You are on page 1of 10

Keterampilan

Komunikasi

K eterampilan komunikasi yaitu kemampuan seseorang dalam


mengemas ide, gagasan atau pesan kepada orang lain
secara efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kemampuan komunikasi sangat penting dikuasai oleh siapa saja
untuk meningkatkan jalinan hubungan dan menyelesaikan konflik
yang terjadi dalam masyarakat. Setiap orang memiliki cara
tersendiri dalam mengkomunkasikan pesan kepada orang lain baik
secara verbal maupun non verbal. Kemampuan komunikasi verbal
menyangkut penguasaan unsur persuasi, seperti struktur kalimat,
intonasi, jeda, penyajian pesan dengan framing dan reframing.

Komunikasi non verbal meliputi bahasa tubuh (body


language), simbol, penampilan dan mimik muka. Kedua jenis
komunikasi ini banyak digunakan dalam berbagai kegiatan dan
dikembangkan secara profesional, gaya hidup dan model
komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk pengembangan
diri (self empowering), menghadapi masyarakat, memahami
perubahan perilaku (behaviour change), menganalisis perilaku
yang ditunjukkan sebagai respon emosi dan tindakan personal.
Berbagai kajian teori komunikasi publik banyak disandarkan pada
model dan praktek dua bentuk komunikasi ini (verbal dan
nonverbal), kemudian dalam perkembangannya diterapkan untuk
kepentingan yang lebih luas di bidang psychosocial dan resolusi
konflik.

Keterampilan komunikasi menjadi bagian penting dari


kemampuan pemimpin masyarakat untuk mengenal sikap,
perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui persuasi
dan gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami. Melalui
topik ini, peserta akan belajar bagaimana mengembangkan
kemampuan dasar komunikasi verbal dan nonverbal melalui
permainan interaktif yang diharapkan dapat mengenal pola-pola
nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

247
TUJUAN
Peserta memiliki kemampuan mengenal pola dasar komunikasi
verbal dan nonverbal serta menerapkannya dalam situasi praktis
untuk meningkatkan kualitas jalinan hubungan dengan pemangku
kepentingan yang terlibat dalam konflik.

POKOK BAHASAN
☺ Komunikasi Verbal
☺ Komunikasi Non-Verbal

WAKTU
Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran 80—160 menit

METODE
Metode yang digunakan diantaranya,
☺ Permainan interaktif
☺ Simulasi
☺ Presentasi

MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


☺ Kertas, Flipchart, Spidol, kertas plano dan metaplan
☺ Media presentasi 11.1-10
☺ Lembar Kasus 11.1: ‘Shock Therapy di Aceh’
☺ Lembar Permainan 11.1: ‘Tebak Gerak’
☺ Bahan Bacaan 11.1: “Bahasa Tubuh: Memahami Kepribadian
dan Pikiran Orang Lain”.

248
PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan 1 : Komunikasi Verbal

1. Jelaskan tentang tujuan dan proses yang akan dilakukan


pada sessi ini.

2. Mintalah 2-3 orang peserta untuk mempelajari lembar kasus


11.1. Berikan kesempatan untuk mempelajari dengan
selama (5 menit).

Variasi:

Peserta dapat melakukan latihan ini dengan meminta beberapa


peserta untuk menceritakan pengalaman atau kasus yang
dialaminya kepada peserta lain. Cara lain yang lebih menarik
dengan menayangkan gambar, video atau feature berita yang
sedang menjadi headline di beberapa media. Kemudian peserta
diminta untuk melakukan paraphrasing berdasarkan
pengamatan.

3. Setelah selesai mintalah masing-masing peserta tanpa teks


untuk mengungkapkan atau menjelaskan kembali di depan
pleno dengan menggunakan bahasa sendiri (Paraphrasing)
selama 1 menit.

4. Tunjuklah 1 atau 2 orang dari peserta lain untuk membuat


resume atau kesimpulan dari tiga pembicara sebelumnya.

5. Berdasarkan kegiatan tersebut, mintalah kepada peserta


untuk memberikan komentar, tanggapan atau kritik
terhadap cara penyampaian pesan (membahasakan
kembali). Sebagai panduan ajukan pertanyaan pemicu
sebagai berikut;

Menurut Anda gagasan pokok atau kesimpulan apa saja dari


lembar kasus yang dikemukakan oleh pembicara ?

Apakah peserta atau pendengar dapat memahami apa yang


diungkapkan oleh pembicara ?

Kesulitan apa saja yang dirasakan ketika mengungkapkan


kembali dengan bahasa sendiri ?

Bagaimana saran untuk memperbaikinya ?

249
6. Selanjutnya, berikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya dan mengajukan pendapat tentang hal-hal penting
terkait dengan hasil diskusi.

7. Buatlah rangkuman atau kesimpulan dari pembahasan yang


telah dilakukan.

Kegiatan 2: Komunikasi Non-verbal

1. Jelaskan tentang tujuan dan proses yang akan dilakukan pada


sessi ini.

2. Mintalah seluruh peserta untuk berdiri dan bekumpul untuk


melatih kemampuan komunikasi non-verbal. Petunjuk
permainan dapat menggunakan lembar permainan 14.2
“Tebak Gerak”.

3. Setelah permainan berakhir, mintalah peserta untuk


merefleksikan permainan itu dengan situasi konflik lokal dan
pengalaman dalam mendampingi masyarakat. Berikan
kesempatan untuk bertanya mengajukan pendapat atau
mengkritisi terhadap diskusi yang dilakukan.

4. Mintalah peserta untuk membentuk 4-5 kelompok sesuai


dengan jenis program atau wilayah kerja. Kelompok diminta
untuk menggali dan mengidentifikasi beberapa kebutuhan,
kasus atau permasalahan yang seringkali ditemukan dan yang
perlu diantisipasi dalam kehidupan masyarakat terutama
berkaitan dengan proses dan hambatan komunikasi non
verbal. Hasil diskusi dituangkan dalam matrik sebagai berikut;

5. Galilah secara mendalam beberapa alternatif komunikasi non-


verbal yang dapat membantu untuk memperbaikinya.

250
6. Mintalah kepada wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi dalam pleno.

Variasi:

Masing-masing kelompok dapat secara mendalam menggali


berbagai kebutuhan komunikasi non verbal yang diperlukan
pemimpin dalam menyelesaikan konflik dalam masyarakat.
Penggalian dapat didasarkan pada pengalaman pelaksanaan
program pembangunan periode sebelumnya atau kemungkinan
yang akan dihadapi di tahun depan sesuai dengan mekanisme
program. Masing-masing kelompok disarankan menggali kasus-
kasus komunikasi non verbal yang dihadapi dalam setiap forum
musyawarah dan pengalaman dalam mengenal perilaku orang
lain menyangkut bahasa tubuh.

7. Peserta diberikan kesempatan untuk menanggapinya dengan


memberikan ide, gagasan, saran atau kritik. Catatlah hal-hal
penting yang perlu mendapat perhatian dari pembahasan
masing-masing kelompok.

8. Selanjutnya, berikan penjelasan dan tanggapan dari presentasi


kelompok dan berikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya dan mengajukan pendapat tentang hal-hal yang
berkaitan dengan hasil diskusi yang telah dibahas.

9. Buatlah rangkuman atau kesimpulan dari pembahasan yang


telah dilakukan.

251
Dalam memfasilitasi kegiatan ini perlu diperhatikan beberapa hal terkait dengan
pemahaman konsep dasar komunikasi, prinsip-prinsip dan model komunikasi yang
digunakan dalam hubungan pribadi, kelompok, organisasi dan publik. Perlu
ditekankan kepada peserta bahwa beberapa kasus perselisihan, perbedaan cara
pandang, kepentingan dan konflik yang sering terjadi dalam masyarakat lebih
disebabkan terhambatnya proses komunikasi antarpemangku kepentingan.
Demikian halnya seorang pemimpin atau tokoh masyarakat akan lebih banyak
menggunakan kemampuan komunikasi untuk meningkatkan jalinan antarkelompok
untuk menemukan solusi secara persuasif tanpa menggunakan kekerasan atau
tekanan. Disarankan fasilitator dapat menggunakan pengalaman mereka sebagai
dasar dalam mengembangkan kemampuan komunikasi menyangkut keterampilan
verbal dan non-verbal. Keterampilan ini sangat bermanfaat dalam memfasilitasi
penyelesaian konflik dan memfasilitasi berbagai pertemuan publik.
Keterampilan verbal lebih diarahkan untuk menguasai kamampuan
mengemas pesan lisan dan melakukan paraphrasing terhadap
peristiwa tertentu. Sedangkan untuk kemampuan non verbal lebih
menekankan pada upaya memahami bahasa tubuh, perubahan
sikap dan perilaku dan pemahaman tentang simbol-simbol untuk
pengambilan keputusan dan menemukan cara yang paling efektif
agar konflik dapat dihindari.

252
Lembar Kasus 11.1

‘Shock Therapy di Aceh’


George Junus Aditjondro

Epilog kematian Ketua DPRD Sumut Abdul Azis Angkat, Selasa, 3 Februari lalu, praktis
menutupi serangkaian pembunuhan politis di provinsi tetangganya, Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD), dalam kurun waktu sama. Padahal sebagian korban berpotensi
menduduki kursi DPR Aceh (DPRA) sebagai caleg Partai Aceh (PA), partai politik yang
didirikan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Paling tidak mereka anggota
Komite Peralihan Aceh (KPA), organisasi resmi untuk menampung para mantan
kombatan itu.
Selasa (3/2) tengah malam, sementara sorotan kamera para jurnalis terfokus ke
rumah duka keluarga Angkat di Medan, Dedi Noviandi alias Abu Karim (33), caleg PA
dari wilayah Bireuen, tewas tertembak dalam mobilnya di depan rumahnya di Pulo
Kiton, Bireuen. Besoknya, pukul 12 siang, mobil yang membawa dua anggota KPA Aceh
Besar, diberondong peluru di Kajhu, Aceh Besar, oleh dua orang bersepeda motor.
Akibatnya, Muhamad Nur (pengemudi) tewas dan Zakaria, penumpang mobil itu,
dievakuasi ke rumah sakit.
Seminggu kemudian, Selasa, 10 Februari, Muhammad Yusuf (45), warga Desa
Cembreng, Kecamatan Tadu Raya, Nagan Raya, sekitar pukul 10 pagi, ditemukan tewas
di kawasan Gunung Trans, Simpang Peuet, Alue Bilie, dengan kondisi berlumuran darah.
Menurut harian Serambi, Rabu (11/2), kematian Yusuf diduga akibat ditembak ‘orang
tak dikenal’ (OTK), ketika sedang menuju ke Desa Simpang Peuet dari rumahnya di
Desa Cembreng. Yusuf adalah seorang mantan kombatan Tentera Nanggroe Aceh
(TNA), sayap militer Gerakan Aceh Merdeka. Namun dia tidak dikenal sebagai caleg
atau anggota Partai Aceh.
Dua hari kemudian, mayat Taufik Adli alias Ibnu, Kepala Posko PA setempat,
ditemukan dengan luka tembakan di belakang kantor Posko PA di Jalan Samudra Dua di
Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh. Isteri korban, Erviana
Silviana, adalah caleg PA No Urut 7 Daerah Pemilihan 4. Dengan demikian, Ibnu adalah
anggota PA ketiga yang mati tertembak dalam satu bulan terakhir.
Gubernur Aceh, Irwandy Yusuf menunjukkan kemarahannya di depan Sekretaris
Menteri Polhukham, Letjen Romulo Simbolon di rumah dinas Gubernur, Kamis lalu.
“Kalau begini terus, pasti akan ada tindakan balasan”. Sebelumnya, sang Gubernur juga
telah menyurati Presiden SBY dan Uni Eropa, menuntut pengiriman pemantau asing ke
Aceh.
Para mantan petinggi GAM, menurut berbagai sumber di Aceh, berpikir bahwa
GAM sedang dipancing untuk angkat senjata lagi. Itu akan menjadi alasan buat TNI
mengirim ribuan serdadunya lagi ke Aceh. Soalnya, sementara sudah tiga orang
anggota PA mati tertembak, selama dua tahun terakhir berbagai bentuk intimidasi telah

253
dilancarkan oleh aparat bersenjata dan milisi dukungan mereka, terhadap anggota PA
di berbagai daerah di Aceh. Militer dan milisi dukungan mereka, khususnya PETA
(Pembela Tanah Air), juga menakut‐nakuti rakyat di desa‐desa, untuk tidak memilih
partai lokal dalam pemilu mendatang. “Semacam shock therapy,” menurut beberapa
orang aktivis prodemokrasi di Aceh.
Intimidasi itu bervariasi dari pencopotan bendera dan baliho, pencoret-coretan
baliho dengan tulisan PKI dan lambing palu arit, pembakaran kantor, pelemparan
granat ke kantor‐kantor partai lokal dan rumah‐rumah para fungsionarisnya,
pemasangan bom di kolam ikan di halaman Ketua DPRD Pidie, pemukulan dan
penyiksaan, sampai dengan pemasangan granat yang sudah dicabut pinnya dan diikat
dengan karet gelang berminyak di rumah Walikota Sabang, Munawar Liza Zainal,
Selasa, 3 Februari lalu. Untunglah granat tersebut berhasil dijinakkan, tanpa
merenggut nyawa mantan perunding Kesepakatan Helsinki itu.
Dalam semua peristiwa itu, begitu pula dalam penembakan ketiga anggota PA,
tidak ada orang yang secara resmi ditahan dan diproses karena melakukan berbagai
tindak pidana itu. Ini begitu berbeda dengan banyaknya orang yang telah ditahan
Poltabes Medan, dalam kaitan dengan kematian Ketua PDRD Sumut, 3 Februari lalu.
Belakangan ini, represi terhadap partai‐partai lokal sudah melibatkan aparat
kepolisian secara langsung. Selasa, 10 Februari, pertemuan Partai SIRA (Suara
Independen Rakyat Aceh) di Pante Raja, Pidiejaya, dibubarkan oleh polisi dengan
alasan tidak ada izin. Padahal, pertemuan internal itu cuma dihadiri oleh 30 orang.
Kapolres Pidie yang memerintahkan pembubaran pertemuan itu, menuduh SIRA–
partai yang telah mengorbitkan Wakil Gubernur NAD, M. Nazar sebagai partai illegal.
Alasan serupa telah digunakan oleh polisi di Blang Pidie, Aceh Barat Daya (Abdiya)
untuk membubarkan pertemuan PA yang dihadiri sekitar 50 orang. Selain alasan tidak
ada izin, ada tuduhan bahwa seorang peserta pertemuan itu menggunakan mobil pelat
merah.
Tapi ,mengapa sebenarnya aparat bersenjata, baik TNI maupun Polri, sebagai
pengejawantah otoritas pemerintah pusat di wilayah Aceh, begitu khawatir kalau PA –
atau suatu koalisi partai lokal – memenangkan pemilu di Aceh di bulan mendatang? Ini
yang jadi tanda tanya para aktivis pro‐demokrasi di Aceh. Tampaknya, ada dua
kekhawatiran besar terhadap kemenangan partai‐partai lokal di Aceh. Pertama,
peluang pembalakan liar yang kini mewabah di Aceh, khususnya di kawasan Leuser
yang ingin diperebutkan oleh kelompok pro‐pemekaran “provinsi” ALA (Aceh Leuser
Antara) yang didukung oleh PETA dan aparat bersenjata di Tanah Gayo, akan
menyusut apabila PA dan partai lokal lain memenangkan pemilu mendatang. Kedua,
dari kacamata Pemerintah Pusat, kemungkinan Partai Aceh dan partai lokal lain,
membuka preseden bagi provinsi lain untuk mengikuti jejak Aceh. Bukan jejak
perjuangan pemisahan dari NKRI lewat perjuangan bersenjata, melainkan pendirian
partai lokal yang lebih peka terhadap budaya dan kepentingan ekonomi rakyat
setempat.
Betapapun, buat orang Aceh yang sudah jenuh dengan perang selama tiga
dasawarsa, kemungkinan penambahan ribuan serdadu Jakarta kalau para mantan
kombatan GAM terpancing melakukan pembalasan bersenjata, membuat mereka susah
tidur. Makanya tuntutan Irwandy Yusuf, untuk mendatangkan pemantau asing,
sebaiknya segera diwujudkan.

(Sumber: Sinar Harapan, Selasa, 17 Februari 2009, hal. 4)

254
Lembar Permainan 11.1

‘Tebak Gerak’
Format : Individu dan Kelompok
Waktu : 10 — 15 Menit
Tempat : Di dalam atau di luar ruangan
Materi : Flipt chart, kertas plano , HVS, dan spidol
Peserta : 20 — 25 orang

Deskripsi
Dalam situasi tertentu terkadang seorang pemimpin dituntut untuk menginformasikan kepada pihak
lain tentang suatu kebijakan, keputusan, dan perubahan yang sulit untuk diterima. Latihan ini
merangsang kemampuan personal dalam mengemas pesan non verbal dengan cara yang tepat
sesuai dengan karakteristik sasaran. Dalam permainan ini, peserta dibagi dalam empat atau lima
kelompok. Satu wakil kelompok mendapat perintah dari orang lain sebuah pesan dan diminta
menterjemahkannya dalam bentuk gambar di kertas plano atau HVS kemudian melakukan gerak
berupa isyarat sedangkan kelompoknya berusaha menebaknya. Tim yang berhasil paling banyak
menebak gambar atau yang mendekatinya dalam waktu yang ditentukan akan keluar sebagai
pemenang.

Tujuan
Melatih komunikasi antara dua orang atau lebih dengan memanfaatkan sarana visual dan gerak
(Non-Verbal) yang dapat diinterpretasikan secara tepat.

Cara Permainan
1. Mintalah seluruh peserta untuk berdiri kemudian membentuk kelompok yang beranggotakan
4-5 orang.
2. Masing-masing kelompok menentukan satu orang yang menjadi duta atau wakilnya.
3. Masing-masing wakil kelompok diberikan 3 tugas pendahuluan oleh fasilitator untuk digambar
dan dikomunikasikan kepada kelompok melalui gerak tanpa suara. Soal yang dilombakan
awalnya terdiri dari satu suku kata yang diberikan sama kepada wakil kelompok.
4. Selanjutnya wakil kelompok diminta untuk menggambarkannya dalam kertas plano tanpa
diketahui oleh anggota kelompoknya.

255
5. Berikan waktu dua atau tiga menit untuk menggambarnya. Fasilitator dapat memberikan
pengarahan agar pesan yang disampaikan digambar dengan cara yang dapat dipahami oleh
kelompoknya.
6. Setelah selesai, berilah aba-aba kepada wakil kelompok untuk menerangkan kepada
kelompoknya dengan memeragakan sesuai gambar berupa gerakan tubuh tanpa
menggunakan kata-kata yang menyerupai gambar. Misalnya, menunjukkan buku dan spidol
berarti menulis, menunjukan cincin berarti sudah menikah, kedua tangan kedepan
kemudian membuat gerakan menggelembung berarti dia sedang hamil.
7. Mintalah anggota kelompoknya untuk menebaknya dengan cepat. Jika sudah dapat ditebak
segera mintal soal tambahan kepada fasilitator untuk disampaikan kembali dengan cara
yang sama kepada anggota kelompoknya. Waktu akan terus dihitung karena soal ada batas
waktu untuk menggambar dan menjawabnya.
8. Jika dalam waktu tiga menit tidak terjawab maka satu soal dianggap gagal, lalu dilanjutkan
dengan soal kedua dan ketiga. Dari ketiga soal akan diakumulasikan. Bagi tim yang
mendapat waktu tercepat dan dua kelompok dengan pencapaian target waktu yang sangat
sedikit akan masuk ke babak final.
9. Dalam babak final, mulai diberikan soal untuk menebak dua suku kata. Jika nilainya masih
sama, maka akan diberikan soal tambahan dengan menebak tiga suku kata.

Diskusi
1. Siapa yang sebaiknya ditunjuk sebagai wakil atau juru bicara kelompok ?
2. Apa saja yang menjadi kendala kelompok dalam menebak ?
3. Tanggung jawab siapa yang lebih besar yang memandu atau yang menebak ?
4. Bagaimana cara mengarahkan kelompok supaya dapat menebak gerak dengan cepat ?
5. Bagaimana memadukan gambar dan simbol gerak tubuh agar kelompok dapat menebaknya
dengan benar dan cepat ?
6. Pelajaran komunikasi apa yang bisa didapat dari permainan ini ?

Variasi
Permainan ini dapat dibuat melalui sistem kompetisi gugur seperti dalam pertandingan olah raga.
Seluruh tim dibagi menjadi beberapa kelompok (tiga atau empat tim). Pemenang di babak awal
akan berkompetisi dengan tim lainnya. Berikan soal awal yang paling mudah digambar dan
dikomunikasikan melalui gerak kepada kelompoknya, kemudian diberikan soal yang lebih rumit,
Jika kelompok tidak mampu menjawab dengan benar dan cepat pada akhir sesi cobalah masing-
masing wakil kelompok untuk mengkomunikasikan gerakan tersebut kepada kelompok lainnya.

Kunci
Buatlah gambar sesederhana mungkin dan mudah dipahami sehingga waktu masih dapat
dimanfaatkan untuk menginterpretasikan dalam bentuk gerak. Wakil kelompok dapat memandu
tidak hanya dengan gerakan tubuh saja tapi dapat menunjukkan dengan benda yang sama
maknanya atau dengan mendekati kelompok kemudian berbicara tanpa keluar suara hanya
menggerakkan mulutnya saja hingga kelompok memahaminya. Keaktifan dan kreativitas dalam
memandu sangat menentukan kemampuan kelompok untuk menebaknya.

256

You might also like