Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Pustaka
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Nama : Supono, , 56 tahun, BB:
Data Pasien :
No. Registrasi : 024876
65 kg, TB : 160cm
Nama Klinik : RSUD Manembo-Nembo Telp :
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Hernia Skrotalis Sinistra / Terdapat benjolan di kantung pelir
kiri dalam 1 tahun terakhir. Hal ini sering hilang timbul, timbul ketika mengedan, batuk,
ketika melakukan aktivitas, dan menghilang ketika sedang istirahat. Nyeri juga dirasakan
pada kantung pelir kiri saat sedang berjalan selama 1 minggu terakhir. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan benjolan di testis kiri yang permukaannya rata dan warna sama seperti warna kulit
sekitarnya.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien sudah pernah berobat untuk keluhan ini, namun karena
kesalahan diagnosa pada kertas rujukan, pasien tidak mendapat pengobatan yang sesuai.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien sudah mengalami keluhan seperti ini dalam 1 tahun
terakhir, namun baru dalam 1 minggu ini terasa nyeri. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
lainnya. Pasien tidak pernah menjalani operasi di daerah perut sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
5. Riwayat Pekerjaan : Pensiunan PNS.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.
7. Riwayat Imunisasi : Pasien tidak ingat
8. Lain-lain : Daftar Pustaka :
Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong
Schwartzs Principles of Surgery
Kapita Selekta Kedokteran
Hasil Pembelajaran :
1
Hal ini sering hilang timbul, timbul ketika mengedan, batuk, ketika melakukan
aktivitas, dan menghilang ketika sedang istirahat. Namun, dalam 1 minggu ini
kantung pelir tetap membesar walau sedang istirahat.
Nyeri juga dirasakan pada kantung pelir kiri terutama saat sedang berjalan.
Riwayat trauma mengenai skrotum, lipat paha dan daerah perut lainnya tidak ada.
Benjolan di lipat ketiak, lipat paha kiri, sekitar leher dan tempat lain tidak ada.
Riwayat penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan secara drastis tidak ada.
Pasien sudah pernah mengobati keluhan ini ke rumah sakit, namun dikarenakan
diagnosa pada rujukan pasien dari Puskesmas tidak sesuai pasien tidak mendapatkan
pengobatan yang seharusnya. Keluhan pasien tidak berkurang, namun pasien tidak
pernah mencoba berobat kembali hingga sekarang.
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: CMC
Nadi
Suhu
: 82 x/menit, reguler
: 36,80 C
Status Internus
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata
Leher
: JVP 5 2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar, tidak teraba
pembesara KGB colli dextra et sinistra
THT
Kulit
Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi
Perkusi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), darm countour (-), darm steifung (-)
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Hb
Trombosit
Hematokrit
GDS
Bleeding Time
Clotting Time
: 14,0 gr/dl
: 171.000/mm3
: 41%
: 81 mg/dl
: 1 menit 30 detik
: 5 menit 30 detik
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang
dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu atau segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul
kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui annulus eksternus. Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam
posisi berdiri dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan
asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring.
Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan asimetris yang dapat
dilihat.
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih berada di
annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia
inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia inguinalis
medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera,
disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin
meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium pada wanita.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi secara bimanual.
Tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak
pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak dianjurkan karena
merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi sudah ada
sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit setinggi
mungkin lalu dipotong.
Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah
terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil annulus
inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fascia transversa, dan
menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus abdominis dan m. transverses internus
abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau
6
Diagnosis :
Hernia Scrotalis Sinistra Irreponible
Pengobatan :
Non medikamentosa:
-
Istirahat
Diet: Makanan Lunak
Terapi Definitif
Tatalaksana definitif untuk kasus hernia adalah operasi herniotomi dan hernioplasti.
Pengobatan yang dapat diberikan pre operasi adalah antibiotik spektrum luas yang
berfungsi untuk menurunkan kemungkinan infeksi nosokomial. Berikan juga AH2
untuk menurunkan stress lambung.
Pendidikan :
Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya penyakit yang
diderita pasien dan menjelaskan untuk tidak mengedan agar tidak terjadi lagi hernia
pada sisi yang lain. Serta menjelaskan agar secepatnya ke pelayanan kesehatan untuk
tatalaksana yang adekuat serta mencegah komplikasi jika anggota keluarga yang lain
mengalami gejala-gejala hernia.
Konsultasi : Pada saat ini belum dibutuhkan konsultasi.
Kontrol :
Kegiatan
Periode
Kontrol post-operasi
Nasihat
Kualitas
membaik
hidup
pasien
Mengetahui,