Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
rangka
memenuhi
kebutuhan
protein
masyarakat
dengan
daging yang putih dan lunak memungkinkan untuk dicerna oleh semua umur.
selain itu Ikan mas juga memiliki cita rasa yang sangat tinggi dan mudah dalam
pemeliharaannya. Ikan mas dapat dibudidayakan dengan berbagai sistem antara
lain: sistem air deras, keramba, jaring terapung dan lainnya. Oleh karena itu,
banyak pembudidaya ikan yang memilih memelihara ikan mas baik dalam skala
kecil maupun besar.
Salah satu kendala yang dialami oleh para konsumen saat ini adalah
ketersediaan benih yang terbatas. Berdasarkan hal tersebut, maka usaha
pembenihan ikan mas yang dilakukan di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air
Tawar ( BPBIAT ) Ngrajek, Magelang, Jawa Tengah merupakan suatu usaha
dalam menyediakan benih secara berkesinambungan mengingat tingginya
permintaan masyarakat terhadap ikan mas yang berkualitas baik sebagai salah satu
produk ikan konsumsi perairan tawar. Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air
Tawar ( BPBIAT ) mempunyai tempat yang strategis untuk kegiatan pembenihan
dan lokasi yang terjangkau oleh transportasi yang ada. Dari beberapa uraian
mengenai Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT), penulis
mempunyai minat dan ketertarikan terhadap tempat, pengetahuan teknis
pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L).
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) pembenihan ikan mas di Balai
Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar ( BPBIAT ) Ngrajek, Magelang, Jawa
Tengah ini adalah:
1. Mempelajari teknik pembenihan ikan mas.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada proses kegiatan
pembenihan ikan mas.
: Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class
: Osteichthyes
Subclass
: Actinopterigii
Ordo
: Cypriniformes
Subordo
: Cyprinoidea
Family
: Cyprinidae
Subfamily
: Ciprinidae
Genus
: Cyprinus
Species
: Cyprinus carpio L
mempunyai sungut dua pasang, jari-jari sirip punggung (dorsal) yang kedua
mengeras seperti gergaji. Sedangkan letak antara kedua sirip punggung dan perut
bersebrangan, sirip dada (pectoral) terletak dibelakang tutup insang (operculum).
Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi.
Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak
tiga baris berbentuk geraham (Pribadi dkk, 2002).
Tubuh ikan mas digolongkan tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor.
Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung
yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar. Seluruh bagian
tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis ctenoid. Pada
bagian itu terlihat ada garis linea lateralis, memanjang mulai dari belakang tutup
insang sampai pangkal ekor. Ikan mas memiliki lima buah sirip, yaitu sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip punggung
panjang terletak di bagian punggung. Sirip dada sepasang terletak di belakang
tutup insang, dengan satu jari-jari keras, dan yang lainnya berjari-jari lemah. Sirip
perut hanya satu terletak pada perut. Sirip dubur hanya terletak di belakang dubur.
Sirip ekor juga hanya satu, terletak di belakang, dengan bentuk cagak (Cahyono,
2000).
Ikan Mas ( Cyprinus carpio L ) menyukai tempat hidup berupa perairan
tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Ikan ini
hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150-600 m dpl (di atas permukaan
laut) dengan suhu berkisar antara 25-300C. Meskipun tergolong ikan air tawar,
Ikan Mas kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai dengan salinitas
25-30 ppt. Jika dilihat dari kebiasaan makannya, Ikan Mas tergolong ikan
omnivora, karena ikan ini merupakan ikan yang bisa memakan berbagai jenis
makan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Meskipun
demikian, pakan utamanya adalah yang berasal dari tumbuhan di dasar perairan
dan daerah tepian. ( Amri dan Khairuman, 2002 ).
2.2.
pertumbuhan
benih,
hingga
kelangsungan
hidupnya
tinggi
dan
strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air.
Struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan
organik (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya
tanah dasar terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak, belerang dan lainlain.
d. Pembuatan kemalir
Pembuatan kemalir dilakukan dengan cara menarik dua buah tali plastik
dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar
kemalir antara 40-50 cm. Tanahnya digali sedalam 510 cm, lalu dilemparkan
ke pelataran. Pembuatan kemalir bertujuan untuk memudahkan penangkapan
benih saat panen. Di depan lubang pengeluaran dibuak kobakan dengan
panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Setelah kemalir dibuat, tanah
dasar diratakan.
e. Pengapuran
Pengapuran
dilakukan
setelah
pembuatan
kemalir
dengan
cara
b) Bagi pembudidaya yang telah memiliki beberapa ekor ikan mas yang telah
berumur minimal setahun diseleksi untuk dijadikan indukan. Langkah ini
dilakukan merupakan seleksi yang pertama oleh pembudidaya memilih calon
indukan. Diusahakan induk yang diseleksi benar-benar jenis unggul dengan
pertumbuhan bagus, sehat, tidak cacat, dan bersisik besar dengan letak
beraturan. Ikan mas hasil seleksi tersebut setelah dipisahkan, kemudian
dipelihara tersendiri di kolam pemeliharaan induk.
c) Setelah seleksi pertama tersebut selesai dilakukan kemudian dilakukan seleksi
kedua yaitu berdasarkan jenis kelamin ikan mas calon indukan. Hasil seleksi
ikan mas berdasarkan jenis kelamin tersebut dipelihara di kolam khusus, yaitu
semua ikan mas jantan dipelihara dalam satu kolam khusus jantan. Demikian
pula dengan ikan mas yang betina. Tujuan pemisahan ikan mas calon indukan
berdasarkan jenis kelamin tersebut adalah agar induk-induk tersebut tidak
dapat kawin sembarangan.
d) Cara menentukan jenis kelamin ikan mas dilakukan dengan cara menekan
bagian perut ke arah ekor. Bila dari lubang kelamin ikan mas yang sedang
diperiksa mengeluarkan cairan berwarna putih susu (sperma), maka dapat
dipastikan ikan mas tersebut jantan. Sedangkan ikan mas betina ditentukan
dengan cara melihat bagian perut ke arah lubang kelamin (uroginetal). Bila di
bagian tersebut terlihat seperti membengkak, maka ikan mas tersebut dapat
dipastikan betina.untuk memastikan hal tersebut, dilakukan dengan cara
mengurut perut yang membengkak ke arah ekor. Bila dari lubang kelamin
keluar cairan berwarna kuning bening, maka dapat dipastikan ikan mas
tersebut betina.
e) Diberikan perlakuan secara khusus pada ikan mas calon indukan agar benih
yang dihasilkan berkualitas baik, terutama mengenai masalah kesehatan dan
asupan pakan. Pakan berupa pellet (kandungan protein 20-25%) dan pakan
alami berupa dedaunan atau cacing tanah.
f) Dihindari adanya kawin silang dalam antar induk ikan mas. Jika sampai
terjadi perkawinan antarkerabat dekat dari ikan-ikan mas, maka hal itu akan
menghasilkan benih ikan mas dengan kualitas buruk. Digunakan stok induk
dari set induk yang pemijahannya berbeda untuk menghindari hal tersebut.
sebelumnya dedak tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air dan
diberikan secara merata disekelilingnya kolam ada pula pakan alami yang banyak
macamnya, yaitu Rotifera, Daphnia, Moina dan Branchionus. Waktu pemberian
pakan tersebut dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari selama satu minggu
(Bachtiar,2002).
Pada minggu kedua ikan baru bisa diberi pakan dedak halus ditaburkan
disekeliling kolam tanpa dibasahi lagi, pada minggu kedua dan ketiga bisa juga
diberikan makanan tambahan berupa pellet tapi pellet tersebut harus dihancurkan
atau ditumbuk sampai halus dan ditebarkan secara merata, serta harus
memperhatikan lingkungan sekitar kolam agar usaha pemeliharaan benih ikan mas
tidak mengalami kegagalan. Setelah umur benih tiga minggu (21 hari) dapat
dilakukan panen pertama dengan ukuran sekitar 1-3 cm dan bisa dilanjutkan
dengan
pemeliharaan
benih
untuk
menjadi
ukuran
3-5
cm
(http://budidayausaha.blogspot.com, 2013).
2.2.5. Penyakit dan Cara Penanggulangannya
Dalam budidaya ikan mas sering timbul penyakit yang menyerang benih
atau ikan dewasa.Penyakit merupakan suatu masalah yang sering merepotkan
petani. Tak jarang suatu usaha perikanan gagal karena serangan penyakit.Untuk
itu perlu dilakukan langkah-langkah pengendaliannya.
2.2.5.1. Penyakit Bakteri
Penyakit bakteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan
penyakit ini dapat secara kronis (menahun), oporinis (tidak bersifat ganas, tetapi
bila kondisi induk dan lingkungan memburuk dapat bersifat ganas serta dapat
dijumpai dimana-mana) dan septisemia (penyebab lewat aliran darah dan dapat
menginfeksi organ lain seperti ginjal dan hati) (Rukmana, 2006).
a) Penyakit Columnaris
Gejala:
Ikan kehilangan nafsu makan. Terjadi infeksi kulit pada bagian kepala dan badan
belakang, sirip, insang, serat bagian tubuh lainnya. Penyerangan penyakit ini
berlangsung lambat dan pada suhu 200C akan timbul borok kulit.
10
11
12
III. PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan tempat
Kegiatan PKL I semester III Sekolah Tinggi Perikanan, Jurusan Penyuluhan
Perikanan Tahun Akademik 2014/2015, dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober
2014 sampai dengan 14 November 2014 yang bertempat di Balai Perbenihan dan
Budidaya Ikan Air Tawar ( BPBIAT ) Ngrajek, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah.
3.2. Metode Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan dengan metode magang yaitu
mengikuti semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan di BPBIAT khususnya
mengenai teknik pembenihan ikan mas.
Pengambilan data pada Praktek Kerja Lapangan ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan pengumpulan data berupa kegiatan yang
dilakukan dengan pengamatan (observasi). Observasi dilakukan terhadap berbagai
kegiatan yang bersangkutan dengan pembenihan ikan mas. Data sekunder
diperoleh dari wawancara dengan petugas/pembimbing ekstern di lapangan, studi
13
pustaka, laporan yang diperoleh dari lembaga penelitian swasta atau masyarakat
yang berhubungan dengan teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L).
3.3. Materi Kegiatan
Materi kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan meliputi :
1. Identifikasi keadaan BPBIAT
2. Identifikasi kegiatan BPBIAT dengan mengambil materi pembenihan
ikan mas (Cyprinus carpio L). Tabel 1 adalah rangkaian kegiatan yang telah
dilaksanakan selama Praktek Kerja Lapangan.
2.
Persiapan kolam
3.
Seleksi induk
4.
Pemeliharaan induk
5.
RINCIAN KEGIATAN
a. Mengetahui
sarana
dan
prasarana yang digunakan
untuk kegiatan pembenihan
ikan mas
b. Perkenalan dengan staff dan
pegawai BPBIAT
a. Pengeringan kolam
b. Pembuatan kemalir
c. Pemupukan
a. Pengukuran berat induk dan
umur induk sebelum dipijah
b. Jumlah induk betina dan induk
jantan
yang
dipijah
(perbanding)
c. Kualitas induk
a. Pemisahan induk jantan dan
betina
b. Pemberian pakan
a. Persiapan Kakaban
b. Pembersihan bak pemijahan
c. Pengisian air untuk pemijahan
d. Penyuntikan ovaprim sesuai
dosis
e. Pemasukan induk ke dalam
kolam pemijahan
f. Waktu pemijahan
14
6.
Pemeliharaan larva
7.
Pemanenan
g. Tanda-tanda memijah
h. Jumlah telur yang dihasilkan
setelah memijah
i. Lama penetasan telur
j. Daya tetas telur
k. Siklus telur menjadi larva
a. Pengaturan pemasukan dan
pengeluaran air
b. Padat tebar larva
c. Pemberian pakan untuk larva
d. Lama pemeliharaan larva
a. Persiapan alat-alat pemanenan
b. Waktu pemanenan
c. Cara pemanenan
d. Pemindahan larva ke kolam
pendederan
: Sungai Pabelan
Sebelah Barat
: Desa Rambeanak
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Lokasi Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (Satker
PBIAT) Ngrajek berada pada ketinggian 340 meter di atas permukaan laut dengan
curah hujan tahunan sekitar 1250 1500 mm dan suhu rata-rata tahunan adalah
25oC.
Luas areal Satker PBIAT Ngrajek seluruhnya adalah 5,3 Ha yang terdiri
dari 37.731,5 m2 area perkolaman dan 15.047,5 m2 fasilitas bangunan. Tekstur
tanah di Satker PBIAT Ngrajek adalah tipe tanah liat berpasir.
Adapun keadaan fisik dan struktur dari Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air
Tawar Ngrajek dalah sebagai berikut :
a. Luas Areal
Luas areal Satker PBIAT Ngrajek seluruhnya adalah 5,3 Ha yang terdiri dari
37.731,5 m2 area perkolaman yang terdiri dari kolam pembenihan, pendederan,
pembesaran, bangsal pembenihan, bangsal penjualan dan 15.047,5 m 2 fasilitas
bangunan yang meliputi kantor, klinik ikan, rumah jaga, mushola, gudang, asrama
dan aula.
16
sebagai salah satu dari tiga (3) Satuan Kerja Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan
Air Tawar (BPBIAT) Muntilan. Guna melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibebankan, maka disusunlah struktur organisasi yang terdiri dari :
1. Pimpinan Satuan Kerja
2. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Administrasi
3. Manager Pengendali Mutu (MPM)
4. Seksi Produksi
5. Seksi Pemasaran
Untuk mengetahui lebih jelasnya struktur organisasi di Satker PBIAT Ngrajek
dapat dilihat pada Gambar 4.
Pimpinan BPBIAT
Tri Asih Handayani, SP
Seksi Produksi
Madmudin
Manager Pengendali
Mutu
Joko Utomo,SP
Seksi Pemasaran
Suyatin
Persiapan Kolam
18
Dosis pemberian pupuk pada kolam pemeliharaan larva adalah 267 gr/m 2.
Dosis tersebut sesuai menurut (Djarijah, 2001) untuk kolam pemeliharaan larva.
Disebutkan dosis pemupukan untuk kolam pemeliharaan larva adalah 200 gr/m 2.
Apabila pemupukan tersebut kurang dari standar yang ditentukan maka akan
berpengaruh pada banyaknya pakan alami yang tersedia di kolam pemeliharaan
larva. Karena larva hanya bisa memakan pakan alami berupa plankton dan belum
bisa memakan pakan buatan berupa pelet halus. Oleh karena itu dalam
pemupukan pada kolam pemeliharaan larva harus memperhatikan dosis pupuk
karena dapat menyebabkan larva kekurangan asupan pakan alami untuk
pertumbuhannya.
.
19
4.2.2
Seleksi Induk
20
2,5 tahun, berat tubuh induk 3,3 kg, (f) Ikan mas varietas si Nyonya ( Ikan Mas
Lokal), (g) Warna induk kuning tua ( orange ).
Induk Jantan : (a) Permukaan punggung dan sirip dada agak (pectoralis) kasar,
(b) Apabila permukaan perut dekat lubang kelamin ditekan (diurut) akan
mengeluarkan cairan kental berwarna putih (sperma), (c) Alat kelamin relatif kecil
dan seolah-olah menyatu dengan lubang anus, (d) Badan terlihat langsing, (e)
Umur 13 bulan, berat tubuh induk 1,2 kg, (f) Warna induk kuning muda/pucat.
a. Induk jantan
b. induk betina
Pemeliharaan Induk
Setelah melalui tahap seleksi, induk ikan mendapatkan perlakuan khusus
atau karantina pada kolam berukuran 1,5x4 m 2 untuk di berikan pakan yang
intensif dan perlakuan agar ikan tidak stress. Pakan yang digunakan untuk induk
adalah jenis pakan apung dengan kandungan protein 30% bermerk japfa.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu jam 10.00 WIB dan jam 15.00
WIB.
Hal tersebut telah sesuai dengan (SNI 01- 6137 1999) yaitu pemberian
pakan untuk larva adalah 2 kali sehari dan minimal kadar protein pada pakan
adalah 30% dan lemak 6-8%.
Takaran yang digunakan untuk 4 ekor induk betina dan 6 ekor induk
jantan adalah 1,25 l pada setiap pemberian pakannya. Pemberian pakan juga
harus diperhatikan karena apabila pakan yang diberikan terlalu banyak akan
menjadi kotoran yang mengendap di dasar perairan.
21
4.2.4
Larutan ovaprim
Larutan aquabides stelida
Larutan NaCl
Suntikan
Gelas ukur
Menurut data yang terlampir pada kemasan ovaprim. Ovaprim akan bekerja
optimal pada jangka waktu 12 jam setelah penyuntikan. Di BPBIAT Ngrajek
penyuntikan ovaprim dilakukan pada jam 09.00 WIB sehingga ikan mas
diperkirakan akan memijah dengan optimal pada pukul 21.00-23.00 WIB (12-14
jam). Dimulainya pemijahan ditandai dengan suara riuh dan gemercik yang pada
saat pemijahan.
d. Sampling telur pasca pemijahan
23
Pengambilan
sampling
telur
ikan
setelah
mas
pada
terjadi
pemijahan
dengan
cara
pemotong
kakaban
berukuran
4x6
cm2
pada kakaban yang berbeda. Setelah itu di lakukan penghitungan dalam gelas ukur
dan wadah secara manual. Penghitungan yang dilakukan pada pukul 23.00 WIB
dapat diperoleh dengan hasil
Jumlah keseluruhan telur yang di peroleh pada saat sampling adalah 2481
butir. Dapat diperoleh rata-rata 2481:6 = 413,5 telur/luas sampling (4x6 cm2).
Jumlah keseluruhan telur setelah pemijahan dengan melakukan sampling acak
adalah 506.537,5 ekor. Setelah dilakukan penghitungan, keesokan harinya
kakaban dipindah ke dalam kolam pendederan dengan perlakuan pemupukan.
Jumlah penyusutan berat yang terjadi pada ikan mas sebesar 0,6 kg dengan
penghitungan berat sebelum memijah adalah 3 kg dan berat setelah memijah pada
induk betina adalah 2,4 kg. Pada induk jantan hanya terjadi 0,2 kg penyusutan
setelah memijah.
24
Untuk kakaban yang telah terisi telur dimasukan kedalam kolam yang
berbentuk persegi panjang 15x10x1 m3. Kakaban yang telah dipindah kedalam
kolam mendapat perlakuan yaitu kakaban diberi beban batu dengan massa 5 kg
sebanyak 2 buah dan dikaitkan pada tiang agar kakaban berada pada keadaan
tidak mengambang dan tidak tenggelam. Hal tersebut dilakukan agar suhu yang di
dapat oleh telur ikan mas stabil. Kolam penetasan selanjutnya diberi airasi untuk
penambahan oksigen. Suhu dikolam sekitar 25-28 oC dan diusahakan stabil.
Larva berada dalam kolam penetasan telur selama 4 hari dengan suhu 2326oC. Hal ini sangat dimungkinkan karena telur-telur hasil pemijahan tersebut
akan menetas setelah 3-4 hari kemudian. Sedangkan di BPBIAT Ngrajek telur
Ikan
Mas yang menetas adalah sekitar 30-40 % dari jumlah telur yang
Waktu (WIB)
06.05
Gambar
Keterangan
Inti telur masih terlihat
mendominasi telur.
25
2.
08.10
3.
12.54
4.
18.33
5.
pembelahan sel.
Sel menjadi haploid
22.24
setelah terjadi
pembelahan.
6.
04.00
7.
12.34
20.15
pada
telur yang
telur
kakaban
menetas
604
112
mortalitas
604-112 = 492
Presentase
112
x 100 =18,5
604
26
2.
499
337
499-337 = 162
337
x 100 =67,5
499
3.
432
165
432-165 = 267
165
x 100 =37,9
432
4.
302
215
302-215 = 87
215
x 100 =71.2
302
5.
316
70
316-70 = 246
70
x 100 =22,2
316
6.
328
106
328-106 = 222
106
x 100 =32,3
328
2481
6
= 413,5
1004
6
= 167,4
249,6
6
= 41,6 %
167,4
x 100
414
40,3%
27
HR=
= 41,5 %
Jadi, dapat disimpulkan bahwa larva yang akan tumbuh menjadi benih
adalah 210.712 larva dengan presentase 41,5%. Menurut Dewi Murni Ningsih
(2006), penundaan fertilisasi mempengaruhi hatching rate pada Ikan Mas tetapi
tidak berpengaruh pada survival rate (SR). Hatching Rate Ikan Mas rata rata
tertinggi adalah pada lama waktu penundaan fertilisasi 3 jam yang menghasilkan
rata-rata 23,29 % dan pada lama waktu penundaan fertilisasi 12 jam menghasilkan
nilai terendah dengan rata-rata sebesar 2,91 %. Mortalitas spermatozoa tertinggi
terdapat pada penundaan fertilisasi 3 jam menghasilkan rata-rata 91,67 % dan
penundaan fertilisasi 3 jam menghasilkan rata-rata terendah sebesar 18,33 %.
Pada praktek di BPBIAT Ngrajek terjadi penundaan fertilisasi selama 9
jam dari pemijahan pada pukul 23.00 WIB dan penanganan telur pada pukul 08.00
WIB dikemudian hari sehingga HR menurun sebanyak 44.8 %. Dari jumlah HR
yang seharusnya 86,3 % menjadi 41.5 %.
4.2.5
Pemeliharaan Larva
Setelah menetas, larva didiamkan selama 2 hari dan tidak diberi pakan dari
luar sampai kuning telur yang ada dalam badannya habis. Pakan yang tersedia
berupa pakan alami dengan kandungan phytoplankton seperti Daphnia, Rotifera,
Cyanophyta, Chlrophyta, Euglenophyta. Selanjutnya pada saat kuning telur yang
ada pada tubuhnya akan habis dan mulailah membutuhkan asupan makanan dari
luar. Pada hari keempat setelah penetasan, larva berubah menjadi kebul. Kebul
diberi makanan tambahan berupa pelet dedak yaitu pelet yang mengandung
protein 41 % yang sebelumnya telah dihaluskan dengan cara digiling. Hal tersebut
dimungkinkan menurut tetapan (SNI 01- 6137 1999)
Takaran makanan tambahan dengan dosis 2 liter sampai habis. Pada saat
pemeliharaan larva, air dipertahankan setinggi 50 cm. Apabila air di dalam kolam
terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dikhawatirkan suhu air yang ada pada
28
kolam mempunyai suhu yang tidak diharapkan atau suhu air tidak sesuai dengan
kondisi tubuh ikan (terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk ikan. Langkah
berikutnya ialah kegiatan pengontrolan kolam dilakukan setiap hari pada jam
08.00 pagi. Tujuannya agar dapat mengamati keadaan lingkungan kolam, agar
tidak terjadi kebocoran dan tidak adanya hama yang masuk ke kolam.
Pada saat pemeliharaan, pengukuran kualitas air juga memperhatikan
pH,suhu dan DO. Hal tersebut dilakukan agar larva terkontrol dan tidak terjadi
mortalitas. Pengukuran dilakukan dua kali setiap harinya.
Pada saat telah menjadi larva kakaban diangkat dan dibersihkan guna
melepaskan larva yang masih tertinggal pada kakaban dengan cara menggerakgerakkan di dalam air. Selain itu juga berguna untuk membersihkan kakaban yang
telah digunakan karena akan
digunakan untuk
pemijahan
selanjutnya.
Pemanenan Larva
29
benih ini dipengaruhi faktor utama yaitu pengelolaan kualitas air dan pemberian
pakan.
Pengelolaan kualitas air yang baik selalu memperhatikan kadar DO, pH,
dan suhu. Tabel 4. merupakan perbandingan rata-rata kualitas air antara literatur
dengan kolam BPBIAT Ngrajek.
Tabel 4. Perbandingan rata-rata kualitas air
No.
Parameter
Literature
BPBIAT
1.
Suhu
27,50C
2.
pH
6,6-8,5
7,4
3.
DO
5 mg/l
5,6 mg/l
30
2.
Tahapan
pemijahan
pada
Praktek
Kerja
Lapangan
meliputi
4.
5.
6.
7.
5.2 Saran
Untuk pendalaman lebih lanjut, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.
31
2.
Selain pemberian probiotik untuk daya tahan tubuh ikan ada baiknya
apabila penanggulangan masalah kualitas air di BPBIAT Ngrajek dapat diteliti
lebih lanjut dalam upaya menetralkan kandungan belerang dalam air yang
masuk.
3.
Disarankan untuk tidak menunda fertilisasi pada induk matang gonad lebih
dari 3 jam setelah ovulasi telur dan ejakulasi sperma agar tingkat penetasan
telur tidak rendah dan perlu diadakan penelitian tentang teknik penyimpanan
telur setelah ovulasi dan ejakulasi untuk menjaga ketahanan fisik telur diluar
tubuh induk.
4.
5.
32