You are on page 1of 2

Nama

NIM

: Mochamad Irsyad
:1166000085

Akhlak Kepada Manusia


Manusia adalah makhluk sosial yang bergaul dan berinteraksi
dengan orang lain. Ia tidak bisa lepas dari lingkungannya, ini adalah
tabiat dan fitrah yang diberikan Allah kepada manusia. Dan fitrah ini
semakin kokoh dengan dukungan syariat islam yang memerintahkan kita
untuk bergaul dan tidak mengunci diri di dalam kamar/rumahnya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Seorang mukmin yang
bergaul dengan manusia dan bersabar atas perangai buruk mereka lebih
besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan
manusia dan tidak sabar dengan perangai buruk mereka. (HR. Tirmidzi
dan dishahihkan Albani)
Dalam hadits yang lain Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Seorang mukmin adalah tempat/wadah persahabatan. (HR. Ahmad dan
dishahihkan Albani). Artinya seseorang ingin bersahabat dan merasa
nyaman ketika bersahabat dengan seorang mukmin.
Dari hal diatas kita mengetahui peran yang sangat vital dari akhlak yang
mulia yang bisa dikatakan senjata utama bagi seseorang untuk
mewujudkan syariat yang sesuai dengan fitrahnya tersebut diatas dan
untuk melanggengkan persahabatan yang telah ia bina dengan sahabatsahabatnya.







Allah berfirman: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang maruf serta berpalinglah dari orang-orang yang
bodoh (QS al araf: 199)
Ulama (sebagaimana yang dijelaskan Syaikhul Islam & Syaikh Sadi
dll) mengatakan bahwa ayat ini mengumpulkan akhlak-akhlak yang mulia
dalam bergaul dengan manusia dan apa yang selayaknya dilakukan ketika
bergaul dengan mereka:
1. Memaafkan kesalahan yang mereka lakukan terhadap kita,
menerima kekurangan mereka dan tidak menuntut di luar
kemampuan mereka, karena tidak ada manusia yang sempurna,
bahkan kita harus mensyukuri, menghargai perbuatan baik yang
telah mereka upayakan dan mengambil pelajaran dari
kebenaran/hal-hal positif tersebut.

2. Mengajak mereka kepada kebenaran dan kebaikan serta mencegah


kemungkaran (amar maruf dan nahi munkar).Tapi perlu diingat
bahwa hal ini memiliki kaidah-kaidah yang harus dipahami orang
yang ingin melakukannya (mungkin bisa kita bahas di kesempatan
lain/ oleh ustadz-ustadz yang lebih berilmu dari saya, contoh: ust
Badru, ust Mahfuz, ust Ayyub dll).
3. Berpaling dari orang-orang bodoh dan tingkah laku mereka.
Maksud orang bodoh dalam ayat ini adalah: orang yang tidak tahu
kebenaran, belum mau belajar dan keukeuh dengan kesalahannya
serta berusaha mengganggu dan mencela kita. Maka sikap kita
yang terbaik adalah tidak perlu ditanggapi dan diladeni dengan
emosi dan kemarahan, karena meladeni orang tersebut hanya
membuang-membuang waktu dan tenaga tanpa ada manfaat apaapa. Hadapi dengan tenang serta berpaling darinya kecuali jika kita
lihat ada celah untuk menasehatinya dengan baik, seperti yang
dikatakan orang bijak: sesuatu yang tidak berharga jangan kita
hargai. Maka, jika kita dapat celaan dan gangguan, berpalinglah
dari hal tersebut, ganti topik pembahasan, sibukkan waktu kita
dengan amal-amal shalih. Waktu kita terlalu berharga untuk
dibuang dengan membahas dan larut dalam hal tersebut. Betapa
banyak hukum islam yang belum kita ketahui, betapa banyak ayat
AlQuran dan hadits yang belum kita pelajari dan hafalkan, masih
banyak orang yang dengan ikhlas menerima diri kita dan kebenaran
yang kita bawa dengan tangan terbuka. Maka untuk apa kita hidup
seperti katak dalam tempurung yang isinya gangguan dari orangorang bodoh?!
Dan terakhir kita tetap berharap agar mereka mendapat hidayah
sebagaimana kita mendapat hidayah.

You might also like