Professional Documents
Culture Documents
: Influensa, parainfluensa,adenovirus.
: Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus,
Hemofilus influenza, Stafilokokus, Pneumokokus.
: Pseudomonas, Candida albican.
: Makanan atau benda asing.
: Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
Jamur
Aspirasi
Inhalasi
b.
misalnya
Klebsiella
pada
penderita
alkoholik,
pada
penderita
dengan
daya
tahan
lemah
(immunocompromised)
c.
tertinggal
eksudat
fibrinosupuratif,
memberikan
Pneumonia bakterial/pneumokokus
-
Awitan menggigil
F).
Pneumonia atipikal.
Beragam dalam gejalanya, tergantung pada organism penyebab. Banyak
pasien mengalami infeksi saluran pernafasan atas (kongesti anasal, sakit
tenggorok), dan awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang
menonjol :
-
Sakit kepala.
Nyeri pleuritus.
Mialgia.
Ruam.
Faringitis.
Nadi cepat
Gejala lainnya:
Berkeringat.
Palpasi
Perkusi
Auskulatasi
Analisis gas darah dan Pulse oximetry: menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum,
harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum,
harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
Pneumonia : bila tidak ada retraksi, tetapi nafas cepat, tidak perlu dirawat, cukup
diberi antibiotik oral.
Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak
perlu dirawat. ( Mansjoer, 2007: 467)
Obat
atau
sefalosporin
eritomosin,
setriakson),
generasi
eritomisin,
ketiga,
klindamisin,
Pneumonia
stapilococus
Pneumonia
klebsiella
Pneumonia
pseudomonas
Haemophilus
atau ortobramisin
Amphisilin, amoksilin, augmenti sefaklor atau
influenza
sefuroksim.
Trimethoprim-sulfametaksozal
bagi
Eritromisin, rifampin
legionnaires
Pneumonia
mikoplasma
Pneumonia virus
Pneumonia
pnemosistis carinii
(PCP)
Pneumonia fungi
Flusitoasin dengan ampotensin B pada pasien nonneurotropenik. Ketotanazol, Lobektomi dari bola
Pneumonia
fungus.
Doksisklin, eritromisin, klarifomisin, azitromisin
klamidia
(pneumonia
TWAR)
Tuberculosis
Terapi oksigen untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah
Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat
disertai
nebulizer
untuk
pemberian
bronkodilator
bila
terdapat
bronkospasme.
Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
Ventilasi mekanis. Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada
pneumonia adalah :
-
Komplikasi
-
Gagal pernafasan
Atelektasis.
Efusi pleural
Delirium.
Superinfeksi
Data obyektif:
-
letargi
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
-
Data obyektif:
-
Takikardi
3. Integritas ego
Data Subyektif:
-
Data obyektif:
-
Kesedihan.
4. Makan/minum
Data Subyektif:
-
Nausea/vomitus
Data obyektif:
-
Distensi abdomen
5. Sensori neural
Data Subyektif:
-
Data obyektif:
-
6. Nyeri/kenyamanan
Data Subyektif:
-
Sakit kepala
Mialgia, artralgia.
10
Data obyektif:
-
Gelisah
Meringis
7. Pernafasan
Data Subyektif:
-
Data Obyektif:
-
Bunyi nafas: menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau
nafas bronchial
8. Keamanan
Data Subyektif:
-
Data obyektif:
-
Berkeringat
9. Penyuluhan/pembelajaran
Data Subjektif:
-
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
eksudat ditandai dengan penurunan suara nafas, suara nafas ronchi,
produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
ditandai dengan pasien tampak sesak
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi ditandai dengan takikardi, kelelahan, dispnea, sianosis.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal (misal 38,5-39,6 0C).
11
pernafasan teratur
Intervensi :
Intervensi
Rasuional
1. Mengidentifikasi
Mandiri:
1. Auskultasi
suara
nafas,
usaha
pengembangan
dan
keteraturan
3. Observasi
pernafasan, 2. Menentukan
dada,
kelainan
tepat
dan
intervensi
yang
mengidentifikasi
sputum, 3. Merupakan
indikasi
dari
belakang
4. Pantau tanda-tanda vital terutama
frekuensi pernapasan
4. Untuk
mengetahui
keadaan
umum pasien
5. Meningkatkan
ekspansi
paru
optimal
dalam
pengeluaran
secret
kembali
efektif
terdiri dari
nafas
klien
meningkatkan
rasa
kembali efektif
8. Untuk
indikasi
jalan
pengeluaran sekret
9. Membantu dalam pengeluaran
sekret klien sehingga jalan nafas
klien kembali
10.
efektif secara
mekanik
Lakukan
sesuai indikasi
Kolaborasi
11. Berikan O2 sesuai indikasi
bronkodilator,
mukolitik,
antibiotik,
atau
steroid
2. Dx 2 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
ditandai dengan pasien tampak sesak
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x...jam diharapkan pola
nafas pasien kembali normal / stabil dengan kriteria hasil :
-
13
Intervensi:
a. Monitor usaha pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan,
dan penggunaan otot bantu pernafasan
R: kecepatan biasanya meningkat karena ekspansi paru terbatas
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
c. Pantau tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan
R: kecepatan biasanya meningkat karena ekspansi paru terbatas
d. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
e. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
Kolaborasi :
a.
b.
c.
Nadi teratur.
TTV stabil :
Hasil AGD dalam batas normal (PCO2 : 35-45 mmHg, PO2 : 95-100
mmHg)
Intervensi :
Intervensi
Mandiri
1.
Rasional
Mengkaji
kedalaman
frekuensi
pernafasan.
distress
ketidak
atau
mampuan
berbicara / berbincang
2.
pernapasan
vasokontriksi/respon
demam.
tubuh
terhadap
cuping
(circumoral)
hidung,
Sianosis
membran
hipoksemia sistemik
3.
3.
Mencatat
hipotensi,pucat,
perubahan
dalam
adanya
cyanosis,
Mencegah
kelelahan
dan
memfasilitasi
resolusi
infeksi.
tingkat
penyebab
yang
diindikasikan
Intubasi
dan
15
kondisi
insufisiensi
respirasi berat.
5. Meningkatkan ekspansi paru
5.
Berikan
posisi
semifowler
optimal
kebutuhan,
6. Pemberian
misalnya:
Memonitor
ABGs,
pulse
oximetry
oksigen
terapi
mmHg,
oksigen
diberikan
sesuai
yang
dengan
penyakit
memfasilitasi
dan
perubahan
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri
1.
Pantau TTV.
2.
16
keluhan demam.
3.
syok hipovolemi
kontraindikasi.
4.
biasa/hangat
Kolaborasi
5.
6.
antipiretik
5. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan takikardia,
melindungi area yang sakit, melaporkan nyeri baik verbal maupun non verbal
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama ..x .... jam diharapkan
nyeri pasien dapat berkurang atau terkontrol dengan kriteria hasil:
-
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
dan intensitas
2.
Pantau
perubahan
vital
terutama nadi.
dapat
terjadi
akibat
meningkatnya
intensitas nyeri.
Untuk mengurangi rasa nyeri pasien atau
dirasakan.
5.
Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik
pernafasan teratur
18
Nadi teratur.
TTV stabil
Hasil AGD dalam batas normal (PCO2 : 35-45 mmHg, PO2 : 95-100
mmHg)
19
Dx 5 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan takikardia,
melindungi area yang sakit, melaporkan nyeri baik verbal maupun non verbal :
-
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E, dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Terjemahan oleh I
Made Kariasa. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid II Media. Jakarta:
EGC.
Guyton & Hall. Fisiologi Kedokteran. Jakar Ralph & Rosenberg, 2007, Nursing
Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA.
20
L.
M.
2006.
Pneumonia,
(online),
21