Professional Documents
Culture Documents
com
satu bahasa akan lebih baik dalam mendalaminya. Hal ini memperluas
pandangan terhadap dunia dan beradaptasi dengan lebih baik untuk
berurusan dengan orang lain di dunia yang semakin global. Analogi tersebut
dapat membuat pendidikan matematika semakin meluas dimana
pengetahuan matematika praktis dari beberapa konteks budaya serta seiring
berjalannya waktu akan dibuktikan bahwa hal tersebut berguna. Faktor
kedua ialah pendekatan pengajaran, yaitu cara kita membangun proses
belajar di kelas. Sebuah hasil pendekatan interaktif dalam pengajaran
ditentukan pula dari proses belajar yang siswa secara aktif mengikuti
pembelajaran. Penambahan gagasan etnomatematika sebagai keragaman
budaya dan pendidikan matematika serta dengan penekanan atas
berhadapan dengan siswa setiap harinya, etnomatematika kini lebih dekat
dengan lingkungan sosial siswa. Apa yang sebenarnya keuntungan dari kota
dengan kualitas pendidikan tinggi? Berdasarkan etnomatematika sebagai
dasar awal pengembangan konsep, sebagai teori kritis dan emansipasi teori
dan sebagai gerakan yang berjutuan membuat semua siswa memiliki
kesempatan yang sama.
Etnomatematika sebagai hak asasi manusia
D Ambrosio menempatkan pendidikan matematika kedalam konteks sosial,
budaya dan sejarah. Matematika merupakan jantung dari perkembangan
individu, nasional dan global (D Ambrosio 2007a). D Ambrisio mengajukan
sebuah proposal bahwa pendidikan matematika seharusnya dapat diterima
oleh semua siswa bukan hanya sebagian saja.
Melihat pendidikan matematika dan nilai sebuah pendidikan merupakan
kesatuan dan hidup bersama bukan merupakan sebuah ambiguitas karena
matematika adalah sesuatu yang tidak dapat disangkal karena dianggap
sebagai non-normatif.
Menurut D Ambrosio masih banyak orang yang meyakini bahwa pendidikan
matematika dan politik tidak memiliki kesamaan. D Ambrosio menyesal
bahwa deklarasi World Declaration on Educaion for All tidak diketahui oleh
banyak guru matematika yang seharusnya hal tersebut sebagai kunci dalam
proses emansipasi. Sejalan dengan World Declaration, matematika untuk
semua memberi dampak pada refleksi kritis mengenai cara mengajar
matematika. D Ambrosio membangun 3 buah konsep yang fokus kepada
kurikulum baru yang mengacu pada penggunaan tujuan emansipatori
internasional (UNESCO): literacy (literasi), matheracy dan technoracy.
Literasi bekerja di ranah nilai komunikasi dan hal ini memiliki kesempatan
untuk memuat dan menggunakan informasi, umumnya berupa simbol dan
makna, kode dan angka. Matheracy merupakan alat untuk menawarkan
perubahan cara mengajar, membangun hipotesis dan menggambar hasil dari
sebuah data yang berdasarkan poin analitis dan atitut saintifik. Technoracy
menawarkan sebauh kesempatan untuk semakin akrab dengan teknologi.
Dengan tiga bentuk konsep dari pendidikan dasar, yang merupakan hasil
pembangunan konsep dari program penelitian etnomatematika, D Ambrosio
mengajukan kepada Universal Declaration of the Human Right yang
berkaitan dengan pendidikan sejatinya dan keuntungan sejati dari sebuah
pengembangan ilmu pengetahuan.
Kesimpulan
Artikel ini mengutamakan tentang pergeseran makna dari etnomatematika
dan perannya dalam pendidkan matematika. Etnomatematika bukan lagi
sebagai dari masyarakat primitif saja, namun sekarang merupakan
keragaman budaya dalam pendidikan matematika. Guru matematika kini
ditantang untuk menghadapi perbedaan siswa tentang praktik matematika
setiap harinya. Kini etnomatematika mengambil peran penting dalam
pendidikan matematika, hal ini sejalan dengan deklarasi UNESCO (1948).
Penggunaan gagasan etnomatematika sebagai dasar menghadapi
perbedaan budaya setiap siswa dan dengan praktek matematika setiap hari
membawa matematika lebih dekat dengan lingkungan sosial siswa.
Etnomatematika sendiri merupakan program pengarah nilai secara implisit
dan praktek dalam matematika dan pendidikan matematika. Sejarawan
matematika,
Dirk
Struik
mempostulatkan
tentang
pentingnya
etnomatematika sebagai kegiatan akademik dan politik. Matematika
sungguh terhubung erat dengan kebudayaan asal sebagai pendidikan
dengan keadilan sosial (Powell & Frangkenstein (1999)). D Amnbrosio
bahkan menekankan: Ya, etnomatematika adalah pembenaran politis (D
Ambrosio 2007a, p.32).
C. Dampak bagi pendidikan matematika.
Awalnya Etnomatematika yang dipandang sebagai sesuatu yang tidak
berkaitan dengan dunia pendidikan, kini telah bergeser makna menjadi dasar
bagi pendidikan matematika. Pendidikan matematika tentunya merupakan
suatu hal penting dalam perannya sebagai ilmu dasar bagi semua ilmu,
bahkan politik sekalipun. Melihat pentingnya pendidikan matematika yang
sejati, maka
matematika.
perlu
ditanamkan
sikap
dan
karakter
yang
kuat
dari
Kehidupan dari seorang siswa tentu tidak akan lepas dari budaya asal
mereka, baik itu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kehidupan sosial
bahkan hingga kebiasaan. Hal ini mempengaruhi cara pandang dan
kecepatan pemahaman dari siswa dalam menghadapi pendidikan
matematika di kelas, dan tentu hal ini menjadi dasar dari pendidikan
matematika dengan pendekatan etnomatematika. Etnomatematika yang
menekankan pentingnya unsur budaya matematis akan menjadi dasar yang
baik bagi pendidikan matematika di sekolah, sehingga pendidikan (secara
kurikulum) tidak akan terasa kaku dan mati.
Kini pendidikan dengan pendekatan etnomatematika akan membuat siswa
merasa menjadi manusia karena hak untuk mempelajari matematika mereka
dapatkan. Penggunaan etnomatematika membuat siswa merasa lebih dekat
dengan matematika karena mereka beranjak dari belajar sesuai dengan
kebudayaannya masing-masing. Hal tersebut mempermudah dalam
pemahaman dan pengembangan pengetahuan matematika siswa. D
Ambrosio, seoran bapa Etnomatematika, telah melihat hal tersebut sehingga
memperjuangkannya di UNESCO sehingga dapat dipakai oleh seluruh negara
di dunia. Diharapkan dengan itu maka pendidikan matematika sejati dapat
dilakukan oleh seluruh guru matematika di dunia sehingga pendidikan
matematika yang penting dalam kehidupan tersebut dapat tercipta dengan
baik.