Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Widya Isara
: 1010070100
Tiara Rahmadika
: 1010070100159
Najmiyatus Tsyaniah
: 1010070100
Preseptor :
dr. Adji Mustiadji, Sp.An
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan
(seizure) berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara
intermiten, yang disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di
neuron-neuron secara paroksismal, dan disebabkan oleh berbagai etiologi. 1
Kata epilepsi berasal dari kata yunani epilambanein yang berarti
serangan. Epilepsi sudah dikenal sekitar 2000 tahun sebelum masehi di daratan
cina, namun hipokrateslah orang yang mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit.
3
Kurang tidur
Kurang tidur dapat mengganggu aktivitas dari sel-sel otak sehingga
dapat mencetuskan epilepsi.
Stres emosional
Stes dapat meningkatkan frekuensi serangan. Peningkatan dosis
obat bukanlah merupakan pemecahan masalah, karena dapat menimbulkan
efek samping obat. Penyandang epilepsi perlu belajar menghadapi stres.
Stres fisik yang berat juga dapat menimbulkan serangan.
Infeksi
Infeksi biasanya disertai dengan demam. Dan demam iniah yang
merupakan pencetus serangan karena demam dapat mencetuskan
terjadinya perubahan kimiawi pada otak, sehingga mengaktifkan sel-sel
otak yang menimbulkan serangan. Factor pencetus ini terutama nyata pada
anak-anak.
Obat-obat tertentu
Beberapa obat dapat menimbulkan serangan seperti penggunaan
obat-obat anti depresan trisiklik. Obat tidur (sedative) atau fenotiasin.
Menghentikan obat-obat penenang/sedative secara mendadak seperti
barbiturate dan valium dapat mencetuskan kejang.
Alkohol
Alkohol dapat menghilangkan factor penghambat terjadinya
serangan. Biasanya peminum alcohol mengalami pula kurang tidur
sehingga memperburuk keadaannya. Penghentian minum alcohol secara
mendadak dapat menimbulkan serangan.
Perubahan hormonal
Pada masa haid dapat terjadi perubahan siklus hormone ( berupa
peningkatan kadar estrogen) dan stress, dan hal ini diduga merupakan
pencetus terjadinya serangan. Demikian pula pada kehamilan terjadi
perubahan siklus hormonal yang dapat mencetuskan serangan.
Terlalu lelah
Terlalu lelah akibat stress fisik dapat menimbulkan hiperventilasi
dimana terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah yang mengakibatkan
Fotosensitif
Ada sebagian kecil penyandang epilepsi yang sensitive terhadap
kerlipan/kilatan sinar pada kisaran antara 10-15 hz seperti diskotik, pada
pesawat TV. Hindari ke diskotik dan menonton TV harus jarak yg cukup
jauh, pada sudut tertentu dan ruangan yang cukup terang. 4
1.3 Patofisiologi
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari
sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu
keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian tergantung pada lokasi lepas muatan
yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, korteks serebrum
kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan, sedangkan lesi di
serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Ditingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena
biokimiawi, termasuk yang berikut :
Perubahan perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang
sebagian disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi akibat hiperaktivitas
neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas
muatan listrik sel sel saraf motorik daapt meningkat menjadi 1000 per detik.
Aliran darah otak meningkat juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin
muncul dicairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam glutamat
Bangkitan parsial
Motorik
Sensorik
Otonom
Psikik
Bangkitan umum
Lena (absence)
Mioktonik
Klonik
Tonik
Tonik klonik
Atonik
Tak tergolongkan
Idiopatik (primer)
Simptomatik (sekunder)
Kriptogenik
Idiopatik (primer)
Sindrom west
Simtomatik
Sindrom spesifik
Epilepsi dan sindrom yang tidak dapat ditentukan fokal atau umum
Bangkitan neonatal
Kejang demam
Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinik dalam bentuk
bangkitan epilepsi berulang ( minimum 2 kali ) yang ditunjang oleh gambaran
epileptiform pada EEG.
dan
Vertigo
Narkolepsi
Sindrom menier
Tics.
Gambar 3. EEG normal, Epilepsi sebagian dan general
MRI
1.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi epilepsy adalah tercapainya kualitas hidup optimal
untuk pasien sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsy dan disabilitas fisik
maupun mental yang dimilikinya.
Levetiracetam
Zonisamide
Tabel 1. Pemilihan OAE pada remaja dan dewasa
1.10 Prognosis
Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal diantaranya jenis
epilepsi, factor penyebab, saat pegobatan dimulai dan ketaatan minum obat. Pada
umumnya prognosis epilepsi cukup menggembirakan. Pada 50-70 % penderita
epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-obat, sedangkan 50 % pada suatu
waktu akan dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik yang
bersifat kejang umum maupun serangan lena (ngelamun) atau absence mempunyai
prognosis terbaik. Sebaliknya epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia
3 tahun atau yang disertai kelainan neurologic dan atau retardasi mental
mempunyai prognosis yang jelek. 4
Mengenai Prognosis social dapat dikatakan, bahwa bagian terbesar
penderita epilepsi dapat bekerja sesuai dengan bakat, pendidikan dan
keterampilannya. Dalam menentukan apakah seseorang penderita epilepsi dapat
melakukan suatu pekerjaan, pada banyak kasus keadaan mental si penderita
merupakan kriterium lebih penting daripada ada atau tidaknya serangan. Namun
perlu diperhatikan, pekerjaan yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain
apabila terjadi suatu serangan, misalnya mengemudi kendaraan bermotor,
pekerjaan dengan alat-alat besar, pekerjaan pada bangunan bertingkat dsb. 4
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Tanggal Dirawat
Ruang
: PCP
: 3 bulan
: Perempuan
:
: Islam
: 2016
: Bangsal Anak
2.2 Anamnesa
Berdasarkan Allo anamnesa pada orangtua pasien didapatkan informasi :
Keluhan Utama
Kejang sejak satu jam sebelum masuk rumah sakit.
: Sedang
: Compos mentis cooperatif
: cm
: kg
: 130 x permenit
: 32 x permenit
: mmHg
: 36,50 C
: sianosis (-), ikterik (-), udem (-), turgor
:
normochepal,
UUB
datar,
belum
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ektremitas
Status Neurologikus
GCS
: 13 ( E3M5V4)
Tanda Rangsangan Selaput Otak :
Kaku Kuduk : tidak ada
Burzinki I
: tidak ada
Burzinki II
: tidak ada
Kernig
: tidak ada
Tanda peningkatan TIK
Pupil
: Isokor, Bentuk Radial ukuran 2 mm
kiri dan kanan
Pemeriksaan nervus cranialis
Nervus
Kanan
Kiri
NI
Subjektif
Dalam batas normal
Dalam batas normal
N II
Tajam Penglihatan
60/60
60/60
Lapangan Pandang
Dalam batas normal
Dalam batas normal
N III
Bola mata
Bulat
Bulat
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Nistagmus
Tidak ada
Tidak ada
Pupil
- Bentuk
Ortho 2 mm
Ortho 2 mm
- Reflek cahaya
positif
Positif
N IV, VI
bisa
bisa
bisa
Bisa
Bisa
Bias
positif
positif
positif
Positif
Positif
Positif
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kiri
444
444
Sistem Refleks
Refleks
Fisiologis
-bisep
-trisep
- patela
Patologis
- babinski
- caddoks
- openheim
- gordon
- hofman-trofner
Fungsi Otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat
kanan
kiri
++
++
++
++
++
++
: normal
: normal
: normal
2. 4 Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin belum dilakukan
2.5 Rencana Pemeriksaan Tambahan
EEG
CT- Scan
2.6 Diagnosis
Susp. Epilepsi
2.7 Diagnosis Banding
Herniasi
2.8 Penatalaksanan
Terapi umum
Oksigen 2-3 L/menit
IVFD RL 20 tetes per menit
Terapi Khusus
Obat anti epilepsi
: Karbamazepin 2 x 100 mg
Obat anti hipertensi : Amlodipin 1x 12,5 mg
Neuro protektan
: Piracetam 800 mg 3x1
2.9 Prognosis
Quo at vitam
Quo at sanam
Quo at kosmeticum
Quo at Functionam
: dubia at bonam
: dubia at bonam
: bonam
: dubia at bonam
RESUME
Pasien Perempuan umur 55 tahun alamat Tanah Garam dengan keluhan
utama kejang sejak setengah jam SMRS. Pasien mempuyai riwayat epilepsy sejak
7 bulan yang lalu dan riwayat serangan stroke 10 bulan yang lalu. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran somnolen, tekanan darah 160/90, nadi 76
x permenit, nafas 21 kali permenit, GCS 13, dan tidak ada kelainan neurologis
lainnya. Pasien didiagnosis dengan; diagnosis klinis serangan kejang berulang,
diagnosis topic intra cerebri, diagnosis etologi Epilepsi tipe umum tonik-klonik
dan diagnosis sekunder hipertensi stage I. pasien ditatalaksana dengan O2 2-3 L /
menit, pemberian carian infus RL 20 tetes per menit, Karbamazepin 2 x 100
mg,Amlodipin 1x 12,5 mg, danPiracetam 800 mg 3x1.