Professional Documents
Culture Documents
FARMASI INDUSTRI
MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Nama anggota
NPM
Ani Kurnia
260112150011
260112150026
260112150042
Anggy Luthfi
260112150104
Hikmawati
260112150117
Firdha Senja M
260112150128
Pevi Yuliani
260112150164
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena dengan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perencanaan
Produksi dan Pengendalian Persediaan. Makalah ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Farmasi Industri.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang kepada:.
1. Bapak Dudi Runadi, M.Sc., Apt. selaku dosen Mata Kuliah Farmasi Industri
2. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan baik berupa materi maupun
spiritual.
3. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya untuk penulis dan
umumnya untuk pembaca.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan
penulisan selanjutnya.
Jatinangor,
November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.2 TUJUAN...........................................................................................
BAB II ISI.........................................................................................................
2.2 FORECASTING...............................................................................
10
20
28
2.5 PURCHASING.................................................................................
49
2.6 WAREHOUSE..................................................................................
53
66
PERTANYAAN DISKUSI...............................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
71
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manajemen operasi adalah merupakan usaha-usaha pengelolaan secara
optimal penggunaan sumber-sumber daya (faktor-faktor) produksi antara lain
tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah menjadi berbagai produk
atau jasa. Ciri umum dari manajemen operasi adalah adanya unsur utama,
yaitu input, proses transformasi, output, feedback information dan lingkungan.
Input yang digunakan dapat bersifat sederhana atau kompleks. Proses
transformasi merupakan kegiatan penambahan nilai, oleh karena itu perlu
diperhatikan karakteristik seperti efisiensi, kualitas, tenggang waktu maupun
fleksibilitas. Output dapat berupa barang atau jasa atau sekumpulan barang
atau jasa. Lingkungan merupakan sesuatu yang komplek dan sulit untuk
dikontrol seperti: teknologi, ekonomi, sosial, politik dan lain-lain, oleh karena
itu perlu diperhatikan secara terus-menerus.
Atas dasar utama manajemen operasi tersebut, dapat dikatakan bahwa
manajemen operasi adalah kegiatan untuk mengolah input melalui proses
transformasi atau pengubahan atau konversi sedemikian rupa sehingga
menjadi output yang dapat berupa barang atau jasa. Atau dengan kata lain
manajemen operasi adalah proses transformasi input menjadi output, berupa
barang atau jasa secara terarah dan sistematis.
Terdapat 5 (lima) komponen utama yang mempengaruhi harga obat.
Kelima komponen tersebut adalah (1) Biaya bahan awal (starting material)
yang terdiri dari bahan baku dan bahan pengemas; (2) Biaya operasional
pabrik (manufacturing cost); (3) Biaya promosi (promotion cost); (4) Biaya
distribusi (distribution cost); dan (5) Biaya retailer (retailer cost). Dari kelima
biaya tadi, biaya bahan awal (starting cost) menyumbang 70 80% dari total
keseluruhan biaya industri farmasi. Oleh karenanya, penghematan biaya bahan
awal sebesar 10% saja, dengan didukung oleh manajemen produksi dan
operasi yang baik, akan memberikan sumbangan yang sangat signifikan bagi
industri
farmasi
yang
bersangkutan
yang
pada
gilirannya
sangat
yang
diperhatikan
dalam
mengendalikan
BAB II
ISI
2
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan.
Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang
akan menunjukan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan
pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah
Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan
pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai
bets terpisah.
Penerimaan Bahan
6
Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatau
pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan
terhadap kemungkinan salah penandaan wadah termasuk oleh pemasok.
pengambilan
sampel
ulang
hendaklah
diawali
dengan
14 Bahan awal, terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada
panas, hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya
dikendalikan dengan ketat. Bahan yang peka terhadap kelembaban dan atau
cahaya hendaklah disimpan
dikendalikan kondisinya.
Penyimpanan bahan awal baik pada saat proses karantina selama
pemeriksaan maupun setelah diluluskan harus disesuaikan dengan persyaratan
penyimpanan yang tercantum dalam label bahan awal atau Certificate of
Analysis (COA) yang disertakan dari bahan baku tersebut. Berikut adalah
contoh temperatur ruang penyimpanan yang tercantum dalam label bahan
awal:
a. Suhu ruang (ambient): suhu ruang tidak lebih dari 30C
b. Suhu ruang berpendingin udara (AC): suhu ruang di bawah 25C;
c. Suhu dingin: suhu ruang antara 28C; dan
d. Suhu beku: suhu ruang di bawah 0C.
Simpan bahan awal pada rak bahan awal yang telah ditentukan dengan
nama bahan awal yang tertera pada rak tersebut, jangan menaruh bahan awal
di lokasi yang tidak sesuai dengan nama bahan awal yang tercantum pada rak
tersebut. Bahan awal tidak boleh disimpan langsung bersentuhan dengan lantai
gudang, simpan bahan awal di atas rak atau pallet. Gudang penyimpanan
bahan awal harus selalu dipantau kondisinya sehingga selalu memenuhi
persyaratan. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang
mencolok, ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada
pemasoknya.
Penyerahan/Distribusi Bahan
15 Penyerahan bahan awal untuk produksi hendaklah dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah dilakukan
hanya oleh personil yang berwenang sesuai dengan prosedur yang telah
disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah disimpan dengan baik agar
rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.
16 Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk
membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi
persyaratan sesuai dengan jumlah bahan yang akan ditimbang.
17 Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberikan penandaan untuk
dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
Persyaratan dari penimbangan antara lain:
Kebenaran label
Bahan untuk setiap bets dikumpulkan dan diberi label secara jelas.
Dokumen penting yang perlu disiapkan dalam pengadaan bahan awal, antara
lain (Priyambodo, 2007):
9
Kualifikasi pemasok,
10
budget
Bag. Marketing
untuk
Bag. Produksi
perencanaan -
produk baru,
kompensasi
biaya
penjualan,
perencanaan kapasitas,
dan lain-lain
armada
selection
(buat/beli),
perencanaan
produksi
(schedulling) dan
-
pengendalian
persediaan
(inventory control).
Forecasting dibuat dan disiapkan oleh bagian Marketing (penjualan) karena
bagian Marketing-lah yang mengetahui kondisi pasar, dan mampu memperkirakan
11
efek kompetisi, iklan dan promosi, perubahan harga dan besarnya tekanan
kekuatan penjualan ditinjau dari segi fluktuasi permintaan. Ada beberapa kondisi
dalam ramalan penjualan (forecasting) yang perlu diwaspadai adalah sebagai
berikut :
Ramalan penjualan yang buruk
Inventory
tingi
menjadi
sangat
Inventory
rendah
menjadi
sangat
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin, industri (produk) tersebut
akan kehilangan pasar.
teknik,
keuangan
dan
logistik),
yang
seringkali
13
14
Ft = Peramalan baru
Ft-1 = Peramalan sebelumnya
AktualPeramalan
n
( Kesalahan peramalan )2
n
xy n x y a= y b x
x 2n x 2
17
2) Metode Casual
Metode peramalan secara casual, didasarkan adanya asumsi bahwa
penjualan dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang sengaja dibuat
yang dapat mempengaruhi penjualan, misalnya promosi, iklan,
kegiatan kompetitor, dan lain-lain. Dalam prakteknya jenis metode
peramalan ini terdiri dari :
a) Metode regresi dan kolerasi, merupakan metode yang digunakan
baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dan didasarkan
kepada persamaan dengan teknik least squares yang dianalisis
secara statis. Penggunaan metode ini didasarkan kepada variabel
yang ada dan yang akan mempengaruhi hasil peramalan. Hal- hal
yang perlu diketahui sebelum melakukan peramalan dengan
metode regresi adalah mengetahui terlebih dahulu mengetahui
kondisi- kondisi seperti :
Diasumsikan bahwa pola data yang ada dari data masa lalu
akan berkelanjutan dimasa yang akan datang.
Adapun data- data yang ada dilapangan adalah :
Musiman (Seasonal)
Horizontal (Stationary)
Siklus (Cyclical)
Trend
18
program
komputer
yang
sederhana
untuk
membuat
perkiraan/peramalan penjualan.
Dasardasar penerapan Focus forecasting adalah:
A
Apapun yang kita jual pada 3 bulan terakhir, kemungkinan akan kita jual pada 3 bulan
C
D
19
20
21
22
23
24
25
jadi
baku
rencana persediaan
rencana
barang
kebutuhan
rencana pembelian
bahan
dan rencana
permintaan forecasting
rencana kebutuhan
mesin
rencana pemanfaatan
kapa
rencana jumlah produksi
26
Rencana
Jangkauan perencanaan
Produksi Rencana
jangka panjang
jangka pendek
Pada umumnya meliputi 3, Pada umumnya hanya 1
5, 7 atau 10 tahun
Rincian perencanaan
Produksi
tahun
produksi
setiap
mesin; struktur
kerja;
arus
kas
perubahan persediaan
produksi
panjang
dan
rencana
per
triwulan,
pendek.
investasi
E. Manajemen Material
Manajemen material merupakan manajemen untuk mencapai tujuan
pengelolaan material mulai dari bahan baku, bahan kemas, produk setengah jadi
hingga produk jadi yang tepat (tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu dan tepat
biaya). Manajemen material merupakan jembatan antara bagian marketing dengan
bagian lain seperti R&D, produksi, finance, dan lain-lain.
27
Pengendalian
28
menurut Dlenn. Welsch Ronald W Hilton Paul (1995), adalah suatu proses untuk
memastikan
tindakan
yang
efisien
untuk
mencapai
tujuan
organisasi.
29
yaitu
persediaan
barang-barang
yang
terdiri
dari
30
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih
lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim
kepada pelanggan.
Fungsi pengendalian persediaan pada suatu perusahaan antara lain adalah :
1. menghindari keterlambatan pengiriman
2. menghindari adanya material/ bagian yang rusak
3. menghindari kenaikan harga
4. mendapatkan diskon bila membeli dalam jumlah tertentu
5. menjamin kelangsungan produksi
Sedangkan, tujuan diadakannya persediaan antara lain adalah:
1) untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan,
2) untuk memperlancar proses produksi,
3) untuk
mengantisipasi
kemungkinan
terjadinya
kekurangan
persediaan
(stockout), dan
4) untuk menghadapi fluktuasi harga.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka tentu saja akan menimbulkan
konsekuensi bagi perusahaan, yaitu menanggung biaya atau resiko yang berkaitan
dengan keputusan persediaan. Bagi bagian keuangan, inventory adalah uang
(modal) sehingga harus dijaga agar nilai inventory tersebut sekecil mungkin untuk
memperkuat modal. Sebaliknya, orang marketing memandang bahwa inventory
harus setinggi mungkin untuk mendorong penjualan dan antisipasi adanya
permintaan yang mendadak. Bagi orang produksi, inventory harus dijaga
sedemikian rupa dalam kondisi yang optimum untuk menjaga efisiensi produksi
dan memperlancar tingkat pemanfaatannya. Oleh karena itu, sasaran akhir dari
pengendalian persediaan adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan, yang
menyeimbangkan tujuan diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan.
31
32
33
Pendekatan Pemesanan
Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan
jawaban atas dua pertanyaan mendasar yaitu (1) kapan dilakukan pemesanan, dan
(2) berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan harus dilakukan pemesanan
kembali. Keputusan mengenai kapan dan berapa jumlah yang harus dipesan,
sangat tergantung kepada waktu dan tingkat persediaan.
Untuk menjawab pertanyaan kapan harus dilakukan pemesanan, dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu : (1) pendekatan titik pemesanan kembali
(re order point approach/ROP), (2) pendekatan tinjauan periodik (periodic review
approach), dan (3) materialrequirement planning (MRP).
1. Re Order Point /ROP Approach
34
Q
= jumlah pemesanan kembali
TPM = tingkat persediaan maksimum
P
= jumlah persediaan yang ada sekarang
35
penting
jika
dibanding
dengan
produk
yang
lain,
sehingga
kesulitan
dalam
MRP.
Terdapat
lima
faktor
yang
37
38
pada level yang berbeda, sehingga diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi,
baik dalam jumlah maupun waktu pelaksanaan pemesanan.
39
40
Tabel 1. Pareto
Perlu diperhatikan bahwa item yang harganya mahal belum tentu masuk
kategori A dan item yang murah masuk kategori C, yang benar adalah total nilai
penggunaan tahunannya. Merupakan suatu kesalahan fatal jika menganggap
bahwa item kelas/kelompok C bukan item penting, sehingga pengendaliannya
boleh diabaikan. Perlu diingat bahwa tablet yang mahal tidak dapat diproduksi
dan dijual jika tidak terdapat karton pembungkus yang harganya hanya beberapa
ribu rupiah saja.
Manfaat pengendalian persediaan secara Pareto:
1. Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien
2. Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan
cost benefit yang besar bagi perusahaan
3. Dapat memanfaatkan modal kerja (working capital) sebaik-baiknya sehingga
dapat memacu pertumbuhan perusahaan
4. Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi
produksi.
Kunci sukses pengendalian persediaan secara Pareto adalah:
41
Untuk
mempunyai
persediaan
yang
cukup
untuk
item-item
tetapi dapat juga digunakan untuk menentukan tingkat prioritas pelayanan pada
langganan dan menentukan tingkat persediaan pengaman, khususnya untuk
produk akhir (obat jadi).
Just in Time (JIT)
Just in Time merupakan salah satu konsep yang mendukung manajemen
biaya guna mengantisipasi perubahan yang terjadi di lingkungan industri sebagai
akibat kemajuan teknologi dan otomatisasi. Dalam konsep JIT dilakukan eliminasi
biaya melalui eliminasi jumlah sediaan (persediaan=0 atau zero stock). Eliminasi
jumlah persediaanini secara otomatis menghilangkan biaya penyimpanan dan
42
Gambar 2.15 Throughout Time dan unsur waktu dalam proses produksi
Tujuan dilakukannya sistem pembelian tepat waktu adalah :
43
44
45
3. Administrasi
Jumlah pembelian konstan
Administrasi seminimal mungkin
Dihindari adanya over stock atau out of stock
Kontrak pembelian jangka panjang
4. Delivery/pengiriman
Koordinasi pengiriman dengan bagian-bagian lain yang terkait
sesuai dengan kebutuhan, kepastian gudang dan ketersediaan dana.
Stock ada di supplier (system konsinyasi).
46
produksi secara keseluruhan merupakan hal yang sangat penting dalam sistem
MRP karena merupakan sasaran yang harus dijaga secara ketat. Sedangakan
dalam sistem JIT, MPS bukan merupakan sasaran produksi yang harus dijaga
ketat, tetapi hanya sebagai kerangka kerja untuk menyiapkan pengaturan bahan
dan tenaga kerja pada setiap proses.
Perbedaan lain, dalam system MRP harus dilakukan peninjauan pada akhir
setiap selang waktu untuk membandingkan rencana produksi dengan kenyataan.
Jika terjadi perbedaan harus dilakukan perbaikan. Dalam sistem JIT, perbandingan
tersebut tidak diperlukan karena perbandingan seperti itu dengan sendirinya
muncul dalam hasil produksi harian. Selain itu, dalam sistem JIT dilakukan sistem
terbalik dari lini paling akhir menuju proses sebelumnya (sistem tarik/Pull
System), sedangkan pada system MRP digolongkan dalam sistem dorong (Push
System) dengan dorongan yang berasal dari perencanaan pusat.
Menghadapi volume produksi tinggi atau sistem produksi kontinyu,
diperlukan metode produksi dan perencanaan persediaan khusus. Sistem MRP
sangat baik untuk tingkat produksi menengah dan lead time komponen-komponen
nya lebih panjang. Sedangkan untuk tingkat produksi dengan volume besar, sistem
JIT lebih tepat untuk diterapkan.
Keuntungan penggunaan sistem kanban (JIT) adalah:
1. Waktu persiapan (set-up) pendek
47
Model VEN
48
Sistem VEN adalah suatu sistem dalam suatu pengelolaan barang (obat)
yang berdasarkan pada dampak masing-masing obat terhadap kesehatan. VEN
terdiri dari 3 kelompok :
a
obat-obatan
yang
Non Essential
adalah
Departemen/Bagian
Pembelian
(purchasing/procurement
49
lain-lain. Terdapat empat kegiatan utama dalam Pembelian, yaitu (1) pemilihan
supplier (pemasok), bernegosiasi mengenai harga, termint pembayaran dan jadwal
pengiriman bahan, termasuk di dalamnya menerbitkan surat pesanan (purchase
order/PO), (2) melakukan pemantauan pengiriman (expediting delivery) yang
dilakukan oleh supplier, (3) menjembatani antara supplier dengan bagian terkait
dalam perusahaan, misalnya bagian teknik, QC, Produksi, Keuangan dan lain-lain
yang berkaitan dengan masalah pembelian bahan (complaint, dan lain-lain), dan
(4) mencari produk, material atau supplier baru, yang dapat memberikan
kontribusi dan keuntungan pada perusahaan.
Pemilihan Supplier
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih supplier :
1. Kualitas dari bahan yang dipesan. Hal ini dapat diketahui dari Certificate
of Analysis (CoA).
2. Kontinuitas atau kesanggupan supplier dalam menyuplai barang yang
berkualitas secara terus-menerus.
3. Delivery time atau ketepatan waktu pengiriman sesuai dengan waktu
pengiriman yang telah ditentukan.
4. Layanan purna jual dan kemudahan dalam pembayaran.
Terdapat 2 sistem pembelian (pengadaan) yang biasa dilakukan di industri
farmasi, yaitu : (1) Open Purchase Order. Pada sistem ini order pembelian
dilakukan dalam jumlah kecil, dengan nilai yang kecil serta proses transaksi
dengan frekuensi yang tinggi. Sistem pembelian dengan cara ini biasanya
dilakukan untuk material yang mudah didapat, supplier cukup banyak dan
kebutuhannya fluktuatif, dan (2) Blanket Purchase Order. Pada sistem ini order
pembelian dilakukan dalam jumlah besar secara total, dengan harga yang tetap
tapi pengirimannya diatur dalam jangka waktu yang panjang. Sistem pembelian
dengan cara ini biasanya digunakan untuk material yang nilainya cukup tinggi,
adanya potongan harga yang cukup besar bila order quantity-nya besar atau
material tersebut sukar didapat atau di pasaran sering kosong.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengadaan antara lain, (1)
stok bahan yang ada baik bahan baku, bahan pengemas dan produk jadi, dan (2)
Lead time (yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan barang mulai dari
pemesanan sampai tiba di gudang pabrik).
50
51
52
2. Tenaga Kerja
3. Barang
53
55
2) Menyiapkan dan mengirimkan obat jadi sesuai dengan order penjualan dari
Bagian Marketing.
3) Membuat kartu persediaan obat jadi per hari dan per bulan yang diserahkan
dan dipertanggung jawabkan ke Departemen PPIC.
4) Menangani retur obat dari konsumen.
Setiap kegiatan dari setiap gudang melibatkan kegiatan keluar dan
masuknya barang, sehingga perlu dilakukan pengaturan tentang alur keluar dan
masuknya barang di Industri Farmasi. Alur keluar masuk barang menganut sistem
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
E.
Denah Bangunan
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tata letak
gudang adalah sebagai berikut:
1. Untuk kemudahan bergerak, gudang jangan disekat-sekat, kecuali jika
diperlukan. Perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
pergerakan
2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran material dan
peralatan, tata letak ruang gedung perlu memiliki lorong yang ditata
berdasarkan sistem:
a. Arah garis lurus
b. Arah huruf U
c. Arah huruf L
3. Pengaturan Sirkulasi Udara
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya
sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan, termasuk pengaturan
kelembaban udara dan pengaturan pencahayaan.
4. Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan sirkulasi udara,
perlindungan terhadap banjir, serangan hama, kelembaban dan efisiensi
penanganan
56
57
58
59
60
Penerimaan
Penerimaan merupakan proses penyerahan dan penerimaan material dan
4. Pendistribusian
61
termasuk
alat
pengatur
suhu,
kelembaban
dan
h. Pest control.
i. Pengatur kelembaban.
j. Termometer.
k. Komputer.
l. Generator.
m. Lemari.
n. Fire extinguisher (tabung pemadam kebakaran).
o. Alarm kebakaran (BPOM, 2006).
L. Personil
Semua personil di area penyimpanan harus diberikan
pelatihan awal dan berkesinambungan yang berkaitan dengan
cara distribusi dan penyimpanan yang baik, peraturan yang
berkaitan, dan peraturan keselamatan. Catatan pelatihan harus
disimpan untuk diperiksa bila diperlukan. Semua anggota staf
harus dilatih dan mempunyai tingkat kebersihan dan sanitasi
yang tinggi. Petunjuk yang jelas tentang kebersihan pribadi harus
didistribusikan dan diamati. Personil yang bekerja di area
penyimpanan
harus
mengenakan
pakaian
pelindung
atau
63
Mengamankan
pergudangan
beserta
isi
dan
b Petugas
perencanaan,
pengendalian
dan
pelaporan,
dan
didistribusikan
peralatan
setiap
yang
periode
masuk,
tertentu
disimpan
atau
dan
secara
berkala.
-
Mengkoordinasikan
proses
penerimaan
material
dan
peralatan.
-
64
dengan
cara
menyimpan
sesuai
dengan
Mendukung
percepatan
pendistribusian
material
dan
peralatan.
f
Melakukan
pencegahan
dan
penanganan
keamanan
Mendukung
pergudangan
pengamanan
mulai
dari
semua
proses
penerimaan,
aktivitas
penyimpanan,
65
BAB III
SIMPULAN
1. Pengadaan atau pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan
oleh karena itu hendaklah melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan
khusus dan menyeluruh perihal pemasok. Pembelian bahan awal
hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen.
66
Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan
awal dibicarakan dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua
aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan
penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga prosedur penanganan
keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan pemasok
(BPOM, 2012).
2. Forecasting dibutuhkan untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku,
produk, tenaga kerja maupun kebutuhan lain sebagai respons terhadap
perubahan permintaan (pasar).
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai kegiatan memilih dan menentukan
tujuan dan kebijakan perusahaan, program, dan prosedur kerja yang akan
dilakukan. Sistem pengendalian adalah suatu kegiatan pemeriksaan atas
kegiatan yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan tersebut dapat
sesuai dengan apa yang diharapkan atau yang direncanakan. Perencanaan
dan pengendalian produksi mempunyai peranan yang sentral dalam
peningkatan produktifitas karena melalui perencanaan dan pengendalian
produksi yang baik, akan dicapai penghematan dalam biaya bahan,
pemanfaatan sumber daya baik fasilitas produksi maupun mesin, tenaga
kerja atau waktu yang optimal yaitu tidak boros atau tidak idle.
4. Persediaan (inventory) memiliki arti sangat penting dalam operasi bisnis
suatu perusahaan, guna memenuhi kebutuhan produksi dan memberikan
kepuasan pada kebutuhan organisasi (perusahaan). Inventory, terutama di
industri farmasi terdiri dari raw material (bahan baku), packaging material
(bahan pengemas), finished product (obat jadi), dan Work In Process / WIP
(Barang setengah jadi).
5. Bagian/departemen yang
pengadaan
barang
bertanggung
adalah
jawab
untuk
Departemen/Bagian
melaksanakan
Pembelian
67
kombinasi
keduanya.
Untuk
sistem
FIFO,
68
date/kadaluarsa terdekat.
Yang
lebih
awal
belum
tentu
mempunyai
waktu
bagi
pendek.
perencanaan
Perencanaan
yang
jangka
berjangka
waktu
panjang
masih
lebih
perlu
Perencanaan
perencanaan
operasional
tahunan
di
atau
Negara
disebut
kita
ini
juga
pada
faktor
internal
dan
eksternal
apa
kapasitas
yang
produksi
69
3. Rahma
Bagaimana periode forecasting? Bagaimana metode
kualitatifnya? Apa yang dimaksud dengan faktor
pengaman?
Forcasting memiliki jangka waktu tergantung dari panjang
rentangnya
Short range: kurang dari 3 bulan
Medium range: 3 bulan sampai 3 tahun
Long range: lebih dari 3 tahun
Metode kualitatif dilakukan jika tidak ada historical data.
Metode-metodenya:
Jury of executive opinion: pertimbangan dari satu
grup manajer level atas dikumpulkan dan digunakan
untuk menentukan perkiraan. Metode ini
menggunakan gabungan pengalaman dan hitungan
statistic.
Sales force composite: menggunakan proyeksi sales
setiap cabang sebagai forecast.
Delphi method: menggunakan pendapat sekelompok
ahli di bidangnya untuk memberikan pendapatnya
Consumer market survey: menggunakan hasil survey
yang menanyakan rencana belanja konsumen
Koefisien untuk fakotr pengaman ditentukan berdasarkan
kebijakan manajemen. Faktor pengaman biasanya bernilai
1 yang berarti kondisinya adalah ideal.
4. Floriza
Apa sajakah yang dipantau dalam delivery
expediting?
Yang dipantau adalah bahan awal yang berasal dari
pemasok hingga bahan awal tersebut sampai ke pemesan.
Selain itu, pemantauan dilakukan juga dengan cara audit
vendor untuk meminimalisir ketidaktepatan perencanaan.
70
5. Anisa Desy
Apakah dalam perencanaan selalu sesuai?
Bagaimana jika lebih atau kurang dari perencanaan?
Perencanaan tidak selalu sesuai. Over stock dapat
terjadi
karena
kesalahan
bagian
marketing
solusinya
DAFTAR PUSTAKA
71
BPOM, 2009, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00. 06. 1.34.0387 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Nasional Cara
Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
BPOM RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
BPOM RI. 2012. Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Helmi, Syafrizal.2009. Perencanaan dan Pengendalian Persediaan.Tersedia di:
http://shelmi.com/2009/05/05/perencanaan-dan-pengendalian-persediaan/
[Diakses tanggal 6 November 2015].
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama.
Theptong, J. 2010. Drug Inventory Control. Degree Programme in International
Business. Thai. [Thesis]
72