You are on page 1of 44

1

LAPORAN TUGAS ENERGI DAN PERAWATAN BANGUNAN

TEKNOLOGI HIJAU (GREEN TECHNOLOGY) PADA


DAERAH TROPIS
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
AGUNG PRATAMA

120160023

MUHAMMAD HARIS

120160005

PUTRI SETIANINGSIH

120160070

SEPTI RYANI SARI

130160067

Dosen Pembimbing

MUHAMMAD IQBAL, S.T.,M.Sc.

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2015/2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Energi dan Perawatan Bangunan yang berjudul
Teknologi Hijau (Green Technology) Pada Daerah Tropis. Salawat beriring
salam tidak lupa kami sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari banyak kendala dan
hambatan yang penyusun jumpai. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu yang
dimiliki kami. Namun demikian, berkat rahmat dan hidayah Allah swt, dan berkat
bantuan semua pihak, akhirnya laporan ini dapat kami selesaikan. Izinkan kami
mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
Bapak Muhammad Iqbal,S.T.,M.Sc. selaku Dosen Pengampuh Mata
Kuliah Energi dan Perawatan Bangunan yang telah banyak meluangkan
waktu serta tenaganya, untuk memberikan bimbingan dan petunjuk serta
arahan dalam penyusunan laporan ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan laporan
ini. Namun kami menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Harapan penyusun mudah-mudahan laporan ini dapat berguna bagi
mahasiswa Universitas Malikussaleh, Kota Lhokseumawe umumnya dan
mahasiswa Jurusan/Program Studi Arsitektur khususnya.
Lhokseumawe, September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................5


1.1.

Latar Belakang ...........................................................................5

1.2.

Produksi Minyak Dunia .............................................................7

1.3.
1.4.

Kebutuhan Energi Dunia ............................................................8


Agenda Abad 21 Dunia ..............................................................11

BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................14


2.1. Apa Itu Teknologi Hijau ..................................................................14
2.2. Konsep Teknologi Hijau ..................................................................15
2.3. Teknologi Ramah Lingkungan .........................................................16
2.4. Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan .......................25
2.4.1. Semen Akan Tergantikan .......................................................25
2.4.2. Limbah Batu Bara ..................................................................27
2. 4. 3 Keramik Ramah Lingkungan .................................................28
2.4.4. Atap Baja Ringan....................................................................29
2.4.5. Semen Dari Sampah ...............................................................31
2.4.6. Kusen Cor...............................................................................33
2.4.7. Pintu Geser..............................................................................34
2.4.8. Dinding Styrofoam..................................................................35

BAB III. PENUTUP ................................................................................................38


3.1.

Kesimpulan.......................................................................................38
3.1.1. Energi ..................................................................................38
3.1.2. Pembangunan .....................................................................39

3.2.

Kritik dan Saran ...............................................................................40

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................41

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Dewasa ini, sudah begitu banyak teknologi yang telah ditemukan para ahli

yang tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Teknologi-teknologi


tersebut, bermanfaat bagi seluruh sektor kehidupan. Seperti industri, transportasi,

edukasi, dan lain-lain. Adanya keterbatasan dan rasa keingintahuan, memicu


perkembangan teknologi yang sangat cepat. Teknologi yang telah ditemukan saat
ini, beberapa diantaranya sudah ramah lingkungan, namun masih terdapat
teknologi yang belum memperhatikan dampak yang ditimbulkan pada lingkungan.
Selain itu, masih adanya teknologi yang menggunakan SDA yang tidak dapat
diperbarui. Apabila teknologi ini terus digunakan, pasti akan menghabiskan SDA
tersebut tanpa dapat diperbarui.
Pembangunan modern sangat menggantungkan kepada material nonorganik yang diproduksi melalui proses kimiawi dan pembakaran, seperti halnya
semen, keramik, kaca, baja, dan sebagainya. Proses pembuatan material
memerlukan energi yang sebagian besar bersumber dari energi fosil.
Pengangkutan dan pekerjaan. konstnuksi di lapangan memerlukan peralatan dan
teknologi yang hampir seluruhnya digerakkan dengan energi fosil. Penggunaan
energi fosil mengemisi CO2 dalam jumlah besar. Karbondioksida merupakan gas
yang menimbulkan efek nutfah dan meningkatkan suhu bumi.
Tidak selamanya pembangunan modem selalu merusak alam. Beberapa
pembangunan dilakukan dengan cermat untuk tidak merusak alam. Konsep
pembangunan berkelanjutan merupakan cara modern untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia di alam raga. Teknologi hijau untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan mulai banyak dikembangkan di berbagai negara
dunia.
Konsep kembali ke alam (back to nature) merupakan suatu konsep
kehidupan yang menghormati eksistensi alam, menyesuaikan dan menyeleraskan
diri dengan alam, meminimalkan pembangunan atau aktifitas yang menyebabkan
perubahan fisik alam. Nenek moyang kita telah memberi contoh bijaksana agar
manusia lebih mau tunduk kepada alam, bukan menguasai dan memperlakukan
alam sekehendak hati. Teknologi tradisional yang diterapkan dalam pembangunan
sejumlah karya arsitektur tradisional terbukti mampu melestarikan alam, tidak

merubah tatanan alam termasuk iklim lokal dalam kurun waktu lama hingga
berabad-abad.
Keberlanjutan

merupakan

usaha

manusia

untuk

mempertahankan

eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan


lingkungan di mana mereka tinggal. Keberlanjutan terkait dengan aspek
lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya dan
kelembagaan. Meskipun demikian dalam pembahasan ini, hanya aspek
lingkungan dan energi yang lebih diberi penekanan.
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, berbagai acuan, alat ukur, dan
standar banyak dirumuskan di negara-negara maju untuk mengukur tingkat
keberlanjutan suatu rancangan kawasan dan bangunan. Di antara sistem penilaian
(rating) yang cukup sering digunakan adalah NABERS ( the National Australian
Built Environment Rating System) dan LEED (Leadership in Energy and
Environmental Design) yang dikembangkan oleh Green Building Council,
Amerika Serikat sejak tahun 1994. Nabers digunakan untuk merating bangunan
yang sudah dibangun (eksisting). Penilian dilakukan terhadap konsumsi energi
dan air, serta kualitas dan kenyamanan udara di dalam bangunan. Semakin rendah
konsumsi energi per-meter persegi per-tahun, semakin rendah konsumsi air perindividu, serta semakin baik kualitas udara dan tingkat kenyamanan di dalam
bangunan, maka semakin tinggi tingkat keberlanjutan bangunan. Sementera
LEED digunakan untuk menilai bangunan atau lingkungan binaan, baik dari tahap
pra-rancangan maupun sudah terbangun. Parameter yang digunakan LEED lebih
bervariasi dibanding NABERS. Di antara tolok ukur (parameter) yang digunakan
dalam LEED untuk merating tingkat keberlanjutan suatu bangunan atau
lingkungan binaan adalah: aspek pemilihan tapak, pengolahan tapak (termasuk
peningkatan kualitas tapak), konsep pedestrian, konsep transportasi kawasan,
konservasi air, konservasi energi (hemat energi dari sumber BBM), energi
terbarukan, penggunaan material yang berkelanjutan (renewable, re-use, re-cycle),
material penutup tanah yang berpori, material yang rendah memberikan efek heat
island (roof garden, green paving), penggunaan material bangunan yang sehat

yang tidak mengkontaminasi lingkungan. Pembangunan berkelanjutan terkait


dengan aspek fisik , ekonomi dan sosial-budaya. Dalam konteks fisik,
pembangunan berkelanjutan memerlukan seperangkat strategi yang terkait dengan
sejumlah aspek. Pembangunan perlu mempertimbangkan pemilihan dan
pengolahan tapak yang tidak menimbulkan masalah lingkungan di tempat
pembangunan berlangsung, serta tempat lain yang dipengaruhi oleh pembangunan
tersebut. Pembangunan perlu mempertimbangkan transportasi kawasan agar
pengunaan

kendaraan

bermotor

diminimalkan.

Pembangunan

harus

mempertimbangkan konservasi air, penghematan energi, pemanfaatan energi


terbarukan, serta penggunaan material sehat dan berkelanjutan (renewwable, reuse
atau recycle). Pembangunan berkelanjutan harus mampu mencegah terjadinya
banjir, mampu meminimalkan efek heat island. Dalam konteks sosial-budaya,
pembangunan harus didukung oleh perilaku warga masyarakat yang tanggap
terhadap konsep keberlanjutan.
1.2.

PRODUKSI MINYAK DUNIA


Sejak ditemukan sumber cadangan minyak sekitar tahun 1980-an dan

dieksploitasi secara besar-besaran, produksi minyak dunia dari tahun ke tahun


cenderung semakin menurun. Situasi seperti ini, kedepan akan menyebabkan
terjadinya peningkatan harga karena ekstraksi minyak yang semakin mahal dan
peningkatan harga minyak global cenderung terus meningkat sampai pada titik
ekuilibrium antara pasokan dan kebutuhan terpenuhi.
Pertumbuhan Industrialisasi di China khususnya di bidang otomotif
dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, turut mendorong dan memberi
beban dan dampak tersendiri akan kebutuhan energi minyak dunia semakin
bertambah meningkat. Disamping itu juga, penyebab peningkatan permintaan
energi minyak secara global juga dipicu oleh pertumbuhan ekonomi India.

Gambar 1.1. Kebutuhan Energi Dunia


1.3.

KEBUTUHAN ENERGI DUNIA


Kebutuhan energi listrik global dari tahun ke tahun menunjukkan

gejala semakin meningkat tajam. Peningkatan kebutuhan energi listrik tersebut


sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan pesatnya
perkembanganteknologi di sektor industri. Sampai saat ini masalah kebutuhan
energi dunia masih banyakdidominasi oleh energi yang bersumber dari bahan
bakar fosil.
Ditinjau berdasarkan region, tingkat produksi minyak dunia banyak
didominasi negara-negara Timur Tengah. Kemudian diikuti oleh kelompok negara
dari Region Eropa-Eurasia (Eurasia termasuk negara-negara pecahan Uni Soviet),
Amerika Utara dan Afrika.
Pemanfaatan dan penggunaan sumber energi dari bahan bakar fosil, seperti
minyak bumi, gas dan batubara, yang berasal dan diambil dari perut
bumi secara terus-menerus, tiada henti secara alamiah jumlahnya menjadi
semakin menipis dan terbatas. Karena permintaan kebutuhan yang terus
meningkat, sedangkan jumlah produksi semakin menurun, sehingga secara tidak
langsung pengaruh harga menjadi semakin mahal dan tidak ekonomis.
Dampak dari penggunaan energi dari bahan fosil, yakni mulai dari proses
penyediaan, pengolahan, transportasi dan hingga sampai pada penggunaan,

terutama terkait dengan masalah penggunaan energi di sektor transportasi, sampai


saat ini masih memanfaatkan sumber energi dari bahan fosil, sehingga menjadi
beban bagi masalah konservasi dan kemampuan daya dukung lingkungan
sekitar atau global.
Dampak terhadap masalah lingkungan, yaitu terutama terkait dengan
masalah perubahan iklim (climate change) dan efek gas rumah kaca (green house
effect gasses) yang ditimbulkan akibat penggunaan energi fosil.
Pergeseran dan perubahan cara pandang negara-negara di dunia mulai
mengalihkan dan cenderung mengurangi penggunaan energi dari bahan bakar fosil
dan mengalihkan perhatiannya pada pemanfaatan sumber energi terbarukan
(renewable energy source) sebagai sumber energi pengganti masa depan ramah
lingkungan.
Tabel 1 Kebutuhan energi primer dunia sampai tahun 2030.
Million ton minyak ekivalen (Mtoe)

Pertumbuha
n

rata-

Energi
Coal
Oil
Gas
Nuclear
Hydro
Biomass

1980
1,785
3,107
1,237
186
148
765

2004
2,773
3,940
2,302
714
242
1,176

2010
3,354
4,366
2,686
775
280
1,283

2015
3,666
4,750
3,017
810
317
1,375

2030
4,441
5,575
3,869
861
408
1,645

rata/tahun
2004-2030
1,8%
1,3%
2,0%
0,7%
2,0%
1,3%

and Waste
Other

33

57

99

136

296

6,6%

7,261

11,204

12,842

14,071

17,09

1,6%

renewable
s
Total

5
Berdasarkan data yang dari badan energi dunia (International Energy
Agency-IEA),

bahwa

permintaan

kebutuhan

energi

dunia menunjukkan

10

angka peningkatan yang sangat tajam. Hingga tahun 2030 permintaan energi
dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6%
per tahun. Kebutuhan paling banyak permintaan kebutuhan energi dunia sekitar
80% masih didominasi dan dipasok dari bahan bakar fosil.

Gambar 1.2. Kebutuhan Global Energi Dunia sampai 2100


Peningkatan

kebutuhan energi bahan

bakar

fosil ditandai

dengan

menempatkan posisi batubara pada urutan ke kedua tertinggi sebagai pemasok


sumber energi setelah minyak. Pemakaian batubara diperkirakan mengalami
peningkatan tiga kali lipat hingga 2030. Sebesar 97% pemakaian batubara adalah
non OECD (Organisation for Economic Co-Operation and Development) dengan
China mengkonsumsi dua pertiga terbesar di dunia. Posisi ketiga setelah batubara,
pasokan energi dunia secara berurutan disumbang oleh gas, biomasa,
nuklir, hydropower dan sumber energi terbarukan.

1.4.

AGENDA ABAD 21 DUNIA


Di

abad

arah pemikiran

ke21, visi

kebijakan pembangunan

yang berkelanjutan, dimulai

sejak

mulai

bergeser

1960-an

ke

melalui

berbagai upaya pemikiran yang terusberkembang dan berubah di dunia pada saat
itu. Kebijakan konsep pembangunan yang bersifat ekspansif diupayakan berubah

11

seperti yang tertuang dalam konsep kesepahaman agenda abad 21 global, yakni ke
arah pembangunan

yang memikirkan

asas

pembangunan

berkelanjutan

(sustainable development), yakni pembangunan yang memperhatikan kebutuhan


saat ini tanpa mengurangi hak bagi pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.

Gambar 3: Tiga Pilar Konsep Pembangunan Berkelanjutan


Konsep
memikirkan

kebijakan pembangunan

dan

berkelanjutan hendaknya

memprioritaskan 3 pilar aspek

pembangunan yang mengutamakan

dan

penting,

memikirkan aspek

ekonomi,

yaitu
sosial

dan tidak mengabaikan dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan (ekologis).


Gambar 3 memperlihatkan ciri-ciri dari konsep pembangunan berkelanjutan.
Tabel

2.

Pemikiran-pemikiran

tentang

syarat-syarat

pembangunan berkelanjutan.
Aspek

Brundtland,

ICPQL(*)

Becker, F. Et al

Ekonomi

GH. 1987
Pertumbuhan

1996
Ekonomi

1997
Ekonomi

ekonomi untuk kesejahteraan

kesejahteraan

pemenuhan
kebutuhan
Lingkunga

dasar
Lingkungan

untuk generasi lingkungan yang adalah

Keseimbangan

Lingkungan
dimensi

proses

12

sekarang
Sosial

dan sehat

sentral

mendatang
Pemenuhan

Keadilan

kebutuhan

kesetaraan jender, proses

dasar

rasa

dalam

proses social
sosial, Penekanan pada
aman, pertumbuhan

bagimasyarakat menghargai
diversitas budaya

sosial

yang

dinamis,
keadilan

sosial

dan kesetaraan
ICPQL: Independent Commission on Population and Quality of

(*)

Life (UN Educational, Scientific and Cultural Organization).


Ekonomi Kesejahteraan merupakan pertumbuhan ekonomi yang ditujukan
untuk kesejahteraan semua anggota masyarakat, dan dapat dicapai melalui
teknologi yang inovatif berdampak minimum terhadap lingkungan. Lingkungan
Berkelanjutan merupakan etika lingkungan non antroposentris yang menjadi
pedoman hidup masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakan kelestarian
dan keseimbangan lingkungan, pentingnya peranan konservasi sumberdaya alam,
dan mengutamakan peningkatan kualitas hidup non material. Keadilan Sosial,
merupakan perwujudan dari nilai-nilai keadilan dan kesetaraan akses terhadap
sumberdaya alam dan pelayanan publik, menghargai diversitas budaya dan
kesetaraan jender.

Gambar 4: Tahapan Pembangunan Berkelanjutan

13

Senyampang dengan tingginya disparitas sosial di masyarakat dan


kerusakan lingkungan karena perilaku di sektor industri tanpa didukung
kemampuan teknologi yang berwawasan lingkungan, sehingga semakin
mempercepat parahnya kerusakan lingkungan seperti semakin meningkatnya efek
pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca. Dengan situasi dan kondisi
tersebut, maka masalah yang menyangkut isuisu Green Energy menjadi
prioritas penting dalam upaya mendukung konsepkonsep seperti teknologi hijau
(Green

Technology),

industri

hijau

(Green

Industry), Corporate

Social

Responsibility(CSR), dan EcoIndustrial Park (EIP) telah banyak dikembangkan


dan diterapkan oleh banyak negara, baik di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Paradigma pembangunan Indonesia sebelum dicetuskannya konsep
pembangunan berkelanjutan adalah hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi
semata, yakni pembangunan tanpa mempertimbangkan aspek-aspek penting
lainnya, seperti aspek keseimbangan ekologi, aspek keadilan sosial, aspek aspirasi
politis dan sosial budaya dari masyarakat setempat.

BAB II
PEMBAHASAN
APA ITU TEKNOLOGI HIJAU ?
Teknologi lebih bermakna sebagai penerapan pengetahuan untuk tujuan
praktis. Sedangkan teknologi hijau adalah teknik untuk menghasilkan energi
dan/atau produk yang tidak mencemari atau meracuni lingkungan hidup.
Teknologi hijau masih terus dikembangkan hingga saat ini. Untuk masa datang,
teknologi hijau merupakan suatu bidang yang akan melahirkan banyak inovasi

14

dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Boleh dikatakan perkembangan


teknologi hijau ini dapat disejajarkan dengan ledakan teknologi informasi
selama dua dekade terakhir ini.
Teknologi hijau merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian
atau keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Kelestarian atau keberlanjutan
(sustainabilitas) yang dapat diartikan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan
masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merusak sumber daya alam,
atau pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pada saat sekarang ini kesadaran masyarakat terhadap teknologi hijau
masih belum mencapai tahap yang memuaskan. Masih banyak kilang-kilang yang
mengeluarkan asap hitam yang membahayakan, penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor yang begitu mengkhawatirkan emisinya, sumberdaya alam
semakin banyak dimusnahkan, sungai-sungai yang kotor dan pelepasan karbon ke
udara yang semakin banyak.

Teknologi hijau adalah aplikasi sains alam sekitar untuk memelihara


sumberdaya alam serta mengelola dampak negatif akibat akitivitas manusia.
Teknologi hijau adalah teknologi rendah karbon dan lebih ramah lingkungan.
Apabila kita menggunakan teknologi hijau, kita menggunakan sumberdaya seperti
energi, air, dan sebagainya secara minimum untuk menghasilkan sesuatu produk.
Produk itu akan aman digunakan dan menyediakan lingkungan yang sehat dan
lebih baik untuk semua kehidupan. Ia juga menghemat energy dan sumberdaya
alam serta menggalakkan sumber-sumberdaya yang renewable. Tujuannya adalah
mengurangi penggunaan energy dan sekaligus meningkatkan pembangunan
ekonomi. Selain itu, teknologi hijau memastikan pembangunan lestari dan
memelihara sumberdaya alam untuk generasi mendatang serta meningkatkan
pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap teknologi hijau dan menyebar-

15

luaskan aplikasi teknologi hijau. Teknologi hijau juga mampu mengurangi emisi
karbon ke udara yang menyebabkan fenomena perubahan iklim global.
2.2. KONSEP TEKNOLOGI HIJAU
Difinisi dan pengertian konsep teknologi hijau (Green Technology
Concept) adalah mengacu pada pola pikir konsep pembangunan hijau (Green
Development), didalam ruang lingkup pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) yang mengandung arti sangat luas. Makna yang terkandung di
dalam

konsep

hijau tidak

hanya

terkait

dengan pembahasan

masalah pembangunan berkelanjutan saja, melainkan juga memperhatikan dan


mengedepankan

masalah

lingkungan

(ekologis). Di

samping

itu terkait

juga dengan pentingnya upaya penerapan suatu sistem yang terintegrasi, holistik,
dan perilaku hemat energi.

Gambar 5. Konsep Diklat Teknologi Hijau


Hakikat

di

dalam konsep hijau dapat

berupa

infrastruktur,

perencanaan, dan sistem dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki hubungan dan
kedekatan dengan ekosistem, di mana energi yang berasal dari dukungan sumber
daya alam dimanfaatkan secara efisien, dimana materi dimanfaatkan dari satu
entitas ke entitas yang lain dalam sistem siklus tanpa merusak lingkungan/alam
sekitar.

16

Di dalam konsep hijau, sumber daya dimanfaatkan secara efisien


mungkin. Teknologi hijau yaitu suatu konsep pemilihan dan penerapan teknologi
dengan mempertibangkan kemampuan daya dukung dari sumberdaya alam
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya sedikit
mungkin sehingga mengurangi limbah yang dihasilkan.
2.3. TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN
Berbagai jenis material dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil, misalnya energy surya (solar = matahari), energy
air, energy angin, hidrogen, dan bioenergi dari kelapa sawit.
Energi Tenaga Surya adalah energi yang paling melimpah dibumi dan
belum banyak dimanfaatkan adalah energi panas matahari atau energi
surya. Indonesia merupakan Negara tropis yang beriklim panas dan lembab sepanjang
tahun, kita dapat memanfaatkan cahaya matahari pada waktu siang sebagai sumber
energy untuk menggantikan

energy listrik. Energi matahari dapat mengurangi

pencemaran udara dan dampak rumah kaca serta energinya dapat disimpan untuk
penggunaan eletrik pada waktu malam hari. Energi ini dapat dimanfaatkan untuk
penerangan umum dan lampu-lampu jalan raya. Energi dari Tenaga surya tidak

menghasilkan emisi dan sangat terbarukan, beberapa konsep arsitektur rumah


modern banyak yang menautkan dengan panel surya. Penggunaan panel surya
yang dapat mengubah energi panas matahari menjadi energi listrik juga sangat
membantu di daerah terpencil yang tidak mungkin terjangkau dengan energi
listrik lainnya.
Ada kelemahan dari panel surya ketika di gunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik secara masal. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik
secara masal maka dibutuhkan banyak sekali panel dan dibutuhkan area yang
sangat luas.

17

Tenaga angin adalah energi yang diekstraksi dari angin menggunakan


turbin angin untuk menghasilkan tenaga listrik, kincir angin untuk tenaga
mekanik, windpumps untuk memompa air, atau layar untuk mendorong kapal.
Tenaga angin sebagai energi alternatif ini sangat berlimpah dan terbarukan,
dapat didistribusikan secara luas, bersih, tidak menghasilkan emisi gas rumah
kaca dan dapat digunakan pada lahan kecil serta tidak memiliki efek terhadap
lingkungan.

18

Energi hidro berasal dari air yang mengalir, aliran air ini mengandungi
energy kinetic yang dapat diubah menjadi energy elektrik. Energi hidro dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Indonesia kaya dengan flora dan
fauna dan telah menjadi kawasan yang mempunyai cadangan air

yang

berkelanjutan. Hampir 90% daripada sumber energy yang diperbaharui berasal


dari sumber-sumber hidro. Bendungan dan waduk-waduk telah digunakan sebagai
prasarana hidro untuk menampung air sungai. Kebihan energy ini adalah murah
biayanya. Air juga dapat disimpan di dalam reservoir dan dapat digunakan pada
masa yang diperlukan serta tidak ada sisa buangan yang mengakibatkan
pencemaran. Energi ini juga lebih diyakini keunggulannya berbanding dengan
tenaga angin, matahari dan gelombang.

Hidrogen juga merupakan bahan penggantian untuk bahan bakar fosil.


Hidrogen dapat digunakan sebagai sejenis bahan bakar bagi kendaraan bermotor.
Hidrogen dibakar dalam system engine melalui kaidah yang serupa dengan kereta
petrol tradisional. Dalam penukaran sel bahan bakar, hydrogen bereaksi dengan
oksigen untuk menghasilkan air dan elektrik untuk menjalankan motor eletrik.
Kendaraan yang menggunakan hidrogen sebagai nahan bakar dapat mengurangi
emisi gas rumah kaca. Tetapi untuk mendapatkan bahan bakar hydrogen ini masih
sangat sukar kerana hidrogen diperoleh melalui reaksi termokimia yang
menggunakan gas alam, batubara,

gas alam cair, bioenergi, melalui proses

termolisis atau dihasilkan dari air melalui elektrolisis. Oleh karena itu, hidrogen
dikenali sebagai bahan bakar yang relative mahal mahal untuk mengurangi emisi
gas rumah kaca.

Biomassa dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis


yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau
untuk produksi industrial. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan

19

yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tapi dapat juga mencakup materi
tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau
panas. (id.wikipedia.org)
Biomassa menjadi sumber energi terbarukan jika laju pengambilan tidak
melebihi laju produksinya, karena pada dasarnya biomassa merupakan bahan yang
diproduksi oleh alam dalam waktu relatif singkat melalui berbagai proses
biologis. Ada tiga bentuk penggunaan biomassa, yaitu secara padat, cair, dan gas.
Dan secara umum ada dua metode dalam memproduksi biomassa, yaitu dengan
menumbuhkan organisme penghasil biomassa dan menggunakan bahan sisa hasil
industri pengolahan makhluk hidup.
Energi biomasa pada umumnya memiliki masalah berupa keberagamannya,
kandungan energi rendah dan tingginya kadar air. Masalah tersebut bisa diatasi
dengan teknologi pemadatan biomasa (biomass densification) menjadi pellet dan
briket dengan kualitas yang konsisten yakni standar dan stabil. Kriteria itu
meliputi kandungan energinya tinggi, kadar air rendah serta ukuran dan bentuk
yang homogen.

20

Biofuel (bahan bakar hayati) juga merupakan bahan bakar alternatif untuk
bahan bakar fosil yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat
dihasilkan secara langsung dari tanaman atau limbah industry, komersial,
domestik, atau pertanian. Ada tiga cara untuk menghasilkan biofuel yaitu sampah
organik (sampah domestik), fermentasi limbah basah (kotoran hewan)

atau

fermentasi tebu , jagung , dan kayu bakar hasil hutan. Biofuel menghasilkan
emisi karbon dioksida yang jauh lebih sedikit daripada bahan bakar fosil. Biofuel
dapat terurai dan sumber bahan buatan biofuel mampu mengurangi emsisi gas
rumah kaca.
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa
diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik
(padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang
cocok untuk sistem biogas sederhana.Disamping itu juga sangat mungkin
menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem
Biogas. Di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu,
tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya kedalam
system Biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di
sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut di atas berasal
dari bahan organik yang homogen.Jenis bahan organik yang diproses sangat
mempengaruhi produktifitas sistem biogas disamping parameter-parameter lain
seperti temperatur digester, pH, tekanan dan kelembaban udara.

21

Salah satu cara menentukan bahan organik yang sesuai untuk menjadi
bahan masukan sistem Biogas adalah dengan mengetahui perbandingan Karbon
(C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N.
Biopori atau yang biasa disebut dengan Teknologi Lubang Resapan
Biopori merupakan metode alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah,
selain dengan sumur resapan. Pemanfaatan Biopori ini akan membuat
keseimbangan alam terjaga, sampah organik yang sering menimbulkan bau tak
sedap dapat tertangani, disamping itu juga dapat menyimpan air untuk musim
kemarau. Selain itu kelebihan dari Biopori ini adalah memperkaya kandungan air
hujan, karena setelah diresapkan kedalam tanah lewat Biopori yang mengandung
lumpur dan bakteri, air akan melarutkan dan mengandung mineral mineral yang
diperlukan oleh kehidupan. Adapun tujuan (LRB) ini adalah agar air masuk
sebanyak mungkin kedalam tanah. Kelebihan LRB lainnya adalah selain
sederhana, alat ini sangat mudah digunakan oleh kaum perempuan.

22

Biopulping merupakan fenomena alam sering menjadi inspirasi bagi


peneliti untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan. Biopulping adalah salah
satunya yang meniru proses mikroorganisme pada proses pelapukan untuk
digunakan dalam tingkat industri. Alam sering memberi ide cemerlang bagi hidup
manusia dari proses pelapukan kayu, ranting, daun atau lainnya. Saat bahan-bahan
itu melebur, terjadi pembusukan yang membuatnya hancur bersama alam.Tak ada
sampah atau limbah. Bila ditelaah lebih detail, proses tersebut dimotori oleh
mikroorganisme. Mikroorganisma yang terdiri atas sejumlah mikroba membantu

23

proses pelapukan sehingga sampah alam itu terurai, kembali menjadi tanah berupa
humus.

Hasil kerja mikroorganisma yang sempurna tak menghasilkan polusi


tersebut memberi inspirasi pada para ilmuwan kita untuk memanfaatkannya dalam
sektor industri.Industri kertas dan pulp terkenal dengan limbahnya yang sulit
diatasi. Limbah ini berasal dari bahan kimia seperti soda api, sulfit dan garam
sulfida dalam proses penghilangan kandungan lignin. Bahan kimia inilah yang
dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan.
Proses penggunaan sulfur mencemari udara dan sudah dilarang di
sejumlah negara maju seperti Jerman. Pengolahan pulp yang ideal adalah
biopulping, yakni mengolah pulp dengan menggunakan bantuan mikroba.
Manfaat
Biopulping yang menonjol adalah penghematan energi dan pengurangan
pemakaian bahan kimia. Proses pembuatan bubur kayu alias pulp dan kertas biasa
dilakukan dengan memasak serpihan kayu, jerami atau ampas tebu, semuanya
menggunakan bahan kimia, tujuan proses ini untuk memisahkan komponen lignin.

24

Dalam biopulping, bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis


mikroba yang bias mengeluarkan enzim dan mendegradasi lignin, mikroba ini
adalah golongan jamur atau fungi pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam
bebas. Bahan pemutih kertas yang selama ini menggunakan bahan kimia seperti
klorit dan hidrogen peroksida dapat digantikan dengan enzim-enzim yang
dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa enzim yang sangat dikenal untuk
menguraikan lignin adalah manganese peroksidase, laccase dan lignin
peroksidase.

Beberapa teknik untuk pencapaian sustainabilitas tersebut, yang telah


banyak dikenal, antara lain :

Produk Daur Ulang yaitu penciptaan (siklus) produk-produk manufaktur


yang sepenuhnya dapat direklamasi atau digunakan kembali.

Inovasi teknologi hijau merupakan pengembangan teknologi alternatif


baik berupa bahan bakar fosil atau bahan kimia hasil dari budidaya
tanaman yang telah terbukti tidak merusak kesehatan dan lingkungan
hidup.

Menekan angka pencemaran karbon ke udara dengan mengurangi pengunaan


bahan bakar energi yang berasal dari fosil. Kita ketahui bersama sumber energi
fosil memiliki potensi yang terbatas dan menghasilkan dampak yang tidak baik
bagi lingkungan yaitu menghasilkan pencemaran karbon, hal ini akan berdampak
buruk bagi bumi apabila tidak diambil tindakan. Penerapan konsep Greentech
adalah untuk mengefisienkan tingkat penggunaan energi, mulai dari sistem
eksplorasi sumber energi, proses pengkonversian sumber tersebut menjadi energi
hingga terbentuknya energi yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Dengan adanya
efisiensi energi diharapkan pencemaran karbon dapat ditekan.

25

Solusi lain dari konsep Greentech adalah dengan mengganti sumber energi
dari fosil energi menjadi renewable energy atau energi terbarukan yang lebih
potensial, ramah lingkungan dan dapat diperbaharui kembali. Renewable energy
merupakan konsep utama dalam penerapan Greentech di bidang energi, beberapa
contoh Renewable energy antara lain :

Waste to Energy
Biomass Enegy
Hydro Energy
Wind Energy
Solar Energy

Contoh Penerapan di Indonesia :


a. Penggunaan tenaga air (Hydro power) sebagai sumber energi listrik
b. Penggunaan tenaga surya (Solar cell power) sebagai sumber listrik
c. Pemanfaatan biomassa menjadi biofuel untuk bahan bakar (limbah
tanaman jarak, tebu, ketela, jagung)
d. Pemanfaatan biogas dari limbah organik dan kotoran ternak sebagai
pengganti bahan bakar minyak tanah/kayu bakar
e. Pemanfaatan biogas sebagai pengerak generator gas untuk pembangkit
listrik.

2.4. TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN


Isu pemanasan global yang semakin marak dan sumber daya alam yang
semakin

menipis

memacu

masyarakat

di

dunia

berbondong-bondong

menggalangkan gerakan go green, tak hanya masyarakat umum, seorang arsitek


juga dituntut merancang bangunan yang tidak hanya nyaman dihuni namun yang
ramah lingkungan mulai dari desain hingga material bangunan itu sendiri. Berikut
ini saya akan memaparkan beberapa teknologi dari material bangunan yang ramah
lingkungan dan berasal dari bahan daur ulang.
1.

Semen Akan Tergantikan

26

Sekitar tahun 1970, Ilmuan asal Australia, Joseph Davis menemukan


material serupa semen pada struktur mineral di Piramid. Temuannya itu diberi
nama Geopolimer. Nama itu diberikan karena materialnya merupakan campuran
dari bahan-bahan alam non organik yang dibuat lewat proses polimerisasi.
Didalamnya, terdapat kandungan unsur silikon dan alumunium.

Material ini mirip semen, tapi lebih ramah lingkungan. Berdasarkan


penelitian oleh sejumlah ahli di Australia, proses pembuatan geopolimer tidak
memerlukan energi yang besar sebagaimana pembuatan semen pada umumnya.
Pembuatan geopolimer mampu mengurangi emisi gas rumah kaca, karena
hanya membutuhkan sekitar 60 derajat celcius untuk menghasilkan beton yang
berkualitas. Selain itu, material ini juga bisa dibuat dari abu layang batubara,
sehingga tidak menghasilkan gas kabon dioksida yang menyebabkan efek rumah
kaca.

27

Sebagai elemen material bangunan, geopolimer memiliki beberapa


keunggulan dibanding produk semen lainnya, yakni kekuatan dan daya tahannya
yang tinggi. Maka tak heran jika kedepannya, semen yang notabenenya merusak
lingkungan akan mulai berganti dengan pemakaian material polimer yang hemat
energi dan ramah lingkungan.
2.

Limbah Batu Bara

Teknologi tidak diciptakan hanya untuk mereka yang berduit dan hidup di
perkotaan

yang

gemerlap.

Berkat

teknologi,

masyarakat

bawah

bisa

memanfaatkan limbah pembakaran batu bara untuk bahan bangunan bernilai


ekonomis tinggi.

28

Fly ash merupakan sisa pembakaran batu bara. Dengan mengenalkan


teknologi pengolahan fly ash, bahan tersebut dapat digunakan kembali dan
memiliki nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat sekitar. Fly Ash ini dibuat
menjadi paving block yang siap dipasarkan ke berbagai daerah.

3.

Keramik Ramah Lingkungan


Bahan

bangunan

yang

ramah lingkungan kini semakin


populer dijadikan alternatif untuk
membangun gedung atau sarana
yang lebih aman bagi lingkungan.
Permeable Ceramic Paving (PCP)
adalah salah satunya.

Bahan yang dapat meresapkan air ini adalah keramik porous yang berguna
untuk meningkatkan cadangan air bawah tanah serta dapat digunakan sebagai
sistem drainase di lingkungan pemukiman di perkotaan.
Didasarkan pada konsep pembuatan keramik, PCP dibentuk oleh
campuran bahan agregat, bahan pengikat, dan bahan pelebur.Warnanya pun dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan keindahan.

29

Teknologi pembuatan PCP ini adalah mengatur jumlah dan ukuran butir
agregat serta menggunakan bahan pelebur. PCP ini pun memiliki keunggulan lain
yaitu lebih tahan cuaca dan tidak licin.
Dalam membangun taman atau tempat parkir yang ramah lingkungan
dapat digunakan material yang mampu menyerap air, sehingga dapat
meningkatkan cadangan air tanah dan sekaligus berguna sebagai sistem drainase
lingkungan.
Keunggulan Inovasi:
a. Memakai teknologi bersih.
b. Daur ulang bahan limbah ke dalam bentuk lain yang memiliki kegunaan dan
c.
d.
e.
f.

nilai tambah lebih tinggi


Dapat menyerap dan meloloskan air ke dalam tanah
Indah karena dapat dibuat dalam berbagai warna
Tahan terhadap cuaca
Tidak licin

Potensi Aplikasi:
Dapat diaplikasi industri konstruksi untuk pembangunan: Sarana jalan
setapak, taman kota, lapangan parkir dan sarana umum lainnya, halaman/tempat

30

parkir pada gedung-gedung perkantoran, lokasi wisata, lantai hydrophonic green


house.
4.

Atap Baja Ringan

Mengganti konstruksi atap kayu dengan material baja ringan dan genteng
metal adalah langkah tepat, karena dengan mengganti material kayu dengan
material alternatif ini berarti kita juga telah membantu menyelamatkan hutan dan
mencegah terjadinya bencana alam.material ini memang sangat ringan. Bobotnya
per meter persegi hanya sekitar 12 kg dibandingkan dengan rangka kayu yang
bobotnya sekitar 40 kg/m2.Baja ringan merupakan baja mutu tinggi yang
memiliki sifat ringan dan tipis, namun memiliki fungsi setara baja konvensional.
Baja ringan termasuk jenis baja yang dibentuk setelah dingin (cold form
steel).Meskipun tipis, baja ringan memiliki kekuatan tarik yang tinggi yaitu
sekitar 550 MPa, sementara baja biasa sekitar 300 MPa. Ketebalan baja ringan
untuk atap ringan yang beredar sekarang ini berkisar dari 0,4 mm 1mm.laupun
ringan tapi Anda tidak perlu khawatir karena material berbahan baku zincalume
atau galvalume ini daya tahannya lebih unggul dibandingkan material kayu. Selain
itu kecepatan dalam perakitan (20-30 m2/hari) dengan tenaga kerja yang lebih
sedikit akan memberikan nilai ekonomis sehingga dapat menekan biaya
pembangunan.
Kelebihan & Kekurangan Menggunakan Konstruksi Baja Ringan
Perkembangan Teknologi membawa perubahan yang baik dan benar terhadap
kemajuan di bidang konstruksi dan pembangunan infrastruktur.Perkebangan ini
sangat membantu alam dan ekosistimnya yang terus menerus diperas habis oleh
manusia untuk kepentingan individualis.Berbagai contoh dapat kita temui seperti
penggunaan kayu sebagai bahan dasar konstruksi rumah, furniture dan mebel serta
accessories yang berkaitan dengan bahan dasar tersebut ternyata membutuhkan
kayu-kayu yang bagus dan baik.Kayu yang bagus tersebut ternyata juga berasal
dari pohon-pohonan yang juga berfungsi sebagai paru-paru dunia karena dapat
mendaur ulang polusi-polusi yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri.Maka kita

31

dapat sedikit bersyukur bahwa beberapa teknologi baru dapat membantu


mengurangi penggundulan Hutan yang merupakan paru-paru dunia ini.Hal ini
terlihat pada perkembangan penggunaan bahan konstruksi atap yang saat ini lebih
banyak menggunakan rangka atap dengan bahan dasar baja ringan dan bukan lagi
menggunakan bahan dasar kayu. Perkembangan pada bidang ini sebenarnya sudah
lama dilakukan oleh para ahli konstruksi, tetapi pada waktu sebelumnya
masyarakat belum mengenal atau belum memperdalam pengetahuan akan
konstruksi baja ringan yang ternyata mempunyai sifat lebih efisien daripada
menggunakan bahan dasar rangka kayu sebagai penopang konstruksi atap rumah
mereka.
Setiap bahan konstruksi yang digunakan pada rumah anda pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangannya baik dari kekuatan, estetika bentuk atau
hal lainnya. Seperti halnya dalam penggunaan rangka atap baja pada rumah anda.
Konstruksi baja ringan ini sudah mengalami uji coba dan penelitian yang
dilakukan oleh para ahli bertahun-tahun dan telah lolos uji kekuatan serta lolos
pengujian hal-hal lainnya yang berhubungan dengan keselamatan manusia. Jika
kita perbandingkan dengan struktur atap konvensional yaitu rangka atap dengan
bahan dasar kayu, maka penggunaan rangka atap baja ringan akan mempunyai
perbandingan yang berbeda dari segi cara pandang setiap penggunanya, mungkin
bisa dikatakan tergantung akan lokasi dan biaya produksi untuk mendatangkan
material tersebut. Kelemahan atap baja ringan dibandingkan dengan konstruksi
atap kayu seperti dalam hal terhadap suhu yang cenderung menyerap panas lebih
banyak dibandingkan dengan kayu dan hal itu juga bergantung terhadap lokasi
rumah, yaitu pada daerah iklim tropis atau bukan tropis.
5.

Semen Dari Sampah

Sampah yang dapat dimanfaatkan untuk membuat semen yaitu semua jenis
sampah kecual plastik dan logam, terutama jenis sampah organik.

32

Sampah dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan semen karena


sampah menghasilkan abu dan endapan yang mengandung senyawa-senyawa
dalam pembentukan semen biasa.Yaitu, senyawa-senyawa oksida seperti CaO,
SiO2, Al2O3, dan Fe2O3.Salah satu contoh kandungan abu sampah seperti pada
kandungan abu sekam padi dari limbah pertanian.
Kelebihan& Kekurangan Semen Dari Sampah
Keuntungan ekonomis: Pengolahan semen dari sampah membutuhkan
biaya yang jauh lebih murah daripada biaya pengolahan semen biasa dengan
kualitas semen yang sama. Selain itu, pengolahan semen biasa membutuhkan CaO
dalam jumlah yang besar, yaitu 78 %, sedangkan pengolahan semen dari sampah
menghemat CaO yang dibutuhkan, yaitu hanya 20 % saja karena CaO hanya
berfungsi sebagai bahan tambahan. Hal ini mampu menghemat biaya produksi
hingga 38 %.
Dengan pengolahan sampah menjadi semen, pemda dan pemkot tidak
lagikebingungan memikirkan tempat yang luas yang digunakan sebagai tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah karena sampah langsung dibawa ke pabrik
semen untuk diproduksi menjadi semen. Selama ini, untuk tempat pembuangan
akhir sampah, kita memerlukan lahan yang luas, seperti salah satu TPA yang ada

33

di Jakarta, yaitu TPA Bojong yang membutuhkan lahan seluas 20 hektar untuk
membuang sampah dengan tumpukan sampah sebesar 8.000 m3 (2000) ton per
hari, belum lagi lahan TPA yang lain (Usman, 2007).
Keuntungan lingkungan: Selama ini, pembuangan sampah di TPA
menimbulkan masalah lingkungan yang baru. Mulai dari pencemaran udara,
tanah, dan air akibat rembesan cairan yang berada dalam tumpukan sampah.
Selain itu, pembakaran sampah secara biasa yang banyak dilakukan penduduk
menimbulkan masalah pencemaran udara karena menghasilkan gas dioksin dan
furan yang menyebabkan kanker. Bahkan, jika sudah terakumulasi di dalam tubuh
dapat menyebabkan seseorang meninggal. Namun, dengan memfungsikan
kembali incenerator yang ada di setiap pabrik untuk membakar sampah yang
kemudian diolah menjadi semen, pencemaran tersebut dapat diatasi.
Revitalisasi teknologi: Selama ini, setiap pabrik dan rumah sakit
menggunakan incenerator mereka hanya untuk mengolah limbah produksi
mereka. Dengan adanya pembuatan sampah dari semen, incenerator dapat
difungsikan dan dimanfaatkan kembali untuk membakar sampah yang dapat
menghasilkan abu untuk pembuatan semen. Jadi, pengolahan semen menjadi
sampah tidak membutuhkan biaya yang mahal karena tidak memerlukan peralatan
yang mahal. Peralatan yang dibutuhkan sudah ada, tinggal memfungsikannya
kembali.
Keuntungan ekologi: Pembuatan semen dari sampah mencegah dan
mengurangi kerusakan lingkungan karena selama ini pembuatan semen
menggunakan bahan baku CaO yang didapatkan dengan menambangnya dari
gunung-gunung kapur. Padahal, CaO merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui. Selain itu, penambangan gunung kapur secara terus menerus,
menimbulkan kerusakan lingkungan. Dengan mengganti bahan pokok semen
dengan abu sampah, kerusakan lingkungan dapat dicegah. Selain itu, pencemaran
udara, air dan tanah dapat diatasi sekaligus.
Sedangkan kelemahan semen dari sampah ini sebagai berikut :

34

Plastik vinil yang terdapat dalam sampah pada proses pembakaran dapat
mengakibatkan kekuatan konkrit semen akan berkurang. Hal ini diakibatkan oleh
adanya gas Cl2 hasil peruraian plastik vinil yang dapat mempengaruhi kekuatan
konkrit semen. Namun, kelemahan ini dapat diatasi dengan memisahkan plastik
vinil dari pembakaran. Plastik ini dapat digunakan untuk daur ulang pembuatan
bahan-bahan dari plastik lainnya.
6.

Kusen Cor

Berbagai

solusi

hunian

ramah

lingkungan

terus

dikembangkan.Penggunaan kayu mulai diminimalisir.Pasalnya, hutan di berbagai


belahan dunia, termasuk Indonesia semakin gundul. Kusen selalu erat dengan
kayu seperti kusen pintunamun kini telah hadir kusen cor. Kusen ini terbuat dari
campuran

adonan

koral,

semen

dan

pasir.Soal

kekuatan

tidak

usah

ditanyakan.Kusen cor ini lebih kuat ketimbang kusen kayu.Bicara model juga tak
kalah indah, dengan sentuhan tangan kreatif, kusen ini bisa ditempatkan untuk
rumah mewah.
Kelebihan & Kekurangan Kusen Cor.
Harganya yang murah membuat kusen jenis ini mulai banyak diproduksi
di beberapa wilayah pengarajin kusen.Namun, konsumen nampaknya masih raguragu menggunakan produk ini.Selain murah, kusen ini tentunya memiliki
kekuatan yang baik.Anti rayap dan tahan udara lembab.Tetapi kekurangan dari
kusen cor ini adalah pada beratnya.

35

7.

Pintu Geser

Saat ini, biasanya kepada orang-orang untuk memberikan pentingnya


dalam

menghemat

ruang

karena

tanah

terlalu

mahal

untuk

hanya

menggunakannya sembarangan jika Anda benar-benar dapat menggunakan


alternatif.Ayunan jenis pintu sangat umum sebelumnya, Anda masih bisa
mengamatinya di rumah tua atau besar tetapi pembangun rumah dapat
mengatakan bahwa ada lebih banyak orang yang memilih pintu yang dapat
menghemat ruang seperti pintu l geser.
Pintu geser adalah pintu yang dapat dibuka melalui meluncur itu ke
samping karena itu, tidak perlu spasi saat membuka tidak seperti jenis ayunan
yang Anda butuhkan cukup ruang sehingga Anda dapat sepenuhnya membuka
pintu.Meskipun memberikan keuntungan dalam menghemat ruang, juga memiliki
kekurangan.
Kelebihan & Kekurangan Pintu Geser
Keuntungan yang bisa Anda peroleh pada memiliki pintu geser ruang.
Seperti apa yang telah dinyatakan sebelumnya, tidak perlu jumlah besar ruang saat
membuka dan menutup.

36

Kelemahan dari pintu geser adalah bahwa ia hanya akan memberikan


visualisasi setengah pada saat membuka pintu. Jika Anda ingin melihat sisi lain,
Anda perlu untuk memindahkan pintu di sisi lain. Lain akan dengan mudah jatuh
dari jalur yang tergantung pada seberapa sering Anda membuka dan menutup
pintu..
8.

Dinding Styrofoam
Belakangan

muncul

sebagai alternatif dinding rumah


yang biasanya memakai batako
ataupun batu bata merah. Karena
indonesia termasuk yang rawan
gempa oleh karena

itu dinding

dari

patut

styrofoam

di

perhitungan untuk rumah daerah


gempa.
Selain itu,pertimbangan lain dengan alternatif daur ulang Limbah
Styrofoam ini , dapat membantu keseimbangan lingkungan karena limbah sampah
styrofoam bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Expanded Polystyrene (EPS) atau sejenis styrofoam. Bagian luar bahan
dilapis rangka galvanis dan zincalume .Panel yang berlapis ini berperan sebagai
material alternatif pangganti bata atau beton.Fungsi panel juga dapat mereduksi
temperatur bangunan.Bahan PU atau PIR ini dapat diuji dari density nya. Semakin
tinggi kepadatan, semakin baik menjadi insulasi dan tahan api.

37

Berikut perbandingan Dinding Styrofoam dan Dinding Batako / Bata merah


dari sisi biaya :
Dinding Styrofoam
1.
2.
3.
4.

Penghematan Waktu : 2 kuli = 1hari 9m


Penghematan Beban : 2 M =15 Kg
Penghematan Energi : Udara ruangan sejuk dan kedap suara
4. Penghematan Biaya : 2 kuli = Rp. 80.000 1hari terpasang dinding

Seluas 9 m. Harga
5. 2m= Rp.67.000
Dinding Bata Merah / Batako
1.
2.
3.
4.

1 tukang dan 1 kuli = 1hari 4 m


2 m = 36 Batako @ 10 kg = 360 Kg
Udara ruang panas dan bising
1 tukang, 1kuli = Rp. 90.000; 1hari terpasang dinding Batako / Bata merah
seluas 4m, Harga Batako 2m=Rp. 72.000

Fungsi Pemakaian Styrofoam Panel :


Styrofoam Panel adalah penyekat yang dapat dipergunakan untuk
a)
b)
c)
d)

Dinding Bangunan
Pelapis Lantai
Atap Bangunan
Artistik dalam ruanga

38

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Teknologi hijau (greentech) adalah pengembangan dan penerapan produk,
peralatan dan sistem yang digunakan untuk melestarikan lingkungan alam dan
sumber daya, yang meminimalkan dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas
manusia terhadap lingkungan.
Dari beberapa pengertian dari Green Technology yang ada, dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar pengertian dari Greentech adalah integrasi
antara teknologi modern dan ilmu lingkungan yang diaplikasikan untuk
melestarikan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa
depan tanpa merubah lingkungan dan sumber daya alam.

39

Teknologi hijau bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan caracara untuk menyediakan kebutuhan bagi manusia tanpa menyebabkan kerusakan
lingkungan atau pengurangan sumber daya alam yang cepat di planet bumi. Salah
satu

contoh

alternatif

teknologi

konvensional

yang

diterapkan

guna

mengaplikasikan konsep teknologi hijau adalah proses pendaur-ulangan sampah,


upaya ini dapat memberikan pengurangan yang signifikan terhadap efek negatif
pada lingkungan yaitu mengurangi jumlah limbah dan polusi yang dihasilkan dari
kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Prinsip utama pada Konsep Green Technology meliputi 3 hal yaitu :
1. Kenyamanan Sosial
2. Ekonomis
3. Ramah Lingkungan
Penggolongan Greentech dalam berbagai tipe disesuaikan dengan
penerapannya antara lain :
1. Energi
Menekan angka pencemaran karbon ke udara dengan mengurangi
pengunaan bahan bakar energi yang berasal dari fosil.
Renewable energy merupakan konsep utama dalam penerapan Greentech
di bidang energi, beberapa contoh Renewable energy antara lain :

Waste to Energy
Biomass Enegy
Hydro Energy
Wind Energy
Solar Energy

Penerapan di Indonesia :
a. Penggunaan tenaga air (Hydro power) sebagai sumber energi listrik
b. Penggunaan tenaga surya (Solar cell power) sebagai sumber listrik
c. Pemanfaatan biomassa menjadi biofuel untuk bahan bakar (limbah
tanaman jarak, tebu, ketela, jagung)
d. Pemanfaatan biogas dari limbah organik dan kotoran ternak sebagai
pengganti bahan bakar minyak tanah/kayu bakar
e. Pemanfaatan biogas sebagai pengerak generator gas untuk pembangkit
listrik

40

2. Bangunan
Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju
pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Poin terbesar dalam konsep
ini adalah penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.
Penerapan konsep design Green Building :
a. Meminimalkan penggunaan lampu dengan memanfaatkan cahaya alami
b. Meminimalkan penggunaan mesin pendingin ruangan dan air dengan
mengefektifkan design bangunan
c. Pengelolaan limbah closed cycle untuk gedung tempat tinggal
d. Menyediakan ruang terbuka hijau untuk tiap bangunan/gedung yang
dibangun
e. Penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan dan tahan lama.
3.2.

KRITIK DAN SARAN

Diharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang


berguna untuk memperbaiki makalah ini sehingga bermanfaat dalam pengetahuan
dan menambah wawasan. Jika ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon
maaf.
Wassalam.

41

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, C. 1979. The Timeless Way of Building, New York: Oxford University
Press.
Bacher, J. 2000. Petrotyranny, Toronto: Science for Peace/Dundern Press, 2000
Benholt-Thomson, Veronika, and Maria Mies. 1999. The Subsistence Perspective:
Beyond the Globalized Economy, London/NY: Zed Books.
Bill Mollison, 1997. Introduction to Permaculture, rev. ed. (Sisters Creek,
Tasmania: Tagari Publications.
Douthwaite, R. 1996. Short-Circuit: Strengthening Local Economies for Security
in an Unstable World, Dublin: Lilliput Press.
Greco, Thomas A. 1994. New Money for Healthy Communities, Tucson: Thomas
A. Greco Publishers.
Harrison, B. 1994. Lean and Mean: The Changing Landscape of Corporate Power
in the Age of Flexibility , New York: Basic Books.

42

Hawken, P. 1993. The Ecology of Commerce: A Declaration of Sustainability ,


New York: Harper Business.
Hayden, A. 1999. Sharing the Work, Sparing the Planet: Work, Consumption and
Ecology, Toronto: Between the Lines.
Hayden, D. 1984. Redesigning the American Dream: The Future of Housing,
Work and Family Life , New York: W.W. Norton.
Henderson, H. 1999. Beyond Globalization: Shaping a Sustainable Global
Economy, West Hartford CT: Kumarian Press.
Hough, M. 1995. Cities and Natural Process, New York: Routledge.
Jackson, T. 1996. Material Concerns: Pollution, Profit and Quality of Life ,
London/New York: Routledge.
Korten, D. 1999. The Post-Corporate World: Life After Capitalism , BerrettKoehler Publishers.
Kurtzman, J. 1993. The Death of Money: How the Electronic Economy Has
Destabilized the World's Markets and Created Financial Chaos, New York:
Little Brown and Co.
Lyle, John Tillman. 1994. Regenerative Design for Sustainable Development ,
New York: John Wiley.
Mander, Jerry and Edward Goldsmith. 1996. The Case Against the Global
Economyand for a turn to the local, San Francisco: Sierra Club Books.
Mollison, B. 1990. Permaculture, New York: Island Press, 1990
Morris, D. 2001. Seeing the Light: Regaining Control of Our Electricity System,
Minneapolis/Washington DC: Institute for Local Self-Reliance.
Murray, R. 1999. Creating Wealth From Waste, London: Demos.

43

Nicanor Perlas, 1991. Biotechnology or Sustainable Agriculture? in Kesturi,


Journal of the Islamic Academy of Science Malaysia, Vol. 1 (June 1991)
No. 1, 43-80.
O'Sullivan, E. 1999. Transformative Learning: Educational Vision for the 21st
Century , London/Toronto: Zed/U of Toronto Press.
Pauli, G. 1998. Upsizing: the road to zero emissions, more jobs, more income, no
pollution , Sheffield UK: Greenleaf Publishing.
Roberts, W. and S. Brandum. 1995. Get a Life! How to make a good buck, Dance
around the dinosaurs, and Save the world while you're at it , Toronto: Get a
Life Publishers.
Robertson, J. 1985. Future Work: Jobs, Self-Employment and Leisure After the
Industrial Age , Aldershot, Hants, England: Gower Publishing.
Sachs, Wolfgang, Reinhard Loske, and Manfred Linz. 1998. The Wuppertal
Institute for Climate, Environment and Energy, Greening the North: A
Post-Industrial Blueprint for Ecology and Equity , London: Zed Books.
Schumacher, E.F. 1974. Small Is Beautiful: A Study of Economics as if People
Mattered , London: Abacus Press.
Van der Ryn, Sim and Stuart Cowan. 1996. Ecological Design , Washington DC:
Island Press.
Vaughan, G. 1997. For-Giving: a Feminist Critique of Exchange , Austin Texas:
Plain View Press.
Wackernagel, Mathis and William Rees. 1996. Our Ecological Footprint:
Reducing Human Impact on the Earth, Gabriola Island BC/Philadelphia:
New Society.
Watson, M. 1983. Agricultural Innovation in the Early Islamic World. Cambridge:
Cambridge University Press.

44

http://jos-asmonov.blogspot.co.id/2012/01/kebutuhan-energi-dunia.html
www.google.com

You might also like