You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada kelompok umur

pediatri dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang merupakan
suatu serangan mendadak yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan
kesadaran, aktifitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau
disfungsi outonom. Beberapa kejang ditandai oleh gerakan abnormal tanpa
kehilangan atau gangguan kesadaran. Kebanyakan kejang pada anak-anak
disebabkan oleh gangguan somatik yang berasal dari luar otak seperti demam
tinggi, infeksi, pingsan, trauma kepala, hipoksia, toksin, atau aritmia jantung.
Keadaan lain seperti gangguan pernafasan dan refluks gastroesofageal juga dapat
menyebabkan kondisi yang menstimulasi terjadinya kejang.1
Sedangkan kejang demam merupakan gangguan kejang yang paling lazim
pada masa, pada sekitar 2% sampai 5% dari jumlah anak-anak. Kejang demam
biasanya terjadi pada umur antara 3 bulan sampai 5 tahun dimana kejang
berhubungan dengan adanya demam tetapi tanpa adanya infeksi atau gangguan
intrakranial. Kejang demam pada anak-anak yang sebelumnya pernah menderita
kejang tanpa demam tidak dimasukkan pada kejang demam. Kejang dan demam
juga bisa terjadi bersamaan pada meningitis, ketidakseimbangan elektrolit,
ensefalopati, dan kondisi lain yang diakibatkan oleh gangguan sistem saraf pusat,
dalam hal ini tidak disebut kejang demam.1
Kejang demam yang berlangsung singkat umunya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih
dari 15 menit) biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan
1

metabolisme meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab


hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi spontan. Jadi
kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
hingga terjadi epilepsi2.
1.2.

Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah cara
menegakkan diagnosis dan tatalaksana Kejang Demam Komplek pada anak?
1.3.

Tujuan
Mengetahui cara menegakkan diagnosis dan tatalaksana Kejang Demam

Komplek pada anak.


1.4.

Manfaat
Menambah dasar ilmiah tentang definisi, epidemiologi, gejala klinis,

pathogenesis, diagnosis, tatalaksana, dan pencegahan pada tatalaksana Kejang


Demam Komplek pada anak.

You might also like