You are on page 1of 4

Latar Belakang

Berdasarkan WHO, masalah pernapasan merupakan penyebab utama


kematian selama 1 jam pertama setelah trauma. Pemasangan awal endotraheal
intubation (ETI) tdirekomendasikan pada pasien tidak sadar akibat trauma.
Tetapi, kebanyakann petugas prehospital tidak terlatih untuk melakukan
tindakan ETI. Lagi pula, prehospital ETI dipertanyakan keamanannya dikarenakan
komlikasi potensial yang mungkin terjadi.
Sepuluh tahun terakhir, membaringkan pasien tidak sadar pada posisi
lateral (recovery position) telah direkomendasikan untuk menjaga jalan nafas
tetap terbuka. Tetapi, kekhawatiran akan perburukan dari pasien yang
mengalami injuri cevical spine, clinical guidlines mengharuskan posisi supine
tegak dengan spine board dengan cervical collar terpasang. Untuk
menyeimbangkan 2 keadaan tersebut, beberapa pendapat menyarankan untuk
menggunakan adapted lateral position (gambar 3 dan 4). Lateral trauma position
sudah banyak digunakan pada praktik klinis. Tetapi, posisi terbaik untuk pasien
tidak sadar akibat trauma masih menjadi kontroversial, baik secara medis
maupun implikasi medico-legal.
Penulis mengunakan sistematik review untuk menjawab pertanyaan
beerikut: Pada pasien tidak sadar, apakah posisi supine berhubungan dengan
kehlangan aiway patency dibandingkan dengan posisi lateral?
Tipe intervensi dan pembanding
Penulis mengunakan posisi lateral sebagai intervensi, dan kemudian
dibandingkan dengan posisi supinasi. Banyak jenis posisi lateral, penulis tidak
membatasi jenis dan bagaimana pasien diposisikan. Dikarenakan pembahasan
jurnal ini seecara khusus berhubungan dengan posisi supine, peneliti juga
menambahkan efek dari level penurunan kesadaran pada airway patency pada
posisi supine secara terpisah.
Outcome measure
Penulis menggunakan data mortality (massa pendek dan panjang) dan
morbidity (seperti aspiration, aspiration pnemonia atau skala hasil Glasgow)
sebagai alat ukur pada analisis jurnal. Tetapi dikarenakan sedikitnya penelitian
variable ini, penulis menammbahkan skala indirect airway patency outcome:
hypoxia, hypercapnia, hypoventilation, stidor sccore, apnea/hypopnea index
(AHI), respiratory disturbance index (RDI), upper airway resistance (Rua) dan
work of breathing (WOB).
Hasil
Penulis tidak dapat mengidentifikasi penelitian yang spesifik pada pasien
tidak sadar akibat trauma dan bukaan pernapasan menggunakan indikator
mortality dan morbidity sebagai alat ukur penilaian. Penulis juga tidak
menemukan penelitian yang menjelaskan skala indirect. Perluasan kriteria pada
pasien penurunan kesadaran, penulis masih tetap tidak dapat mengidentifikasi
penelitian yang menggunakan skala direct (mortality dan morbidity). Tetapi,
ketika memasukan penelitian yang melaporkan tentang penilaian skala indirect,
penulis menemukan 1,316 publikasi, yang mana 43 diantaranya dapat dianalisis.
Beebrapa penelitian tadi menggunakan metode randomized control trial (RCT)

yang dijadikan rujukan untuk menguji penelitian lain, dengan menggunakan


basis data yang berguna untuk perbandingan.
Penulis berhasil mengkolaborasikan hasil 20 publikasi (34 perbandingan)
dengan meta-analysis (Figure 6). Dari semua penelitian yang dimasukan tidak
ada yang melaporkan skala hasil dalam 2 bagian.
Tabel 1
Study (Year)
Contry
Safer et al. [25]
(1959) USA

Pasien

Skema penelitian

Hasil

Catatan

80 orang dewasa,
tanpa penyakit
paru-paru atau
nafas

Insiden obstruksi:
supine, bangun :
0%
anastesi :
50 % obstruksi
sebagian,
36% obstruksi,
10 % tidak ada
obstruksi.

Penurunan bukaan
jalan napas
menurun ketika
anestesi general
diberikan.

Kopelman et al.
[26] (1986)
England

40 orang dewasa:
20 obesitas, 20
normal

Minimun Sa02, rata


%: Obesitas
bangun : 96%,
tidur : 80;
Normal bangun:
97%, tidur: 94%.

Ikeda et al. [27]


(2006) Japan

14 orang laki-laki
dewasa sehat

Kadar oksigen yang


diambil menurun
ketika tidur dalam
posisi supine
dibandingkan
dengan ketika
bangun.
Semakin rendah
nilai, maka tekanan
jalan nafas
enunjukan nilai
yang besar,
menunjukan bahwa
banyaknya
kerusakan.

Lee et al. [28]


(2009) Taiwan

48 pasien dewasa:
28 obstructive
sleep apnea (OSA)

Tagaito et al.
[29] (2010) Japan

9 pasien laki-laki
dengan
OSAstigassi

Intervensi
menggunakan
general anastesi,
menempatakan
voluntir pada posisi
supine. Tujuannya
untuk meneliti
supine (sadar) vs
supine (anastesi).
Hasil: terbuka,
obstruction
sebagian,
obstruction jalan
nafas.
Penelitian
observasionaldari
pemenuhan
kebutuhan oksigen
ketika sadar dan
selama tidur dalam
posisi supine.
Penelitian
observasional pada
kemungkiana
kegagalan jalan
nafas pada
pemberiaan
midazolam
sedation (obat
penenang) pada
posisi supine vs
tubuh bagian atas
dinaikan 30
derajat.
Penelitian
observasional pada
usaha untuk
bernafas (WOB)
pada posisi supine,
saat bangun dan
tidur. Hasil data 3
data grup OSA dan
grup kontrol.
Penelitian
intervensi terhadap
tekanan jalan nafas
selama prosedure
anastesi pada
posisi duduk vs
supine.

P(crit) mean,
cmH20 (SE):
elevated body:
-13.2 (1.3);
supine: -8.2 (1.4).

WOB, mean:
Conrol group:
supine bangun:
0.70, tidur: 1.16
Obese group:
supine, bangun:
1.41, asleep 2.25

Peningkatan WOB
dapat diartikan
adanya obstruksi
jalan napas.

Tekanan penutupan
jalan napas:
Retropalatal
airway: duduk:
-3.47; supine: 2.20
Retroglossal
airway: duduk:5.31, supine: 2.67

Semakin rendah
nnilai yang
ditunjukan
menandakan
peningkatan
kerusakan.

Investigasi penelitaian fokus terhadap posisi supine

Peneliti mengidentifikasi lima jurnal, kemundian membandingkan bukaan


jalan napas antara pasien sadar dengan pasien yang mengalami penurunan
kesadaran dalm posisi supine. Pasien penurunan kesadaran antara lain anastesi
general, pemberian obat penenang atau tidur. Menggunakan berbagai tipe hasil
pengukuran indirect, semua penelitian menyimpulkan bahwa penuruna level
kesadaran pada posisi supinasi berkaitan dengan memburuknya bukaan jalan
napas.
Penelitian antara posisi lateral vs supine
Jurnal penelitian melaporkan berbagai indikator, seperti desaturasi
oksigen, stidor skore, daya tahan jalan napas (Rua), tekanan penutup (Pcrit dan
Pclose), minute ventilation volume (MV), RDI, dan AHI.
Penurunan kadar oksigen dalam darah dijelaskan pada 6 jurnal
penelitian ( total kasus 472) melalui berbagai mekanisme (misal, rata-rata kadar
oksigen perifer [SpO2], rata-rata SpO2 terendah, dan interval antara penurunan
jumlah kadar oksigen). Ada indikasi bahwa oksigenasi pada posisi lateral lebih
baik dibandinkan supine.
Study (Year)
Pasien
Contry
Pasien preoperative dewasa
Rosenberg13 pasien yang
Adamsen et al. [30] dijadwalkan
(1997) Denmark
pembedahan
gastro-intestinal

Skema penelitian

Hasil

Catatan

Deskripsi:
Rata-rata SpO2
pada pasien tidur
dengan posisi
lateral vs. Supine
Rata-rata jumlah
desaturasi per jam

Rata-rata SpO2:
Supine: 95,
lateral:95

Tidak ada
perbedaan
terhadap kadar
SpO2, tetapi pada
jumlah fase
desaturasi terjadi
perbedaan yang
besar.

Obtructive sleep apnea pada orang dewasa


Cao et al. [31]
225 orang dewasa
Deskripsi kadar
(2005) China
dengan obstructive
SpO2 pada saat
sleep apnea
tidur dengan posisi
lateral vs. Supine.
Shao et al. [32]
110 lansia dengan
Deskripsi kadar
(2011) China
OSA
oksigen saat tidur,
dan interval antara
desaturasi.
Oksenberg et al.
[33] (2011) Israel

30 orang dewasa
dengan OSA

Sasai et al. [34]


(2011)

30 orang dewasa
dengan OSA

Browaldh et al. [35]


(2013) Sweden

64 pasien OSA

Deskripsi
penelitaian:
durasi apnea
penurunan kadar
oksigen
perbedaan
penurunan kadar
oksigen mak
dengan min
Deskripsi
penelitiian ratarata SaO2 pada
posisi supine vs.
semua posisi saat
tidur. Dengan
keparahan OSA
Ada 2 grup, salh
satu dengan
intervensi
pembedahan
sementara yang
lain tidak. Hasil

Jumalh fase
desaturasi/jam:
Supine: 13, lateral:
3
Titik terendah
SpO2
Supine: 78.9,
lateral: 79.5
Interval antar fase
desaturasi
Supine: 2.36, left
side: 11.54, right
side:
Durasi apnea:
supine 26.6,
lateral: 22.8
Minumum
SpO2(%):
Supine: 82, lateral:
86

Nilai kedua grup


sama-sama
rendah.

Rata-rata SaO2
supine vs. all:
Moderate OSA:
supine: 93.9, all
position: 95.1
Severe OSA:
supine: 88.0, all
position :88.4
Indeks desatursi
oksigen/jam:
Saat diamati: 62.7,
all position: 44.6
Sebelum operasi:
supine: 54.5, all

Tidak ada
perbedaan yang
sigfinikan.

Hanya dapat
mengakses
abstrak.

Perbedaannya
sangat kecil.

Secara klinis
sangat berbeda,
angka desaturasi
oksigen mungkin
turun jika tidak
dalam posisi

data berupa indeks


desaturasi oksigen.

position: 41.1

supine.

You might also like