You are on page 1of 3

Allah Ridho Meski Orang Membenciku

23 Mei 2009 pukul 23:14 Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 2. Hikmah, 6. Kisah Taubat

Sungguh hidayah itu datang tidak pernah disangka, hidayah datang kepada
kita tidak peduli pada saat itu kita siap atau tidak. Aku baru menyadari suatu
kebesaran Allah yang melintas di hatiku walaupun itu hanya melalui sedetik
pertemuan. Namanya At-Tin, mengingatkanku pada buah Tin yang sering
dikutip Al-Quran. Aku mengenalnya 4 tahun yang lalu, ketika kami masih
sama-sama bekerja di sebuah perusahaan batu bara di tengah belantara
hutan Kalimantan.
Hidup ditengah-tengah hutan dan bekerja dengan mayoritas kaum adam,
menjadikan alasan, mengapa kami berdua kemudian menjadi begitu akrab,
seperti saudara sendiri. Banyak suka duka yang sering aku kerjakan bersama
dia. Banyak hal membuat kami menjadi sangat dekat. Diantaranya; karena
kami memiliki selera yang sama, dari pakaian, musik ataupun senang
menonton film-film drama komedi. Kami sama-sama menyukai lagu-lagu Glenn
Fredly, atau sering memajang foto vokalis Ada Band, Donnie Cahyadi
Sibarani, yang cakep dan banyak diburu cewek-cewek di dompet kami
masing-masing.
Entahlah, pernah suatu hari kami bercanda, kalau diantara kami ada yang
menikah, kami berdua akan mengenakan jilbab besar sebagai hadiahnya.
Seperti kata pepatah, setiap ada perjumpaan, pasti ada perpisahaan. Setelah
beberapa bulan berteman begitu dekat, kami akhirnya berpisah jua. Kami
bersepakat berpisah untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Aku pindah
bekerja di perusahaan dekat dengan rumahku di kotaku, sementara ia pun
begitu. Singkat cerita, aku sudah tak tau lagi kemana ia bekerja. Dan akupun
tidak lagi menyimpan nomor hp-nya. Kami berdua benar-benar putus
hubungan.
***
Hari berlalu begitu saja, dan aku menginjakkan kaki di kota Sengata,
Kalimantan Timur, sebuah kota kecil nan tenang yang jauh dari keramaian
kota. Aku kini sudah bekerja di dinas pemerintahan. Di sisa-sisa waktu
luangku setelah bekerja aku gunakan untuk mengikuti beberapa pengajian di
kota ini. Memang ini bukan kegiatan pertama kali. Semenjak mahasiswi, aku
juga sering mengikuti pengajian. Namun kali ini agak lebih berbeda. Selain
aku sudah tidak lagi ABG, aku sedikit lebih matang dan dewasa. Aku, kini
menjali hidup baru.
Sebagai warga baru di kelompok pengajian, aku menjadi pusat perhatian
para akhwat dan umahat yang telah lama menjadi jamaah disini. Maklum,
mayoritas diantara mereka adalah kaum bercadar. Diantara yang tidak
memakai hanyalah aku dan beberapa akhwat saja. Umumnya, mereka yang
tidak memakai adalah para pekerja, terutama pekerja di instansi
pemerintahan.

Sore itu, adalah pertemuan kedua dari 2 kali kegiatan yang aku ikuti. Seorang
wanita bercadar, tiba-tiba duduk mendekatiku. Aku agak menggeserkan
tempat dudukku. Mungkin, dia ingin duduk di sebelahku.
Namun aku keliru, rupanya, dia sudah mengenalku. Rin.., sapanya.
Tentusaja aku kaget. Sebab aku tak bisa mengenalinya, kecuali hanya kedua
matanya. Tapi aku sangat kenal suara itu. Aku kenal dengan suara yang tak
bisa menyebut fasih huruf R, nama depanku itu. Aku juga mengenal dengan
alis dan dua matanya meskipun masih tertutup cadar. Subhanalah, jeritku! Dia
lantas membuka cadarnya di depanku, aku benar-benar terpenjat,..aku tak
percaya,..dia tersenyum dihadapanku. Dia adalah At-Tin!
Ya Allah,..dia adalah temanku, temanku yang 4 tahun lalu sekamar denganku
sewaktu kami masih bekerja di tengah hutan, temanku yang dulu hilang. Dia
yang sama seleranya denganku, dari cara berpakaian, sampai gaya hidupnya.
Tapi siapa sangka, perubahan ini begitu cepat. Mungkin Allah memilihkan
jalan lain untuknya dan juga mungkin untukku. Kini, wanita yang dulu adalah
pengagum vokalis Ada Band Donnie Cahyadi Sibarani ini menggunakan
cadar.
Kini, dia tidak lagi menggunakan make-up diwajahnya, tidak ada lagi keusilan
yang dulu sering kami lakukan. Semua hilang tak berbekas. Namun karena
Allah jua kami akhirnya bertemu lagi. Tapi dengan keadaan yang benar-benar
berbeda. Aku masih tak percaya dan benar-benar tak menyangka.
At-Tin bercerita kepadaku, mengapa akhirnya dia sampai di sini, dikota ini. Di
kota yang telah dipilihkan Allah untuk aku bertemu kembali dengannya. AtTin, kini telah menikah dengan seorang pria yang sekarang bekerja di
perusahaan batubara terbesar di sini, Dia sempat 1 tahun berada di pondok
pesantren, karena orang tuanya tidak setuju dengan prinsipnya yang
mengenakan cadar. Walaupun manusia telah menjauhiku, tapi bagiku ridha
Allah itu lah yang terpenting,, begitulah ungkapnya kepadaku.
Kecantikan itu harus di tutupi, hanya untuk suami kita bisa berbagi. hanya
untuk suami kita tampil cantik, tambah Tin kepadaku.
Begitulah cara Allah menunjukkan jalan dan hidayah pada hambanya.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah mengirimnya untukku kembali.
Setelah pertemuan itu aku sering bertandang kerumahnya sepulang dari
kerja. Kebetulan, suaminya baru pulang kerja jam 5 sore. Di sela-sela
kesempatan itu, kami bisa bercerita apa saja kegiatan selama kami berpisah.
Meski kini, sudah tidak ada lagi saling semir-menyemir rambut, tukar
menukar foto artis, dan tidak ada lagi tukar-menukar baju seperti yang dulu
kami lakukan di camp di tengah hutan.
Mungkin benar, ucapan adalah doa. Kami ingat kata-kata kami berdua dulu
yang pernah mengatakan, jika diantara kami berdua menikah, kami akan
mengenakan jilbab besar.. Dan sekarang, semuanya terbukti.

Sepekan lalu dia berpamitan denganku, dia mengikuti suaminya pindah kerja
di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. sekalian pulang ke kampung halaman
suaminya di Lubuk Linggau. Aku ingat dulu dia pernah bilang, Sekali-kali
tinggal di luar Kalimantan neng. (dari dulu dia selalu memanggilku Oneng,
katanya aku mirip Oneng di serial Bajuri, dan menurutnya aku ini cerewet dan
agak telmi seperti Oneng).
Perpisahaan kedua ini membuat hatiku kembali sepi, karena baru saja Allah
mengembalikan dia kepadaku, kini harus berpisah lagi. Namun aku sadar
akan masa di dunia ini. Setiap awal mesti ada akhir, setiap petemuan pasti
ada perpisahaan, semua ada saatnya,..ada saatnya nanti aku akan bertemu
lagi dengan dia.
Tetap komunikasi dan berukhuwah ya neng,..tetap istiqomah ya jangan lupa
selalu tawakkal apapun yang terjadi selalu ingat akan Allah, begitu pesanpesannya via SMS. Aku selalu tersenyum jika membaca keluhan dia selama
beradaptasi menjadi orang Sumatera. Sabar, semua ada akhirnya, nanti juga
kamu pasti bisa cocok dengan keadaan di sana, jalani aja, itulah jawaban
yang sering aku sampaikan kepadanya.
Suatu hari aku yakin kita pasti akan ketemu lagi, entah itu dimana di suatu
tempat yang sudah dipilih Allah karena aku yakin Allah sedang mengatur
pertemuan untuk kita, tambahku.
Sungguh aku tidak pernah menyangka, saat-saat kami mencari ridho Ilahi,
kami dipertemukan kembali. Walaupun aku dan dia sudah tidak menyimpan
nomor hp dan tidak pernah berkomunikasi lagi, tapi dengan ijin Allah
segalanya tidaklah sulit. Apalagi, kami berdua telah bertemu dalam kondisi
berbeda dari sebelumnya. Kami bertemu dalam suasana baru dan dunia baru.
Karena itulah, meski jauh, kami senantiasa tetap dekat. Semoga kami bisa
tetap mempertahankan ukhuwah ini.
Jangan ganti-ganti nomer lagi ya neng,..Begitu pesan yang selalu aku baca
darinya. Ya Tin, nomor ini akan aku pakai sampai akhir hayatku, demikian
kata batinku.

You might also like