You are on page 1of 7

Novanolo Zebua. 161442010. nzebua@gmail.

com

Nama mahasiswa : Novanolo Christovori Zebua


NIM
: 161442010
Jurusan
: Pascasarjana Pendidikan Matematika
USD
Judul Jurnal
: The Role of Ethnomathematics within
Mathematics Education
Penulis
: Karen Francois
A. Alasan pemilihan jurnal
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan abstrak yang
telah berkembang dari dahulu. Masyarakat yang ada telah mengenal dan
menggunakannya untuk membatu dalam segala bidang kehidupan manusia.
Peranan penting dari matematika tersebut telah disadari oleh
matematikawan, baik ilmuan maupun pendidik. Berdasarkan perannya
dalam membantu kehidupanm masyarakat maka dirasa penting pendidikan
matematika itu sendiri.
Ke-abstrak-an dari matematika yang tidak kasat mata itu sendiri
memiliki kendala dalam pengajarannya, ditambah lagi perkembangan yang
begitu pesat dalam dunia matemtika. Melihat hal tersebut dalam dunia
pendidikan, pendidikan matematika khususnya, diperlukan sebuah
pendekatan yang dapat membatu siswa dalam pemahaman materi.
Penggunaan pendekatan etnomatematika merupakan hal penting dalam
membantu pembentukan konsep dan logika bermatematika dalam diri siswa.
Dekade ini pendekatan etnomatematika mulai berkembang pesat di
seluruh penjuru dunia. Hal ini terlihat dari pengajaran dan pembelajaran di
kelas yang melibatkan budaya masyarakat setempat dalam memahami
materi konsep dan logika dari pelajaran matematika. Sebagai pendidik dirasa
perlu memahami sejarah dan konsep dari pendekatan etnomatematika itu
sendiri agar dalam penggunaannya pendidik dapat memahami konsep dari
etnomatematika. Jurnal ini membahas mengenai sejarah dan pentingnya
konsep etnomatematika dalam dunia pendidikan matematika di dunia.
Pengenalan sejarah terbentuknya etnomatematika akan membantu pendidik
agar tidak lari dari konsep awal pembentukan etnomatematika.
B. Ringkasan
Pendahuluan
Artikel ini berisi mengenai peran dari etnomatematika terhadap
pembelajaran (pendidikan) matematika di kelas (sekolah). Awal mulanya

Novanolo Zebua. 161442010. nzebua@gmail.com

etnomatematika merupakan sebuah pola atau kebiasaan masyarakat dalam


menggunakan
matematika
sederhana
dalam
praktek
kehidupan,
sebagaimana disebutkan oleh Ascher & Ascher, 1997. Pada awal tahun
1980an, Ascher menduga bahwa etnomatematika telah ada sebagai
matematika praktikal tanpa pembukuan yang biasa diberi label sebagai
matematika primitif. Hal yang dibutuhkan untuk membuktikan hubungan dari
kedua hal tersebut adalah sebuah analisis secara detil dari ide matematika di
dalam etnomatematika itu sendiri. DAmbrosio (1997), yang merupakan
seorang bapa pintar dari program etnomatematika, mengajukan sebuah
gagasan garis besar dari konsep ethno, untuk menggabungkan semua
grup kultural yang dapat teridentifikasi dengan jargon, kode, simbol, mitos,
dan bahkan alasan spesifiknya. Pemaknaan kata etno merubah dan
memperkaya makna dari konsep etnomatematika itu sendiri sehingga
berdampak pada filosofi dari pendidikan matematika. Hal ini kini telah
menjadi sangat bermakna, dimana dekade ini banyak sekali kelas yang
multibudaya. Pergeseran makna dari etnomatematika ke konsep yang lebih
luas dari perbedaan budaya menjadi sangat bermakna diantara para
komunitas peneliti. CERME (Conference of European Research in
Mathematics Education) membahas hal ini, tetapi belum ada pada CERME 1
(1998) dan CERME 2 (2001). Topik ini menjadi bahasan mulai pada CERME 3
(2003), CERME 4 (2005), CERME 6 (2007) dan CERME 6 (2009).
Berhadapan dengan perbedaan budaya di dalam kelas
Penggunaan etnomatematika di dalam pendidikan berasal dari Brasil, tetapi
kini sudah menjadi hal biasa di seluruh dunia. Berhadapan dengan
perbedaan budaya di dalam kelas adalah merupakan konteks umun dimana
setiap konteks berdasarkan letaknya. Matematika merupakan sebuah
pengetahuan tentang manusia dan budaya, maka terjadilah pergeseran
makna dari etnomatematika itu sendiri sebagai perbedaan dalam
matematika dan dalam praktek matematika. Pandangan ini membuat kita
dapat membandingkan budaya mengenai matematika yang tergambarkan
dalam praktek matematika, bukan hanya mengungkap perbedaannya tetapi
juga tentang kompleksitas dari sebuah sistem bermatematika tersebut.
Perbedaan dalam praktek matematika dapat dianggap sebagai sesuatu yang
lain. Hal ini ini
tidak hanya berkaitan dengan budaya matematika
masyarakat barat saja melainkan dari berbagai macam budaya matematika
dari seluruh dunia. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinxten &
Francois (2007) terhadap pengaturan praktek matematika di kelas, salah
satu budaya matematika dapat banyak membuktikan bahwa praktek

Novanolo Zebua. 161442010. nzebua@gmail.com

matematika dalam masyarakat dapat digunakan di dalam kelas, bukan


hanya sekedar faktor eksotis belaka namun juga penggabungan beberapa
konsep matematika. Berawal dari pengetahuan matematika dalam
masyarakat dan praktek kesahariannya merupakan prinsip dasar dari
orientasi baru kepada pendidikan matematika realistic dan pengembangan
dari inovasi dari praktek di kelas (Prediger 2007). Permasalahan berikutnya
adalah bagaimana merubah dari pendidkan berpusat kepada guru menjadi
pendidikan berupusat kepada siswa. Cohen & Lotan (1997) menjelaskan
bagaimana bekerja secara interaktif dapat terbangun dan mereka dapat
menjelaskan keuntungan dari pembelajaran interaktif di dalam grup untuk
dapat berhadapan dengan perbedaan yang ada. Untuk tujuan tersebut teori
Complex Instruction dibangun dan diterapkan di dalam dunia pendidikan.
Pendidikan semacam itu telah berkembang di Eropa, Israel dan Amerika dan
telah digabungkan dengan pendidikan Cooperative Learning in Multicultural
Groups dan telah diuji cobakan terhadap berbagai kelompok umur serta
berbagai kurikulum. Complex Instruction merupakan metode mengajar
dengan murid sebagai objek utamanya. Metode pengajaran ini berusaha
menjangkau semua siswa untuk terlibat di dalam proses belajar (Francois &
Bracke 2006). Supaya tidak membuat keragaman budaya terpatri menjadi
keragaman khusus Cohen berbicara tentang konteks bekerja didalam
kelompok yang heterogen. Heterogenitas terdapat disetiap kelompok bahkan
di dalam kelas yang sudah dibagi berdasarkan kemampuan. Apabila proses
belajar yang berpusat kepada siswa dijalankan dengan serius, makan guru
ditantang untuk mengatasi permasalahan tersebut didalam kelas, hal ini
tentu etnomatematika dapat menjadi jalan dalam mengajarkan matematika
di kelas dengan keberagaman budaya.
Etnomatematika di setiap kelas
Gagasan utama dalam etnomatematika adalah berhadapan dengan praktek
matematika siswa sehari-hari dengan siswa sebagai objek utama dalam
belajar. Proeses mengajar yang dilakukan berusaha agar semua siswa
terjangkau dan melibatkan mereka dalam proses belajar matematika,
terlepas dari keberagaman budaya yang ada. Gagasan dari matematika
untuk semua siswa sesuai dengan konsep etis dari pengajaran optimistic
yang terhubung dengan teori egalitarisme (persamaan hak). Egalitarian
berawal dari pendidikan optimistik dan hal ini perlu memperhitungkan
perbedaan proses belajar untuk memberikan kemungkinan hasil yang terbaik
pada saat akhir pembelajaran.

Novanolo Zebua. 161442010. nzebua@gmail.com

Dengan menambahkan gagasan etnomatematika kedalam perbedaan


budaya dan pendidikan matematika, dapat menghilangkan perbedaan
matematika (modern) dengan etnomatematika. Pertentangan kedua hal
tersebut, dapat dihilangkan dengan pemahaman dan penerapan prestasi
etnomatematika di dalam pendidikan matematika itu sendiri. Sebuah kritik
terhadap dominasi matematika barat menjadi dasar dari bagaimana
etnomatematika dapat dikembangkan. Apa sebenarnya perbedaan
etnomatematika
dari
matematika
(modern/biasanya)?
merupakan
pertanyaan Setati (2002) dalam peninjauan ulang dalam pengembangannya
dengan etnomatematik sebagai disiplin ilmu yang terasingkan dan berbedan
dengan matematika. Setati melihat matematika sebagai praktek
matematika, dilakukan oleh kelompok budaya yang mengidentifikasi dirinya
berdasarkan filosofi dan pandangan ideology (Setati 2002). Setiap guru
harus menggunakan sebuah standar yang berhubungan dengan profesinya
dan kualifikasinya sebagai pengajar, yaitu filosofi (tentang bagaimana untuk
hidup), ideologi (tentang bagaimana untuk memandang) dan argumentasi
(tentang bagamana untuk mengutarakan). Sehingga kini pertanyaannya
adalah nilai dari matematika dan etnomatematika apa yang benar-benar
berbeda?
Tidak dapat dipungkiri bahwa etnomatematika berdiri berdasarkan sikap
emansipatori dan kritis yang mempromosikan emansipasi dan persamaah
dari kelompok yang terdiskriminasi (Powell & Franksensein 1997). Hal ini
didukung oleh pandangan UNESCO terhadap dunia pendidikan.
Kita dapat simpulkan bahwa nilai eksplisit dari objek pendidikan secara
umum terhubung dengan nilai dari kesetaraan kesempatan dari semua siswa
dimana hal ini merupakan isi pokok dari etnomatematika. Akibatnya
ekspansi etnomatematika merupakan cara mengajar matematika yang
mempertimbangkan perbedaan praktek matematika siswa. Pengertian
gagasan konsep Etnomatematika ini dapat diperluas sebagai nilai lebih
dimana heterogenitas dan perbedaan budaya tidak tampak / tidak menjadi
perhatian utama.
Penggunaan pendidikan etnomatematika menggaris bawahi dua hal utama,
yaitu: konten kurikulum serta pendekatan pengajaran. Di samping konten
matematika yang terdapat dalam kurikulum, sekarang terdapat ruang
tambahan untuk memperkenalkan etnomatematika tersebut. Menurut D
Ambrosio (2007a) penekanan terhadap praktek matematika lainnya akan
memberikan kesempatan kepada persepsi yang lebih baik terhadap praktek
matematika itu sendiri. Seperti dalam pengajaran bahasa, belajar lebih dari

Novanolo Zebua. 161442010. nzebua@gmail.com

satu bahasa akan lebih baik dalam mendalaminya. Hal ini memperluas
pandangan terhadap dunia dan beradaptasi dengan lebih baik untuk
berurusan dengan orang lain di dunia yang semakin global. Analogi tersebut
dapat membuat pendidikan matematika semakin meluas dimana
pengetahuan matematika praktis dari beberapa konteks budaya serta seiring
berjalannya waktu akan dibuktikan bahwa hal tersebut berguna. Faktor
kedua ialah pendekatan pengajaran, yaitu cara kita membangun proses
belajar di kelas. Sebuah hasil pendekatan interaktif dalam pengajaran
ditentukan pula dari proses belajar yang siswa secara aktif mengikuti
pembelajaran. Penambahan gagasan etnomatematika sebagai keragaman
budaya dan pendidikan matematika serta dengan penekanan atas
berhadapan dengan siswa setiap harinya, etnomatematika kini lebih dekat
dengan lingkungan sosial siswa. Apa yang sebenarnya keuntungan dari kota
dengan kualitas pendidikan tinggi? Berdasarkan etnomatematika sebagai
dasar awal pengembangan konsep, sebagai teori kritis dan emansipasi teori
dan sebagai gerakan yang berjutuan membuat semua siswa memiliki
kesempatan yang sama.
Etnomatematika sebagai hak asasi manusia
D Ambrosio menempatkan pendidikan matematika kedalam konteks sosial,
budaya dan sejarah. Matematika merupakan jantung dari perkembangan
individu, nasional dan global (D Ambrosio 2007a). D Ambrisio mengajukan
sebuah proposal bahwa pendidikan matematika seharusnya dapat diterima
oleh semua siswa bukan hanya sebagian saja.
Melihat pendidikan matematika dan nilai sebuah pendidikan merupakan
kesatuan dan hidup bersama bukan merupakan sebuah ambiguitas karena
matematika adalah sesuatu yang tidak dapat disangkal karena dianggap
sebagai non-normatif.
Menurut D Ambrosio masih banyak orang yang meyakini bahwa pendidikan
matematika dan politik tidak memiliki kesamaan. D Ambrosio menyesal
bahwa deklarasi World Declaration on Educaion for All tidak diketahui oleh
banyak guru matematika yang seharusnya hal tersebut sebagai kunci dalam
proses emansipasi. Sejalan dengan World Declaration, matematika untuk
semua memberi dampak pada refleksi kritis mengenai cara mengajar
matematika. D Ambrosio membangun 3 buah konsep yang fokus kepada
kurikulum baru yang mengacu pada penggunaan tujuan emansipatori
internasional (UNESCO): literacy (literasi), matheracy dan technoracy.

Novanolo Zebua. 161442010. nzebua@gmail.com

Literasi bekerja di ranah nilai komunikasi dan hal ini memiliki kesempatan
untuk memuat dan menggunakan informasi, umumnya berupa simbol dan
makna, kode dan angka. Matheracy merupakan alat untuk menawarkan
perubahan cara mengajar, membangun hipotesis dan menggambar hasil dari
sebuah data yang berdasarkan poin analitis dan atitut saintifik. Technoracy
menawarkan sebauh kesempatan untuk semakin akrab dengan teknologi.
Dengan tiga bentuk konsep dari pendidikan dasar, yang merupakan hasil
pembangunan konsep dari program penelitian etnomatematika, D Ambrosio
mengajukan kepada Universal Declaration of the Human Right yang
berkaitan dengan pendidikan sejatinya dan keuntungan sejati dari sebuah
pengembangan ilmu pengetahuan.
Kesimpulan
Artikel ini mengutamakan tentang pergeseran makna dari etnomatematika
dan perannya dalam pendidkan matematika. Etnomatematika bukan lagi
sebagai dari masyarakat primitif saja, namun sekarang merupakan
keragaman budaya dalam pendidikan matematika. Guru matematika kini
ditantang untuk menghadapi perbedaan siswa tentang praktik matematika
setiap harinya. Kini etnomatematika mengambil peran penting dalam
pendidikan matematika, hal ini sejalan dengan deklarasi UNESCO (1948).
Penggunaan gagasan etnomatematika sebagai dasar menghadapi
perbedaan budaya setiap siswa dan dengan praktek matematika setiap hari
membawa matematika lebih dekat dengan lingkungan sosial siswa.
Etnomatematika sendiri merupakan program pengarah nilai secara implisit
dan praktek dalam matematika dan pendidikan matematika. Sejarawan
matematika,
Dirk
Struik
mempostulatkan
tentang
pentingnya
etnomatematika sebagai kegiatan akademik dan politik. Matematika
sungguh terhubung erat dengan kebudayaan asal sebagai pendidikan
dengan keadilan sosial (Powell & Frangkenstein (1999)). D Amnbrosio
bahkan menekankan: Ya, etnomatematika adalah pembenaran politis (D
Ambrosio 2007a, p.32).
C. Dampak bagi pendidikan matematika.
Awalnya Etnomatematika yang dipandang sebagai sesuatu yang tidak
berkaitan dengan dunia pendidikan, kini telah bergeser makna menjadi dasar
bagi pendidikan matematika. Pendidikan matematika tentunya merupakan
suatu hal penting dalam perannya sebagai ilmu dasar bagi semua ilmu,
bahkan politik sekalipun. Melihat pentingnya pendidikan matematika yang

Novanolo Zebua. 161442010. nzebua@gmail.com

sejati, maka
matematika.

perlu

ditanamkan

sikap

dan

karakter

yang

kuat

dari

Kehidupan dari seorang siswa tentu tidak akan lepas dari budaya asal
mereka, baik itu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kehidupan sosial
bahkan hingga kebiasaan. Hal ini mempengaruhi cara pandang dan
kecepatan pemahaman dari siswa dalam menghadapi pendidikan
matematika di kelas, dan tentu hal ini menjadi dasar dari pendidikan
matematika dengan pendekatan etnomatematika. Etnomatematika yang
menekankan pentingnya unsur budaya matematis akan menjadi dasar yang
baik bagi pendidikan matematika di sekolah, sehingga pendidikan (secara
kurikulum) tidak akan terasa kaku dan mati.
Kini pendidikan dengan pendekatan etnomatematika akan membuat siswa
merasa menjadi manusia karena hak untuk mempelajari matematika mereka
dapatkan. Penggunaan etnomatematika membuat siswa merasa lebih dekat
dengan matematika karena mereka beranjak dari belajar sesuai dengan
kebudayaannya masing-masing. Hal tersebut mempermudah dalam
pemahaman dan pengembangan pengetahuan matematika siswa. D
Ambrosio, seoran bapa Etnomatematika, telah melihat hal tersebut sehingga
memperjuangkannya di UNESCO sehingga dapat dipakai oleh seluruh negara
di dunia. Diharapkan dengan itu maka pendidikan matematika sejati dapat
dilakukan oleh seluruh guru matematika di dunia sehingga pendidikan
matematika yang penting dalam kehidupan tersebut dapat tercipta dengan
baik.

You might also like