Pusat Statistik, Dinas Kebersihan Kota Medan berupa dokumen-dokumen
kebijakan, publikasi hasil penelitian dan berbagai referensi yang terkait dengan
penelitian ini.
3.7
Liter/hari/jiwa)
35 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Berat Rata-rata
Kg/hari/jiwa)
Lakukan perhitungan volume total sampah per hari sebagai fungsi jumlah
penduduk. Untuk menghitung kebutuhan luas lahan TPA mengacu pada
petunjuk teknis Nomor CT/S/Re-CT/004/98 dengan rumus sebagai berikut :
dimana :
L
V
T
0.7 dan 1.1.5
dimana :
H
L
I
J
36 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.1
Kerangka Skema Penelitian
37 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
BAB
4.1
38 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar
ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa
sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan
perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan
kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.
Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang
Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan
ulama. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal,
dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo
25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas
hampir delapan belas kali lipat.
4.1.2 Keadaan Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupatenlainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada
3 30' ? 3 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur. Untuk itu
topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian
2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah
Medan adalah sebagai berikut:
Tabel IV.1
Batas Wilayah Kota Medan
Utara
Selatan
Barat
Timur
Selat Malaka
Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang
39 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.1
Peta Kecamatan Kota Medan
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota
Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota
Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang
menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan
59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September
40 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan
kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11
Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama
maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD,
tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144
Kelurahan.
Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang
pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang
Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan,
secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan
yang mencakup 151 Kelurahan, yakni:
Tabel IV.2
Jumlah Kecamatan berdasarkan Kelurahan Kota Medan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kecamatan
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Kelurahan
9
6
7
6
12
12
6
5
6
6
6
7
7
6
11
9
7
6
6
5
6
41 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
4.1.3 Demografis
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum
kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari
wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh
suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan
hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka
demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang,
seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal
menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan
sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun,
Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain
sebagai. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan
toleran antara satu suku dengan yang lain.
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian
sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan
persebaran penduduk tercapai optimal.Mobilitas dan persebaran penduduk
yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang
tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah
sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan
maupun sebaliknya.
Pada tahun 2012, penduduk Kota Medan mencapai 2.122.804 jiwa. Dibanding
hasil Proyeksi Penduduk 2012, terjadi pertambahan penduduk sebesar 5.580
jiwa (0,26%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km, kepadatan penduduk
mencapai 7.987 jiwa/ km. Komposi Penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat
berdasarkan suku, tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, agama, mata
pencaharian, dan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.3
Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
No.
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Medan Tuntungan
39 887
42 155
82 042
Medan Johor
62 005
63 908
125 913
Medan Amplas
57 615
58 612
116 227
Medan Denai
71 374
70 627
142 001
Medan Area
47 802
48 873
96 675
Medan Kota
35 236
37 449
72 685
Medan Maimun
19 422
20 243
39 665
Medan polonia
26 321
27 231
53 552
Medan Baru
17 574
22 003
39 577
10
Medan Selayang
49 266
51 189
100 455
42 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
No.
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
11
Medan Sunggal
55 425
57 542
112 967
12
Medan Helvetia
71 211
74 308
145 519
13
Medan Petisah
29 371
32 484
61 855
14
Medan Barat
34 748
36 164
70 912
15
Medan Timur
52 629
56 163
108 792
16
Medan Perjuangan
45 167
48 359
93 526
17
Medan Tembung
65 417
68 424
133 841
18
Medan Deli
86 482
84 449
170 931
19
Medan labuhan
57 333
55 309
112 642
20
Medan Marelan
74 673
72 645
147 318
21
Medan Belawan
48 917
46 792
95 709
1 047 875
1 074 929
2 122 804
Kota Medan
Tabel IV.4
43 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Luas Wilayah
(Km2)
Kecamatan
Penduduk
Kepadatan
Penduduk per
2
Km
Medan Tuntungan
20,68
82 042
3967,21
Medan Johor
14,58
125 913
8636,01
Medan Amplas
11,19
116 227
10386,68
Medan Denai
9,05
142 001
15690,72
Medan Area
5,52
96 675
17513,59
Medan Kota
5,27
72 685
13792,22
Medan Maimun
2,98
39 665
13310,40
Medan polonia
9,01
53 552
5943,62
Medan Baru
5,84
39 577
6776,88
10
Medan Selayang
12,81
100 455
7841,92
11
Medan Sunggal
15,44
112 967
7316,52
12
Medan Helvetia
13,16
145 519
11057,67
13
Medan Petisah
6,82
61 855
9069,65
14
Medan Barat
5,33
70 912
13304,32
15
Medan Timur
7,76
108 792
14019,59
16
Medan Perjuangan
4,09
93 526
22866,99
17
Medan Tembung
7,99
133 841
16751,06
18
Medan Deli
20,84
170 931
8202,06
19
Medan labuhan
36,67
112 642
3071,78
20
Medan Marelan
23,82
147 318
6184,63
21
Medan Belawan
Tahun 2012
26,25
265,10
95 709
2 122 804
3646,06
8 007,56
2011
265,10
2 117 224
7 987,00
2010
265,10
2 097 610
7 913,00
2009
265,10
2 121 053
8 001,00
Tabel IV.5
44 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Kecamatan
Medan Tuntungan
Penduduk
Rumah Tangga
(RT)
Rata-rata
Anggota RT
82 042
19 301
4,25
Medan Johor
125 913
29 126
4,32
Medan Amplas
116 227
26 978
4,31
Medan Denai
142 001
31 611
4,49
Medan Area
96 675
21 756
4,44
Medan Kota
72 685
17 192
4,23
Medan Maimun
39 665
9 217
4,30
Medan polonia
53 552
12 239
4,38
Medan Baru
39 577
10 761
4,68
10
Medan Selayang
100 455
26 921
3,73
11
Medan Sunggal
112 967
26 388
4,28
12
Medan Helvetia
145 519
32 329
4,50
13
Medan Petisah
61 855
15 268
4,05
14
Medan Barat
70 912
16 545
4,29
15
Medan Timur
108 792
25 281
4,29
16
Medan Perjuangan
93 526
22 538
4,15
17
Medan Tembung
133 841
30 178
4,44
18
Medan Deli
170 931
39 297
4,34
19
Medan labuhan
112 642
25 149
4,48
20
Medan Marelan
147 318
33 772
4,36
21
Medan Belawan
Tahun 2012
95 709
2 122 804
21 282
493 229
4,50
4,30
Tabel IV.6
45 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0?4
99 365
94 516
193 881
5?9
93 989
89 238
183 227
10 ? 14
96 369
90 745
187 114
15 ? 19
107 151
111 075
218 226
20 ? 24
114 763
123 788
238 551
25 ? 29
95 927
99 767
195 694
30 ? 34
86 896
89 404
176 300
35 ? 39
78 118
81 688
159 806
40 ? 44
70 535
73 299
143 834
45 ? 49
59 847
62 115
121 962
50 ? 54
49 928
51 970
101 898
55 ? 59
38 483
39 156
77 639
60 ? 64
24 422
25 508
49 930
65 ? 69
14 792
17 588
32 380
70 ? 74
9 978
12 746
22 724
75+
7 312
12 326
19 638
1 047 875
1 074 929
2 122 804
Jumlah
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk terbanyak berada pada
Kecamatan Medan Deli dengan jumlah 170,931 orang yang dihuni oleh 84.449
laki-laki dan 84.449 perempuan. Sementara itu, Kecamatan Medan Baru lebih
banyak didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan daripda
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 17.574 orang.
Berdasarkan Tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Medan
bila dirinci dari jenis kelaminnya berjumlah 2.122.804 orang dengan 1.047.875
penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1.074.929 penduduk berjenis kelamin
perempuan. Peningkatan Komposisi penduduk Kota Medan dapat dilihat
berdasarkan jenis kelamin dari tahun ke tahun.
46 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Sarana Pendidikan
Jumlah
Universitas
Institut
Sekolah Tinggi
Akademi
Politeknik
SMK
SMU
SLTP
SD
Pendidikan non formal
19
3
34
55
7
136
203
353
810
23
Sarana Kesehatan
Rumah Sakit
Rumah Sakit Bersalin
Balai Pengobatan
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Jumlah
70
431
421
39
40
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
4.2
49 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.2
Pewadahan Sampah yang biasa terdapat di Pemukiman Penduduk
Sumber: Hasil Observasi, 2013
50 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.3
Kondisi Sampah yang Ditumpuk Sembarang di Pasar Tradisional
2. Pengumpulan dan Pengangkutan
Pengumpulan sampah dilakukan dari setiap sumber timbulan pada jalanan
protokol dengan menggunakan Tripper Truck atau dikenal dengan pola individual
langsung (Gambar 4.4) sedangkan untuk jalanan yang tidak bisa dilalui oleh
Tripper Truck pada pemukiman penduduk dilakukan dengan menggunakan
gerobak sampah atau becak sampah (Gambar 4.5). Kegiatan ini dilakukan 2 kali
dalam sehari yaitu pagi dan siang.
Proses kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Medan
menggunakan dua cara yaitu:
1) Cara pertama yaitu, dari sumber timbulan (sampah rumah tangga)
dikumpulkan dan diangkut oleh gerobak/becak sampah ke TPS yang
sudah disediakan setelah itu diangkut menggunakan Armroll truck ke TPA.
51 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
52 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.4
Pengumpulan Sampah Menggunakan Tripper Truck dari Sumber Timbulan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
Gambar 4.5
Pengumpulan Sampah Menggunakan Gerobak/Becak Sampah pada Daerah yang
Tidak Bisa dilalui oleh Tripper Truck
Sumber: Hasil Observasi, 2013
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.6
Kondisi TPA Terjun di Kecamatan Medan Marelan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
54 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.7
Pemilahan Sampah yang dilakukan Pemulung di Lokasi TPA Terjun
Kecamatan Medan Marelan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.8
Pola Teknis Operasional Pemilahan Sampah Kota Medan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
56 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.9
Bagan Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan
Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan, 2011
57 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.10
Warga Mengumpulkan Sampah Plastik yang Mencemari Sungai Babura, Medan
Sumber: www.indoforum.org
4.3
59 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Tabel IV.9
Data Persampahan Per Kecamatan di Kota Medan
(dalam satuan kilogram)
82.042
20,68
Standar
Timbulan
Sampah
(per
kg/orang/
hari)
0,5
125.913
14,58
116.227
Medan
Amplas
Medan Denai
No.
Kecamatan
Luas
Wilayah
(Km2)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(kg/hari)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(kg/tahun)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(per
3
m /hari)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(per
3
m /tahun)
41.021
14.972.665
41,02
14.973
0,5
62.957
22.979.123
62,96
22.979
11,19
0,5
58.114
21.211.428
58,11
21.211
142.001
9,05
0,5
71.001
25.915.183
71,00
25.915
Medan Area
96.675
5,52
0,5
48.338
17.643.188
48,34
17.643
Medan Kota
72.685
5,27
0,5
36.343
13.265.013
36,34
13.265
Medan
Maimun
Medan
Polonia
Medan Baru
39.665
2,98
0,5
19.833
7.238.863
19,83
7.239
53.552
9,01
0,5
26.776
9.773.240
26,78
9.773
39.577
5,84
0,5
19.789
7.222.803
19,79
7.223
100.455
12,81
0,5
50.228
18.333.038
50,23
18.333
112.967
15,44
0,5
56.484
20.616.478
56,48
20.616
145.519
13,16
0,5
72.760
26.557.218
72,76
26.557
61.855
6,82
0,5
30.928
11.288.538
30,93
11.289
14
Medan
Selayang
Medan
Sunggal
Medan
Helvetia
Medan
Petisah
Medan Barat
70.912
5,33
0,5
35.456
12.941.440
35,46
12.941
15
Medan Timur
108.792
7,76
0,5
54.396
19.854.540
54,40
19.855
16
Medan
Perjuangan
Medan
Tembung
Medan Deli
93.526
4,09
0,5
46.763
17.068.495
46,76
17.068
133.841
7,99
0,5
66.921
24.425.983
66,92
24.426
170.931
20,84
0,5
85.466
31.194.908
85,47
31.195
112.642
36,67
0,5
56.321
20.557.165
56,32
20.557
147.318
23,82
0,5
73.659
26.885.535
73,66
26.886
95.709
26,25
0,5
47.855
17.466.893
47,85
17.467
2.122.804
265,1
1.061.402
387.411.730
1.061
387.412
1.061
387.412
2
3
8
9
10
11
12
13
17
18
19
20
21
Medan
Tuntungan
Medan Johor
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Medan
Labuhan
Medan
Marelan
Medan
Belawan
TOTAL
Satuan
dalam Ton
Sumber:
60 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Tabel IV.10
Data Persampahan Per Kecamatan di Kota Medan
(dalam satuan liter)
82.042
20,68
Medan
Tuntungan
Medan Johor
Standar
Timbulan
Sampah
(per
liter/orang
/hari)
2,5
125.913
14,58
2,5
314.783
114.895.613
314,78
114.896
Medan Amplas
116.227
11,19
2,5
290.568
106.057.138
290,57
106.057
Medan Denai
142.001
9,05
2,5
355.003
129.575.913
355,00
129.576
Medan Area
96.675
5,52
2,5
241.688
88.215.938
241,69
88.216
Medan Kota
72.685
5,27
2,5
181.713
66.325.063
181,71
66.325
Medan Maimun
39.665
2,98
2,5
99.163
36.194.313
99,16
36.194
Medan Polonia
53.552
9,01
2,5
133.880
48.866.200
133,88
48.866
No.
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Luas
Wilayah
(Km2)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(per
lt/hari)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(per lt/tahun)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(per
m3/hari)
Jumlah
Timbulan
Sampah
(per
m3/tahun)
205.105
74.863.325
205,11
74.863
Medan Baru
39.577
5,84
2,5
98.943
36.114.013
98,94
36.114
10
Medan Selayang
100.455
12,81
2,5
251.138
91.665.188
251,14
91.665
11
Medan Sunggal
112.967
15,44
2,5
282.418
103.082.388
282,42
103.082
12
Medan Helvetia
145.519
13,16
2,5
363.798
132.786.088
363,80
132.786
13
Medan Petisah
61.855
6,82
2,5
154.638
56.442.688
154,64
56.443
14
Medan Barat
70.912
5,33
2,5
177.280
64.707.200
177,28
64.707
15
Medan Timur
108.792
7,76
2,5
271.980
99.272.700
271,98
99.273
16
93.526
4,09
2,5
233.815
85.342.475
233,82
85.342
133.841
7,99
2,5
334.603
122.129.913
334,60
122.130
18
Medan
Perjuangan
Medan
Tembung
Medan Deli
170.931
20,84
2,5
427.328
155.974.538
427,33
155.975
19
Medan Labuhan
112.642
36,67
2,5
281.605
102.785.825
281,61
102.786
20
Medan Marelan
147.318
23,82
2,5
368.295
134.427.675
368,30
134.428
21
Medan Belawan
95.709
26,25
2,5
239.273
87.334.463
239,27
87.334
2.122.804
265,1
2,5
5.307.010
1.937.058.650
5.307
1.937.059
5.307
1.937.059
17
TOTAL
61 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Tabel IV.11
Data Peningkatan Volume Sampah di Kota Medan
Tahun 1997-2012
Tahun
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Luas
Wilayah
Kota
(Km2)
Standar
Timbulan
Sampah
(per
kg/orang/hari)
Total Timbulan
Sampah
(per kg/hari)
Total Timbulan
Sampah
(per ton/tahun)
Total Timbulan
Sampah
(per m3/tahun)
1997
1.899.028
265,1
0,5
949.514
346.573
346,57
1998
1.901.067
265,1
0,5
950.534
346.945
346,94
1999
1.902.500
265,1
0,5
951.250
347.206
347,21
2000
1.904.273
265,1
0,5
952.137
347.530
347,53
2001
1.926.520
265,1
0,5
963.260
351.590
351,59
2002
1.963.882
265,1
0,5
981.941
358.408
358,41
2003
1.993.602
265,1
0,5
996.801
363.832
363,83
2004
2.006.142
265,1
0,5
1.003.071
366.121
366,12
2005
2.036.185
265,1
0,5
1.018.093
371.604
371,60
2006
2.067.288
265,1
0,5
1.033.644
377.280
377,28
2007
2.083.156
265,1
0,5
1.041.578
380.176
380,18
2008
2.102.105
265,1
0,5
1.051.053
383.634
383,63
2009
2.121.053
265,1
0,5
1.060.527
387.092
387,09
2010
2.097.610
265,1
0,5
1.048.805
382.814
382,81
2011
2.117.224
265,1
0,5
1.058.612
386.393
386,39
2012
2.122.804
265,1
0,5
1.061.402
387.412
387,41
Sumber:
62 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.11
Grafik Peningkatan Volume Sampah Kota Medan
Tahun 1997-2012
Tabel IV.12
Proyeksi Peningkatan Volume Sampah di Kota Medan
Tahun 1997-2018
Tahun
Total Timbulan
Sampah
(per m3/tahun)
1997
346,57
1998
346,94
1999
347,21
2000
347,53
2001
351,59
2002
358,41
2003
363,83
2004
366,12
2005
371,60
2006
377,28
2007
380,18
2008
383,63
2009
387,09
2010
382,81
2011
386,39
2012
387,41
63 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Tahun
Total Timbulan
Sampah
(per m3/tahun)
2013
392,63
2014
395,94
2015
399,26
2016
402,57
2017
405,88
2018
409,19
Sumber:
Catatan:
64 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Tabel IV.13
Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan Kota Medan
No.
Jenis Sarana
Jumlah
Sampah
Terangkut
3
(m )
Kapasitas
Angkut
3
(m )
Jumlah
(unit)
Pengangkutan Sampah
1
Becak Sampah
750
750
Gerobak Sampah
335
335
Tripper Truk
162
1.296
22
10
220
24
Compactor Truk
12
84
Road Sweeper
42
Bulldozer
Whell Loader
Excavator
Bob Cat
Sumber:
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
dalam
68 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.12
Pola Pemanfaatan Sampah dengan Menggunakan Pendekatan
Mereduksi Produksi Sampah dan Mengurangi Sampah yang telah dihasilkan
Selain pembuatan kompos kegiatan daur ulang sampah plastik fit dapat
ditingkatkan karena potensi sampah plastik cukup besar yakni 15,81 %, Jika
diasumsikan 30 % dari sampah plastik tersebut berupa plastik fit maka per hari
bahan baku plastik fit yang tersedia adalah 15.81 % dari 4,8 ton adalah 0,76 ton,
maka jumlah plastik fit adalah 30 % dari 0,76 ton adalah 228 kg per hari jadi
untuk satu bulan bahan baku yang tersedia adalah 6,84 ton. Jika dalam proses
produksi terjadi penyusutan sebesar 20 % maka dari 6,84 ton plastik fit dapat
69 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
menghasilkan 5,5 ton hasil cacahan plastik. Harga penjualan plastik fit per 1 kg
adalah Rp 5.000 maka nilai ekonomi yang diperoleh dari pencacahan sampah
plastik fit adalah Rp 27.500.000 per bulan. Biaya produksi dan penjualan untuk
satu ton hasil cacahan sampah adalah Rp 1.868.250, maka untuk 5,5 ton
dibutuhkan biaya sebesar Rp 10.275.375,- maka keuntungan adalah sebesar Rp
17.224.625. Dari nilai ini penghasilan yang diperoleh oleh setiap anggota per
bulan adalah 80 % dari Rp 17.224.625 dibagikan untuk 10 orang anggota maka
masing-masing mendapatkan Rp 1.377.970. per bulan.
4.4
70 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Tabel IV.14
Uraian Perhitungan Kebutuhan Wadah Sampah di Kota Medan
No.
Uraian Data
Tingkat Pelayanan
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
Frekuensi Pengangkutan
No.
Satuan
100
493.229
Uraian Perhitungan
Kebutuhan wadah
Sumber:
Jumlah
2.122.804
Persen
Jiwa
KK
2,5
ltr/hr
5.307.010
ltr/hr
per hr
80
ltr
Jumlah
Satuan
10,76
132.675
3,7
ltr/hr/kk
unit
KK/unit
Jumlah pewadahan yang tersedia saat ini belum merata untuk setiap rumah
tangga sementara kebutuhan idealnya adalah 132.675 unit, artinya bahwa
pengadaan wadah untuk menampung sampah domestik adalah 100 %.
Lokasi penempatan wadah yang telah disediakan harus memenuhi kriteria
berikut, yaitu sedekat mungkin dengan sumber sampah, tidak mengganggu,
diujung gang kecil, dihalaman depan dan penempatan tidak mengganggu
keindahan (estetika).
4.4.2 Analisis Kondisi Tenaga Kerja dan Alat Angkut
Pola pengangkutan yang lebih tepat dengan kondisi daerah adalah pola komunal
langsung hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah:
a. Jumlah alat angkut yang tersedia terbatas
b. Pemukiman tidak teratur
c. Kondisi topografi yang bergelombang
d. Wadah komunal ditempatkan sesuai kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau oleh alat pengangkut.
Dengan pola pengangkutan dengan sistim komunal langsung dan frekwensi
pengangkutan 2 hari satu kali maka kebutuhan tenaga kerja dan alat pengangkut
adalah sebagaimana terlihat pada Tabel IV.15 berikut ini:
71 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Tabel IV.15
Uraian Perhitungan Kebutuhan Tenaga dan Alat Angkut Sampah
(Tripper Truck)
No.
Uraian Data
Jumlah
Satuan
100
persen
5.307.010
ltr/hr
150
menit
27
km
Waktu bongkar
15
km/jam
Waktu istirahat
30
menit
210
Menit
480
Menit
Sumber:
290
Rit
Unit
Orang
1.161
Orang
72 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Perhitungan kebutuhan alat angkut gerobak sampah, becak sampah dan tenaga
kerja dapat dilihat pada Tabel IV.16 dan Tabel IV.17 dibawah ini:
Tabel IV.16
Uraian Perhitungan Kebutuhan Tenaga dan Alat Angkut Sampah
(Gerobak Sampah)
No.
Uraian Data
Jumlah
Satuan
100
Persen
5.307.010
ltr/hr
180
Menit
10
Km
Waktu bongkar
0,5
km/jam
Waktu istirahat
30
Menit
150
Menit
480
Menit
Kebutuhan Tenaga
Sumber:
Rit
1658
Unit
Orang
1658
Orang
Tabel IV.17
Uraian Perhitungan Kebutuhan Tenaga dan Alat Angkut Sampah
(Becak Sampah)
No.
Uraian Data
Jumlah
Satuan
100
Persen
5.307.010
ltr/hr
150
Menit
10
Km
Waktu bongkar
0,8
km/jam
Waktu istirahat
30
Menit
150
Menit
480
Menit
1658
Rit
Unit
73 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
No.
Uraian Data
Kebutuhan Tenaga
Sumber:
Jumlah
Satuan
1
Orang
1658
Orang
dimana:
L
V
T
0.7 dan 1.1.5
= LxIxJ
dimana:
H
L
I
J
Berdasarkan data yang diperoleh sangat tidak memungkinkan kondisi TPA Terjun
untuk menampung keseluruhan sumber timbulan sampah dari 21 kecamatan
yang ada di Kota Medan jika tidak menambah lokasi TPA dan menrepakan
metode pengolahan sampah yang optimal. Jika pendekatan pengurangan
sampah mulai dari sumbernya dengan prinsip 3R dilakukan dengan baik maka
74 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
dapat memperpanjang umur TPA. Daya dukung lahan untuk lokasi TPA yang
relatif besar maka pengurangan potensi sampah yang sampai di lokasi TPA tidak
terlalu berpengaruh terhadap kebutuhan lahan karena ada gap yang besar
antara kebutuhan dengan lahan yang tersedia.
4.5
75 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
2.
4.6
Dalam penilaian situasi ini alat analisis yang digunakan adalah SWOT dengan
menggambarkan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah
menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam rencana
pengelolaan sampah sehingga nantinya diharapkan kekuatan yang ada dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin dan kelemahan dapat dikurangi. Begitu juga
dengan kondisi eksternal yaitu peluang dan ancaman, dalam hal ini bagaimana
kita mengembangkan strategi sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan
dengan baik sementara ancaman dapat tanggulangi.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan atau kondisi existing dan standar
nasional pengelolaan sampah maka untuk melakukan strategi pengelolaan
terhadap permasalahan yang dihadapi kemudian dihimpun kekuatan dan
peluang yang dimiliki serta ancaman dan tantangan yang dihadapi. Berkaitan
dengan hal tersebut berikut uraian tentang kondisi internal dan kondisi eksternal
yang dimiliki dan yang dihadapi kota Medan dalam pengelolaan sampah:
76 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
1. Kekuatan (Strength-S)
a. Terdapat institusi pengelola sampah, dengan bentuk kelembagaan
berupa seksi pada dinas Kebersihan Kota Medan
b. Sudah tersedia Sarana dan parasarana pengelolaan sampah
berupa wadah, alat angkut dan TPA.
c. Tenaga kerja sudah tersedia, baik tenaga muat maupun tenaga
penyapu jalan.
d. APBD Kota Medan yang cukup besar
e. Terdapat lembaga/institusi yang memfasilitasi pemasaran daur
ulang sampah yakni Dinas Pertanian, Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Badan Lingkungan Hidup.
2. Kelemahan (Weakness-W)
a. Masih sulitnya koordinasi antar instansi terkait.
b. Jumlah sarana dan prasarana masih kurang, baik alat angkut
maupun wadah pada sumber sampah serta kebutuhan lahan TPA
yang semakin terbatas.
c. Pengaturan tenaga kerja yang ada belum efektif
d. Kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam menjaga
kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah.
e. Pemerintah mengganggap permasalahan sampah belum menjadi
masalah prioritas, sehingga perencanaan pengelolaan belum
menjadi perhatian.
f. Keterbatasan anggaran.
3. Peluang (Opportunity-O)
a. Adanya keinginan dan kemauan dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kebersihan, hal ini diindikasikan
berdasarkan kuisioner yang disampaikan pada masyarakat 96.97
% berkeinginan mendapatkan pelayanan pembuangan sampah.
b. Persepsi masyarakat yang baik tentang sampah, hal ini terlihat
bahwa masyarakat sudah menyadari dampak yang ditimbulkan
oleh sampah, dimana 100 % menyatakan bahwa sampah
menimbulkan bau, 84,84 % menyatakan sampah dapat
menimbulkan pencemaran air, 90.91% menyatakan sampah
merupakan tempat berkembang biaknya bibit penyakit, 87.88 %
menyatakan
bahwa
sampah
mengganggu
pemandangan/keindahan dan 48.48 % menyatakan bahwa
sampah dapat mencemari tanah. Dengan demikian masyarakat
menyatakan bahwa pembangunan tempat pembuangan akhir
harus berada jauh dari pemukiman masyarakat.
c. Tingkat partisipasi masyarakat yang baik, dimana berdasarkan
kuisioner yang dsampaikan kepada masyarakat bahwa 81.81%
rumah tangga telah memiliki tong sampah, 96.77% bersedia
membayar retribusi.
77 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
78 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
2.
memanfaatkan
kekuatan
untuk
LAPORAN AKHIR
4.7
Alternatif Kebijakan
80 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
BAB
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:
1.
2.
81 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
3.
4.
82 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
5.2
Rekomendasi
Tabel V.1
Matriks Kondisi Pengelolaan Sampah dan Permasalahan Pengelolaan Sampah
serta Rekomendasi Model Pengelolaan
No.
1.
Aspek
Pengelolaan
Sampah
Kelembagaan/
Pemerintah
Kondisi Existing
Permasalahan
Rekomendasi
2.
Hukum dan
Peraturan
3.
Undang-Undang Nomor 32
Tahun 1992 tentang
Kesehatan dan UndangUndang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah
Daerah
83 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Masyarakat Rumah
Tangga (RT)
Kesadaran masyarakat
Kota Medan yang masih
sangat kurang dalam
menjaga kebersihan
lingkungan dan
pengelolaan sampah dan
masih adanya persepsi
bahwa yang menjaga
kebersihan kota adalah
tanggungjawab Dinas
Kebersihan dan belum
menjadi tanggungjawab
bersama.
Perilaku masyarakat yang
masih melakukan praktekpraktek berikut:
Membuang sampah di
sungai
Membuang sampah
dipinggir jalan yang
sepi penduduk
Membuang sampah di
lahan-lahan kosong di
sekitar pemukiman
Membuat tempat
sampah permanen,
kemudian dibakar
setelah penuh dibuang
kelahan kosong
sebagai penimbun
tanah
Membuang sampah ke
parit atau selokan.
84 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Sekolah
85 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Perkantoran (swasta
dan pemerintah)
Masih rendahnya
kesadaran dalam
mengurangi produksi
sampah
Kegiatan Komersil
86 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Jika berdasarkan
perhitungan, pengadaan
wadah yang ideal untuk
mengumpulkan 10,76
ltr/hr/kk sampah maka
dibutuhkan sebanyak
132.675 unit wadah
sampah yang ideal (asumsi
kapasitas wadah 80 ltr
untuk 3-4 KK)
Pewadahan
Pola Individual
Tersedianya wadah
Terbatas pada kegiatan
Komersil
Bahan terbuat dari
besi dan terbuka,
sementara pewadahan
dipasar tradisional tidak
semua ada
LAPORAN AKHIR
Pemilahan dan
Pengolahan
Pemilahan dilakukan di
sumber timbulan pada
musim tertentu (Perayaan
hari-hari besar agama/
kegiatan keramaian ) oleh
pemulung
Pemilahan dilakukan
setelah sampai di TPA
Pengolahan sampah
plastik fit oleh masyarakat
Pengumpulan dilakukan
sekaligus ketika mau
diangkut ke TPA, dengan
pola individual langsung
Pelaksananya adalah
petugas kebersihan yang
dikoordinir melalui
kecamatan dan kelurahan
Periodisasi pengangkutan
sampah kegiatan
komersial selain pasar
tradisional adalah 2 kali
sehari dan pasar
tradisional 1 kali sehari
Jumlah alat angkut yang
Periodesasi pengangkutan
sampah dipasar tradisional
tidak sesuai dengan
komposisi sampah yang
sebagian besar sampah
organik sehingga
menimbulkan bau busuk,
mengurangi keindahan
dan tempat
berkembangnya lalat
sebagai pembawa bibit
penyakit
88 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
6.
Tempat
Pembuangan Akhir
(TPA)
Maksimalkan penggunaan
fasilitas dan tenaga kerja yang
sudah dimiliki saat ini
Bertambahnya jumlah
produksi sampah seiring
bertambahnya jumlah
penduduk kota Medan dari
tahun ke tahun
Pengolahan sampah
menggunakan sistem open
dumping (sistem terbuka)
sampah ditumpuk tanpa
ada perlakuan apapun
89 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN AKHIR
Sofian. 2007. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-03-3241-1994 tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Badan Standar Nasional
(BSN)
Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-03-3242-1994 tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah di Permukiman, Badan Standar Nasional (BSN).
Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Badan Standar Nasional (BSN)
Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-19-3964-1994 tentang Metode
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan, Badan Standar Nasional (BSN)
91 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
92 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
L A M P I R A N
93 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Lampiran. 1
Diagram Prinsip Model Pengolahan Sampah yang akan Dikembangkan:
94 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
Lampiran. 2
1.
95 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
2.
96 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
3.
97 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
4.
5.
98 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
99 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
LAPORAN AKHIR
100 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan