You are on page 1of 32

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam

rangka

memenuhi

kebutuhan

protein

masyarakat

dengan

mengkonsumsi ikan, usaha budidaya mempunyai andil dalam menyukseskan


pembangunan kelautan dan perikanan. Budidaya ikan pada umumnya terbagi
dalam pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pembenihan pada khususnya
dimulai dari seleksi induk, persiapan kolam, pemijahan, penetasan telur,
pemeliharaan larva, dan pemanenan benih.
Usaha pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L) dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu tradisional, semi intensif dan intensif. Saat ini usaha
pembenihan masih banyak dilakukan secara tradisional. Campur tangan manusia
boleh dikatakan tidak terlalu berperan karena semua kegiatan sangat bergantung
terhadap kondisi alamiah. Penyediaan benih merupakan faktor mutlak dalam
budidaya ikan. Mutu benih dipengaruhi oleh mutu induk dan lingkungan seperti
mutu air, makanan dan penyakit. Sifat-sifat induk diharapkan dapat diturunkan
kepada benih antara lain pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap serangan
penyakit dan tidak cacat tubuh.
Sejalan dengan kemajuan teknologi, keberhasilan usaha pembenihan tersebut
tidak lagi banyak bergantung terhadap kondisi alam, karena manusia telah mampu
memanipulasi berbagai faktor alam yang berpengaruh di dalam budidaya ikan.
Usaha tersebut diantaranya berupa peningkatan penggunaan bibit unggul,
mempercepat dan mempermudah pemijahan ikan dengan hipofisa, peningkatan
tingkat pembuahan telur dengan teknik pembuahan buatan, penetasan telur secara
terkontrol, pengendalian kualitas dan kuantitas air serta pemurnian varietas induk
ikan dan lain-lain.
Ikan mas (Cyprinus carpio L) dikenal sebagai salah satu komoditas
budidaya perairan tawar karena nilai jualnya yang cukup baik di pasaran. Oleh
karena itu budidaya ikan mas banyak diusahakan dibeberapa daerah di Indonesia.
Menurut Rukmana (2006), ikan mas merupakan salah satu dari 15 jenis komoditas
ikan yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani, serta
pemenuhan untuk jenis ikan budidaya air tawar di Indonesia karena memiliki

daging yang putih dan lunak memungkinkan untuk dicerna oleh semua umur.
selain itu Ikan mas juga memiliki cita rasa yang sangat tinggi dan mudah dalam
pemeliharaannya. Ikan mas dapat dibudidayakan dengan berbagai sistem antara
lain: sistem air deras, keramba, jaring terapung dan lainnya. Oleh karena itu,
banyak pembudidaya ikan yang memilih memelihara ikan mas baik dalam skala
kecil maupun besar.
Salah satu kendala yang dialami oleh para konsumen saat ini adalah
ketersediaan benih yang terbatas. Berdasarkan hal tersebut, maka usaha
pembenihan ikan mas yang dilakukan di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air
Tawar ( BPBIAT ) Ngrajek, Magelang, Jawa Tengah merupakan suatu usaha
dalam menyediakan benih secara berkesinambungan mengingat tingginya
permintaan masyarakat terhadap ikan mas yang berkualitas baik sebagai salah satu
produk ikan konsumsi perairan tawar. Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air
Tawar ( BPBIAT ) mempunyai tempat yang strategis untuk kegiatan pembenihan
dan lokasi yang terjangkau oleh transportasi yang ada. Dari beberapa uraian
mengenai Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT), penulis
mempunyai minat dan ketertarikan terhadap tempat, pengetahuan teknis
pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L).
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) pembenihan ikan mas di Balai
Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar ( BPBIAT ) Ngrajek, Magelang, Jawa
Tengah ini adalah:
1. Mempelajari teknik pembenihan ikan mas.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada proses kegiatan
pembenihan ikan mas.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Klasifikasi dan Morfologi


Secara umum ikan mas (Cyprinus carpio L) mempunyai sifat-sifat
umum sebagai hewan omnivora (pemakan segala). Menurut Amri dan
Khairuman (2002), berdasarkan penggolongan ikan mas dapat dipaparkan
sebagai berikut:
Phyllum

: Chordata

Subphyllum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class

: Osteichthyes

Subclass

: Actinopterigii

Ordo

: Cypriniformes

Subordo

: Cyprinoidea

Family

: Cyprinidae

Subfamily

: Ciprinidae

Genus

: Cyprinus

Species

: Cyprinus carpio L

Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio L)


Ikan mas mempunyai ciri-ciri antara lain bentuk badan agak memanjang
pipih kesamping (compressed), mulut berada di ujung tengah (terminal) dapat
disembulkan dan lunak, memiliki kumis (barbel) dua pasang, kadang-kadang
3

mempunyai sungut dua pasang, jari-jari sirip punggung (dorsal) yang kedua
mengeras seperti gergaji. Sedangkan letak antara kedua sirip punggung dan perut
bersebrangan, sirip dada (pectoral) terletak dibelakang tutup insang (operculum).
Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi.
Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak
tiga baris berbentuk geraham (Pribadi dkk, 2002).
Tubuh ikan mas digolongkan tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor.
Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung
yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar. Seluruh bagian
tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis ctenoid. Pada
bagian itu terlihat ada garis linea lateralis, memanjang mulai dari belakang tutup
insang sampai pangkal ekor. Ikan mas memiliki lima buah sirip, yaitu sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip punggung
panjang terletak di bagian punggung. Sirip dada sepasang terletak di belakang
tutup insang, dengan satu jari-jari keras, dan yang lainnya berjari-jari lemah. Sirip
perut hanya satu terletak pada perut. Sirip dubur hanya terletak di belakang dubur.
Sirip ekor juga hanya satu, terletak di belakang, dengan bentuk cagak (Cahyono,
2000).
Ikan Mas ( Cyprinus carpio L ) menyukai tempat hidup berupa perairan
tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Ikan ini
hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150-600 m dpl (di atas permukaan
laut) dengan suhu berkisar antara 25-300C. Meskipun tergolong ikan air tawar,
Ikan Mas kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai dengan salinitas
25-30 ppt. Jika dilihat dari kebiasaan makannya, Ikan Mas tergolong ikan
omnivora, karena ikan ini merupakan ikan yang bisa memakan berbagai jenis
makan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Meskipun
demikian, pakan utamanya adalah yang berasal dari tumbuhan di dasar perairan
dan daerah tepian. ( Amri dan Khairuman, 2002 ).

2.2.

Pembenihan Ikan Mas

Dalam pelaksanaan teknik pembenihan ikan mas terdapat beberapa proses


yaitu persiapan kolam, seleksi induk, pemijahan dan penetasan telur, pemeliharaan
larva, dan pemanenan.
2.2.1. Persiapan Kolam
Menurut Cahyono (2000), kolam tempat hidup ikan mas harus subur. Pada
kolam yang subur tumbuh pakan alami dengan beragam jenis, dan ukuran serta
jumlah yang melimpah. Pakan alami sangat penting untuk kelangsungan hidup
dan

pertumbuhan

benih,

hingga

kelangsungan

hidupnya

tinggi

dan

pertumbuhannya cepat. Persiapan kolam terdiri dari pengeringan, perbaikan


pematang, pengolahan tanah dasar, perbaikan kemalir, pengapuran, pemupukan,
serta pengairan.
a. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam.
Kolam dibiarkan terjemur sinar matahari. Pengeringan dianggap cukup bila
tanah dasar sudah retak-retak. Biasanya selama 47 hari. Pengeringan
bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur
tanah dasar dan membuang gas-gas beracun. Selain itu juga untuk
mempermudah perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan
kemalir.
b. Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan
pematang dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup.
Bila ada bocoran yang lebih besar, sebaiknya pematang dibongkar, lalu
ditutup kembali dengan tanah. Bila bocorannya banyak, sebaiknya pematang
dilapisi plastik. Perbaikan pematang bertujuan agar kolam terbebas dari
bocoran, sehingga bila diisi air, ketinggian air dan kesuburannya dapat
dipertahankan. Kondisi ini sangat baik untuk benih, karena pakan alami selalu
tersedia.
c. Pengolahan tanah dasar
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian
dasar kolam, tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air,

strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air.
Struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan
organik (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya
tanah dasar terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak, belerang dan lainlain.
d. Pembuatan kemalir
Pembuatan kemalir dilakukan dengan cara menarik dua buah tali plastik
dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar
kemalir antara 40-50 cm. Tanahnya digali sedalam 510 cm, lalu dilemparkan
ke pelataran. Pembuatan kemalir bertujuan untuk memudahkan penangkapan
benih saat panen. Di depan lubang pengeluaran dibuak kobakan dengan
panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Setelah kemalir dibuat, tanah
dasar diratakan.
e. Pengapuran
Pengapuran

dilakukan

setelah

pembuatan

kemalir

dengan

cara

menyiramkan air kapur ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang.


Sebelumnya ditebar atau disiram, kapur direndam terlebih dahulu dengan air.
Untuk kapur yang sudah kering, pengapuran dapat dilakukan dengan cara
menaburkan ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang. Pengapuran
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanah, terutama pH dan
alkalinitasnya. Untuk kolam yang pH-nya sudah 7, pengapuran tidak perlu
dilakukan. Dosis pengapuran yaitu 40-50 gram/m2.
f. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menebar pupuk ke seluruh tanah dasar
kolam. Dengan cara seperti itu pupuk dapat tersebar merata dan pertumbuhan
pakan alami akan merata di seluruh bagian kolam. Pemupukan dalam kolam
bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami agar kolam menjadi subur. Pakan
alami sangat berguna untuk berudu agar tumbuh lebih cepat. Setelah kolam
dipupuk, kolam diisi air selama 4 6 hari. Caranya dengan menutup pintu
pengeluaran air (monik) dengan 3 4 buah belahan papan selebar masingmasing 10 cm, tidak terbuang. Selain cara di atas, pemupukan dapat pula
dilakukan setelah kolam diisi air, agar tidak menimbulkan bau yang tidak
sedap. Pupuk yang baik untuk kolam adalah kotoran ayam atau puyuh. Dosis
pupuknya 500-1000 gram/m.

2.2.2. Seleksi induk


Induk yang akan digunakan untuk praktek adalah induk ikan mas
(Cyprinus carpio L) yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut Amri dan
Khairuman (2008), induk mas betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri
yaitu bagian perutnya tampak gendut dan tampak menggelambir jika dilihat dari
atas. Apabila diraba, perutnya terasa lembek dan disekitar lubang urogenitalinya
tampak memerah dan akan keluar telurnya jika dipijit. Induk jantan yang sudah
matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan keluarnya sperma yang
berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut. Induk yang dianggap
ideal untuk dipijahkan adalah yang memiliki berat antara 6 kg sampai 12 kg/ekor.
Pakan yang diberikan berupa pellet dengan kandungan protein 25%. Dosis
pemberian pakan sebanyak 3% per bobot biomas per hari. Pakan tersebut
diberikan 3 kali/hari. Induk yang digunakan dalam pemijahan harus dalam kondisi
sehat, tidak terserang penyakit, baik parasiter maupun non parasiter, tidak cacat,
dan gerakannya lincah.

Gambar 2. Induk Jantan dan Induk Betina


Menurut Bachtiar (2002), beberapa tips cara memilih ikan mas yang hendak
dijadikan calon indukan yaitu :
a) Ditinjau dari morfologinya calon indukan yang baik untuk ikan mas dipilih
dengan ciri-ciri yang dimilikinya berkualitas baik, seperti ikan mas dalam
keadaan sehat, tidak cacat tubuh, tidak terluka, atau tidak sedang menderita
suatu penyakit. Tubuh ikan mas jika ditekan menggunakan jari-jari tangan
orang dewasa tidak terlalu keras atau terlalu lembek.

b) Bagi pembudidaya yang telah memiliki beberapa ekor ikan mas yang telah
berumur minimal setahun diseleksi untuk dijadikan indukan. Langkah ini
dilakukan merupakan seleksi yang pertama oleh pembudidaya memilih calon
indukan. Diusahakan induk yang diseleksi benar-benar jenis unggul dengan
pertumbuhan bagus, sehat, tidak cacat, dan bersisik besar dengan letak
beraturan. Ikan mas hasil seleksi tersebut setelah dipisahkan, kemudian
dipelihara tersendiri di kolam pemeliharaan induk.
c) Setelah seleksi pertama tersebut selesai dilakukan kemudian dilakukan seleksi
kedua yaitu berdasarkan jenis kelamin ikan mas calon indukan. Hasil seleksi
ikan mas berdasarkan jenis kelamin tersebut dipelihara di kolam khusus, yaitu
semua ikan mas jantan dipelihara dalam satu kolam khusus jantan. Demikian
pula dengan ikan mas yang betina. Tujuan pemisahan ikan mas calon indukan
berdasarkan jenis kelamin tersebut adalah agar induk-induk tersebut tidak
dapat kawin sembarangan.
d) Cara menentukan jenis kelamin ikan mas dilakukan dengan cara menekan
bagian perut ke arah ekor. Bila dari lubang kelamin ikan mas yang sedang
diperiksa mengeluarkan cairan berwarna putih susu (sperma), maka dapat
dipastikan ikan mas tersebut jantan. Sedangkan ikan mas betina ditentukan
dengan cara melihat bagian perut ke arah lubang kelamin (uroginetal). Bila di
bagian tersebut terlihat seperti membengkak, maka ikan mas tersebut dapat
dipastikan betina.untuk memastikan hal tersebut, dilakukan dengan cara
mengurut perut yang membengkak ke arah ekor. Bila dari lubang kelamin
keluar cairan berwarna kuning bening, maka dapat dipastikan ikan mas
tersebut betina.
e) Diberikan perlakuan secara khusus pada ikan mas calon indukan agar benih
yang dihasilkan berkualitas baik, terutama mengenai masalah kesehatan dan
asupan pakan. Pakan berupa pellet (kandungan protein 20-25%) dan pakan
alami berupa dedaunan atau cacing tanah.
f) Dihindari adanya kawin silang dalam antar induk ikan mas. Jika sampai
terjadi perkawinan antarkerabat dekat dari ikan-ikan mas, maka hal itu akan
menghasilkan benih ikan mas dengan kualitas buruk. Digunakan stok induk
dari set induk yang pemijahannya berbeda untuk menghindari hal tersebut.

g) Generasi-generasi stok induk dipelihara secara terpisah agar tidak terjadi


pemijahan di antara induk dan keturunannya sehingga kualitas genetik induk
dapat dipertahankan.
2.2.3. Pemijahan dan Penetasan Telur
Pemijahan pada ikan mas diawali dengan memasukkan pasangan induk
yang sudah terseleksi. Pelepasan induk diusahakan tidak menimbulkan gangguan
fisik atau gangguan non fisik. Dalam keadaan normal dan faktor lingkungan yang
mendukung, pemijahan dapat berlangsung pada malam harinya sekitar pukul
23.00 sampai dengan menjelang subuh. Pemijahan ditandai dengan adanya suara
riuh air akibat pasangan yang berpijah saling berkejaran dan berlompatan pada
saat pelepasan telur dan sperma. Telur-telur hasil pemijahan tersebut akan menetas
setelah 3-4 hari kemudian. Larva-larva yang baru menetas tersebut tidak langsung
diberi pakan tambahan karena masih ada kandungan kuning telurnya (Djarijah,
2001).
Ikan mas tergolong ikan yang mudah melakukan pemijahan, walaupun
dibak-bak terkontrol. Apabila induk benar-benar mencapai matang gonad, maka
ikan mas sudah siap untuk dipijahkan. Pemijahan ikan mas berlangsung selama 1
hari dan bak yang digunakan untuk pemijahan sesuai dengan teknik pemijahan
yang digunakan pemijahan dilakukan secara semi intensif yaitu dengan
menyuntikan larutan ovaprim dengan dosis yang sudah ditentukan, yaitu untuk
betina dosisnya adalah 0,3-0,4 ml/kg sedangkan untuk induk jantan dosisnya
adalah 0,1-0,2 ml/kg. Cara penyuntikannya yaitu dengan menyuntikkan pada
bagian sirip ketiga bagian tubuh ikan sebelah kanan di bawah sirip punggung.
2.2.4. Pemeliharaan Larva
Setelah larva ikan mas dilepas atau dipelihara dalam kolam pendederan
maka selanjutnnya dilakukan tahap pemeliharaan dan perawatan antara lain
dengan mengatur air masuk dan air keluar, jangan sampai ada kebocoran pada
kolam yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Padat tebar telur
untuk penetasan yaitu 10.000-20.000 butir/ m kakaban. Air kolam hendaknya
diatur sedemikian rupa jangan sampai kolam mengalami kekeringan atau
kelebihan air. Tahap berikutnya memberikan pakan berupa dedak halus yang
9

sebelumnya dedak tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air dan
diberikan secara merata disekelilingnya kolam ada pula pakan alami yang banyak
macamnya, yaitu Rotifera, Daphnia, Moina dan Branchionus. Waktu pemberian
pakan tersebut dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari selama satu minggu
(Bachtiar,2002).
Pada minggu kedua ikan baru bisa diberi pakan dedak halus ditaburkan
disekeliling kolam tanpa dibasahi lagi, pada minggu kedua dan ketiga bisa juga
diberikan makanan tambahan berupa pellet tapi pellet tersebut harus dihancurkan
atau ditumbuk sampai halus dan ditebarkan secara merata, serta harus
memperhatikan lingkungan sekitar kolam agar usaha pemeliharaan benih ikan mas
tidak mengalami kegagalan. Setelah umur benih tiga minggu (21 hari) dapat
dilakukan panen pertama dengan ukuran sekitar 1-3 cm dan bisa dilanjutkan
dengan

pemeliharaan

benih

untuk

menjadi

ukuran

3-5

cm

(http://budidayausaha.blogspot.com, 2013).
2.2.5. Penyakit dan Cara Penanggulangannya
Dalam budidaya ikan mas sering timbul penyakit yang menyerang benih
atau ikan dewasa.Penyakit merupakan suatu masalah yang sering merepotkan
petani. Tak jarang suatu usaha perikanan gagal karena serangan penyakit.Untuk
itu perlu dilakukan langkah-langkah pengendaliannya.
2.2.5.1. Penyakit Bakteri
Penyakit bakteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan
penyakit ini dapat secara kronis (menahun), oporinis (tidak bersifat ganas, tetapi
bila kondisi induk dan lingkungan memburuk dapat bersifat ganas serta dapat
dijumpai dimana-mana) dan septisemia (penyebab lewat aliran darah dan dapat
menginfeksi organ lain seperti ginjal dan hati) (Rukmana, 2006).
a) Penyakit Columnaris
Gejala:
Ikan kehilangan nafsu makan. Terjadi infeksi kulit pada bagian kepala dan badan
belakang, sirip, insang, serat bagian tubuh lainnya. Penyerangan penyakit ini
berlangsung lambat dan pada suhu 200C akan timbul borok kulit.
10

Penyebab : Flekxibakter columnaris


Pengendalian:
Menjaga kualitas air agar tetap baik adalah salah satu cara pengendalian penyakit
ini.Untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan perendaman dalam kuprisulfat
dosis (1-200) ppm selama (1-20) menit atau oksitetrasiklin HCl dosis 10 mg/1
selama 30 menit. Selain itu,pengobatan dapat dilakukan lewat pakan dosis 75
mg/kg ikan/hari.
b) Penyakit Penducle
Gejala:
Gejala penyakit penducle hampir sama dengan penyakit columnaris pada suhu
160C timbul borok.
Penyebab : Cytophago psychoropohylla
Pengendalian:
Dilakukan perendaman dengan oksitetrasiklin dosis 10 ppm selama 30 menit atau
dengan melalui pakan dengan 100 mg sulfixzole/kg berat ikan/hari selama 10-20
hari berturut-turut.
c) Penyakit Pseudomonas flurescens
Gejala:
Terjadi pendarahan pada bagian kulit, hati, ginjal dan limpa juga terjadi borok
pada kulit.
Penyebab : Pseudomonas sp.
Pengendalian:
Tindakan preventif untuk mencegah kualitas air.untuk mengobati dilakukan
perendaman dengan oxitetrasiklin HCL dosis 25-30 mg/kg ikan/hari selama 7-10
hari berturut-turut.
d) Penyakit Aeromonas Punctata
Gejala:
Warna badan ikan suram tidak cerah, kulit kesat dan melepuh, cara bernafas
mengap-mengap, kantong empedu gembung, pendarahan dalam organ hati dan
ginjal.
Penyebab : Aeromonas punctata
Pengendalian:
Dilakukan penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80100 mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari
berturut-turut.

11

2.2.5.2. Penyakit Parasit


Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya
protozoa, cacing, jamur dan lainnya (http://budidayausaha.blogspot.com, 2012).
a. Penyakit Bintik Putih
Gejala:
Pakan ikan terserang tidak ikut berenang dan selalu tinggal dipermukaan air.Pada
bagian kulit,sirip dan insang terdapat bintik-bintik putih.Ikan yang sakit
menggosok-gosokan badannya di dasar kolam atau ke benda keras.
Penyebab : Ichthyphyhirius multifillis
Pengendalian:
Dilakukan pemberokan untuk mencegah bintik putih di air yang mengalir dan
memperkecil padat tebar dan untuk pengobatan dilakukan perendaman ikan
dengan formalin dosis 25 ml/m3 air yang ditambah dengan larutan melacit green
0,1 gr/m3 air selama (20-24) jam.
b. Penyakit Lernea sp.
Gejala:
Penyakit ini menyerang bagian-bagian insang, sirip dan mata. Pada bagian
tersebut akan tampak luka.
Penyebab : Parasit Lernea sp.
c. Penyakit Kutu
Gejala:
Ikan yang terserang akan tampak kurus dan di daerah serangan akan tampak bekas
gigitan dengan warna merah.
Penyebab : Parasit jenis Argulus sp. Parasit ini menempel pada bagian insang,
kulit insang.
2.2.6. Pemanenan
Menurut Khairuman (2002), sebelum dilakukan pemanenan benih ikan,
terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap dan sarana perlengkapannya.
Peralatan yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba
kupyak, fish bus(untuk mengangkut ikan jarak dekat), ayakan penyabetan dari
alumunium/bamboo, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk

12

menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan),


scoopnet. Untuk panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00
05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terik matahari yang dapat mengganggu
kesehatan benih ikan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan
menyurutkan air kolam pendederan sekitar pukul 04.00 atau 05.00 pagi secara
perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara
mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring
dan ditampung dalam ember atau keramba. Benih dapat dipanen setelah dipelihara
selama 21 hari. Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan
ukuran benih antara 8-12 cm (Khairuman, 2008).

III. PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan tempat
Kegiatan PKL I semester III Sekolah Tinggi Perikanan, Jurusan Penyuluhan
Perikanan Tahun Akademik 2014/2015, dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober
2014 sampai dengan 14 November 2014 yang bertempat di Balai Perbenihan dan
Budidaya Ikan Air Tawar ( BPBIAT ) Ngrajek, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah.
3.2. Metode Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan dengan metode magang yaitu
mengikuti semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan di BPBIAT khususnya
mengenai teknik pembenihan ikan mas.
Pengambilan data pada Praktek Kerja Lapangan ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan pengumpulan data berupa kegiatan yang
dilakukan dengan pengamatan (observasi). Observasi dilakukan terhadap berbagai
kegiatan yang bersangkutan dengan pembenihan ikan mas. Data sekunder
diperoleh dari wawancara dengan petugas/pembimbing ekstern di lapangan, studi
13

pustaka, laporan yang diperoleh dari lembaga penelitian swasta atau masyarakat
yang berhubungan dengan teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L).
3.3. Materi Kegiatan
Materi kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan meliputi :
1. Identifikasi keadaan BPBIAT
2. Identifikasi kegiatan BPBIAT dengan mengambil materi pembenihan
ikan mas (Cyprinus carpio L). Tabel 1 adalah rangkaian kegiatan yang telah
dilaksanakan selama Praktek Kerja Lapangan.

Tabel 1. Materi kegiatan Praktek Kerja Lapangan


KEGIATAN
1.

Sarana dan Prasarana

2.

Persiapan kolam

3.

Seleksi induk

4.

Pemeliharaan induk

5.

Pemijahan dan penetasan telur

RINCIAN KEGIATAN
a. Mengetahui
sarana
dan
prasarana yang digunakan
untuk kegiatan pembenihan
ikan mas
b. Perkenalan dengan staff dan
pegawai BPBIAT
a. Pengeringan kolam
b. Pembuatan kemalir
c. Pemupukan
a. Pengukuran berat induk dan
umur induk sebelum dipijah
b. Jumlah induk betina dan induk
jantan
yang
dipijah
(perbanding)
c. Kualitas induk
a. Pemisahan induk jantan dan
betina
b. Pemberian pakan
a. Persiapan Kakaban
b. Pembersihan bak pemijahan
c. Pengisian air untuk pemijahan
d. Penyuntikan ovaprim sesuai
dosis
e. Pemasukan induk ke dalam
kolam pemijahan
f. Waktu pemijahan

14

6.

Pemeliharaan larva

7.

Pemanenan

g. Tanda-tanda memijah
h. Jumlah telur yang dihasilkan
setelah memijah
i. Lama penetasan telur
j. Daya tetas telur
k. Siklus telur menjadi larva
a. Pengaturan pemasukan dan
pengeluaran air
b. Padat tebar larva
c. Pemberian pakan untuk larva
d. Lama pemeliharaan larva
a. Persiapan alat-alat pemanenan
b. Waktu pemanenan
c. Cara pemanenan
d. Pemindahan larva ke kolam
pendederan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum BPBIAT Ngrajek
Secara geografis, Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar
(Satker PBIAT) Ngrajek terletak di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Letak lokasi berjarak sekitar 5 km
dari Ibukota Kabupaten Magelang dan 4 km dari Kecamatan Mungkid.
Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Ngrajek
Magelang berbatasan dengan :
Sebelah Timur

: Sungai Pabelan

Sebelah Barat

: Desa Rambeanak

Sebelah Utara

: Desa Paremono dan Desa Pabelan

Sebelah Selatan

: Desa Progowati dan Kelurahan Mendut

Satuan Kerja BPBIAT Ngrajek dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Satker BPBIAT Ngrajek


15

Lokasi Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (Satker
PBIAT) Ngrajek berada pada ketinggian 340 meter di atas permukaan laut dengan
curah hujan tahunan sekitar 1250 1500 mm dan suhu rata-rata tahunan adalah
25oC.
Luas areal Satker PBIAT Ngrajek seluruhnya adalah 5,3 Ha yang terdiri
dari 37.731,5 m2 area perkolaman dan 15.047,5 m2 fasilitas bangunan. Tekstur
tanah di Satker PBIAT Ngrajek adalah tipe tanah liat berpasir.
Adapun keadaan fisik dan struktur dari Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air
Tawar Ngrajek dalah sebagai berikut :
a. Luas Areal
Luas areal Satker PBIAT Ngrajek seluruhnya adalah 5,3 Ha yang terdiri dari
37.731,5 m2 area perkolaman yang terdiri dari kolam pembenihan, pendederan,
pembesaran, bangsal pembenihan, bangsal penjualan dan 15.047,5 m 2 fasilitas
bangunan yang meliputi kantor, klinik ikan, rumah jaga, mushola, gudang, asrama
dan aula.

b. Jumlah Sarana dan Prasarana


Satker PBIAT Ngrajek memiliki sarana dan prasarana diantaranya : Gedung
kantor, Gedung Training Centre, Bangunan Gazebo, Gedung asrama, Gedung
Induce Breeding, Gedung Broodstock Center Lele (BCL) dan Fasilitas
Perkolaman.
c. Sumber air, tata saluran air dan perkolaman
Sumber air yang digunakan untuk mengairi lahan perkolaman Satker PBIAT
Ngrajek memanfaatkan mata air yang terletak sekitar 500 m di sebelah utara desa
Ngrajek, yaitu Sumber Air Combrang dan Sumber Air Mudal. Air tanah ini sangat
baik untuk budidaya ikan karena keluar langsung dari permukaan tanah.
d. Struktur Organisasi BPBIAT
Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (Satker PBIAT)
Ngrajek dikelola Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah dan dibawah
pengawasan langsung dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah

16

sebagai salah satu dari tiga (3) Satuan Kerja Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan
Air Tawar (BPBIAT) Muntilan. Guna melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibebankan, maka disusunlah struktur organisasi yang terdiri dari :
1. Pimpinan Satuan Kerja
2. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Administrasi
3. Manager Pengendali Mutu (MPM)
4. Seksi Produksi
5. Seksi Pemasaran
Untuk mengetahui lebih jelasnya struktur organisasi di Satker PBIAT Ngrajek
dapat dilihat pada Gambar 4.

Pimpinan BPBIAT
Tri Asih Handayani, SP

Sub. Bag. Keuangan dan


administrasi
Dewi Ruming Bumi

Seksi Produksi
Madmudin

Manager Pengendali
Mutu
Joko Utomo,SP

Seksi Pemasaran
Suyatin

Gambar 4. Struktur Organisasi BPBIAT Ngrajek


e. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pegawai Satker PBIAT Ngrajek berjumlah 14 orang terdiri dari 8 orang PNS
dan 6 orang non PNS (2 orang honorer kegiatan Peningkatan Kapasitas Sumber
Pendapatan UPT Dinas Kelautan dan Perikanan dan 4 orang honorer kegiatan
Sarpras Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar BPBIAT TA 2013). Dengan
perincian sebagai berikut : 1 orang Pimpinan Satker, 6 orang Tenaga Teknis
Lapangan, 1 orang Seksi Produksi,1 orang administrasi ketatausahaan/bendahara
17

pendapatan,1 orang bendahara pengeluaran, 1 orang seksi pemasaran 2 orang


penjaga malam, dan 1 orang pengolah data.
f. Visi dan Misi
Visi : Menjadi Lembaga Pelayanan Yang Profesionaldan Bertanggung Jawab
Untuk

Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya.

Misi : Meningkatkan taraf hidup dengan peninglatan pelayanan yang berhasil


guna, tepat guna dan cepat sasaran, melalui:
1. Penyediaan benih bermutu dan induk unggul
2. Penyediaan tekhnologi perbenihan dan budidaya yang ramah
lingkungan.
4.2 Kegiatan Pembenihan Ikan Mas
Dalam kegiatan pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L) yang dilakukan
di BPBIAT Ngrajek terdapat beberapa proses yang benar-benar harus diperhatikan
antara lain penyiapan induk, seleksi induk, persiapan kolam pemijahan dan kolam
pemeliharaan larva serta pemeliharaan larva.
4.2.1

Persiapan Kolam

Persiapan kolam pemeliharaan larva yang berukuran 10x15x1,5 m 3 yaitu


dengan mengolah tanah dasar dengan cara menggemburkan tanah menggunakan
cangkul, tujuannya agar mudah tumbuh pakan alami serta mudah dalam
pemanenan.
Setelah proses pengolahan tanah dasar selanjutnya proses pengeringan
kolam. Pengeringan kolam yang dilakukan pada saat praktek ialah dengan cara
kolam terlebih dahulu dibajak menggunakan cangkul tujuannya agar tanah
menjadi gembur. Setelah itu dikeringkan beberapa hari agar hama dan penyakit
yang ada hilang.
Tahap yang selanjutnya adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk
menumbuhkan pakan alami berupa plankton untuk makan larva ikan mas.
Pemupukan yang dilakukan di BPBIAT Ngrajek menggunakan pupuk alami yang
berasal dari kotoran hewan dengan dosis 3 karung pada kolam. Dimana per
karung tersebut mempunyai berat 20 kg.

18

Dosis pemberian pupuk pada kolam pemeliharaan larva adalah 267 gr/m 2.
Dosis tersebut sesuai menurut (Djarijah, 2001) untuk kolam pemeliharaan larva.
Disebutkan dosis pemupukan untuk kolam pemeliharaan larva adalah 200 gr/m 2.
Apabila pemupukan tersebut kurang dari standar yang ditentukan maka akan
berpengaruh pada banyaknya pakan alami yang tersedia di kolam pemeliharaan
larva. Karena larva hanya bisa memakan pakan alami berupa plankton dan belum
bisa memakan pakan buatan berupa pelet halus. Oleh karena itu dalam
pemupukan pada kolam pemeliharaan larva harus memperhatikan dosis pupuk
karena dapat menyebabkan larva kekurangan asupan pakan alami untuk
pertumbuhannya.
.

Gambar 4. Pengeringan kolam dan pemupukan

19

4.2.2

Seleksi Induk

Kualitas induk yang baik diperlukan untuk menghasilkan bibit yang


unggul. Oleh karena itu diperlukan adanya seleksi induk. Seleksi induk yang
dilakukan di BPBIAT Ngrajek bertujuan mengetahui induk ikan yang matang
gonad dan siap memijah serta mengetahui kualitas dari induk tersebut. Pada
pemijahan kali ini induk betina ikan mas siap dipijahkan berumur 2 tahun, berat 2
kg. Sedangkan induk jantan umur 1,5 tahun, berat 2,3 dan 3 kg. Induk ikan mas
sehat dan tidak sakit dengan perbandingan induk betina 2 dan induk jantan 3.
Hal ini sangat dimungkinkan menurut (Sumantadinata, 1983). Ikan Mas
mulai dapat dijadikan induk pada umur 1-1,5 tahun, sedangkan menurut informasi
di BPBIAT Ngrajek yaitu pada umur 1,5-2 tahun untuk induk betina dan 10 bulan
sampai 2 tahun untuk induk jantan. Hal ini menandakan bahwa induk ikan mas
akan menghasilkan telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik apabila induk
yang digunakan sudah benar-benar matang gonad.
Adapun ciri-ciri induk sudah matang gonad secara fisik, dapat ditandai
dengan perutnya mengembang kearah lubang urogenital bila diraba lebih lembek,
lubang urogenital berwarna agak kemerah-merahan, tutup insang bila diraba lebih
kasar. Sedangkan induk jantan ditandai dengan bila perut diurut dari arah kepala
ke anus akan keluar cairan berwarna keputih-putihan, dan tutup insang bila diraba
terasa kasar.
Kriteria induk yang baik yang dilaksanakan pada saat PKL di BPBIAT
Ngrajek sebagai berikut :
Induk Betina : (a) Badan (tubuh) sintal dan Bulat, (b) Perut lembek dan tampak
berisi dari ujung posterial sampai lubang kelamin, (c) Alat kelamin bundar,
membengkak dan menonjol, berwarna kemerah-merahan dan bagian tepinya
berkerut mirip punggung ulat, (d) Lubang anus membesar dan memerah, (e) Umur

20

2,5 tahun, berat tubuh induk 3,3 kg, (f) Ikan mas varietas si Nyonya ( Ikan Mas
Lokal), (g) Warna induk kuning tua ( orange ).
Induk Jantan : (a) Permukaan punggung dan sirip dada agak (pectoralis) kasar,
(b) Apabila permukaan perut dekat lubang kelamin ditekan (diurut) akan
mengeluarkan cairan kental berwarna putih (sperma), (c) Alat kelamin relatif kecil
dan seolah-olah menyatu dengan lubang anus, (d) Badan terlihat langsing, (e)
Umur 13 bulan, berat tubuh induk 1,2 kg, (f) Warna induk kuning muda/pucat.

a. Induk jantan

b. induk betina

Gambar 5. Induk jantan dan betina matang gonad


4.2.3

Pemeliharaan Induk
Setelah melalui tahap seleksi, induk ikan mendapatkan perlakuan khusus

atau karantina pada kolam berukuran 1,5x4 m 2 untuk di berikan pakan yang
intensif dan perlakuan agar ikan tidak stress. Pakan yang digunakan untuk induk
adalah jenis pakan apung dengan kandungan protein 30% bermerk japfa.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu jam 10.00 WIB dan jam 15.00
WIB.
Hal tersebut telah sesuai dengan (SNI 01- 6137 1999) yaitu pemberian
pakan untuk larva adalah 2 kali sehari dan minimal kadar protein pada pakan
adalah 30% dan lemak 6-8%.
Takaran yang digunakan untuk 4 ekor induk betina dan 6 ekor induk
jantan adalah 1,25 l pada setiap pemberian pakannya. Pemberian pakan juga
harus diperhatikan karena apabila pakan yang diberikan terlalu banyak akan
menjadi kotoran yang mengendap di dasar perairan.

21

4.2.4

Pemijahan dan Penetasan Telur

Pemijahan yang dilakukan di BPBIAT Ngrajek menggunakan teknik semi


intensif yaitu dengan perlakuan menyuntikkan ovaprim pada induk sebelum
melakukan pemijahan. Langkah yang dilakukan dalam pemijahan di BPBIAT
Ngrajek adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Kakaban
Kakaban yang digunakan mempunyai luas 1x0,3 m. Teknik pemasangan
kakaban untuk pemijahan ikan mas adalah mengaitkan kakaban menggunakan tali
dan bambu atau kayu agar kakaban tersebut mengapung. Hal tersebut bertujuan
agar telur yang dihasilkan ikan mas tidak dimakan kembali oleh induk.
Dikarenakan telur yang dihasilkan ikan mas tidak mengapung. Sehingga harus ada
tempat bagi menempelnya telur ikan. Kakaban yang digunakan sebanyak 14
dengan presentase keadaan kakaban yang baik sebagai berikut :

Kondisi 100% = 3 kakaban


Kondisi 80 % = 4 kakaban
Kondisi 60 % = 5 kakaban
Kondisi 30 % = 2 kakaban

b. Pembersihan dan pengisian air pada bak pemijahan


Bak pemijahan pada BPBIAT Ngrajek terbuat dari keramik yang
berukuran 1x4 m2. Bak pemijahan tersebut terletak indoor dalam hatchery. Teknik
pembersihan bak pemijahan yaitu dengan menyikat keseluruhan sudut kolam. Hal
tersebut bertujuan menghilangkan kotoran, mematikan bakteri pada bak dan
menghilangkan bau yang terdapat pada pemijahan sebelumnya
Pengisian air pada bak pemijahan dengan debit air 2,7 liter/detik. Debit air
untuk pemijahan dapat dikatakan sangat bagus karena menurut (SNI 01- 6137
1999) untuk debit pengisian air adalah 0,5 liter/detik. Air yang digunakan untuk
pengisian pada bak pemijahan berasal dari sumber mata air langsung dalam tanah
(tok) yang tidak pernah berhenti sepanjang tahun. Ketinggian air yang digunakan
untuk persiapan pemijahan adalah 64 cm. Hal tersebut sesuai dengan (SNI 016137 1999) yaitu ketinggian standar untuk pengisian air adalah 60-70 cm.
Karena apabila ketinggian air lebih dari 70 cm akan mengakibatkan ikan dapat
lompat dari kolam pemijahan pada saat pemijahan.
22

c. Penyuntikan ovaprim sesuai dosis


Penyuntikan ovaprim dilakukan dengan tujuan merangsang hormon untuk
mempercepat pemijahan dan menghasilkan telur yang lebih banyak. Kadar
ovaprim yang di berikan juga harus sesuai dengan ukuran karena akan
mempengaruhi daya tetas ikan tersebut. Menurut (Santoso,1997) pemberian dosis
ovaprim untuk betina adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk induk jantan 0,25 ml/kg.
Diperlukan waktu 0,5-10 menit untuk melepas ikan ke dalam bak pemijahan
setelah penyuntikan. Hal tersebut sesuai dengan perlakuan penyuntikan ovaprim
di BPBIAT Ngrajek (terlampir). Alat dan bahan yang di gunakan dalam
penyuntikan Ovaprim pada ikan mas adalah sebagai berikut :

Larutan ovaprim
Larutan aquabides stelida
Larutan NaCl
Suntikan
Gelas ukur

Langkah langkah dalam pembuatan Ovaprim adalah sebagai berikut :


Suntikan dibersihkan menggunakan larutan NaCl agar steril dan terbebas
dari bakteri dalam suntikan tersebut.
Penghitungan dosis ovaprim (Lampiran 1)
Penyuntikan ovaprim pada ikan mas. Penyuntikan dilakukan pada sisik
ketiga pada bagian tubuh sebelah kanan dari sirip punggung depan ikan
mas kemudian diurut kedepan agar cairan ovaprim tidak keluar lagi.
Pelepasan ikan kedalam bak pemijahan.

Menurut data yang terlampir pada kemasan ovaprim. Ovaprim akan bekerja
optimal pada jangka waktu 12 jam setelah penyuntikan. Di BPBIAT Ngrajek
penyuntikan ovaprim dilakukan pada jam 09.00 WIB sehingga ikan mas
diperkirakan akan memijah dengan optimal pada pukul 21.00-23.00 WIB (12-14
jam). Dimulainya pemijahan ditandai dengan suara riuh dan gemercik yang pada
saat pemijahan.
d. Sampling telur pasca pemijahan

23

Pengambilan
sampling

telur

ikan

setelah

mas

pada

terjadi

pemijahan

dengan

cara

pemotong

kakaban

berukuran

4x6

cm2

pada kakaban yang berbeda. Setelah itu di lakukan penghitungan dalam gelas ukur
dan wadah secara manual. Penghitungan yang dilakukan pada pukul 23.00 WIB
dapat diperoleh dengan hasil

Sampling 1 = 604 telur


Sampling 2 = 499 ekor
Sampling 3 = 432 ekor
Sampling 4 = 302 ekor
Sampling 5 = 316 ekor
Sampling 6 = 328 ekor

Jumlah keseluruhan telur yang di peroleh pada saat sampling adalah 2481
butir. Dapat diperoleh rata-rata 2481:6 = 413,5 telur/luas sampling (4x6 cm2).
Jumlah keseluruhan telur setelah pemijahan dengan melakukan sampling acak
adalah 506.537,5 ekor. Setelah dilakukan penghitungan, keesokan harinya
kakaban dipindah ke dalam kolam pendederan dengan perlakuan pemupukan.
Jumlah penyusutan berat yang terjadi pada ikan mas sebesar 0,6 kg dengan
penghitungan berat sebelum memijah adalah 3 kg dan berat setelah memijah pada
induk betina adalah 2,4 kg. Pada induk jantan hanya terjadi 0,2 kg penyusutan
setelah memijah.

Gambar 6. Telur Ikan Mas

24

Untuk kakaban yang telah terisi telur dimasukan kedalam kolam yang
berbentuk persegi panjang 15x10x1 m3. Kakaban yang telah dipindah kedalam
kolam mendapat perlakuan yaitu kakaban diberi beban batu dengan massa 5 kg
sebanyak 2 buah dan dikaitkan pada tiang agar kakaban berada pada keadaan
tidak mengambang dan tidak tenggelam. Hal tersebut dilakukan agar suhu yang di
dapat oleh telur ikan mas stabil. Kolam penetasan selanjutnya diberi airasi untuk
penambahan oksigen. Suhu dikolam sekitar 25-28 oC dan diusahakan stabil.
Larva berada dalam kolam penetasan telur selama 4 hari dengan suhu 2326oC. Hal ini sangat dimungkinkan karena telur-telur hasil pemijahan tersebut
akan menetas setelah 3-4 hari kemudian. Sedangkan di BPBIAT Ngrajek telur
Ikan

Mas yang menetas adalah sekitar 30-40 % dari jumlah telur yang

dihasilkan/kakabannya mencapai 506.537,5 telur menetas setelah 2 hari sampai


dengan 4 hari dalam suhu 27o C.
e. Penetasan telur
Lama penetasan telur menjadi larva di BPBIAT Ngrajek adalah 3 hari.
Dengan melakukan pengamatan menggunakan mikroskop setiap 2 jam sekali dan
kelipatannya. Dengan memperhatikan kualitas air seperti pH dan suhu agar telur
menjadi larva stabil dan tidak terjadi mortalitas. Dalam tahap penetasan telur
tercatat rata-rata untuk DO adalah 6 mg/l, rata-rata pH adalah 7,3 dan rata-rata
suhu yaitu 27,5oC. Pernyataan diatas sesuai dengan ketentuan (SNI 01- 6137
1999) untuk penetasan telur yaitu ph rata-rata 6,5-8,5. Untuk DO adalah 5 mg/l
dan bersuhu rata-rata 280C. Terjadi perubahan fisiologis disetiap jam nya selain itu
kesempurnaan organ tubuh juga mulai berfungsi normal.
Siklus telur menjadi larva membutuhkan waktu selama 3 hari. Berikut
tabel pengamatan telur menjadi larva.
Tabel 2. Siklus pertumbuhan telur menjadi larva
No.
1.

Waktu (WIB)
06.05

Gambar

Keterangan
Inti telur masih terlihat
mendominasi telur.

25

2.

08.10

Inti telur mulai mengecil.

3.

12.54

Terlihat inti sel dengan sel


yang masih mengandung
yolk.

4.

18.33

Inti sel pada sisi sebelah


kanan mulai menipis yang
meng indikatorkan

5.

pembelahan sel.
Sel menjadi haploid

22.24

setelah terjadi
pembelahan.
6.

04.00

Pada salah satu sel yang


hidup terbentuk struktur
organ tubuh ika. Dengan

7.

diskripsi mata dan ekor.


Ikan telah mempunyai

12.34

bagian tubuh yang


lengkap di lengkapi
8.

dengan air suling.


Ikan yang berada di dalam

20.15

telur telah siap berubah


menjadi larva.
Sumber : Data Primer (2014)
f.

Daya tetas telur


Daya tetas telur pada induk ikan mas yang terjadi di BPBIAT Ngrajek

dapat dilihat pada Tabel 3.


Tabel 3. Daya tetas telur
No.
sampel
1.

pada
telur yang
telur

kakaban
menetas
604

112

mortalitas
604-112 = 492

Presentase

112
x 100 =18,5
604

26

2.

499

337

499-337 = 162

337
x 100 =67,5
499

3.

432

165

432-165 = 267

165
x 100 =37,9
432

4.

302

215

302-215 = 87

215
x 100 =71.2
302

5.

316

70

316-70 = 246

70
x 100 =22,2
316

6.

328

106

328-106 = 222

106
x 100 =32,3
328

2481
6

= 413,5

1004
6

= 167,4

249,6
6

= 41,6 %

Presentaselarva yang menetas= rata ratatelur yang menetas

rata rata telur pada kakaban


=

167,4
x 100
414

40,3%

Jumlah larva menetas = presentase larva menetasxjumlah telur pemijahan


= 40,3%x506.538
= 210.712 ekor
Jadi, jumlah larva yang menetas pada pemijahan ikan mas sebanyak 210.712
ekor dengan menghitung menggunakan sampling luas kakaban yang digunakan.
Hatching Rate (HR) adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang
menetas. Untuk mendapatkan HR sebelumnya dilakukan sampling larva untuk
mendapatkan jumlah larva. Menurut Murtidjo (2001), Hatching Rate (HR) dapat
dihitung menggunakan rumus berikut ini :

27

HR=

jumlah telur yang menetas


jumlah telur keseluruhan
210.712
506.538

= 41,5 %
Jadi, dapat disimpulkan bahwa larva yang akan tumbuh menjadi benih
adalah 210.712 larva dengan presentase 41,5%. Menurut Dewi Murni Ningsih
(2006), penundaan fertilisasi mempengaruhi hatching rate pada Ikan Mas tetapi
tidak berpengaruh pada survival rate (SR). Hatching Rate Ikan Mas rata rata
tertinggi adalah pada lama waktu penundaan fertilisasi 3 jam yang menghasilkan
rata-rata 23,29 % dan pada lama waktu penundaan fertilisasi 12 jam menghasilkan
nilai terendah dengan rata-rata sebesar 2,91 %. Mortalitas spermatozoa tertinggi
terdapat pada penundaan fertilisasi 3 jam menghasilkan rata-rata 91,67 % dan
penundaan fertilisasi 3 jam menghasilkan rata-rata terendah sebesar 18,33 %.
Pada praktek di BPBIAT Ngrajek terjadi penundaan fertilisasi selama 9
jam dari pemijahan pada pukul 23.00 WIB dan penanganan telur pada pukul 08.00
WIB dikemudian hari sehingga HR menurun sebanyak 44.8 %. Dari jumlah HR
yang seharusnya 86,3 % menjadi 41.5 %.
4.2.5

Pemeliharaan Larva

Setelah menetas, larva didiamkan selama 2 hari dan tidak diberi pakan dari
luar sampai kuning telur yang ada dalam badannya habis. Pakan yang tersedia
berupa pakan alami dengan kandungan phytoplankton seperti Daphnia, Rotifera,
Cyanophyta, Chlrophyta, Euglenophyta. Selanjutnya pada saat kuning telur yang
ada pada tubuhnya akan habis dan mulailah membutuhkan asupan makanan dari
luar. Pada hari keempat setelah penetasan, larva berubah menjadi kebul. Kebul
diberi makanan tambahan berupa pelet dedak yaitu pelet yang mengandung
protein 41 % yang sebelumnya telah dihaluskan dengan cara digiling. Hal tersebut
dimungkinkan menurut tetapan (SNI 01- 6137 1999)
Takaran makanan tambahan dengan dosis 2 liter sampai habis. Pada saat
pemeliharaan larva, air dipertahankan setinggi 50 cm. Apabila air di dalam kolam
terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dikhawatirkan suhu air yang ada pada
28

kolam mempunyai suhu yang tidak diharapkan atau suhu air tidak sesuai dengan
kondisi tubuh ikan (terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk ikan. Langkah
berikutnya ialah kegiatan pengontrolan kolam dilakukan setiap hari pada jam
08.00 pagi. Tujuannya agar dapat mengamati keadaan lingkungan kolam, agar
tidak terjadi kebocoran dan tidak adanya hama yang masuk ke kolam.
Pada saat pemeliharaan, pengukuran kualitas air juga memperhatikan
pH,suhu dan DO. Hal tersebut dilakukan agar larva terkontrol dan tidak terjadi
mortalitas. Pengukuran dilakukan dua kali setiap harinya.
Pada saat telah menjadi larva kakaban diangkat dan dibersihkan guna
melepaskan larva yang masih tertinggal pada kakaban dengan cara menggerakgerakkan di dalam air. Selain itu juga berguna untuk membersihkan kakaban yang
telah digunakan karena akan

digunakan untuk

pemijahan

selanjutnya.

Pembersihan kakaban dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pembersihan Kakaban


4.2.6

Pemanenan Larva

Pemanenan larva di BPBIAT Ngrajek dilakukan pada benih ukuran 3-4


hari yang membutuhkan waktu 30 hari sehingga pada saat praktek lapang
selama 21 hari belum mendapatkan data yang diinginkan. Namun, dapat
disimpulkan dari data sekunder yaitu wawancara dengan pembimbing eksternal
bahwa keberhasilan larva ikan mas menjadi benih adalah 70-80 %. Sehingga
dapat diambil data prediksi keberhasilan maksimal pada pembenihan adalah 80 %
dari 210.712 ekor adalah 168.570 ekor. Keberhasilan pendederan larva menjadi

29

benih ini dipengaruhi faktor utama yaitu pengelolaan kualitas air dan pemberian
pakan.
Pengelolaan kualitas air yang baik selalu memperhatikan kadar DO, pH,
dan suhu. Tabel 4. merupakan perbandingan rata-rata kualitas air antara literatur
dengan kolam BPBIAT Ngrajek.
Tabel 4. Perbandingan rata-rata kualitas air
No.

Parameter

Literature

BPBIAT

1.

Suhu

(SNI 01- 6137 1999)


280C

27,50C

2.

pH

6,6-8,5

7,4

3.

DO

5 mg/l

5,6 mg/l

Dapat dilihat bahwa rata-rata kualitas air di BPBIAT telah memenuhi


standar untuk budidaya ikan air tawar pada umumnya dan ikan mas pada
khususnya. Perbandingan kualitas air tersebut tidak terlalu signifikan sehingga
keadaan kualitas air dapat digolongkan layak untuk budidaya.
Dalam budidaya saluran air yang bersih dan tidak mengandung banyak
sampah juga dapat mempengaruhi parameter kualitas air yang buruk. Pemberian
pakan juga mempunyai andil dalam hal ini, dengan pemberian pakan yang sesuai
dengan karakteristik ikan dan mengandung komposisi protein yang tinggi mampu
meningkatkan tingkat keberhasilan pembenihan pada fase pendederan ini.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapangan I ini diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1.

BPBIAT Ngrajek Kabupaten Magelang Jawa Tengah sebagai


Broodstock center ikan mas di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya.

30

2.

Tahapan

pemijahan

pada

Praktek

Kerja

Lapangan

meliputi

pemeliharaan induk, seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan


larva, pendederan dan pemanenan.
3.

Teknik Pemijahan Ikan Mas yang dilakukan di BPBIAT adalah semi


intensif yaitu dengan menyuntikkan larutan Ovaprim sesuai dosis setiap
pemijahan pada ikan mas.

4.

Pemijahan ikan mas yang dilakukan di BPBIAT perbandingannya 2:3


yaitu induk betina ikan mas siap dpijah berumur 2 tahun, berat 2 kg sebanyak
4 ekor. Sedangkan induk jantan umur 1,5 tahun, berat 2,3 dan 3 kg dengan
jumlah keseluruhan untuk induk jantan adalah 6 ekor.

5.

Dari pemijahan tersebut diperoleh telur sebanyak 506.538 butir.


Presentase larva yang menetas adalah 40,3% atau 210.712 ekor. Sehingga
dapat diketahui Hatching Rate (HR) pada pemijahan ikan mas adalah 41,5%.

6.

Hatching Rate (HR) yang rendah pada BPBIAT Ngrajek dipengaruhi


oleh penundaan fertilisasi selama 9 jam yaitu pemijahan pada pukul 23.00
WIB dan penanganan telur pada pukul 08.00 WIB dikemudian hari, sehingga
HR menurun sebanyak 44.8 %. Dari jumlah HR yang seharusnya 86,3 %
menjadi 41.5 %.

7.

Faktor penghambat proses pembenihan dan budidaya Ikan Mas di


BPBIAT Ngrajek adalah kualitas air yang kurang baik karena bersumber dari
gunung Merapi yang sampai saat ini masih mengandung unsur belerang pasca
erupsi. Upaya penanggulangan dilakukan khusus pada daya tahan tubuh ikan
yaitu dengan memberikan probiotik secara teratur agar ikan dapat bertahan.

5.2 Saran
Untuk pendalaman lebih lanjut, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.

Dalam Kegiatan Praktek Kerja Lapangan sebaiknya teknik pembenihan


yang dipelajari lebih terarah untuk menunjuk perbedaan antara teknik yang
dilakukan secara alami dan teknik yang dilakukan secara buatan serta
identifikasi kelebihan dan kekurangan dari keduanya.

31

2.

Selain pemberian probiotik untuk daya tahan tubuh ikan ada baiknya
apabila penanggulangan masalah kualitas air di BPBIAT Ngrajek dapat diteliti
lebih lanjut dalam upaya menetralkan kandungan belerang dalam air yang
masuk.

3.

Disarankan untuk tidak menunda fertilisasi pada induk matang gonad lebih
dari 3 jam setelah ovulasi telur dan ejakulasi sperma agar tingkat penetasan
telur tidak rendah dan perlu diadakan penelitian tentang teknik penyimpanan
telur setelah ovulasi dan ejakulasi untuk menjaga ketahanan fisik telur diluar
tubuh induk.

4.

Diperlukan penambahan pegawai agar penanganan dan pengontrolan ikan


lebih optimal.

5.

Perlu dimanfaatkan peningkatan sarana dan prasarana serta bangsal ikan


hias agar tingkat keragaman dan spesies ikan terpelihara.

32

You might also like