You are on page 1of 35

1. Definisi kota .???

Definisi Kota ada beberapa macam, yakni :


- Dalam pengetian geografis, kota adalah suatu tempat penduduknya rapat, rumah rumahnya
berkelompok kompak, dan mata pencaharian penduduknya bukan pertanian.
- Dalam pengertian yang lebih umum, kota itu adalah tempat yang mempunyai prasarana
kota,yaitu : bangunan besar besar, banyak bangunan perkantoran, jalan yang lebar lebar,
pasar yang luas luas beserta pertokoannya, jaringan kawat listrik dan jaringan pipa air minum
dan sebagainya.
- Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumahrumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung
kehidupan warganya secara mandiri.
- Pengertian kota sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup pengertian town dan
city dalam bahasa inggris. Selain tiu terdapat kopitanim kota yang merupakan satuan
administrasi Negara dibawah provinsi.
- Definisi Klasik kota merupakan pemukiman yang relatif besar, padat, permanen, terdiri dari
kelompok individu yang heterogen dari segi social, sedangakan
- Definisi modern kota merupakan suatu pemukiman yang dirumuskan bukan dari ciri morfologi
kota tetapi dari suatu fungsi yang menciptakan ruang efektif melalui pengorganisasian ruang.
2. Peranan kota sisitem ekonomi dan social.???
Sistem ekonomi :
Kota mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran suatu Negara.
Terdapat dua cara untuk menganalisa peran kota itu :
1. Ahli sejarah, ahli geografi, dan ahli arkeologi membahas kota sebagai tempat kelahiran
peradaban dan sebagai sumber inovasi. Ada juga yang membahas peranan ekonomi kota sebagai
tempat usaha yang memberikan kehidupan kepada penduduk,
2. Ahli ekonomi perkotaan bukan menganalisa beberapa peran yang menguntungkan, tetapi
memperhatikan berbagai rintangan akibat kegiatan kota dalam pertumbuhan ekonomi seperti ;
kemcetan lalu lintas, pencemaran, dan sebagainya.
Kedua pendekatan mengenai peran kota tersebut, yang aktif dan pasif menyebabkan hal penting
bagi perencana kota pada tahun 1990-an, yaitu member tugas ; mengusahakan untuk memajukan
kegiatan ekonomi kota, atau untuk mengurangi rintangan yag diakibatkan oleh kota, atau keduaduanya.
Sebagian dari tanah di kota digunakan untuk industri dan jasa, disamping untuk tempat tinggal.
Dalam kehidupan ekonomi perkotaan, terdapat istilah pendekatan dengan dasar ekonomi
(economi base approach) yang membagi kegiatan ekonomi dikota menjadi :
a. Kegiatan ekonomi dasar (basis activities) yang membuat dan menyalurkan barang dan jasa untuk
keperluan luar kota, jadi untuk ekspor kewilayah seitar kota. Barang dan jasa itu berasal dari
industry, perdagangan, rekreasi dan sebagainya.
b. Kegiatan ekonomi bukan dasar (non-basis activities) yang produksi dan mendistribusi barang
dan jasa untuk keperluan penduduk kota sendiri. Kegiatan ekonomi ini disebut juga residential
activities atau service activities.
Kegiatan ekonomi dasas merupakan hal yang penting bagi suatu kota, yaitu merupakan dasar
supaya kota dapat bertahan dan berkembang.

Dalam kegiatan ekonomi itu, baik dalam kegiatan produksi barang dan jasa di kota untuk ekspor
keluar kota maupun dalam kegiatan produksi barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk kota
sendiri, sebagian besar tahah di kota digunakan untuk industri dan jasa, di samping untuk tempat
tinggal. Berhubungan dengan hal tersebut, fingsi kota adalah pelayanan (antara lain pedagangan)
dan industry.
Dewasa ini kegiatan ekonomi depengaruhi oleh globalisasi. Menurut Dicken, globalisasi adlah
proses meluasnya dan mendalamnya pasar dunia untuk barang dan barang dagangan, jasa dan
keuangan, yang khususnya berkembang akibat kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi
dan kemudian akibat liberalisasi perdagangan yang telah memberikan tenaga kepada berbagai
bagian di dunia yang berintegrasi dengan cepat, untuk masuk ke dalam sisitem keuangan dunia
dan umumnya ke dalam ekonomi dunia

Teori Kota dan Permukiman Chapter 1


1. Pengertian Perumahan dan Permukiman

Perumahan adalah kumpulan rumah sedangkan permukiman adalah kumpulan


rumah ditambah dengan sarana dan prasarana. Prasarana yang dimaksud adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, dan sarana lingkungan adalah berupa fasilitas
penunjang yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan dan mengembangkan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Dalam pengertian lebih lanjut permukiman adalah suatu lingkungan hidup
(misalnya perkotaan ataupun pedesaan) yang berada di luar kawasan lindung yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan dimana permukiman lebih
memberi kesan terhadap bentuk bukan fisik yaitu manusianya(human) beserta sikap

prilakunya, sedangkan pengertian perumahan sendiri adalah kumpulan dari rumah yang
memiliki fungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang telah dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan, dimana perumahan lebih menitik beratkan
pada bentuk fisik atau benda mati yaitu house and land settlement.
2. Teori Eco Housing

Eco housing merupakan rumah yang berwawasan lingkungan yang hemat energi
dengan senantiasa memperhatikan potensi lingkungan yang ada pada suatu daerah
dimana rumah itu dibangun. Konsep eco housing atau sering disebut rumah hijau
memiliki beberapa tujuan utama antara lain untuk mengurangi penggunaan energi yang
berlebihan sebagai usaha untuk mengurangi isu-isu lingkungan yang berkembang saat
misalnya pemanasan global, melindungi kesehatan penghuninya, mengurangi
kerusakan lingkungan dan terbilang ekonomis dari pembangun sampai digunakan
sebagai hunian.
Dengan menerapkan konsep eco housing pada bangunan tempat tinggal
ataupun kawasan perumahan kita akan dapat menghemat penggunaan energi listrik,
dan kenyamanan yang didapatkan pun akan lebih baik. Selain itu dengan konsep eco
housing maka penataan suatu kawasan akan lebih rapi, indah dan asri.
Penghematan energi dengan menggunakan konsep dari eco housing misalnya
dengan mengoptimalkan bukaan-bukaan dan lubang-lubang ventilasi pada bangunan
rumah yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi listrik yang digunakan
untuk penerangan dan sirkulasi udara. Selain itu, dengan bentuk bangunan yang
cenderung terbuka dan menyatu dengan alam ini kita akan memperoleh kualitas hunian
yang sehat tentunya. Selain itu pengaplikasian eco housing dapat kita lihat pula pada
penggunaan roof garden dan green roof.

3. Roof Garden & Green Roof

Green roof adalah layer atau lapisan struktur konstruksi hijau yang terdiri dari
media pertumbuhan/tanah dan media Tanaman diatas sebuah bangunan. Green Roof
menutupi bidang atap dengan tanaman dimana atap dilapisi dengan bahan yang dapat
menyerap air untuk pertumbuhan tanaman. Green Roof ini berfungsi sebagai atap yang
berupa tanaman dengan berbagai manfaatnya antara lain mengurangi penggunaan AC
sebab roof garden dapat mengurangi panas yang dipancarkan sinar matahari serta
dapat menyerap air saat terjadi hujan
Roof garden merupakan area publik dalam bentuk Taman yang memiliki fungsi
sebagai penutup/penghalang dari sinar matahari terhadap bangunan secara langsung.
Roof garden dapat menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, ramah lingkungan
bagi masyarakat disekitarnya. Roof Garden ini dapat berupa taman yang ditanami
dengan berbagai macam tumbuhan yang berada diatas bangunan.
4. Perkotaan

Perkotaan berasal dari kata kota yang berarti pusat permukiman dan kegiatan
penduduk yang bercirikan oleh batasan administratif yang diatur dalam peraturan
perundangan serta didominasi oleh kegiatan produktif bukan pertanian, kota juga dapat
dikatakan sebagai leburan dari bangunan dan penduduk (Spiro Kostof:1991.) Perkotaan
dapat diartikan sebagai suatu permukiman bukan pedesaan yang berperan di dalam
suatu wilayah pengembang dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa, menurut
pengamatan tertentu.
Kota/city adalah permukiman; berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada
umumnya bersifat non agraris, kepadatan penduduk relatif tinggi; tempat sekelompok
orang-orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah
geografis tertentu , cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis.

DR. Arif Zulkifli Nasution


(Pemerhati Lingkungan)

Minggu, 25 Maret 2012


TEORI PERMUKIMAN

Menurut Doxiadis dalam Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997), permukiman merupakan
sebuah system yang terdiri dari lima unsur, yaitu: alam, masyarakat, manusia,
lindungan dan jaringan. Bagian permukiman yang disebut wadah tersebut
merupakan paduan tiga unsur: alam (tanah, air, udara), lindungan (shell) dan
jaringan (networks), sedang isinya adalah manusia dan masyarakat. Alam
merupakan unsur dasar dan di alam itulah ciptakan lindungan (rumah, gedung dan
lainnya) sebagai tempat manusia tinggal serta menjalankan fungsi lain.
Jaringan, seperti misalnya jalan dan jaringan utilitas merupakan unsur yang
memfasilitasi hubungan antar sesama maupun antar unsur yang satu dengan yang
lain. Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa permukiman adalah paduan
antara unsur manusia dengan masyarakatnya, alam dan unsur buatan sebagaimana
digambarkan Doxiadis melalui ekistiknya (Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997):
Untuk menjawab sebagian isu perkembangan permukiman dan pendekatan terkini
penyelenggaraan permukiman Heinz Frick (2006) menegaskan bahwa rumah
tinggal bukan hanya sebuah bangunan dalam arti fisik, melainkan juga tempat
kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari
berbagai segi kehidupan masyarakat.

Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal
yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu: (American Public Health
association. Basic Principles of Healthful Housing. New York 1960. dikutip dari Heinz:
2006)
1. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia:
a. Dapat memberi perlindungan terhadap gangguan-gangguan cuaca atau keadaan
iklim yang kurang sesuai dengan kondisi hidup manusia, misalnya panas, dingin,
angin hujan, dan udara yang lembab
b. Dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan atau
pekerjaan rumah tangga sehari-hari, antara lain: a. Kegiatan kerja yang ringan
misalnya memasak, menjahit, belajar, dan menulis b. Kegiatan rutin untuk
memenuhi kesehatan jasmani bagi kelangsungan hidup, yakni antara lain: mandi,
makan, tidur. c. Dapat digunakan sebagai tempat istirahat yang tenang di waktu
lelah atau sakit
2. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia. Rumah yang memberi
perasaan aman dan tentram bagi seluruh keluarga sehingga mereka dapat betah
berkumpul dan hidup bersama, dan dapat mengembangkan karakter kepribadian
yang sehat
3. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit. Rumah yang dapat
menjauhkan segala gangguan kesehatan bagi penghuninya.
4. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar. Rumah harus kuat dan
stabil sehingga dapat memberi perlindungan terhadap gangguan keamanan yang
disebabkan bencana alam, kerusuhan atau perampokan.

Dan berdasarkan surat keputusan Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1980
tentang Pedoman Teknik Pembangunan Rumah Sederhana Tidak Bersusun ada
beberapa hal yang relevan untuk digunakan dalam rangka membuat suatu kawasan
permukiman yang sehat, aman dan berlanjut, seperti:
1. Kriteria Pemilihan lokasi, dimana lokasi yang dipilih sebagai lahan hunian bebas
dari pencemaran air, pencemaran udara, dan kebisingan baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun).
Terjaminnya kualitas lingkungan hidup bagi pembinaan individu dan masyarakat
penghuninnya. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 015%, sehingga dapat dibuat sistem air hujan (drainase) yang baik serta memiliki
daya dukung yang memungkinkan untuk dibangun permukiman serta terjamin
adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kepadatan lingkungan, dimana suatu lingkungan permukiman rata-rata 50 unit
rumah/ha dan maksimum luas perencanaan yang tertutup bangunan adalah 40%
dari luas seluruh lingkungan permukiman.
3. Prasarana lingkungan permukiman seperti
a. Jalan,
b. Air limbah (Jika kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan
permukiman harus dilengkapi dengan sistem pembuangan limbah lingkungan atau
harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota dengan
pengolahan tertentu), dan
c. Pembuangan air hujan
4. Utilitas Umum
a. Air bersih b. Pembuangan sampah c. Jaringan Listrik

5. Fasilitas Sosial, kebutuhan fasilitas ini disesuaikan dengan keadaan kawasan


permukiman yang akan dibangun
a. Umum b. Fasilitas Pendidikan c. Fasilitas Kesehatan d. Fasilitas Niaga e. Fasilitas
Pemerintahan dan Pelayanan Umum f. Fasilitas Peribadatan g. Fasilitas Rekreasi dan
Kebudayaan h. Fasilitas olahraga dan lapangan terbuka

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 4 tahun 2000 tanggal 21


Februari 2000 tentang Pedoman Penyusunan Amdal Kegiatan Permukiman Terpadu,
bab I menyatakan bahwa pengembangan wilayah dibangun berdasarkan konsep
permukiman terpadu, yaitu pembangunan prasarana permukiman beserta fasilitas
penunjangnya. Selanjutnya keputusan menteri tersebut menegaskan adanya 5
prinsip utama dari konsep perumahan dan permukiman yang berwawasan
lingkungan yang harus dikembangkan sesuai kondisi awal yang ada:
1. Mempertahankan Dan Memperkaya Ekosistem Yang Ada.
Termasuk di dalamnya adalah berlanjutnya ekosistem yang ada. Perubahan yang
dilakukan terhadap unsur ekosistem karena adanya pembangunan gedung dan
prasarananya harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan dari unsur
ekosistem baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang memperkaya ekosistem
secara keseluruhan
2. Penggunaan Energi Yang Minimal.
Baik secara makro maupun mikro perumahan dan permukiman harus
memanfaatkan sistem iklim yang ada dan perancangan bangunan yang
memanfaatkan prinsip yang sama ditambah dengan sistem radian yang dapat
meningkatkan efektifitasnya dibandingkan dengan sistem pasif. Pemilihan bahan
bangunan, cara membangun dan rancangan bentuk dapat berpengaruh terhadap
keutuhan energi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Pengendalian Limbah Dan Pencemaran

Limbah yang harus dihasilkan mulai dari yang dihasilkan oleh jamban, kamar
mandi, dapur, dan rumah sampai akibat dari pemakaian beberapa peralatan listrik,
bahan bakar fosil dan sebagainya. Limbah ini harus dikelola dengan baik dan jelas
dengan prinsip produksi bersih.
4. Menjaga Kelanjutan Sistem Sosial-Budaya Lokal
Gaya hidup yang berlaku sudah secara mantap diterjemahkan ke dalam berbagai
tatanan dan bentuk bangunan serta peralatan yang dipakai sehari-hari. Kaidah dan
pola dari warisan budaya dan pola hidup ini harus menjadi dasar awal untuk
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan baru yang diciptakan
oleh pembangunan yang maju dan berhasil tanpa melupakan keberlanjutan
5. Peningkatan Pemahaman Konsep Lingkungan
Permukiman terbentuk melalui proses yang berlangsung terus. Dalam
pengembangan proses ini selalu akan terjadi pergantian pemukim baik secara alami
maupun proses lahir dan batin, maupun karena mobilitas penduduk antara yang
datang dan pergi.

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 4 tahun 2000 tanggal
21 Februari 2000, penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
2. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
3. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur;
4. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional;

5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang


lain.
Perumahan dan permukiman yang ramah lingkungan atau berwawasan lingkungan
adalah suatu lingkungan perumahan dan permukiman yang dibangun dengan
mempertimbangkan dan memadukan ekosistim. Artinya tidak hanya membangun
suatu perumahan dan permukiman dengan rumah-rumah atau gedung bertingkat
yang megah, mewah dan artistik saja, tetapi bagaimana bangunan tersebut
dirancang untuk sesedikit mungkin menimbulkan polusi dan hemat dalam
penggunaan energi serta penggunaan air.
Pembangunan berwawasan lingkungan mensyaratkan adanya sejumlah kawasan
yang tetap dipertahankan berada dalam status alaminya. Ini berguna untuk
menjaga kualitas air, perlindungan sumberdaya plasma nutfah, perlindungan
kawasan berpemandangan indah, kesempatan untuk menikmati lingkungan alami
sehingga menjamin kelestarian sumberdaya alam. Adanya pembangunan tanpa
disadari telah berdampak pada munculnya masalah-masalah perkotaan, seperti
terbatasnya air bersih, polisi udara, asap, masalah drainase dan banjir, pengelolaan
sampah yang belum professional dan berbagai permasalahan lingkungan lainnya.

Pembangunan berkelanjutan di sektor permukiman menurut Joko Kirmanto (2007)


-Menteri Pekerjaan Umum- diartikan sebagai pembangunan permukiman termasuk
di dalamnya pembangunan kota secara berkelanjutan sebagai upaya berkelanjutan
untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan sebagai tempat
hidup dan bekerja semua orang. Intinya pembangunan permukiman yang
berkelanjutan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup secara
berkelanjutan.
Sedangkan menurut Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) konsep pembangunan
permukiman yang berwawasan lingkungan adalah permukiman yang menunjang
perkembangan kehidupan yang berkelanjutan, dimana dapat menopang dan
ditopang oleh tercapainya tujuan ekonomi, sosial dan ekologi (KMNLH, 1999).
Definisi permukiman berwawasan lingkungan menurut KLH akan digunakan sebagai
definisi operasional dalam penelitian ini.

Beberapa definisi lain mengenai permukiman berkelanjutan adalah:


1. Pembangunan yang berkelanjutan adalah peningkatan kualitas hidup secara
berkelanjutan dan untuk itu perlu peningkatan kualitas permukiman itu sendiri
(Brundland, 1987:342).
2. Segala upaya yang terus menerus dilakukan, untuk menyerasikan, memadukan
dan meningkatkan nilai ekonomi-sosial serta ekologi; dapat disebut sebagai
pengembangan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan dan
pengembangan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan (Kuswartojo, T., &
Salim, S., 1997)
Dalam upaya meningkatkan kepedulian dan sebagai penghargaan terhadap usaha
dan komitmen para pengembang permukiman dalam upaya pengelolaan
lingkungan di pemukiman, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup bekerja sama
dengan Kantor Menteri Negara Perumahan dan Permukiman menyelenggarakan
Program Penghargaan Rumah Lestari.

Kata lestari dapat diartikan sebagai 'seperti keadaan semula, tidak berubah, kekal'.
Tetapi lebih jauh dari itu, makna lestari dapat diartikan sebagai 'terjaganya
keberlangsungan (sustainability)'. Rumah lestari, dengan demikian, mempunyai
makna bahwa fungsi rumah dengan segala konsepsi nilai dan norma yang terkait di
dalamnya harus tetap terjaga.
Konsep permukiman berwawasan lingkungan atau rumah lestari yang ditawarkan
KLH dan Menpera belum banyak menyentuh penataan lokasi permukiman. Lokasi
permukiman seharusnya mendukung upaya kebelanjutan lingkungan, namun
beberapa dari permukiman yang diberikan penghargaan tersebut belum
memperhatikan penataan lokasi seperti jauh dari transportasi umum, belum
terpenuhinya perbandingan antara lokasi terbangun dengan lokasi yang terbiarkan,
belum memiliki jalur sepeda atau trotoar yang memadai untuk mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor. Atau juga lokasi permukiman ditempat strategis
yang peruntukkannya lebih baik untuk ruang terbuka hijau kota.

Beberapa pakar arsitektur mengatakan konsep pembangunan permukiman


horizontal membutuhkan lahan yang besar. Namun dengan hadirnya konsep rumah
vertical seperti rumah susun atau apartemen, kekhawatiran kekurangan lahan
dapat terbantahkan. Hanya saja konsep rumah vertical sampai saat inipun masih
menjadi perdebatan. Poin utama mengapa rumah vertical belum banyak diterima
masyarakat adalah berkurangnya interaksi sosial antara penghuni karena rumah
vertical tidak menyediakan ruang sebagai tempat berkumpulnya para penghuni.
Oleh karena itu, sampai saat ini rumah horizontal masih menjadi pilihan utama
masyarakat.
Menurut Heksanto Sekretaris Jenderal Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI),
permukiman berwawasan lingkungan mesti memiliki air bersih, pohon besar
peneduh, bebas polusi udara dan suara, serta keseluruhan lansekapnya nyaman.
Ciri lain, hunian berwawasan lingkungan dikembangkan secara terpadu dengan
konsep one stop living. Artinya hunian yang dilengkapi fasilitas pendidikan,
kesehatan, komersial, dan ibadah yang berkualitas. Termasuk syarat sirkulasi udara
yang baik dan lancar, serta penetrasi cahaya ke dalam rumah.

Permukiman Kota

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa mampu mengetahui permasalahan-permasalahan disekitar lingkungan
permukiman di perkotaan, mengetahui teori-teori perhitungan sarana dan
prasarana secara praktis, serta mampu merencanakan pengembangan penduduk,
perkembangan kebutuhan sarana dan prasarana pendukungnya untuk masa
mendatang secara partisitatif, pada suatu studi kasus (di salah satu Kelurahan di
Kota Malang)
Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa mampu mengidentifikasi karakteristik suatu lingkungan


permukiman dan permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan
permukiman tersebut pada suatu studi kasus.

Mahasiswa mampu menguasai teori dan alat-alat ukur/rumusrumus/metoda-metoda yang senantiasa dipergunakan dalam perencanaan
permukiman kota.

Mahasiswa mampu menganalisis/menghitung proyeksi penduduk,


menghitung kebutuhan perkembangan permukiman, menghitung kebutuhan
perkembangan sarana dan prasarana (utility kota) pada studi kasus, 20
tahun yang akan datang.

Mahasiswa mampu merencanakan alokasi kebutuhan permukiman dan


zona peruntukannya, merencanakan kebutuhan pengembangan sarana dan
prasarana (utility kota) pada studi kasus, 20 tahun yang akan datang,
bersama masyarakat.

Mahasiswa mampu merencanakan program/kegiatan/proyek


pembangunan sarana dan prasarana (utility kota) pada studi kasus, 20 tahun
yang akan datang, bersama masyarakat.

GAMBARAN UMUM TENTANG TEORI KOTA


Awal terjadinya permukiman disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
perpindahan penduduk hingga menetap pada suatu wilayah. Kota tumbuh dengan sendirinya
selanjutnya manusia mengembangkan untuk kebutuhannya, selain itu ada juga kota yang tumbuh
karena direncanakan. Dengan demikian kota dapat diartikan sebagai berikut.
1) Dalam arti sempit, kota merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan budaya di suatu wilayah.
2) Dalam arti luas, kota merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografi, sosial, ekonomi, politik, dan budaya di suatu wilayah dalam hubungannya dan
pengaruh timbal balik dengan wilayah lain.

3) Kota, adalah tempat tinggal dari beberapa ribu penduduk atau lebih.
4) Kota, menurut definisi universal, adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun
kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum.
Dari beberapa definisi diatas mungkin tidak dapat menggambarkan pengertian kota yang
paling tepat karena ketika melihat dari fungsional kota itu sendiri terdapat berbagai macam
definisi yang diberikan sesuai dengan sudut pandang masing-masing orang yang berargumen
berdasarkan bidang dan pengetahuannya, misalnya ketika ditanyakan kepada orang pertanian
maka mereka akan menjawab bahwa kota adalah suatu wilayah yang mata pencaharian
penduduknya bukan merupakan pertanian tetapi sebagian besar merupakan industry. Ketika kita
menanyakan kepada orang hokum maka mereka akan menjawab dari segi hokum yang mengatur
tata ruang wilayah, ketika orang politik mendefinisikan kota maka ia akan berbicara tentang
bentuk pemerintahan kota yang berbeda dengan pemerintahan desa, dsb.
PENGERTIAN

KOTA

DARI

BEBERAPA

BIDANG

Kota Ditinjau Dari Segi Fisik Morfologis


Suatu daerah tertentu dengan karakteristik pemanfaatan lahan non pertanian, pemanfaatan
lahan dimana sebagian besar tertutup oleh bangunan baik yang bersifat residensial (secara
umum tutupan bangunan/building coverage, lebih besar dari ttutupan vegetasi/vegetation
coverage), kepadatan bangunan khususnya perumahan yang tinggi, pola jaringan jalan yang
kompleks, dalam satuan pemukiman yang kompak (contigous) dan relatif lebih besar dari
satuan pemukiman kedesaan di sekitarnya. Sementara itu daerah yang bersangkutan
sudah/mulai terjamah fasilitas kota.
Kota secara fisik adalah area-area terbangun di perkotaan yang terletak saling berdekatan,
yang meluas dari pusatnya hingga keluar daerah pinggiran kota. Pada kota-kota kecil radius
perkembangannya mungkin mencapai setengah mil atau kurang, sedangkan pada kota-kota
metropolitan yang luas, perkembangannya bisa mencapai bermil-mil, yang umumnya terdiri
dari 30 kota-kota kecil atau lebih. Dalam pandangan kota secara keseluruhan, batas antara
kota-kota kecil ini secara yuridis tidak dapat dikenali.
Kota Ditinjau Dari Segi Yuridis Administratif

Kota dapat didefinisikan sebagai suatu daerah tertentu dalam wilayah Negara dimana
keberadaannya diatur oleh Undang-Undang (peraturan tertentu), daerah mana dibatasi oleh
batas-batas administrative yang jelas yang keberadaannya diatur oleh UndangUndang/peraturan tertentu dan ditetapkan berstatus sebagai kota dan berpemerintahan
tertentu dengan segala hak dan kewajibannya dalam mengatur wilayah kewenangannya.
Menurut Sujarto (1970) kota ditinjau dari fisik morfologis merupakan salah satu nodal
point dalam suatu wilayah yang luas dan merupakan konsentrasi penduduk yang padat,
bangunan yang didominasi oleh sturktur permanen dan kegiatan-kegiatan fungsionalnya.
Kota Ditinjau Dari Jumlah Penduduk
Daerah tertentu dalam wilayah Negara yang mempunyai aglomerasi jumlah penduduk
minimal yang telah ditentukan dan penduduk mana bertempat tinggal pada satuan
pemukiman yang kompak.
Kota Ditinjau Dari Segi Sosio-Kultural
Menurut Sujarto (1970), kota merupakan kesatuan masyarakat yang heterogin dan
masyarakat kota mempunyai tingkat tuntutan kebutuhan yang lebih banyak apabila
dibandingkan dengan penduduk pedesaan.
Menurut Bintarto (1977) kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan
corak kehidupan yang bersifat heterogin dan materialistis dibandingkan dengan daerah
belakangnya.
Kota Ditinjau dari Segi Ekonomi
Kota dari segi ekonomi dicirikan dengan hidup yang non agraris ; kota fungsi khasnya
lebih kultural, industri, perdagangan. Dari itu semua yang nyatanya menonjol adalah yang
ekonomi perniagaan. Adanya pasar dengan keramaian perniagaan mencirikan kota.

Kota ditinjau dari segi ekonomi memiliki fungsi untuk menghasilkan penghasilan yang
cukup melalui produksi barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan penduduknya dan
untuk keberlangsungan kota itu sendiri. Ekonomi Perkotaan dapat ditinjau dari 3 bagian,
yaitu :
1. Ekonomi Pemerintahan, meliputi pelaksanaan pemerintah kota sebagaimana
terlihat pada anggaran pendapatan dan belanja departemen-departemen yang
melaksanakannya secara regular, distrik sekolah dan distrik-distrik khusus yang
ditetapkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
2. Ekonomi Swasta yang terdiri atas berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan
oleh perusahaan swasta, mulai dari perusahaan industri dan komersial yang besar
hingga kegiatan usaha yang independen atau seorang profesional yang
menyediakan bergagai bentuk jasa.
3. Ekonomi Khusus yang terdiri atas bermacam-macam organisasi nirlaba,
organisasi yang bekerja secara sukarela, organisasi yang dibebaskan dari pajak,
yang kesemuanya bukan diselenggarakan oleh badan-badan pemerintahan,
maupun perusahaan-perusahaan yang tujuan utamanya mencari keuntungan.
Kota Ditinjau Dari Segi Sosial
Dari aspek sosial kota merupakan hubungan-hubungan antarpenduduk yang secara sosial
disebut impersonal; orang bergaul serba lugas, sepintas lalu. Mereka hidup seperti terkotakkotak oleh kepentingan yang berbeda-beda dan manusia bebas memilih hubungannya
dengan siapa yang diinginkannya. .
Kota Ditinjau dari Segi Lingkungan
Kota Dari aspek lingkungan perhatian terhadap kota dipusatkan pada unsure vegetatif kota,
misalnya taman-taman kota, tempat bermain anak-anak, dan tempat terbuka lainnya, pohonpohon yang ditanam sepanjang tepi jalan, atau pertamanan sepanjang jalan dan jalan bebas
hambatan, termasuk pemilihan jenis tanaman penghijau kota yang berfungsi untuk

mengurangi tingkat erosi, mengurangi tingkat polusi kota akibat pulusi udara, menahan api
dan memberantas serangga.
Kota Ditinjau dari Segi Statistik
Kota merupakan suatu wilayah yang secara statistik besaran atau ukuran jumlah
penduduknya sesuai dengan batasan atau ukuran untuk kriteria kota.
PERKOTAAN
Perkotaan, adalah area terbangun dengan struktur dan jalan-jalan , sebagai suatu permukiman
yang terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu yang membutuhkan sarana dan
pelayanan pendukung yang lebih lengkap dibandingkan dengan yang dibutuhkan di daerah
pedesaan.
UKURAN KOTA
Ukuran Kota, pada kota-kota besar bergantung pada tingkat segregasi atau pengelompokkan
penduduk yang biasanya berdasarkian ras terutama pada kota-kota besar. (Urban size, spatial
segregation and educational outcomes. Ian Gordon and Vassilis Monastiriotis. Department of
Geography and Environment London School of Economics. August 2003)

Metropolitan
Metropolitan atau metropolis; merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani Kuno
yang berarti ibukota suatu negara; kota yang menjadi pusat kegiatan tertentu baik
pemerintahan maupun perekonomian, suatu kota besar yang penting (Kamus Tata Ruang,
IAP & Cipta Karya, 1997).
Metropolitan merupakan sebuah pusat populasi besar yang terdiri sebuah kota besar dan
wilayah bersebelahannya, atau beberapa kota tetangga dan wilayah yang menempel
dengan kota tersebut.

Pengertian umum tentang kota metropolitan diindikasikan dengan jumlah penduduk lebih
dari 1 juta jiwa. Hal tersebut sesungguhnya merupakan simplifikasi dari beberapa
variabel yang merupakan faktor-faktor pembentuk kota metropolitan. Istilah metropolitan
berasal dari kata metro yang mengambil dari sistem perkereta-apian ringan (light
train system) di wilayah perkotaan. Kebutuhan sistem transportasi perkotaan tersebut
adalah akibat dari pertumbuhan kota dimana sistem commuter penduduk perkotaan
sudah terjadi (dari kota-kota dormitory ke kota induknya). The metropolitan area is
created by combining those counties which are integrated in terms of commuting with the
central city and the county in which it lies. (Larry S. Bourne, 1971, hal. 15). Kondisi
tersebut terjadi pada kota yang telah mencapai penduduk lebih dari 1 juta jiwa dimana
sistem metro/kereta api bawah tanah/subway mulai diperkenalkan untuk melancarkan
pergerakan penduduk dalam melakukan kegiatan sehari-hari (bekerja, belanja, dll).
Megalopolitan
Megalopolitan atau megalopolis; merupakan nama yang diberikan kepada sistem kota
yang bersifat kompleks, merupakan kota besar dan berpenduduk berjuta-juta yang terdiri
atas banyak metropolis (Kamus Tata Ruang, IAP & Cipta Karya, 1997).
Megalopolitan biasanya didefinisikan sebagai sebuah gabungan beberapa wilayah
metropolitan dengan total populasi yang melebihi 10 juta jiwa. Beberapa definisi lainnya
menetapkan kepadatan penduudk minimum untuk megalopolitan adalah 2.000 jiwa/km2.
Megalopolitan bisa jadi merupakan sebuah wilayah metropolitan tunggal atau gabungan
dari beberapa wilayah metropolitan yang saling berkaitan satu sama lain.

PERENCANAAN KOTA
Perencanaan Kota salah satu bagian dari perencanaan tatqa guna lahan yang berhadapan
dengan masalah fisik, social, dan pengembangan ekonomi dari wilayah metropolitan,
kotamadya, dan wilayah sekitar.
PERENCANAAN GUNA LAHAN

Perencanaan Guna Lahan adalah salah satu istilah dalam kebijakan public di mana
mengkombinasikan berbagai macam disiplin ilmu untuk menata dan mengatur
penggunaan lahan dengan cara yang efisien.
PERANCANGAN KOTA

Perancangan Kota ( Urban Design )


Perancangan Kota adalah proses dan hasil pengorganisasian dan pengintegrasian seluruh
komponen lingkungan (buatan dan alam), sedemikian rupa sehingga akan meningkatkan
citra setempat dan perasaan berada di suatu tempat (sense of place), dan kesetaraan
fungsional, serta kebanggaan warga dan diinginkannya suatu tempat menjadi tempat
tinggal. Hal tersebut dapat diterapkan pada berbagai setting dan kepadatan fisik, mulai
dari daerah perkotaan, pinggiran perkotaan, hingga pedesaan. Perancangan ini juga
diterapkan mulai dari skala lingkungan pemukiman hingga keseluruhan daerah, dan dapat
terpusatkan pada permasalahan kota secara keseluruhan atau komponen khusus, misalnya
lingkungan pemukiman, pusat bisnis, sistem ruang terbuka atau karakter jalan utama.

PERENCANAAN TAPAK

Perencanaan Tapak (Site Planning)


Site Planning berkaitan dengan tahap prosese perancangan lansekap. Melibatkan
beberapa bagian antara lain penataan guna lahan, akses, sirkulasi, privasi, keamanan,
drainase, dll. Dilakukan dengan menyusun elemen-elemen lahan, tanaman, air, bangunan,
dll.

MANAJEMEN PERKOTAAN

Manajemen Perkotaan (Urban Management)


Manajemen perkotaan adalah pengelolaan sumber daya perkotaan yang berkaitan dengan
bidang-bidang tata ruang, lahan, ekonomi, keuangan, lingkungan hidup, pelayanan jasa,

investasi, prasarana dan sarana perkotaan; serta disebutkan pula bahwa pengelola
perkotaan adalah para pejabat (Pemerintah) pengelola perkotaan.
KAJIAN PERKOTAAN

Kajian Perkotaan (Urban Studies)


Kajian Perkotaan adalah salah satu disiplin ilmu dimana mempelajari berbagia aspek dari
kota, daerah suburban, dan kawasaan perkotaan lainnya. Berkaitan dengan ekonomi
perkotaan, perencanaan kota, arsitektur kota, ekologi kota, system transportasi kota,
politik perkotaan, dan hubungan social perkotaan.

KEBIJAKAN PERKOTAAN (URBAN POLICY)


Istilah Kebijakan perkotaan diguankan untuk pengertian luas terhadap aktivitas, yang
berkaitan dengan :
- Perkembangan ekonomi, termasuk aktivitas ekonomi lokal, pemasukan wilayah, dan
kebijakan tenaga kerja
- Perkembangan sosial, termasuk perumahan dan wilayah sekitar, hubungan di dalam dan
antara komunitas, inklusi sosial, dan
- Isu geografi, yang terpusat pada hubungan spasial kota, perencanaan, transportasi,
lingkungan dan infrastruktur perkotaan.
SUMBER :
http://www.wikipedia.com
Yunus, Hadi S,. 2005.Manajemen Kota: Perspektif Spasial.Pustaka Pelajar, Yogyakarta
http://www2.rgu.ac.uk/publicpolicy/introduction/housing.htm#Urban%20policy

Branch, Melville C,. 1985. Comprehensive City Planning : Introduction and Explanation. APA
Planners Press. Indianapolis.
Daldjoeni. 1987. Geografi Kota dan Desa. Penerbit Alumni. Bandung.
SK Mendagri No. 65 tahun 1995.
Robert F. Dannenbrink. Jr.: The Community Design Element-Blueprint for Local Form and
Image, Orange Country Architect, Oktober/November, 1980.

DRAINASE PERKOTAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak akan
menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan.
Permasalahan banjir atau genangan di Wilayah Bandung pada umumnya tidak
terlepas dari system pengelolaan drainase. Akumidasi sampah dan sedimentasi
serta perubahan fimgsi latum dari lahan pertanian menjadi kawasan permukiman
dan industri menyebabkan kapasitas saluran drainase yang ada tidak dapat lagi
menampung lagi limpasan air hujan dan buangan kegiatan rumah tangga.
Permasalahan tersebut pada hakekatnya berakar pada aspek teknis yang tidak

memadai, organisasi/lembaga yang lemah, flnansial yang tidak cukup dan


kwangnya peranserta masyarakat dalam pengelolaan drainase. Adapun tujuan dari
tesis ini adalah tersusumtya strategi dan kebijakan pengelolaan sistem drainase
yang baik dan berkelanjvtan

1.2. Identifikasi Masalah


Ruang lingkup dari tugas ini adalah sebagai berikut:
1.

Permasalahan drainase perkotaan.

2.

Pengelolahan dan jenis-jenis drainase di perkotaan.

3.

Analisis Curah Hujan

BAB II
DRAINASE PERKOTAAN

Drainase yang berasal dari bahasa Inggris drainase mempunyai arti


mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik
sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau lahan, sehingga fungsi kawasan atau
lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase
menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima
(interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa
(conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving
waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti goronggorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan
terjun, kolam tando, dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap, sebelum masuk
ke badan air penerima, air diolah dahulu di instalasi pengolah air limbah (IPAL),

khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memenuhi baku mutu
tertentu yang dimasukkan ke badan air penerima, sehingga tidak merusak
lingkungan.
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang
sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem
drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari
genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok,
menjadi sarang nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan
kualitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat.

2.1.

Tujuan dibangunnya prasarana saluran drainase perkotaan seperti


halnya tujuan penataan lingkungan, diantaranya sbb:

Menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.


Melindungi alam lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan kualitas air.
Menghindarkan bahaya, kerusakan materiil, kerugian dan beban-beban lain yang
disebabkan oleh amukan limpasan banjir.
Memperbaiki kualitas lingkungan.
Konservasi sumber daya air.
2.2.

Jenis jenis drainase :

Menurut sejarah terbentuknya :


1.

Drainase alamiah (natural drainage)


Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang

2.

Drainase buatan (artificial drainage)


Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus
Menurut letak bangunan :

1.

Drainase permukaan tanah (surface drainage)

Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini
berguna untuk mencegah adanya genangan.
2.

Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)


Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah. Pada
jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian
muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Menurut fungsi :

1.

Single purpose.
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll

2.

Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampu
Menurut kontruksi :
1. Saluran terbuka

2. Saluran tertutup Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
2.3.

Aspek-aspek Pengelolaan Drainase

A. KELEMBAGAAN
1. Bentuk institusi
2. Dasar hukum pembentukan institusi
3.

SDM
B. TEKNIS OPERASIONAL
1. Perencanaan

Ketersediaan Dokumen Perencanaan (Master Plan, FS, DED)

2. Peningkatan / Pembangunan Saluran Baru

a. Pemasangan Turap

Turap kayu

Saluran seekunder

Saluran tersier

b. Pemeliharaan Bangunan Pelengkap

Gorong-gorong

Pintu Air

Pompa

Talang

Jembatan

Waduk

c.

Pembuatan

3. Operasional dan Pemeliharaan Rutin


a. Pengerukan Saluran

Primer

Sekunder

Tersier

b. Pemasangan Turap

Turap kayu

Turap beton / beton bertulang

Sumur

Resapan

c. Pemeliharaan Saluran

Primer

Sekunder

Tersier

d. Pemeliharaan Bangunan Pelengkap

Gorong-gorong

Pintu Air

Pompa

Talang

Jembatan

Waduk

4. Rehabilitasi Saluran dan Bangunan


a. Pemasangan Turap

Turap kayu

Turap beton / beton bertulang

b. Pemeliharaan Saluran

Primer

Sekunder

Tersier

Gorong-gorong

c. Pemeliharaan Bangunan Pelengkap

Gorong-gorong

Pintu Air

Pompa

Talang

Jembatan

Waduk

C. PEMBIAYAAN
1. Sumber-sumber pembiayaan
2. Alokasi APBD
3. Dl

D. PERATURAN PERUNDANGAN
1. Kelayakan pakai
2. Penerapan sanksi
3. Dll
E. PERAN SERTA MASYARAKAT
1. Kampanye / Penyuluhan
2. Keterlibatan swasta
3. Partisipasi aktif masyarakat

2.4.

Permasalahan Drainase Perkotaan

Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada musim
hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir.
Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat ini
belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya,
luasannya, kedalamannya, maupun durasinya. Permasalahan drainase perkotaan
bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1.

Peningkatan debit
manajemen

sampah

yang

kurang

baik

memberi

kontribusi

percepatan

pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran


drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi,
air meluap dan terjadilah genangan.
2.

Peningkatan jumlah penduduk


meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari
pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu
diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.

3.

Amblesan tanah disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,


mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.

4.

Penyempitan dan pendangkalan saluran

5.

Reklamasi

6.

Limbah sampah dan pasang surut


Seperti halnya di kota Bandung. Banjir Cileuncang merupakan masalah rutin yang
terjadi di kota ini. Hampir di setiap sisi kota bandung terjadi banjir ketika musim
penghujan ataupun setelah hujan reda. Akibatnya banyak jalan yang tergenang air
hujan dan mengakibatkan kemacetan.
Salah satunya di daerah Gedebage, yaitu persimpangan jalan Soekarno-Hatta
dengan jalan Gedebage. Sehingga arus lalu lintas terganggu dan menyebabkan
kemacetan. Pada saat terjadi hujan, air hujan memenuhi selokan. Namun karena
ukuran selokan yang sangat kecil, air kembali mengalir ke jalan sehingga
menyebabkan banjir. Badan jalan yang sering terendam air mengakibatkan kondisi
jalan di beberapa titik rusak sehingga dapat membahayakan pengguna jalan.

2.5.

Permasalahan
Jika dirunut ke belakang, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari
pertambahan penduduk yang sangat cepat, di atas rata-rata pertumbuhan nasional,
akibat

urbanisasi,

baik

migrasi

musiman

maupun

permanen.

Pertambahan

penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana


perkotaan yang tidak memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan yang tidak tertib
inilah yang menyebabkan persoalan yang sangat kompleks.
Hal ini barangkali juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang
masih

rendah

dan

masih

acuh

tak

acuh

terhadap

penting

dan

perlunya

memecahkan permasalahan yang lebih penting dan mendesak, yaitu pemenuhan


kebutuhan primer. Selain itu, masih belum mengakarnya kesadaran terhadap
hukum, perundangan, dan kaidah-kaidah yang berlaku. Belum konsistensinya
pelaksanaan hukum menambah komplek masalah yang dihadapi kota-kota di
Indonesia. Kecendrungan ini timbul karena proses pembangunan yang selama ini
berlangsung kurang melibatkan masyarakat secara aktif. Oleh karena itu, mulai
sekarang segala kebijakan publik harus melibatkan masyarakat, baik itu berupa
pembangunan fisik maupun non fisik, sejak awal munculnya ide pembangunan
infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainase adalah lemahnya
koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain. Sehingga,
sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase, dan pipa air bersih (PDAM)
memotong saluran pada penampang basahnya. Sering juga dihadapi penggalian
saluran drainase dengan tak sengaja merusak prasarana yang telah lebih dulu
tertanam dalam tanah karena tidak adanya informasi yang jelas, arsip/dokumen
tidak ada, atau perencanaan dan/atau pematokan dilapangan tidak melibatkan
instansi pengendali tata ruang.
Untuk permasalahan di daerah perempatan Gedebage, penyebab yang sangat
mendasar adalah:
1.

Dimensi saluran drainase yang kecil, sehingga tidak dapat menampung debit
aliran hujan.

2.

Elevasi bibir saluran pembuangan lebih tinggi dari permukaan jalan, sehingga
menyebabkan air hujan tidak dapat mengalir ke saluran drainase dan menggenang
di jalan.

3.

Saluran pembuangan air tersumbat karena dipenuhi sampah.

4.

Perencanaan geometrik jalan raya tidak baik.

BAB III

ANALISIS CURAH HUJAN

3.1.

Umum
Data hidrologi merupakan langkah awal perencanaan suatu sistem drainase
sebelum melakukan perhitungan debit aliran hujan dan dimensi saluran dan dimensi
bangunan-bangunan pendukung sistem drainase bangunan-bangunan pendukung
sistem drainase yang direncanakan.

3.2.

Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi dari daerah perencanaan yang meliputi analisis curah hujan harian
maksimum dan pembuatan kurva intensitas durasi hujan merupakan langkah awal
yang perlu dilakukan dalam perencanaan saluran drainase. Dengan melakukan
analisis hidrologi, debit banjir rencana yang akan digunakan sebagai dasar
penentuan dimensi saluran dan perlengkapannya dapat diperkirakan. Data curah
hujan yang digunakan untuk analisis hidrologi diperoleh dari stasiun pengamat
curah hujan yang terdekat dari daerah perencanaan. Pengukuran curah hujan dapat
dilakukan dengan alat ukur secara konvensional yang hanya dapat dilakukan
dengan alat ukur otomatis dimana dari alat ini diperoleh karakteristik setiap durasi
hujan. Secara garis besar analisis curah hujan yang dilakukan meliputi:

Penyiapan data curah hujan

3.3.

Tes konsistensi

Tes homogenitas

Analisis frekuensi curah hujan

Analisis intensitas curah hujan

Analisis Frekuensi:
Analisis curah hujan harian maksimum yang akan terjadi selama periode ulang
tertentu dapat diperkirakan dengan berbagai macam metode, antara lain metode
Gumbel , metode Log Pearson Type III dan metode iwai Kadoya. Dasar pemakaian
ketiga metode ini dalam menganalsis besarnya curah hujan harian maksimum
mengingat metoda tersebut cocok dipergunakan untuk harga-harga ekstrim.
Pemilihan metoda perhitungan curah huajn maksimum dimaksudkan untuk memilih
metoda yang paling sesuai dalam memperkirakan besarnya curah hujan harian
maksimum yang terjadi dalam periode ulang hujan tertentu.

3.4.

Analisis Intensitas Curah Hujan


Hasil akhir dari analisis curah hujan yang dilakukan adalah mendapatkan intensity
duration curve, yaitu suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara lamanya
waktu pengaliran dengan intensitas hujan. Untuk mengolah data curah hujan
menjadi intensitas curah hujan yang terjadi. Apabila tidak dijumpai data untuk
setiap durasi hujan yang terjadi. Apabila tidak dijumpai data untuk setiap durasi
hujan maka diperlukan pendekatan secara empiris dengan berpedoman kepada
durasi 60 menit (1 jam) dan pada curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap
tahun. Cara lain yang lazim dipakai adalah dengan mempunyai kondisi yang hampir
sama. Metode yang dapat digunakan antara lain metode Bell, Van Breen dan Hasper
dan Der Weduwen.

BAB IV

KESIMPULAN

Untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas dapat dilakukan beberapa hal


berikut ini:
1.

Dimensi saluran drainase diperbesar.

2.

Meninggikan permukaan jalan atau merendahkan saluran air.

3.

Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, apalagi ke


dalam selokan.

4.

Semua

kebijakan

publik

harus

melibatkan

masyarakat,

baik

itu

berupa

pembangunan fisik maupun non fisik. Sejak awal munculnya ide pembangunan
infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya. Sehingga masyarakat ikut serta
dalam menjaga infrastruktur tersebut.
5.

Koordinasi dan sinkronisasi antar komponen infrastruktur yang lain harus


terlaksana serta melibatkan instansi pengendali tata ruang. Contohnya Koordinasi
dan sinkronisasi antara pelaksana jalan raya dengan PLN maupun PDAM. Sehingga
tercipta keselarasan dalam pembangunan seluruh infrastruktur.

Saran :

Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah.

Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat
dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.

Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan


sampah
drainase.

sembarangan

agar

masyarakat

mengetahui

pentingnya

melanggar

Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi


lingkungan.

Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air


hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

Sampah VI.IVA.04
JUDUL : PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH
KOTA DI INDONESIA
PENGARANG : Prof. Dr. Enri Damanhuri
Departemen Teknik Lingkungan - FTSP ITB
SUMBER :
Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. I, hal. 394 - 400 /HUMASBPPT/ANY
Latar Belakang Permasalahan
Penanganan sampah khususnya di kota-kota besar di Indonesia merupakan salah
satu permasalahan perkotaan yang sampai saat ini merupakan tantangan bagi
pengelola kota. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang demikian
pesat di kota-kota besar, telah mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah
disertai permasalahannya. Diprakirakan paling banyak hanya sekitar 60% - 70 %
yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi yang
bertanggung jawab atas masalah sampah dan kebersihan, seperti Dinas Kebersihan.
Bagian sampah yang tidak terangkut tersebut ditangani oleh masyarakat secara
swadaya, atau tercecer dan secara sistematis terbuang ke mana saja.
Tambah banyak sampah yang dapat diangkut ke TPA bukan pula jaminan bahwa
kota akan menjadi makin bersih. Kualitas kebersihan suatu kota, lebih tergantung
pada peran serta masyarakatnya untuk menjaga kebersihan kota tersebut.
Kebersihan suatu kota biasanya tercermin dari penanganan sampah di tempattempat umum seperti di pasar dan sebagainya. Oleh karenanya, pengertian
masyarakat bukan hanya terbatas pada penduduk di permukiman-permukiman,
tetapi seluruh penghasil sampah, seperti pedagang di pasar, pedagang kaki lima,
pejalan kaki, pengusaha hotel dan restoran, pengendara kendaraan, atau
karyawan/pegawai di kantor-kantor pemerintah atau swasta, dan sebagainya.

Sampai saat ini andalan utama sebuah kota dalam menyelesaikan masalah
sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA. Biasanya
pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA
tersebut, sehingga muncullah kasus TPA Bantar Gebang di Bekasi dan TPA Keputih
di Surabaya, dan TPA-TPA lain yang belum terungkap di mass media. Biasanya
pengelola kota di Indonesia menganggap bahwa penanganan sampah di TPA dapat
berjalan dengan sendirinya. Bahkan petugas untuk mengatur dan mengelola
sampah di lapangan tidak disediakan secara baik. Pengelola kota cenderung
beranggapan bahwa TPA yang dipunyainya dapat menyeselesaikan semua
persoalan sampah di kotanya, tanpa harus memberikan perhatian yang proporsional
terhadap sarana tersebut.
Aktivitas utama pemusnahan sampah di TPA adalah dengan landfilling. Beragam
tingkat teknologi landfilling, diantaranya yang paling sering disebut adalah sanitary
landfill yang sebetulnya di negara industri dianggap paling sederhana. Dapat
dipastikan bahwa yang digunakan di Indonesia adalah bukan landfilling yang baik,
karena hampir seluruh TPA di kota-kota di Indonesia hanya menerapkan apa yang
dikenal sebagai open-dumping, yang sebetulnya tidak layak disebut sebagai sebuah
cara yang sistematis, dan sama sekali sulit pula disebut sebagai sebuah bentuk
teknologi penanganan sampah.
Penutup
Saat ini pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia biasanya bukanlah
merupakan prioritas penting dari sekian banyak permasalahyan kota yang harus
ditangani. Tugas pengelola persampahan bukanlah menjadi ringan di masa datang.
Bila kemauan, kemampuan dan upaya yang ada tetap seperti saat ini, maka
persoalan persampahan akan selalu timbul. Keberhasilan pengelolaan sampah
terutama akan tergantung pada kemauan politis khususnya dari pengelola kota.
Kemauan ini dimulai dari pemahaman dan kesadaran akan pentingnya sektor ini
sebagai salah infrastruktur kota yang dapat menceminkan keberhasilan dalam
mengelola kota.
Hal mendasar berikutnya adalah perlunya sebuah kebijakan yang bersifat
menyeluruh dan konsisten dalam penanganan sampah, sehingga arah penanganan
sampah tidak bersifat temporer semata. Dalam kasus semacam ini, maka peran
swasta perlu diperhitungkan dalam penanganan sampah jangka panjang, termasuk
partisipasinya dalam upaya daur-ulang, pengolahan dan pemusnahan sampah.
Pengembangan teknologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia perlu digalakkan,
khususnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi sosio-ekonomi masyarakat
Indonesia. Teknologi yang berbasis pada peran serta masyarakat tampaknya perlu
mendapat prioritas, agar keterlibatan mereka menjadi lebih berarti dan terarah

dalam penanganana sampah. Namun pengenalan teknologi yang relatif canggih,


padat modal, dan dikenal sangat mampu memusnahkan sampah seperti insinerator,
sudah waktunya juga dikaji khusunya bagi kota-kota yang sudah mampu. Di
Indonesia, studi yang cukup komprehensif dan sistematis tentang aplikasi
insinerator untuk kota Jakarta serta kemungkinan pemanfaatan enersinya
sebetulnya telah dilakukan pada awal tahun 1980-an oleh BPPT. Namun sayangnya
studi ini tidak ditindak lanjuti dalam skala yang memungkinkan, sehingga sampai
saat ini Indonesia belum mempunyai pengalaman yang dapat digunakan dalam
pemilihan teknologi ini. Sudah saatnya kajian aplikasi teknologi ini digalakkan
kembali, termasuk kajian penggunaan teknologi insinerator modular seperti yang
saat ini diterapkan di beberapa kota di Indoensia, seperti Jakarta, Bandung dan
Surabaya.

Sampah merupakan sebuah permasalahan krusial yang sampai sekarang masih menjadi ancaman
besar terutama di kota-kota besar. Meningginya tingkat industrialisasi, memberikan pengaruh
tersendiri terhadap kuantitas sampah di lingkungan, karena ternyata tidak sedikit industri yang
belum mengolah limbahnya sebelum di buang ke lingkungan, sehingga dapat menimbulkan
dampak yang berbahaya bagi organisme di sekitarnya.
Sampah atau limbah yang banyak terdapat di perkotaan, umumnya berasal dari kegiatan rumah
tangga dan pabrik.
Limbah kegiatan rumah tangga seperti saptik tank, yang pada umumnya di daerah perumahan
menimbulkan permasalahan tersendiri, seperti timbulnya bau dan jarak antara lubang saptik tank
dengan air sumur (tandon) yang terlalu dekat sehingga mencemari air sumur yang digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari. Yang lain yaitu yang berasal dari pabrik yang umumnya
mengandung berbagai macam bahan kimia berbahaya.
Oleh karena itu, saya mencoba mencari dan merangkumnya dalam sebuah tulisan mengenai
pengelolaan sampah atau limbah di daerah perkotaan. Dari metode-metode yang dipaparkan
nantinya dapat dianalisa tingkat keefektifan dan efisiensinya, sehingga dapat diusulkan metode
baru yang mungkin lebih sesuai dan lebih cocok diterapkan pada kondisi yang berbeda..

You might also like