You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar banyak orang mengeluh rasa tidak
nyaman pada perut bagian atas, misalnya rasa perut selalu penuh, mual, perasaan panas, rasa
pedih sebelum dan sesudah makan. Salah satu peneliti yang mempelajari kemungkinan kelainan
dalam jalan makan yang dihubungkan dengan keluhan seperti tersebut di atas. Broussais,
menyelidiki perubahan-perubahan anatomis dari lambung dan usus halus pada otopsi dan
ditemukan gastritis yang lanjut sebagai dasar kelainan patogenik (Hadi, 2000).Gastritis yang
merupakan radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu
banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alkohol, aspirin,
refluk empedu atau terapi radiasi (Brunner & Suddart, 2000).
Menurut Mansyur (2000), gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung dengan
gambaran klinis dyspepsia atau indigesti, pada pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa, sedangkan hasil foto menunjukkan irregularitas mukosa,
Gastritis merupakan masalah saluran pencernaan yang paling sering ditemukan
dikehidupan sehari-hari dan gangguan kesehatan yang sering dijumpai di klinik, karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi (Sudoyo,
Setiohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati 2009).
Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan dari mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Wijoyo, 2009).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus atau
lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut (tengah), tidak nyaman pada
epigastrium, mual, dan muntah (Ardiansyah, 2012)
Kebiasaan makan yang buruk dan mengkomsumsi makanan yang tidak hygien
merupakan faktor resiko terjadinya gastritis (Wahyu, 2011).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam
pada umumnya (Slamet Suyono, 2001).
Menurut Vera Uripi (2001), Gastritis adalah gangguan atau peradangan dinding lambung
yang disebabkan peningkatan produksi asam lambung.
Stres adalah kondisi dinamis dengan rasa tegang dan cemas pada inidividu atau kumpulan
individu dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara tuntutan dan kemampuan respon yang
dihadapkan dengan kesempatan dan pembatas yang diinginkan dengan ditandai oleh ketegangan
emosional yang berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik (Kusnadi, 2003)
Stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidak sesuaian baik nyata
maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber sumber dari system biologis , psikologis dan
social yang terdapat dalam dirinya ( Dewi .2009)
Stres adalah suatu respon non spesifik tumbuh terhadap setiap kebutuhan dan stimuli
konsep yang lebih bernuansa biologis karena perubahan temperature mekanis (sinaga . 2013)
Stres merupakan respon tubuh tidak spesifik tehadap kebutuhan tubuh yang terganggu
stres merupakan suatu fenomena universal yang yang terjadi dalam kehidupan sehari hari dan
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang stres memberikan dampak secara total
pada individu seperti dampak fisik social intelektual , psikologis dan spiritual (pathmanatan dan
husada .2013)
Pola makan atau konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (yayuk farida baliwati .2004)
Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas
untuk suatu kelompok masyarakat tertentu . (soegeng santoso dan anne lies ranti,2004)
gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.
Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar

17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan
bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka
kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396
kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Dan
Menurut perkumpulan gastroenterologi Indonesia ( PGI) dan kelompok studi helibacter
pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001 , menyatakan diperkirakan penduduk Indonesia telah
terinfeksi oleh Helicobacter pylori ( HP ) penemuan Helicobacter Pylori (HP) ini bedampak
tinggi terjadinya gastritis (Daldiyono, 2004)
Menurut data Indonesia Environment Healt Country Profile Word Healt Organization ,
tahun 2001 kejadian gastritis menempati urutan ke -8 dari 10 penyakit perinkat utama proporsi
sebesar 4, 5 milyar. ( WHO, 2001)
Menurut penelitian surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan
gastritis yang tidak di tangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah
kepada keparahan yaitu kanker lambung dan peptic ulcer
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh rosin tahun 2010 dengan judul pengaruh
kebiasan merokok , konsumsi non steroid anti inflammatory drugs (NSAID) dan kopi terhadap
kejadian gastritis di puskesmas mulyorejo Surabaya gastritis merupakan masalah kesehatan di
masyarakat . dari jumlah 168 orang responden sebanyak 103 responden mengalami gastritis
berumur 20 tahun keatas pada usia ini umumya memiliki gaya hidup yang kurang baik seperti
tidak memperhatikan makanan makanan yang di konsumsi baik pola makan maupun jenis makan
. selain itu banyaknya tugas kuliah serta persoalan hidup yang tidak kunjung selesai membuat
mereka cendrung mengadapi penyakit gastritis
di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di
Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Berdasarkan profil kesehatan
Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus

(4,9%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, gastritis menempati urutan
ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat tahun 2009 yaitu sebesar 202.577 kasus
(11,18%).
Penyakit gastritis yang terjadi di Negara maju sebagian besar mengenai usia tua. Hal ini
berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai usia dini. Menurut Zhaoshen L
dkk (2010),
Menurut data dari World Health Organization (WHO) bahwa Indonesia berada pada
urutan keempat menurut banyaknya jumlah penderita gastritis setelah Amerika Serikat, Inggris
dan Bangladesh dengan jumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004).
Menuru data dari WHO ( world Health Organization ) kematian akibat gastritis dan
doudenitis diberbagai Negara . pada tahun 2004sebanyak 3840 kematian dengan rata-rata
.kematian (sistem informasi statistik WHO.2004)
Menurut data WHO (2005), kanker lambung merupakan jenis kanker penyebab kematian
terbanyak kedua setelah kanker paru yaitu mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun.
Berdasarkan laporan dari rumah sakit di Indonesia tahun 2006 , penyebab utama
kematian dirumah sakit yang disebabkan oleh penyakit gastritis dan doudenitis sebanyak 343
kasus dengan angka kematian rata rata ( Case fatality rate ) sebesar 0,4 %( Depkes RI .2006)
Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Unversitas Leeds, mengungkapkan stres
dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat stres, orang cenderung makan lebih
sedikit, stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi
asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas,
bahkan bisa luka, (Kamal, 2007)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai
Berikut : Adakah hubungan antara stres , pola makan dengan frekuensi kekambuhan
gastritis di..tahun 2016

C. Tujuan Penelitian
A, Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara stres , pola makan dengan frekuensi kekambuhan
gastritis `ditahun 2016
B. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi adanya hubungan antara stres, dengan frekuensi kekambuhan
gastritis di
2. Mengidentifikasikan adanya hubungan antara pola makan dengan frekuensi
kekambuhan gastritis di.
D. Manfaat Penelitian
A. Teoritis
Hasil penelitian di harapkan dapatt memberi manfaat yang berarti terhadap
perkembangan ilmu kesehatan

B. Secara praktis
1 Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya
penanganan stres dan pola makan
2. Memberi informasi pada penderita tentang pentingnya pola makan dari manajemen
stres

You might also like