You are on page 1of 10

elahiran Yesus dan Perayaan Natal

TERNYATA tidak ada catatan sama sekali mengenai peringatan kelahiran Nabi Isa AlMasih a.s. (dilatinkan: Jesus = Isa; Kristus = Al-Masih) sampai abad ke-4 Masehi.
Absennya perayaan Natal sebelum itu menunjukkan bahwa mungkin tidak ada yang tahu
secara pasti kapan utusan Allah yang mulia itu lahir. Kitab-kitab Injil yang empat tidak
menyebutkan tahun kelahiran beliau, apalagi tanggal dan bulan yang eksak. Clement
(150-215), seorang uskup di Iskandariah, menetapkan tanggal 18 November. Sebuah
dokumen dari Afrika Utara tahun 243, berjudul De Pascha Computus, menempatkan
kelahiran Jesus Kristus pada tanggal 28 Maret di awal musim semi.

Umat Nasrani pada masa-masa awal tidak pernah tertarik untuk merayakan Natal, sebab
mereka memandang suatu perayaan ulang tahun sebagai kebiasaan orang-orang kafir.
Seorang tokoh gereja abad ke-3, Origenes, bahkan menyatakan bahwa adalah merupakan
suatu dosa jika ada yang berusaha mencari-cari tanggal kelahiran Jesus, sebab hal itu
berarti menyamakan Kristus dengan seorang Firaun! Injil yang paling tua, Injil Markus,
yang ditulis sekitar tahun 50, memulai uraian dari kisah pembaptisan Jesus Kristus yang
sudah dewasa oleh Johannes Sang Pemandi (Nabi Yahya bin Zakaria a.s.). Fakta ini
merupakan indikasi bahwa umat Nasrani pada masa-masa awal memang tidak memiliki
interes terhadap masalah kelahiran Jesus. Baru pada Injil Matius dan Injil Lukas, yang
ditulis dua sampai empat dasawarsa kemudian, kita memperoleh kisah lahirnya Nabi
agung yang merupakan putra suci Siti Maryam r.a. itu.

Informasi paling awal mengenai perayaan Natal tercantum dalam Philocalian calendar,
suatu dokumen Romawi tahun 354, yang menyatakan 25 Desember sebagai hari
kelahiran Jesus Kristus. Dijelaskan dalam dokumen tersebut bahwa tanggal itu
ditetapkan oleh Uskup Liberius dari Roma, dan kemudian diresmikan oleh Gereja. Pada
mulanya banyak kalangan intern kepausan yang tidak setuju dengan tanggal itu, sebab
25 Desember jatuh pada musim dingin, di mana hampir mustahil ada penggembala di
padang rumput Palestina pada malam hari seperti diberitakan Injil! Tetapi Gereja sangat
berkepentingan dengan tanggal 25 Desember, sebab penetapan tanggal itu diharapkan
efektif untuk memikat hati orang-orang kafir Romawi yang mulai tertarik kepada ajaran
Nasrani setelah Kaisar Konstantinus (bertahta 306-337) memeluk agama tersebut.
Tanggal 25 Desember adalah saat Natalis Solis Invicti (Kelahiran Dewa Matahari Yang
Tak Terkalahkan), yang dirayakan oleh orang-orang Romawi dalam bentuk Festival
Saturnalia, untuk menghormati kelahiran Mithra, dewa matahari mereka, yang identik

dengan Helios, dewa matahari Yunani.

Orang-orang Romawi memang berduyun-duyun memeluk agama Nasrani, tetapi Festival


Saturnalia tanggal 25 Desember dilestarikan dalam bentuk perayaan Natal.

Ketika agama Nasrani tersebar di kawasan Eropa Barat, perayaan Natal dilengkapi
dengan pohon Natal (Christmas tree) yang dipuja oleh bangsa-bangsa kafir Jerman dan
kandinavia. Bangsa Inggris baru mengenal pohon Natal ketika Ratu Victoria menikahi

Pangeran Albert, yang membawa tradisi itu ke Inggris dari daerah asalnya Jerman pada
tahun 1840. Bagaimanakah dengan Santa Claus? Sudah tentu dia tidak pernah tinggal di
Kutub Utara dengan rusa-rusanya seperti mitos yang beredar di kalangan anak-anak
umat Nasrani. Dia adalah Saint Nicholas, uskup abad ke-4 di Nicaea (sekarang Iznik,
masuk wilayah Turki) yang gemar membagikan hadiah kepada anak-anak. Tradisi ini
populer di Negeri Belanda dengan sebutan San Nicolaas. Ketika orang-orang Belanda
berimigrasi ke Amerikakota New York sekarang adalah bikinan Belanda, dulu
namanya New Amsterdammereka
memperkenalkan tradisi bagi-bagi hadiah dari San Nicolaas ini, yang oleh lidah anakanak Amerika diucapkan Santa Claus. Akhirnya pada tahun 1863, kartunis terkenal
Thomas Nast menggubah lukisan Santa Claus dengan berpakaian merah dan berjanggut
putih, lengkap dengan ketawa ho-ho-honya, yang populer sampai hari ini.

Kapan Isa Al-Masih (Jesus Kristus) lahir?

Pada masa Nabi Isa Al-Masih a.s. berlaku kalender Julian yang memulai perhitungan
tahun dari 708 AUC (ab urbi condita), yaitu 708 tahun sesudah pembangunan kota
Roma, yang ditetapkan Julius Caesar sebagai tahun 1 Julian (tahun 46 SM menurut
hitungan kita sekarang). Injil Lukas 3:1 mengatakan bahwa Jesus memulai tugas
kerasulan pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus
diangkat menjadi gubernur Judea. Tiberius bertahta dari tahun 60 Julian sampai 83 Julian
(14-37 Masehi), sehingga kejadian yang diceritakan Lukas itu berlangsung tahun 75
Julian (29 Masehi). Informasi Lukas ini dijadikan dasar oleh Dionisius Exiguus, pejabat
tinggi kepausan di Roma pada abad ke-6, untuk menetapkan perhitungan tahun Anno
Domini (AD atau Masehi). Oleh karena menurut Lukas 3:23 usia Jesus saat itu kira-kira
30 tahun, maka Dionisius memperkirakan Jesus lahir tahun 47 Julian, yang
ditetapkannya sebagai Tahun 1 Anno Domini, dan tahun ketika menetapkan itu, yaitu
572 Julian, diganti angkanya menjadi 526 AD. Sejak tahun 526 kalender Julianyang

pada tahun 1582 dikoreksi dengan dilompatkan 10 hari menjadi kalender Gregorian
mulai memakai hitungan tahun Anno Domini (Masehi) yang berlangsung sampai
sekarang.

Tetapi benarkah Nabi Isa Al-Masih a.s. lahir pada tahun 1 Masehi (47 Julian)? Tahun itu
hanyalah perkiraan Dionisius. Kenyataannya, baik Injil Lukas (1:5) maupun Injil
Matius (2:1) mencatat kelahiran Jesus pada masa Raja Herodes, yang
berarti antara tahun 37 SM dan 4 SM (10 sampai 43 Julian). Lukas 2:1-2
juga mengatakan bahwa Jesus lahir ketika gubernur Suriah Quirinius,
atas perintah Kaisar Augustus, mengadakan sensus penduduk di Palestina.
Sensus ini tentu berlangsung sesudah pengangkatan Quirinius tahun 6 SM (41 Julian).
Maka tidaklah jauh dari kebenaran jika kita memperkirakan Nabi Isa Al-Masih a.s. lahir
pada sekitar tahun 5 SM (42 Julian), dan sudah jelas bukan tahun 1 Masehi sebagaimana
perkiraan pencipta hitungan tarikh Masehi, Dionisius Exiguus.

Tanggal dan bulan kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. tidak dapat dipastikan, sebab tidak
ada informasi sama sekali mengenai hal itu. Tetapi kita dapat melakukan educated guess
mengenai musim (season) ketika beliau lahir.

Kitab Al-Quran pun menceritakan kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. dalam Surat
Maryam, tetapi tidak dijelaskan kapan beliau lahir. Namun ada ayat yang memberikan
indikasi bahwa Nabi Allah yang mulia itu lahir pada musim semi. Ketika Siti Maryam
r.a. melahirkan putranya yang suci itu, malaikat Jibril berkata kepadanya, sebagaimana
tercantum dalam Surat Maryam ayat 25: Wa huzzi ilaiki bi jidz`i n-nakhlah, tusaqith
`alaiki ruthaban janiyya
(Dan goyanglah ke arahmu pohon kurma itu, ia akan menjatuhkan kepadamu buah
masak dan segar).

Jadi kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. terjadi pada saat buah-buah kurma cukup ranum,
sehingga akan berjatuhan jika pohonnya digoyang. Sampai sekarang di daerah Timur

Tengah panen kurma berlangsung pada musim semi.

kelahiran Yesus dalam Perjanjian Baru sangat berbeda dengan keyakinan Kristen yang
mempercayai 25 Desember sebagi hari Natal. Keterangan Perjanjian Baru tentang
lahirnya Yesus, senada dengan informasi yang diberikan oleh Al Quran, ditengarai terjadi
pada musim panas/semi. Dengan demikian bukan terjadi pada bulan Desember dimana
terjadi musim dingin.

Ternyata QS.Maryam: 25 yang menunjukan bahwa Nabi Isa lahir pada musim semi
cocok pula dengan ayat-ayat Perjanjian Baru dalam Lukas 2 : 8-11 menceritakan suasan
kelahiran tersebut sebagai berikut:
(8). Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak
mereka pada waktu malam. (9). Tiba-tiba berdirilah malaikat Tuhan di dekat mereka dan
kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10). Lalu kata
malaikat itu kepada mereka: Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. (11). Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Berdasarkan keterangan Lukas 2 : 8-11, Yesus lahir pada saat para penggembala ternak
berada di padang Yudea untuk menjaga kawanan ternak yang mereka gembalakan pada
suatu malam. Kejadian tersebut tidak mungkin terjadi pada bulan Desember. Sebab
wilayah Yudea, setiap bulan Desember memasuki musim penghujan dan hawa malam
harinya sangat dingin. Faktanya, paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak yang
digembalakan di padang Yudea sudah harus berada di kandangnya untuk menghindari
hujan dan hawa dingin yang menusuk tulang.

Perjanjian Lama dalam Ezra 10 : 9 dan 13 secara tersendiri telah menjelaskan bahwa bila
musim dingin tiba, hawa yang ditimbulkan sampai membuat tubuh menggigil dan tidak
memungkinkan orang, termasuk penggembala dan ternaknya, berada di udara terbuka,
apalagi pada waktu malam. Adapun kedua ayat Perjanjian Lama tersebut adalah sebagai
berikut:

Lalu berhimpunlah semua orang laki-laki Yehuda dan Benyamin dari Yerusalem dalam
tiga hari itu, yakni dalam bulan kesembilan pada tanggal dua puluh bulan itu. Seluruh
rakyat duduk di halaman rumah Allah sambil menggigil karena perkara itu dan karena
hujan.

Tetapi orang-orang ini besar besar jumlahnya dan sekarang musin hujan sehingga orangorang tidak sanggup berdiri di luar. Lagipula pekerjaan itu bukan perkara sehari dua hari,

karena dalam hal itu kami telah melakukan pelanggaran.

Jadi kira-kira pada bulan apa para gembala tinggal di padang rumput sampai
malam hari? Orang-orang di Yerusalem akan menjawab : bulan April atau bulan Mei
pada musim semi (spring season).

Dengan demikian walaupun umat Kristiani meyakini bahwa tanggal 25 Desember adalah
hari dimana Yesus telah dilahirkan, namun keyakinan ini justru secara diametral justru
bertentangan dengan informasi kitab suci mereka sendiri.

Bagi umat Kristen, Natal 25 Desember adalah hari besar yang dirayakan dengan sepenuh
suka cita dan kemeriahan. Hari ini diyakini sebagai peristiwa kelahiran Yesus Kristus ke
dunia (Dies Natalis of Jesus Christ). Peringatan ini menjadi penting, karena mereka
meyakini Yesus sebagai tuhan dan juru selamat. Dengan kata lain, perayaan Natal bagi
umat kristiani adalah memperingati hari ulang tahun kelahiran tuhan.
Mengapa mereka merayakan hari ulang tahun kelahiran Yesus tanggal 25 Desember?
Apakah Yesus benar-benar lahir tanggal 25 Desember?
Sebenarnya, semua teologi Kristen sepakat bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25
Desember. Meski demikian, para teologi berselisih pendapat mengenai tanggal lahir
Yesus.
1. Yesus lahir tanggal 14 Maret SM?
Ralph O. Muncaster, pendeta gereja Saddleback dalam bukunya What Really
Happe*ned Charistmas Morning menolak pendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 1
Masehi dengan merujuk kepada pendapat para ahli lainnya. Menurut Josephus
(sejarawan Yahudi), Yesus lahir pada tanggal 14 Maret tahun 4 Sebelum Masehi.
Berdasarkan observasi astro*no***mis Johannes Kepler, Yesus lahir tahun 7 Sebelum
Masehi. Sedangkan Tertulian, Irenaeus, Eusebius (bapak gereja) berpendapat bahwa
Yesus lahir pada tahun 2 Sebelum Masehi.
2. Yesus Lahir Bulan April atau November?
Dr. J.L. Ch. Abineno menjelaskan bahwa Yesus mustahil lahir 25 Desember.
Menurutnya, Yesus lahir pada bulan Maret, April atau November.

Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai
dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena
gereja tidak tahu dengan pasti kapan pada hari dan tahun keberapa Yesus dilahirkan.
Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data tentang hal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan
bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di padang menjaga
kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan
antara bulan Maret atau April dan bulan November (Buku Katekisasi Perjanjian Baru,
hal. 14).
3. Yesus Lahir Bulan September?

Pendeta Benyamin Obadyah, alumnus Jerusalem Center, Yerusalem, mengutip pendapat


R.A. Honorof dalam bukunya The Return of the Messiah (1997), menyatakan bahwa
Yesus lahir pada bulan September. Benyamin menulis: Meskipun menurut Alkitab
Yesus dikandung Maria dari karunia Allah (Lukas 1:35), tapi ia dikandung secara normal
selama 40 minggu atau 9,5 bulan. Ini berarti, Yesus dilahirkan pada akhir bulan
September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan Hari Raya
Tabernakel Hari raya ini jatuh setiap tanggal 15 bulan Tishri menurut kalendar Yahudi.
Menurut kalendar internasional (Gregorian), tahun 1999 tanggal 15 Tishri bertepatan
dengan tanggal 25 September. Jadi, umat Kristen yang memperingati Natal 25 Desember
terlambat selama tiga bulan.
4. Yesus Lahir Bulan Januari?
Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur memperingati Natal tanggal 6 Januari, lalu
Gereja Katolik Ortodoks memperingati Natal tanggal 7 Januari, sedangkan Gereja
Armenian memperingati Natal tanggal19 Januari.
Dari berbagai versi tanggal Natalan tersebut, tak satupun yang bisa dipercaya. Tabloid
Victorius edisi Natal pernah mengungkapkan keheranannya tentang Natal yang
misterius: Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga sekarang masih
dicermati. Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Yesus Kristus?
Hal ini masih misterius.
Karena kesimpangsiuran tanggal kelahiran Yesus itulah, seorang muallaf Wencelclaus
Insan Mokoginta berani membuat sayembara terbuka berhadiah mobil BMW. Jika ada
yang bisa menunjukkan dalil dalam Alkitab bahwa Yesus lahir pada tanggal 25
Desember dan perintah untuk merayakannya, kami sediakan hadiah mobil BMW dan
uang tunai 10 juta rupiah, tulis Wencelclaus dalam buku Mustahil Kristen Bisa
Menjawab.

Mengapa Natalan tanggal 25 Desember?


Gereja-gereja Barat merayakan Natal tiap tanggal 25 Desember karena mendapat
pengaruh dari Roma. Setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya sebagian besar
gereja di dunia mengikuti tradisi Roma.

Mengapa 25 Desember? Latar belakang perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa
Romawi. Tanggal 25 Desember dipilih sebagai hari Natal Yesus semata-mata
mengadopsi tradisi pagan, untuk menyesuaikan dengan hari perayaan penyembahan
berhala yang populer pada saat itu.
Sebab 25 Desember adalah Natal dua dewa terkemuka pada masa purba, yaitu perayaan
kelahiran Dewa Matahari bangsa Roma yang dikenal dengan perayaan Solis Invictus
(matahari yang tak terkalahkan) dan Dewa Mithras (dewa matahari kebenaran dan
kebijakan). Perayaan ini sangat berpengaruh dalam kebudayaan dan keagamaan di
kekaisaran Romawi, sejak abad ke-10 hingga 7 sebelum Yesus lahir (Sebelum Masehi).
Perayaan Roman Saturnalia, suatu perayaan untuk menghormati Saturnus, Dewa
Pertanian dan Pembaruan Kuasa Matahari, juga berlangsung pada tanggal 25 Desember.
Sejak abad ke-4 Masehi, Gereja Katolik mencaplok 25 Desember sebagai Natal Yesus
Kristus untuk menggeser pesta kafir tentang perayaan kelahiran dewa, diganti sebagai
natal Yesus sang pembawa terang. Dengan inkulturasi seperti ini, mereka berharap agar
para paganis dengan mudah beralih menjadi penganut Kristen. Makanya, beberapa
kebiasaan yang terdapat pada perayaan Natal, diperkirakan berakar dari perayaan
penyembahan berhala-berhala ini.

Kaisar Constantin Agung berusaha mempersatukan berbagai golongan dan agama guna
keseimbangan politis dan agamawi di kekaisarannya. Maka diperkenalkanlah tadisi
Natal pertama kali di Roma tanggal 25 Desember 336 yang menggabungkan tradisi
penyembahan matahari dalam Mithraisme dengan tradisi perayaan kelahiran Yesus
dalam Kristen. Sejak saat itulah 25 Desember diadopsi perlahan-lahan untuk merayakan
Natal kelahiran Yesus. Otomatis, latar belakang Mithraisme pada perayaan Sol Invictus
masih melekat. Misalnya, matahari yang disembah dalam perayaan Sol Invictus, diganti
dengan simbol bahwa Yesus adalah Sang Matahari Kebenaran Penerangi Dunia.

Untuk menampik tudingan perayaan tradisi kafir, biasanya para penginjil berkilah,
Kalau kini Natal dirayakan sepenuhnya untuk kepentingan rohani dan setiap orang
Kristen dapat bertumbuh dewasa karenanya, maka kaitannya dengan sejarah agama
purba itu tentu saja bisa diabaikan (Majalah Kristen Rajawali edisi Desember Th. XII
no. 12 hlm. 16).

Alasan ini sudah tidak relevan. Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur
Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat, telah membantahnya
dengan mengutip Catholic Encyclopedia: Sinners alone, not saints, celebrate their
birthday. Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun
mereka!!

Silsilah Nabi Isa Al-Masih a.s.

Injil
Matius 1:1-17 menelusuri silsilah secara menurun dari Nabi Ibrahim a.s.
sampai Nabi Isa Al-Masih a.s., sedangkan Injil Lukas 3:23-38 menelusuri
silsilah secara mendaki dari Nabi Isa Al-Masih a.s. sampai Nabi Adam
a.s. Baik Matius maupun Lukas berusaha menjelaskan bahwa Nabi Isa
Al-Masih a.s. adalah keturunan Nabi Daud a.s.

Matius menguraikan silsilah Nabi Daud ke bawah dengan menempuh jalur Solomon bin
Daud (Nabi Sulaiman a.s.). Silsilah yang dimulai dari Nabi Ibrahim itu dikelompokkan
Matius menjadi tiga bagian, masing-masing mencakup 14 generasi. Angka 14 yang
ditetapkan Matius ini sudah pasti diambil dari nama Daud (dalam huruf Ibrani
menggunakan tiga konsonan D-W-D atau daleth-waw-daleth), yang dalam numerologi
Ibrani (dan juga Arab) bernilai: daleth(4) + waw(6) + daleth(4) = 14. Apa boleh buat,
banyak nama keturunan Nabi Sulaiman dalam kitab umat Yahudi (Perjanjian Lama, kata
umat Nasrani), yaitu Dibre Hayyamim (Chronicles; Tawarikh) 3:10-20, yang terpaksa
dibuang oleh Matius agar tidak melebihi angka 14.

Lukas menempuh jalur berbeda dalam silsilah yang disusunnya. Menurut Lukas, Isa AlMasih bukan keturunan Solomon bin Daud seperti kata Matius, tetapi keturunan Nathan
bin Daud, abang Nabi Sulaiman yang tercantum dalam Dibre Hayyamim 3:5. Namanama dari Daud ke bawah yang disusun Lukas hampir semuanya berlainan dengan yang
disusun Matius. Jumlah generasi pun tidak sama. Dari Daud sampai Isa Al-Masih, Lukas
mencantumkan 42 generasi, sedangkan Matius cuma 27 generasi. Tetapi kedua penulis
Injil ini bertujuan sama: pokoknya Jesus Kristus adalah keturunan Daud!

Ternyata silsilah yang disusun oleh Matius dan Lukas tidak bersambung kepada Nabi Isa
Al-Masih a.s.! Mereka berdua menguraikan silsilah yang menurunkan Yusuf suami
Maryam, bukan silsilah Maryam sendiri. Padahal Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah putra
suci Siti Maryam r.a. yang perawan (lahir dengan kekuasaan Allah!), dan sama sekali
tidak ada hubungan darah dengan Yusuf. Meskipun Yusuf suami Maryam, Yusuf sama
sekali tidak melakukan hubungan badaniah dengan istrinya sampai utusan Allah yang
mulia itu lahir!

Matius sendiri mengakui hal ini (1:25): Et non cognoscebat eam donec peperit filium
suum primogenitum (Dan tidaklah dia menyatu dengannya sampai melahirkan putra
laki-lakinya yang sulung itu).

Jelaslah bahwa Nabi Isa Al-Masih bukanlah keturunan Nabi Daud, meskipun Matius dan
Lukas jungkir-balik berusaha menjelaskan hal itu dengan silsilah yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, Isa Al-Masih bukanlah Bani Israil suku Yehuda (Judah). Beliau adalah
Bani Israil suku Lewi, sesuai dengan garis keturunan Siti Maryam r.a. yang serumpun
dengan Nabi Musa dan Nabi Harun. Imam-imam Bani Israil umumnya memang dari
suku Lewi.
Menurut Al-Quran Surat Ali Imran ayat 33-35, Nabi Isa Al-Masih dan ibu
beliau Siti Maryam adalah keturunan Imran, ayahanda Nabi Musa dan Nabi Harun, yang
jelas merupakan keluarga Lewi, bukan keluarga Yehuda. Hal ini tercantum dalam
Weelleh Shemoth (Exodus; Keluaran) 2:1. Juga dalam Surat Maryam ayat 28, Maryam
dikatakan perempuan keluarga Harun (ukhta Harun).

Sebetulnya Lukas pun diam-diam mengakui bahwa Siti Maryam dan putranya Isa AlMasih adalah suku Lewi. Dalam Lukas 1:5 tertulis bahwa Elisabeth istri Nabi Zakaria
(ibunda Nabi Yahya) adalah keturunan Nabi Harun (filiabus Aaron), sedangkan dalam
Lukas 1:36 dijelaskan bahwa Elisabeth dan Maryam adalah sekeluarga (cognatus). Juga
estimasi Lukas (3:23) bahwa usia Jesus kira-kira 30 tahun (quasi annorum triginta)
ketika memulai tugas kerasulan merupakan indikasi bahwa Nabi Isa
Al-Masih memang suku Lewi, sebab menurut Bemidbar (Numbers; Bilangan) 4:47 para
imam dari suku Lewi baru wajib melakukan tugas imamatnya setelah berusia 30 tahun.

Kesimpulan:
(1) Nabi Isa Al-Masih a.s. mustahil lahir pada bulan Desember. Utusan Allah yang mulia
itu mungkin lahir pada musim semi (April atau Mei).
(2) Nabi Isa Al-Masih a.s. bukanlah keturunan Nabi Daud a.s. (suku Yehuda). Putra suci
Siti Maryam r.a. itu jelas merupakan suku Lewi.
Teman-teman Kristen apa masih mau merayakan Natal pada tanggal 25 Desember???!
Wallahualam...

KEMBALI
2

You might also like