You are on page 1of 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
1.1 Kesehatan Lingkungan
1.1.1

Pengertian kesehatan lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan

masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam


hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya
dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan lingkungan fisik sematamata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan kelakkan-kelakuan lingkungan
yang dapat membawa pengarh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan
organisme umat manusia ( Mulia Ricky M, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

1.1.2 Ruang lingkup kesehatan lingkungan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan

sanitasi

yang

berhubungan

dengan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.


17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

keadaan

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22


ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu:
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
1.1.3

Sasaran kesehatan lingkungan


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan

lingkungan adalah sebagai berikut:


1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

Salah satu masalah dari kesehatan lingkungan yaitu tentang pencemaran


lingkungan. Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara.
1.2 Pencemaran Lingkungan
Menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1982, Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh prses alam
sehingga kualiatas klingkungan turun samapai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (H.J Mukono, 2003)
Unsur-unsur atau syarat mutlak untuk disebut suatu lingkungan telah tercemar
haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Masuk atau dimasukkanya komponen-komponen (makhluk hidup, zat, energi,
dan lain-lain)
2. Ke dalam lingkungan atau ekosistem lingkungan
3. Kegiatan manusia
4. Timbul perubahan, atau menurunkan mutu yang lebih rendah hingga ke tingkat
tertentu
5. Fungsi lingkungan menjadi berkurang atu tidak dapat berfungsi
6. Menurut perutukannya

Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut, nyatalah bahwa suatu


perbuatan atau aksi yang menimbulkan keadaan sebagai pencemaran lingkungan
hidup haruslah memenuhi berbagai unsur tersebut (Siahaan, 2004).
Dampak pencemaran lingkungan tidah hanya berpengaruh dan berakibat
kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap
kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Kalau lingkungan alam telah
tercemar sudah tentu tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan ikut
tercemar, demikian pula denga hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia
sebagai makhluk hidup yang omnivore akan ikut pula merasakan dampak
pencemaran tersebut ( Wardhana, 2004).
1.3 Kerusakan Lingkungan
Kerusakan Lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang
mengakibatkan

lingkungan

itu

tidak

berfungsi

lagi

dalam

menunjang

pembangunan yang berkelanjutan (Siahaan, 2004).


Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli dan
tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam, sekaligus
tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi mereka,
kesejahteraan material sesaat menjadi kepedulian utama dan pada saat yang sama
mengabaikan berbagai tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya padahal
justru mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan bagi orang lain yang
tidak tahu menahu (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).

Anggapan bahwa lingkungan itu milik publik, menyebabkan orang pada


umumnya tidak merasa bersalah mengeksploitasi sebesar-besarnya sumber daya
alam dan membuang limbah ke media lingkungan (Hadi, 2006).
Kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Kerusakan internal adalah kerusakan yang terjadi diakibatkan alam itu sendiri.
Kerusakan karena faktor internal sulit dicegah karena merupakan proses alami
yang terjadi pada bumi/alam (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).
Kerusakan lingkungan karena faktor internal antara lain adalah :
1. Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya
2. Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah
3. Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang,
disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada titik
fokusnya) pada saat terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun belum
menguap.
4. Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai
Kerusakan lingkungan karena faktor internal pada umumnya diterima sebagai
musibah bencana alam. Kerusakan yang terjadi dalam waktu singkat namun
akibatnya dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama (Dyahwanti Inarni
Nur, 2007).
Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh
ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.

Pada umumnya disebabkan karena kegiatan industri, berupa limbah buangan


industri.
Kerusakan karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh :
1. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik (kegiatan industri)
dan juga gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (pada system
transportasi)
2. Pencemaan air yang berasal dari limbah buangan industri
3. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan limbah
padat/barang bekas
4. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut bumi.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, definisi dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan.
Menurut Hadi (2006), dampak lingkungan itu pada umumnya menimpa pada
orang lain dan bukan pemrakarsa kegiatan yang menimbulkan dampak dimaksud.
Banjir, tanah longsor, kebisingan, bau, debu, intrusi air laut, kemiskinan,
hilangnya mata pencaharian merupakan dampak lingkungan yang dirasakan oleh
mereka yang bukan memprakarsai kegiatan.
1.4 Kegiatan Penambangan
Penambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan


pascatambang (Frida, Rahim, Ambo, 2009).
Usaha penambangan adalah semua usaha yang dilakukan oleh seseorang atau
badan hukum/badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk
memanfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia (Sukandarrumidi, 2009).
Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki potensi penambangan yang
sangat potensial, bukan hanya untuk kebutuhan negeri tetapi juga dimanfaatkan
untuk dunia internasional (Desianti Kiki Rizki, 2012).
Berdasarkan jenis pengelolaanya, kegiatan penambangan terdiri atas dua
macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang
ditujuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Penambangan (KP) maupun
Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual
kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan dengan menggunakan
teknologi yang lebih canggih sehingga hasil yang diharapkan lebih banyak dengan
alokasi waktu yang lebih efisien, sedangkan penambangan rakyat merupakan
aktivitas penambangan dengan menggunakan alat-alat sederhana (Sulton Ali,
2011).
Usaha dibidang penambangan adakalanya menimbulkan masalah. Masalah
penambangan tidak saja merupakan masalah tambangnya, akan tetapi juga
menyangkut mengenai masalah lingkungan hidup. Didalam pengelolaan
lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan agar hubungan manusia
dengan lingkungan hidupnya selalu berada pada kondisi optimum dalam arti

manusia dapat memanfaatkan sumber daya dengan dilakukan secara terkendali dan
lingkungannya maupun menciptakan sumberdaya untuk dibudidayakan. (Hasibuan
puspa melati, 2006).
Usaha penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi,
eksploitasi, produksi, dan penjualan. Penggolongan bahan-bahan galian adalah
sebagai berikut :
1. Golongan a, merupakan bahan galian strategis, yaitu strategis untuk
perekonomian Negara serta pertahanan dan keamanan Negara.
2. Golongan b, merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin hajat hidup
orang banyak, Contohnya besi, tembaga, emas, perak dan lain-lain.
3. Golongan c, bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena
sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional.
Contohnya marmer, batu kapur, tanah liat, pasir, yang sepanjang tidak
mengandung unsur mineral.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Penambangan menyebutkan bahawa penambangan rakyat adalah suatu
usaha penambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b dan c yang
dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau gotong royong dengan
alat-alat sederhana untuk pencairan sendiri.
Penambangan rakyat dilakukan oleh rakyat, artinya dilakukan oleh
masyarakat yang berdomisili di area penambangan secara kecil-kecilan atau
gotong royong dengan alat-alat sederhana. Tujuan mereka adalah untuk

meningkatkan kehidupan sehari-hari. Dilaksanakan secara sederhana dan dengan


alat sederhana, jadi tidak menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya
dengan perusahaan penambangan yang mempunyai modal besar dan memakai
teknologi canggih. Dari uraian di atas, dapat dikemukakan unsur-unsur
penambangan rakyat, yaitu:
1. Usaha penambangan
2. Bahan galian meliputi bahan galian strategis, vital dan galian c
3. Dilakukan oleh rakyat
4. Domisili di area tambang rakyat
5. Untuk penghidupan sehari-hari
6. Diusahakan dengan cara sederhana.
Bahan galian tambang sebagian besar ditemukan pada daerah-daerah yang
terpencil dengan hutan yang lebat, berupa daerah perbukitan ataupun bergunung
dan dataran dengan kondisi lingkungan yang belum terganggu; bahkan mungkin
kehidupan sosial pada daerah tersebut masih belum tersentuh oleh perkembangan
kemajuan teknologi. Jadi pada awalnya interaksi antara komponen-komponen
lingkungan di daerah-daerah tersebut di atas berada dalam keseimbangan, maka
keseimbangan alam tersebut akan terganggu dan menimbulkan perubahan yang
mendasar atau yang biasa disebut dampak (Frida, Rahim, Ambo, 2009).
Kegiatan penambangan yang serang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah
penambangan bahan glian golongan C, karena proses penambangannya mudah

dilakukan yaitu dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual) hingga
menggunakan alat berat (mekanik).
Kegiatan penambangan bahan galian golongan c yang paling sering dilakukan
adalah penambangan pasir dan batu. Pasir dan batu merupakan salah satu
bahan/material utama dalam kegiatan konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi
ataupun perumahan sederhana. Bahan galian tersebut termasuk dalam bahan galian
golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis (A) dan
bahan galian vital (B), namun merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran
penting dalam mendukung kegiatan pembangunan suatu wilayah. Aktivitas
penambangan pasir dan/atau kerikil memiliki potensi untuk merusak lingkungan
yang hampir sama dengan bahan galian yang lain, hal ini dikarenakan
penambangan pasir dan batu adalah penambangan yang secara teknis mudah
dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual)
hingga menggunakan alat berat (mekanik). Begitu pula jika ditinjau dari luas area
tambang yang dapat dilakukan dari skala perorangan (<100 m2) hingga industri
(>1.000 Ha). Sumberdaya yang melimpah dan dapat dieksploitasi dengan mudah
sehingga tidak diperlukan modal besar untuk dapat melakukan kegiatan
penambangan mengakibatkan harga bahan galian ini dinilai dengan harga murah,
selain itu juga mengakibatkan penambangan pasir menjadi penambangan yang
paling berkembang luas di banyak tempat di Indonesia, baik yang memilki izin
(legal) maupun yang tanpa izin (illegal) (Hermien Roosita, 2007).

Kegiatan penambangan bahan galian golongan C tentunya menimbulkan


dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar.
Dampak positifnya yaitu membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan
meningkatkan pendapatan asli daerah. Kemudian dampak negatifnya yaitu pada
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan penambangan merasakan berbagai
perubahan dan gangguan akibat keberadaan tambang antara lain kelangkaan air,
kebisingan, getaran dan pencemaran udara.
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.
Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi. Untuk
dapat melihat bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi, kita harus
mempuyai bahan pembanding sebagai acuan. Salah satu acuan adalah keadaan
sebelum terjadi perubahan (Soemarwot otto, 2003).
Secara logika interaksi antara komponen-komponen lingkungan di daerahdaerah tersebut harusnya berada dalam keseimbangan baik dari pengelola,
Pemerintah maupun warga, namun kenyataan dilapangan dan fakta berkata lain,
keseimbangan alam tersebut sudah sangat terganggu dan menimbulkan perubahan
yang sangat berdampak. Melihat dari sisi dampak yang paling sangat berpengaruh
adalah pada akses jalan penghubung desa warga, akses jalan tersebut rusak karena
setiap harinya di lalui oleh kendaraan yang bobotnya jauh melebihi kapasitas jalan.
Setiap harinya truk mengangkut hasil tambang kuarng lebih 50-200 kali
pengangkutan yang melewati jalan tersebut. Sehingga dapat mempercepat
kerusakan jalan.

Dalam rangka penyelamatan lingkungan hidup agar tetap lestari dan terjaga
dan dapat lebih banyak memberikan mafaat bagi manusia, maka perlu dilakukan
langkah-langkah :
1. penyuluhan secara intensif tentang pentingnya penyelamatan lingkungan, yang
bisa memberikan manfaat besar bagi manusia
2. penambangan harus diatur dengan peraturan daerah atau peraturan bupati, untuk
melindungi alam dan jiwa penambang
3. perlu dilakukan pengkajian amdal untuk mengkaji kemanfaatan atau untung
rugi bagi penambang, pemerintah daerah, dan lingkungan.
1.5 Pencemaran Udara
Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu kualitas
udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan
masyarakat (Ricki M. Mulia, 2005).
Menurut Chambers (1976:13-14) dan Masrers (1991:270) yang dimaksud
dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau
kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu,
sehinggga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur)
serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material.
Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh
karena masuknya bahan kontamnan alam atau buatan ke dalam atmosfer tersebut
(H.J Mukono, 2003).

Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, harta benda,


ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat
pencemaran udara terjadi pada saluran pernapasan dan organ penglihatan (Ricki
M. Mulia, 2005).
Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas
udara. Walau demikian, masukan polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan
pencemaran udara. Mengacu pada definisi resminya.pencemaran udara baru terjadi
jika masukan polutan menyebabkan mutu udara turun sampai ke tingkatan yang
menyebabkan fungsinya terhambat. Misalnya, sampai ke tingkatan di mana
kesehatan manusia terganggu, atau lingkungan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
Berat ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah sangat bergantung
pada iklim lokal, topografi, kepadatan penduduk, banyaknya industri yang
berlokasi di daerah tersebut, penggunaan bahan bakar dalam industri, suhu udara
panas di lokasi, dan kesibukan transportasi. Dalam suatu daerah yang tinggi
lokasinya dari permukaan laut (pegunungan), curah hujan akan sangat membantu
proses pembersihan udara.di samping itu angin yang kencang dapat pula menyapu
polutan udara ke daerah lain yang lebih jauh.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:
1. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :
1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.

2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gasgas
vulkanik.
3) Proses pembusukan sampah organik, dll.
2. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh:
1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.
3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
2.6 Debu
Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan (H.J Mukono, 2003).
Semua debu apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan untuk jangka
waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan patologis pada manusia. Debudebu dengan komposisi yang berbeda mempunyai efek yang berbeda.
Sifat-sifat debu adalah :
1. Sifat pengendapan
Adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya grafitasi
bumi. Namun karena kecilnya kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di
udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih
dari pada yang ada di udara.

2. Sifat permukaan basah


Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air
yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat
kerja.
3. Sifat penggumpalan
Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu
sama lain dan dapat menggumpal. Kelembaban di bawah saturasi kecil
pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Akan tetapi bila tingkat humiditas
di atas titik saturasi mempermudah penggumpalan. Oleh karena partikel debu
bisa merupakan inti dari pada air yang berkonsentrasi, partikel jadi besar.
4. Sifat listrik statik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat
terjadinya proses penggumpalan.
5. Sifat opsis
Debu atau partikel basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
dapat terlihat dalam kamar gelap. Debu tambang didefinisikan sebagai zat padat
yang terbagi halus. Partikel-partikel zat padat atau cairan yang berukuran sangat
kecil di dalam medium gas atau udara disebut aerosol misalnya asap, kabut dan
debu dalam udara.
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang
melayang di udara (Suspended Particular Matter SPM) dengan ukuran 1 mikron

hingga 500 mikron. Konsentrasi partikel debu yang tinggi dalam udara, lamanya
paparan berlangsung akan mempengaruhi partikel yang mengendap di paru
semakin banyak. Beberapa orang yang mengalami paparan debu yang sama baik
jenis maupun ukuran partikel, konsentrasi maupun lamanya paparan berlangsung,
tidak selalu menunjukkan akibat yang sama. Secara umum partikel yang
mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan, dan manusia.
Baku mutu udara ambien untuk debu sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Penegnedalian Pencemaran
Udara yaitu 230 g/Nm3 selama 24 jam dengan metode analisis Gravimetric.
2.7 Pengukuran Kadar Debu
Pengukuran kadar debu menggunkana alat Environmental Particle Air
Monitor EPAM-5000.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Hubungkan alat dengan sumber listrik
2. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON.
3. Pasangkan inlet partikulat material (sensor) pada alat, sesuai dengan jenis
pengukuran yang dipilih.
4. Masuk ke menu Special Function, tekan Enter
5. Masuk ke pilihan Sistem Options, tekan Enter
6. Masuk ke pilihan Extended Options, tekan Enter
7. Masuk ke pilihan Size Select, dan pilih arah panah bawa atau atas untuk
memilih jenis pengukuran yang akan digunakan,tekan Enter

8. Masuk ke pilihan Run, tekan Enter


9. Masuk ke pilihan Continue, tekan Enter
10. Lakukan pengukuran dan lihat hasil pada rekaman alat ( nilai Average).
11. Hasil dalam satuan mg/Nm3 dikonversi dalam satuan g/Nm3.
Hal yang perlu diketahui dalam pengukuran debu
1. Cuaca Visual (cerah, berawan, mendung).
2. Arah angin
3. Kecepatan angin
4. Temperatur dan kelembaban

Kerangka Berpikir
Penambangan Bahan Galian
C

Dampak positif

Membuka
lapangan
kerja

Dampak negatif

Kondisi Lingkungan

Meningktka
n
pendapatan
Asli daerah
Pencemaran
lingkungan

Pencemaran
udara

Kerusakan
lingkungan

Kerusakan jalan

Hilangnya
tanaman penutup
/pelindung tanah

Debu
Perubahan tata
guna lahan

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Penambangan bahan galian C (batu dan tanah timbun) di desa Pilohayanga


Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo merupakan suatu usaha yang
dilakukan masyarakat sekitar untuk memperoleh sumber daya alam berupa batu
dan tanah timbun. Penambangan bahan galian C (batu dan tanah timbun) ini

menimbulkan dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat sekitar


penambangan tersebut. Dampak positifnya yaitu membuka lapangan kerja baru
bagi masyarakat sekitar dan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Tetapi aktivitas ini juga menimbulkan dampak negatif yang dirasakan oleh
masyarkat karena penambangan tersebut kurang memperhatikan lingkugan sekitar.
Dampak negatif yang ditimbulkan mempengaruhi kondisi lingkungan masyarakat
sekitar yakni pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan dan kerusakan jalan.
Pencemaran lingkungan pada daerah penambangan ini adalah pencemaran
udara oleh debu yang dihasilkan dari aktivitas penambangan tersebut. Kemudian
pada kerusakan lingkungan, yakni yang terlihat yaitu hilangnya tanaman-tanaman
penutup dan pelindung tanah, hal ini dapat menyebabkan aliran permukaan
menjadi meningkat karena tidak adanya tanaman pelindung, apalagi bila pada saat
musim hujan. Selain itu Adanya perubahan tata guna lahan yang dahulunya
diperuntukkan bagi pertanian tanaman pangan lahan kering menjadi lahan batu.
Lahan yang dulu hijau dan penuh dengan tanaman berubah menjadi lahan tandus
yang penuh dengan tumpukan batu. Kemudian kerusakan jalan di daerah sekitar
penambangan dikarenakan setiap harinya 50-200 truk mobil pengangkut yang
melewati batas muatan yang melewati jalan tersebut sehingga mempercepat proses
kerusakan jalan di desa pilohayanga ini. Berdasarkan dampak positif dan dampak
negatif tersebut menimbulkan sikap pro dan kontra dari masyarakat sekitar
penambangan.

Kerangka Konsep

Dampak terhadap
Lingkungan

Penambangan
Bahan Galian
Golongan C
(Pasir dan Batu)

Pengukuran
Kadar Debu

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep

You might also like