You are on page 1of 4

Berikut adalah beberapa jurnal dan penelitian tentang skizoprenia:

1. Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup pada Penderita Skizofrenia
Remisi Simptom,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
strategi koping dengan kualitas hidup pada penderita skizofrenia remisi simptom. Jumlah
subjek 20 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah acidental sampling. Kriteria untuk
sampel penelitian yaitu (1) penderita yang didiagnosis skizofrenia oleh dokter atau psikiater
yang merawat, (2) dalam masa remisi simptom yang ditentukan berdasarkan rendahnya
skor tiap aitem skala BPRS. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala strategi
koping terdiri dari 34 butir ( = 0,904), dan skala kualitas hidup penderita skizofrenia terdiri
dari 30 butir ( = 0,844), yang merupakan terjemahan dari Self-report Quality of Life
Measure for People with Schizophrenia dibuat oleh Diane Wild (2010). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan statistik korelasi product moment Pearson. Diperoleh nilai
korelasi sebesar 0.757 dengan taraf signifikansi 0.001. Hasil perhitungan menunjukkan ada
korelasi positif antara strategi koping dengan kualitas hidup penderita skizofrenia remisi
simptom. (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpkk776296aa71full.pdf, diakses 5 september
2016)
Dengan koping yang efektif maka semakin banyak situasi yang sesuai dengan keinginan
seseorang, sehingga kualitas hidup individu tersebut akan meningkat
Gee dkk (2003) menyatakan hambatan yang mempengaruhi kualitas hidup penderita skizofrenia
adalah hambatan dalam hubungan interpersonal karena diskriminasi dan stigma sosial, kurangnya
control perilaku, kehilangan kesempatan kerja, kendala keuangan ekonomi, efek samping dan sikap
terhadap pengobatan, respon psikologis terhadap skizofrenia, yakni merasa khawatir dan tidak
berguna, serta kekhawatiran akan masa depan

2. Peran Dukungan Sosial Dan Regulasi Emosi Terhadap Resiliensi Keluarga Penderita
Skizofrenia
Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial, regulasi emosi dan
resiliensi (adaptasi tetap teguh) keluarga penderita skizofrenia. Metode penelitian menggunakan
metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner Social Support Index (SSI), Cognitive
Emotion Regulation Questionnaire (CERQ) dan Family Resilience Assessment Scale (FRAS).
Hasil penelitian adalah adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial, regulasi emosi
dan resiliensi pada 60 orangtua pasien yang menjalani rawat inap ulang dengan diagnosis
skizofrenia. Hasil dari keeratan hubungan tersebut ditunjukkan melalui nilai koefisien regresi
linier berganda (R=0.596, p<0.05). Koefisien determinasi (R2=0.355, p<0.05) menunjukkan
secara bersama-sama variable dukungan sosial dan regulasi emosi dapat mempengaruhi variabel
resiliensi keluarga sebesar 35.5%. Sumbangan relatif dukungan sosial terhadap resiliensi
keluarga adalah sebesar 20.9% dan sumbangan relatif regulasi emosi sebesar 14.6%. Temuan

dari penelitian ini menunjukkan besarnya peran dukungan sosial dan regulasi emosi terhadap
resiliensi keluarga penderita skizofrenia, sehingga para praktisi dapat memfokuskan pada faktor
protektif untuk meningkatkan resiliensi keluarga. (http://ejournal.unair.ac.id/index.php/JPKM/article/view/2534, diakses 5 Oktober 2016)
Perawatan dan dukungan pada penderita schizofrenia bisa mempengaruhi dan
kesehatan mental dari anggota keluargayang lain (Cuijpers & Stam, 2000 dalam Wei, 2008).
Hubungan antara penderita skizofrenia dan keluarganyadapat terganggu karenaadanya
perilaku negatif dan pola komunikasi yang
kacau. Pengaruh ini akan semakin parah apabila gaya komunikasi dan sikap keluarga
penderita cenderung negatif.
Meta analisis dari 27 penelitian (Butzlaff & Holey, 1998) menyebutkan bahwa ekspresi
emosi tinggi
anggota keluarga yang dimanifestasikan dengan munculnya komentar yang kritis, sinis,
tajam, dan keterlibatan emosional yang berlebihan yang muncul dalam kata-kata spontan
anggota keluarga, telah berhubungan dengan keadaan/relaps penderita skizofrenia dan
timbulnya symptom positif yang lebih kuat
dalam 6 bulan (dalam Schloser, dkk., 2010).
Dukungan sosial dalam keluarga dapat menurunkan tingkat kerentanan stres dan juga
meningkatkan kemampuan bagi penderita skizofrenia untuk bisa menghadapi dan
mengatasi masalah yang menimbulkan stress (Chow, 2011)
Dukungan jaringan bias didapatkan melalui interaksi keluarga dengan pihak Rumah
Sakit Jiwa melalui aktivitasaktivitas seperti dan penyuluhan-penyuluhanyang diadakan.
Dukungan sosial yang nyata dan regulasi emosi yang positif akan meningkatkan resiliensi
keluarga dalam merawat pasien skizofrenia.

3.Skizoprenia residual focus pada penatalaksanaan


Skizofrenia residual adalah keadaan kronis dari Skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu
episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah gejala negatif yang
lebih menonjol. Meski gejala negatif ini memiliki relevansi klinis, hanya tersedia sedikit strategi
dalam pengobatan. Obat antipsikotik generasi kedua memberikan manfaat dengan memperbaiki
gejala negatif dibandingkan dengan pengobatan antipsikotik konvensional, namun masih cukup
banyak pasien mempunyai gejala yang terkait dengan defisit kognitif, apatis, anhedonia, mood
depresif dan afek yang datar. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi psikososial, termasuk
psikoterapi dapat diberikan untuk memperbaiki kondisi klinis. Pasien Skizofrenia yang

mendapatkan terapi kombinasi antipsikotik dan terapi psikososial akan mendapatkan hasil yang
lebih baik, jika dibandingkan bila hanya mendapat terapi psikofarmaka. (Dharmady, 2005).
(http://www.journal.unair.ac.id/skizofrenia-residual-fokus-pada-penatalaksanaan-article-10235media-69-category-.html, diakses 5 Oktober 2016)
Pasien Skizofrenia yang mendapatkan terapi kombinasi antipsikotik dan terapi psikososial
akan mendapatkan hasil yang lebih baik, jika dibandingkan bila hanya mendapat terapi
psikofarmaka.
4. Pengaruh terapi keluarga dengan pendekatan spiritual Direction, Obidience, dan Acceptance
(DOA) terhadap koping keluarga dalam merawat pasien skizoprenia
Gangguan mental masih menjadi stigma di masyarakat, bahkan sampai sekarang. Sebuah
keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan mental, akan mengalami terus beban objektif
dan subjektif, pengalaman stres serius untuk seumur hidup, yang dapat menyebabkan koping
tidak efektif. Intervensi dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan koping keluarga dengan
pendekatan spiritual; arah, ketaatan, penerimaan (DOA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menjelaskan efek dari terapi keluarga dengan pendekatan spiritual (DOA) terhadap koping
keluarga dalam merawat pasien dengan Skizofrenia.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental (pre post test control
group design). Populasi adalah setiap keluarga pasien dengan gangguan mental di Rumah Sakit
Jiwa Menur di sepanjang tahun 2010, telah merawat sana dua kali, di minimum, tinggal di
Surabaya. Sampel dipilih oleh alokasi simple random. Sampel 13 orang di masing-masing
kelompok perlakuan dan kontrol. Intervensi diberikan dalam 60-120 menit dalam 8 kali
pertemuan dengan interval rata-rata sekitar 1 minggu. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji-t berpasangan dan mandiri t-test, dan menggunakan uji Korelasi Pearson untuk
menganalisis antar-variabel korelasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perubahan signifikan dalam total koping
keluarga (p = 0,004), dan jumlah dukungan keluarga (p = 0,011). Tidak ada perubahan dalam
total kepercayaan kesehatan (p = 0.638), pola interaksi antara anggota keluarga (p = 0.293) dan
kortisol (p = 0.995).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pemberian terapi keluarga dengan
pendekatan spiritual (DOA) dapat meningkatkan koping keluarga dalam merawat pasien dengan
Skizofrenia di rumah.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s3-2013-ahyusufs-26754&q=skizofrenia+,
diakses 6 Oktober 2016
Pemberian terapi keluarga dengan pendekatan spiritual (DOA) dapat meningkatkan koping
keluarga dalam merawat pasien dengan Skizofrenia di rumah. Pada pasien yang masih dirawat
di RSJ peran dan support system dari keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan
pasien skizoprenia.
Penderita skizofrenia yang tidak pernah mendapatkan pembinaan dan interaksi
psikoreligius dari keluarga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kekambuhan dalam
jangka waktu kurang dari dua tahun daripada penderita skizofrenia yang sering mendapatkan

pembinaan dan interaksi psikoreligius dari keluarga (Komaria, Nurul, 2013)


(http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2013-komarianur-29602&q=skizofrenia+)
diakses 6 Oktober 2016
Manual, U. (1940). Table of of contents. Games and Virtual Worlds for Serious Applications
(VS-Games), 2015 7th International Conference on, iiii.
http://doi.org/10.1002/ejoc.201200111
Peralta, V., & Cuesta, M. J. (2016). Characteristics and clinical correlates of dimensions of
delusional experience in schizophrenia and delusional disorder. Schizophrenia Research,
176(23), 404410. http://doi.org/10.1016/j.schres.2016.05.024
Pikalov, a, Schooler, N., Hsu, J., Cucchiaro, J., Goldman, R., & Loebel, A. (2014).
Schizophrenia International Research Conference 2014. Schizophrenia Research: Abstracts
of the 4th Biennial Schizophrenia Internationa Research Conference, 153(April), T287.
Rubbyana, U. (2012). Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 1(2), 5966.
Yusuf, A. S. (2013). PENGARUH TERAPI KELUARGA DENGAN PENDEKATAN
SPIRITUAL DIRECTION, OBEDIENCE, DAN ACCEPTANCE (DOA) TERHADAP
COPING KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA. ADLN Digital
Collections.
(Yusuf, 2013)
(Peralta & Cuesta, 2016)
(Manual, 1940)
(Rubbyana, 2012)
(Pikalov et al., 2014)

You might also like