Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikatan orang tua terhadap anaknya dimulai dari sejak periode kehamilan dan semakin
bertambah intensitasnya pada saat kelahiran. Salah satu masalah yang kini banyak merebak
dikalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan didalam
masyarakat dimana mereka berada. Dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan
ibu nifas dan menyusui. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu
selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu nifas yang disertai dengan
kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan yang kuat dikarenakan
pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan ibu nifas benar adanya. Namun, ada
juga yang sama sekali tidak membawa dampak positif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan masa nifas dan menyusui ?
2. Bagaimana faktor eksterernal yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui ?
3. Bagaimana dukungan bidan dalam pemberian ASI ?
1.3 Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
Menyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari
payudara dengan seefisien mungkin dan ibu belajar cara menyusui dengan senyaman
mungkin (Nugroho, 2014).
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf
sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan
kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah.
Seiring dengan perubahan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru
terkadang terlupakan. Padahal, kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan
besar, karena menyusui adalah pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2002).
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas Dan Menyusui
A. Faktor Eksternal
1. Fisik, Kegiatan ibu selama persalian dan masa nifas sangat menguras tenaga. Oleh
karena itu, ibu akan sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang terdekatnya,
karena ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil.
2. Psikologis, Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga megakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap
bayinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan
merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang Ibu. Ia
mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluarganya tiba-tiba berfokus pada
bayi yang baru saja dilahirkannya. Dan dapat memicu adanyababy blues. Kunci untuk
mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah memberikan perhatian dan
dukungan yang baik baginya, serta keyakinan padanya bahwa ia adalah orang yang
berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting, berikan kesempatan untuk
beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilannya menjadi
orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan kepercayaan diri
terhadap kemampuannya.
3. Budaya, Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit
banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi
jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya
yang dianut. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang
menguntungkan, ada pula yang merugikan. Dalam hal ini, bidan harus bijaksana
dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus diberikan.
Keterlibatan keluarga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan keperawatan
yang harus diberikan pada ibu dan bayi akan memudahkan bidan dalam pemberian
asuhan.
4. Ekonomi, Orang tua yang mempunyai kondisi ekonomi rendah lebih sulit dengan
kelahiran masing-masing anak dan yang tidak menggunakan KB efektif, mungkin
menemukan komplikasi pada proses persalinan. Keluarga dengan kelahiran anggota
baru terlihat beban keuangan yang dapat meningkatkan stress. Stress ini
mempengaruhi perilaku orang tua, membuat masa transisi orang menjadi sulit.
5. Sosial, Ibu nifas yang pertama kali melahirkan mempunyai kebutuhan yang berbeda
dibanding ibu-ibu nifas yang telah melahirkan sebelumnya. Ibu-ibu nifas yang
pertama kali melahirkan membutuhkan lebih banyak support dan tindakan lanjut
terhadap
perannya
sebagai
orang
tua,
termasuk
sumber
pendukung
dari
lingkungannya. Pengalaman juga merupakan bagian dari faktor sosial ini. Depresi
pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa
peran seorang ibu dan semua yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi baru
bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres. Perempuan dengan multipara, ketika
melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya terhadap perannya sebagai ibu.
Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan
dan mengasuh bayinya dan hal itu akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk
lebih dewasa.
6. Lingkungan, Dalam masa nifas lingkungan sangat berpengaruh didalamnya, karena
dapat membentuk adanya kebiasaan yang merugikan kesehatannya atau bahkan baik
untuk kesehatannya. Itu dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman dari setiap ibu
dan juga keluarganya. Lingkungan disekitar kita akan berubah selama kita hidup. Dan
ibu harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan, ini dapat mempengaruhi ibu dalam
menjalankan masa nifas serta dalam perawatan bayinya.
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberIbun ASI.
Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar dalam beberapa jam pertama
sesudah lahir. KemudIbun mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk
membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan
perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama
kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit
ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin lakukan ini paling sedikit 30 menit, karena
saat itulah kebanyakan bayi sIbup menyusu.
2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul.
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah
kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu
dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangannya dengan sabun dan air
sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci
tangannya sesudah buang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor. Ibu juga
harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari. Ibu tidak boleh
mengoleskan krim, minyak, alkohol, atau sabun pada putting susunya.
3. Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
Berbaring miring, ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung/rooming in).
Dengan demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus
belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa byinya lapar. Bila Ibu terpisah
tempatnya dari bayi, maka Ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24
jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, katakana pada Ibu untuk memberikan ASInya pada
bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi
tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi setiap/sesudah 4 jam, yang
paling baik adalah membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir,
sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.
6. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi saki dan menurunkan persediaan ASI
Ibunya karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASInya dihisap oleh
bayi. Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar, sehingga ia tidak
akan menghisap.
7. Hindari susu botol dan dot empeng.
Susu botol atau kempengan membuat bayi bingung dan dapat membuatnya menolak
pentil ibunya atau tidak menghisap dengan baik. Mekanisme menghisap botol atau
kempengan berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada payudara ibu. Ini akan
membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau kempengan, ia akan lebih susah belajar
menghisap ASI ibunya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasentasampai
pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum hamil yang
berlangsung 6 minggu (40 hari). Munyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar
menghisap keluar air susu dari payudara dengan seefisien mungkindan ibu belajar cara
menyusui dengan senyaman mungkin. Faktor fisik, psikologi, budaya, soaial, ekonomi dan
lingkungan ternyata sangat berpengaruh terhadap ibu nifas dengan adanya masa transisi. Jadi,
perlu dukungan dari keluarga disekitarnya. Di Indonesia, kebudayaan tersebut tidak dapat
dihilangkan, salah satu alasan yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos
hingga kepercayaan ibu nifas benar adanya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak
membawa dampak positif.
Adapun dukungan bidan dalam pemberian ASI yang harus diperhatikan yaitu sebagai
berikut:
1. Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama.
2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul.
3. Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung/rooming in).
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.
7. Hindari susu botol dan dot empeng.
B. Saran
Masih banyak kebudayaan di tengah-tengah masyarakat. Perlu dilakukan pengawasan
khusus agar kebudayaan tersebut memberikan dampak positif. Dan berikan dukungan yang
penuh untuk ibu nifas agar dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap
kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlah, A.Kasrida. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa Media
2. Nugroho, Taufan. 2014. Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
3. Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC