You are on page 1of 2

PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN

RADIASI UNTUK PASIEN

Nomor Dokumen :
RSUD Hj. ANNA LASMANAH
BANJARNEGARA

Tgl. Terbit :

STANDAR
PROSEDUR OPERASIONAL

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur Tetap

Nomor Revisi :

Halaman :

00

1/2

Ditetapkan :
Direktur RSUD
Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

30 Maret 2015
dr. Agung Budianto, M.Kes
NIP. 19700907 200212 1008
Proteksi dan keselamatan radiasi dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya efek radiasi langsung dan mengurangi
resiko terjadinya efek radiasi tak langsung dalam pemanfaatan
sumber radiasi terhadap pasien.
Sebagai pedoman dalam pelayanan Radiologi dalam rangka
pelaksanaan proteksi dan keselamatan radiasi.
Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi agar dilaksanakan
oleh seluruh pekerja radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Hj.
Anna Lasmanah Banjarnegara.
1. Pelayanan Radiologi harus diberikan oleh petugas
profesional sesuai dengan keahliannya. Pesawat sinar-X
Radiologi diagnostik dioperasikan oleh radiografer
minimal lulusan D-III Teknik Radiodiagnostik, pesawat
sinar-X kedokteran gigi (dental) dapat dioperasikan oleh
operator pesawat sinar-X kedokteran gigi, dan pesawat
sinar-X fluoroskopi harus diloperasikan oleh dokter
spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten.
2.
3.

Prosedur pengoperasian pesawat harus tersedia. Prosedur harus


jelas, singkat, dan mudah dipahami serta ditempatkan di sekitar
pesawat.
Luas lapangan radiasi harus diatur sedemikian rupa fokus pada
bagian yang diperiksa.

4. Setiap pemeriksaan radiologi harus dihindari terjadinya


pengulangan eksposi.
5.

Pelayanan pemeriksaan radiologi terhadap pasien hanya dapat


dilaksanakan jika ada permintaan atau surat rujukan dari
dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten.

6. Pesawat sinar-X yang digunakan untuk pemeriksaan


radiologi terhadap pasien harus dalam kondisi layak pakai
sesuai dengan verifikasi keselamatan dan melakukan uji
kesesuaian secara berkala serta segera memperbaiki jika
hasil uji tidak andal ataupun andal dengan perbaikan.
7.
8.

Penggunaan pesawat mobile hanya dioperasikan untuk keadaan


darurat dan tidak digunakan untuk penggunaan rutin.
Pengoperasian pesawat mobile harus disertai dengan tabir atau
perisai radiasi mobil.

9. Penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi


harus diupayakan agar pasien menerima dosis radiasi
serendah mungkin sesuai dengan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan diagnostik. Penerapan optimisasi
tersebut melalui tingkat panduan paparan medik untuk
pasien.
10.
Fasilitas ruang sinar-X tidak boleh digunakan lebih
dari satu untuk pemeriksaan radiologi terhadap pasien
secara simultan.
11. Rencanakan prosedur dengan rinci dan sebelumnya untuk
menghindari pelaksanaan yang tidak tepat, dibatalkan,
atau pengulangan
12. Selalu cek apakah pasien sedang hamil. Gunakan tanda
khusus dan bahan informatif untuk mengingatkan pasien
bahwa dia HARUS memberitahukan jika tengah hamil
13. Perhatian khusus terhadap pasien anak-anak. Beberapa
jaringan pada anak yang sedang berkembang lebih peka
terhadap radiasi dibanding pada orang dewasa.
Diskusikan dengan orang tua sebelum prosedur dimulai
14. Gunakan teknik yang optimal, khususnya pasien anakanak. Laju frame yang rendah; minimalkan waktu
pencitraan; gunakan kolimasi yang lebih ketat; dan
singkirkan grid dari pesawat jika memungkinkan untuk
bayi di bawah 20 kg dan sebagai gantinya gunakan teknik
air-gap
15.
Sesuaikan parameter pajanan sesuai dengan pasien
dan bagian tubuhnya. Pasien yang lebih gemuk atau
bagian tubuh yang lebih tebal memicu kenaikan dosis
permukaan masuk.
16.
Hindari penggunaan mode akuisisi untuk
fluoroskopi; gunakan fluoroskopi pulsa dengan laju
tangkapan serendah mungkin; hindari penyinaran daerah
kulit yang sama pada proyeksi yang berbeda, serta
meminimalkan jumlah, tangkapan, dan cine berjalan.
17. Pemindaian dengan CT scan dilakukan hanya jika benar
terindikasi.
Anjurkan penggunaan pencitraan non-radiasi
alternatif (MRI, USG) jika memungkinkan, terutama untuk
pasien berusia muda. Gunakan protokol CT spesifik-indikasi
untuk setiap bagian tubuh. CT Multiple pass atau phase
TIDAK boleh dilakukan secara rutin dikarenakan CT
Multiphase dapat memperbesar dosis hingga 2-3 kali CT fase
tunggal.

Unit Terkait

1. Instalasi Rawat Jalan;


2. Instalasi Rawat Inap;
3. Instalasi Gawat Darurat.

You might also like