You are on page 1of 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.

HA USIA 11 BULAN DENGAN


POST ILEOSTOMY DOUBLE BARREL ATRESIA ILEUM DI RUANG BEDAH
ANAK KEMUNING Lt. II RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas pada stase keperawatan anak

Disusun Oleh :
Ratu Irbath Khoirun Nisa
220112160087

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROFESI KEPERAWATAN ANAK ANGKATAN XXXII
BANDUNG
2016

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Atresia ileum dan atresia jejenum adalah penyebab utama dari obstruksi
intestinal pada neonatus, kedua terbanyak setelah malformasi anorektal. Atresia
berarti obstruksi kongenital yang disebabkan oklusi total dari lumen usus
dan mencakup 95% dari seluruh kasus obstruksi neonatus yang terjadi.
Atresia ileum adalah kelainan bawaan dimana terdapat stenosis signifikan atau
tidak lengkap pada ileum. Kejadian ini meningkat pada mereka yang memiliki
kelainan kromosom (Knipe & Jones, 2016).
B. ETIOLOGI
Atresia ileum merupakan dampak dari vascular accident dalam rahim
yang mengarah pada penurunan perfusi usus dan iskemia kemudian segmen
usus. Hal ini menyebabkan penyempitan atau dalam kasus yang paling lengkap
yaitu dapat terjadi complete obliteration dari lumen usus (Knipe & Jones, 2016).
Penyebab terjadinya atresia ileum pada awalnya diperkirakan karena
berkaitan

dengan

tidaksempurnanya

proses

revakuolisasi

pembentukan usus. Terdapat banyak teori mengenai

pada

tahap

penyebab terjadinya

atresia ileum. Akan tetapi, teori yang banyak digunakan adalah terjadinya
kondisi iskemik sampai dengan nekrosis pada pembuluh darah usus

yang

berakibat terjadinya proses reasorbsi dari bagian usus yang mengalami


kondisi nekrosis tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa atresia ileum terjadi
karena ketidaksempurnaan pembentukan pembuluh darah mesenterika selama
intrauterin. Ketidaksempurnaan ini dapat

diakibatkan

karena

terjadinya

volvulus, intususepsi, hernia interna, dan konstriksi dari arteri mesenterika


pada gastroschisis dan omphalokel.

Terjadinya kondisi iskemik tidak hanya menyebabkan abnormalitas dari


morfologi, tetapi juga mempengaruhi struktur dan fungsi dari usus bagian
proksimal dan distal yang tersisa. Bagian proksimal dari atresia mengalami
dilatasi dan hipertrofi dengan gambaran histologi villi yang normal, tetapi tanpa
adanya peristaltik. Pada kondisi ini juga terdapat defisiensi dari enzim enzim
mukosa usus dan ATP pada lapisan muskularis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada atresia ileum yaitu: polihidramnion pada kehamilan
(15%), muntah hijau (81%), distensi abdomen (98%), kuning (20%), dan tidak
keluarnya mekoneum dalam 24 jam pertama setelah lahir (71%).
D. KLASIFIKASI
Terdapat 4 tipe dari atresia ileum, yaitu :
1. Atresia ileum tipe I
Pada atresia ileum tipe I ditandai dengan terdapatnya membran atau
jaringan yang dibentuk dari lapisan mukosa dan submukosa. Bagian
proksimal dari usus mengalami dilatasi dan bagian distalnya kolaps. Kondisi
usus tersambung utuh tanpa defek dari bagian mesenterium. Pada tipe
ditandai dengan diagfragma tipis yang menyumbat lumen. Tingkat
kelangsungan hidup 85%.
2. Atresia ileum tipe II
Pada atresia ileum tipe II bagian proksimal dari usus berakhir pada
bagian yang buntu, dan berhubungan dengan bagian distalnya dengan
jaringan ikat pendek di atas dari mesenterium yang utuh. Bagian proksimal
dari usus akan dilatasi dan mengalami hipertrofi sepanjang beberapa
centimeter dan dapat menjadi sianosis diakibatkan proses iskemia akibat
peningkatan tekanan intraluminal. Tingkat kelangsungan hidup sekitar 66%.
3. Atresia ileum tipe III
Pada atresia ileum tipe IIIa bagian akhir dari ileum yang mengalami
atresia memiliki gambaran seperti tipe II baik pada bagian proksimal dan
distalnya, akan tetapi tidak terdapat jaringan ikat pendek dan terdapat defek
dari mesenterium yang berbentuk huruf V. Bagian yang dilatasi yaitu
proksimal sering kali tidak memiliki peristaltik dan sering terjadi torsi atau
distensi dengan nekrosis dan perforasi sebagai kejadian sekunder. Panjang
keseluruhan dari usus biasanya kurang sedikit dari normal.

Pada atresia tipe IIIb disertai dengan cacat mesenterika yang luas
dan pasokan darah bagian distal usus tidak normal. Ileum bagian distal
melingkari arteria ileokolon, yang merupakan satu-satunya pasokan darah
sehingga menimbulkan gambaran kupasan kulit apel. Anomali ini
dihubungkan dengan prematuritas, ileum distal yang sangat pendek, dan
pemendekan usus yang bermakna. Tingkat kelangsungan hidup adalah 57%.
4. Atresia ileum tipe IV
Pada atresia ileum tipe IV terdapat atresia yang multipel, dengan
kombinasi dari tipe I sampai dengan tipe III, memiliki gambaran seperti
sosis. Terdapat hubungan dengan faktor genetik, dan tingkat mortalitas yang
lebih tinggi. Multipel atresia dapat terjadi karena iskemia dan infark yang
terjadi pada banyak tempat, proses inflamasi intrauterin, dan malformasi
dari saluran cerna yang terjadi pada tahap awal proses embriogenesis.
Tingkat kelangsungan hidup 29% (de Dios & Ellen, 2014).

Gambar 1 Klasifikasi Atresia Ileum

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan USG : Sumbatan pada usus halus, baik berupa atresia, volvulus,
dan peritonitis mekoneum dapat ditentukan dengan pemeriksaaan USG pada ibu
hamil dengan polihidramnion. Untuk mendiagnosisnya dengan cara melihat
adanya gambaran pembesaran multipel dari usus dengan peristaltik yang aktif.
Pada USG dapat terlihat segmen usus berdilatasi proksimal.
Pemeriksaan radiografi : dengan pemeriksan raiologis, diagnosis dari atresia
ileum biasanya dapat dipastikan. Obstruksi usus pada bayi ditunjukan dengan

adanya gambaran pembesaran usus halus, dan adanya gambaran air-fluid level
pada bayi. Semakin distal atresia yang terjadi semakin tampak pula distensinya.
Gambaran dari atresia ileum pada colon adalah gambaran microcolon atau
unused colon. Studi barium akan mengkonfirmasi tingkat obstruksi.
F. PENATALAKSANAAN
Diagnosis yang terlambat akan berakibat pada bertambah jeleknya
prognosis dari pasien, terjadi

nekrosis sampai perforasi dari sistema usus,

abnormalitas cairan dan elektrolit, serta peningkatan kejadian sepsis. Pemberian


elektrolit dan resusitasi cairan harus segera dilakukan. Pipa nasogastrik atau
orogastrik dapat memperbaiki fungsi diafragma dan mencegah mutah serta
terjadinya aspirasi. Tindakan operatif bergantung dari penemuan patologi.
Reseksi dari bagian proksimal yang dilatasi dan berlanjut anastomose langsung
dengan ujung distalnya sering dilakukan. Akan tetapi apabila tidak
memungkinkan dilakukan reseksi anastomose maka akan dilakukan ileostomi.
Ileostomi yang dilakukan dapat berupa Santulli, Mikulicz, dan Bishoop Koop.
Pada prosedur Santulli, ileum proksimal dikeluarkan dan yang distalnya
dianastomose ke ileum proksimal di bagian samping dari ileum proksimal.
Penderita atresia ileum dirawat di ruangan dengan kelembaban yang
cukup dan hangat, untuk mencegah hipotermia, kemudian dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah. Bila kondisi
sudah memungkinkan untuk dilakukan operasi, operasi segera dilakukan.
Pada perawatan pascaoperasi pada pasien dengan atresia ileum harus
segera diberikan nutrisi parenteral secepat mungkin. Nutrisi parenteral diberikan
segera bila kondisi pascaoperasi telah stabil. Sebagaimana diketahui bahwa
semakin proksimal atresianya, semakin lama juga terjadi disfungsi dari sistem
ususnya. Secara umum pemberian nutrisi secara oral dimulai setelah bayi sadar
penuh, menelan dengan baik, residu gaster kurang dari 5 cc/jam, perabaan soepel
pada abdomen, atau telah flatus dan buang air besar. Nutrisi oral yang cukup
harus diberikan pada bayi pascaoperasi dengan komposisi karbohidrat 62%,
lemak 18%, dan protein 12%.2 Lemak intraluminal merupakan rangsangan
utama terhadap pertumbuhan mukosa usus, sedikitnya 20% total kebutuhan

kalori harian diperlukan sebagai pembentukan trigilserida rantai panjang untuk


mempertahankan struktur dan fungsi dari usus halus. Disfungsi sementara dari
sistema usus halus terutama pada pasien atresia ileum pascaoperasi seringkali
terjadi karena banyak sebab, diantaranya adalah intolerans terhadap laktosa,
malabsorbsi terutama karena pertumbuhan bakteri yang banyak, dan diare. Hal
ini terjadi terutama karena berhubungan dengan short bowel syndrome. Keadaan
ini membutuhkan perubahan bertahap dari pola total parenteral nutrisi ke nutrisi
oral.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.HA USIA 11 BULAN DENGAN
POST ILEOSTOMY DOUBLE BARREL ATRESIA ILEUM DI RUANG
BEDAH ANAK KEMUNING Lt. II RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG

1. PENGKJIAN ANAK
1. Identitas Klien
Nama

: An. HA

Tanggal Lahir

: 16 September 2015

Umur

: 11 bulan 20 hari

Agama

: Islam

Kultur

: Sunda

Diagnosa Medis

: Atresia ileum tipe III a, post ilesostomi double barrel

Tanggal Dikaji

: 6 September 2016

Tanggal Masuk RS

: 29 Agustus 2016

No. Medrec

: 0001481920

Nama Ayah/Ibu

: Tn. A

Pekerjaan Ayah/Ibu

: Wirawasta

Pendidikan Ayah/Ibu : SMA


2. Keluhan Utama/ Alasan Masuk RS
Ibu klien mengatakan bahwa perut anaknya kembung. Alasan masuk rumah sakit
yaitu untuk melakukan operasi penutupan ileostomy.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut ibu klien, anaknya kembung semenjak post operasi.

Feses yang

dikeluarkan nya hanya sedikit dan berwarna hijau pekat. Selain itu, kondisi
sekitar luka operasi berwarna kemerahan (terjadi iritasi). Hal ini dialami
semenjak 1 bulan sebalum masuk rumah sakit.
4. Riwayat Imunisasi

No

Jenis Imunisasi

Waktu Pemberian

Frekuensi

.
1.
2.
3.
4.
5.

BCG
DPT (I,II,III)
Polio (I,II,III,IV)
Campak
Hepatitis B

0 bln
2, 4, 6 bln
0, 2, 4, 6 bln
9 bulan
0, 1, 6 bln

1x
3x
4x
1x
3x

5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Prenatal
Pada TM I Ibu mengeluh mual-mual pada 3 bulan kehamilan dan
mendapatkan vitamin beserta penyuluhan mengenai pola makan yaitu
makan sedikit tapi sering dan mendapatkan penyuluhan tentang tanda
bahaya dalam kehamilan seperti muntah berlebihan, pusing berlebihan,
perdarahan yang banyak. Ibu mengatakan periksa tiap bulan. Namun,
pada saat pemeriksaan USG bulan ke 4 bulan, dokter menyebutkan
loh, ini kenapa ya janinnya. Namun, saat konfirmasi ulang pada dokter
tersebut, dokter menyebutkan janinya baik baik saja dan dalam keadan
sehat.
Pada TM II : Ibu mengatakan periksa rutin tiap bulan namun
dengan dokter yang beda. Dokter menyebutkan bahwa janinnya
mengalami kelainan pada usus. Disamping itu, ibu mendapatkan tablet
penambah darah, penyuluhan tentang tanda bahaya dalam kehamilan
seperti sakit perut bagian bawah, pusing berlebihan, ketuban pecah dan
mendapatkan suntikan TT 1
TM III : Ibu mengatakan periksa ke bidan tiap 2 minggu sekali
Ibu tidak mengeluh apa-apa Ibu mendapatkan tablet penambah darah dan
suntik TT2 , penyuluhan tentang tanda bahaya dalam kehamilan seperti
bengkak pada muka, pusing berlebihan serta penyuluhan tentang tandatanda menjelang persalinan yaitu keluar lendir bercampur darah dari
vagina, kontraksi yang teratur, keluarnya cairan ketuban.
b. Natal
Ibu dengan P1A0. Ibu mengatakan bayinya lahir secara caesar
karena posisi bayi yang sungsang di salah satu RS tanggal 16 September
2015 berat 2800 gr, panjang badan 40 cm. Saat dilahirkan anak menangis
secara spontan.
c. Post natal

Ibu mengatakan menjalani masa nifas secara normal,tapi pada


hari ke-2 anaknya hanya sedikit mengeluarkan feses dan berwarna hitam.
Anaknya juga mengalami muntah-muntah yang berwarna hijau.
6. Riwayat Masa Lalu
Semenjak lahir klien sulit BAB (hanya sedikit) dan berwarna hitam lembek,
perut kembung, dan muntah berwarna hijau. Sehari setelah melahirkan, klien
langsung dibawa kerumah sakit dan dirawat selama 5 hari. Pada usia 12 hari,
klien di operasi pembuatan ileostomy. Satu bulan yang lalu terdapat iritasi
berupa kemerahan pada area ileostomy tersebut.
7. Riwayat keluarga
Menurut Ibu klien, dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang
sama seperti klien alami.
8. Genogram

Keterangan

:
= Meninggal
= Laki - Laki
= Perempuan
= Klien
= Orang yang tinggal serumah

9. Riwayat Sosial
Yang mengasuh anak : Anak diasuh oleh kedua orang tuanya

Hubungan dengan anggota keluarga : Anak kandung


Hubungan dengan teman sebaya
: Pembawaan Secara Umum : Ibu mengatakan anaknya ceria jika bermain
dengan orangtua/ keluarganya namun jika bertemu dengan orang lain,
anaknya sering takut, dan kadang menangis. Selama di rawat anak
terlihat lesu, lemah, tidak semangat, anak terlihat sangat manja dengan
orang tuanya.
10. Kebutuhan dasar (makan, minum, eliminasi, tidur, aktifitas bermain)

Kebutuhan Dasar
Sebelum masuk RS
a. Makan dan Sampai usia 7 bulan klien hanya
Minum

Setelah masuk RS
Setelah dilakukan operasi

diberikan ASI. 2 bulan terakhir klien

pada hari selasa,

mulai diberikan bubur.

diharuskan untuk puasa.


Klien

terpasang

untuk
b. Istirahat

cairan.
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya Ibu klien
sering tidur nyenyak 9 jam

klien
infus

menggantikan
mengatakan

klien gampang terbangun


dari tidurnya lalu klien
menangis. Tidur biasanya

c. Eliminasi

BAK biasanya sehari dapat mencapai 3-

7 jam
Klien tidak menggunakan

BAK

4 kali. Urin berwarna kekuning-kuningan

alat bantu kateter untuk

, tidak ada darah

berkemih. BAK biasanya


sehari dapat mencapai 3-4
kali. Urin berwarna

d. Eliminasi

Klien BAB melalui lubang ileostomi

BAB

kekuning-kuningan
BAB melalui saluran
pencernaan baru setelah
operasi. Namun, secara
fisiologis masih belum
mampu berfungsi secara

e. Personal
hyigiene

Ibunya sering memandikan klien sehari

efektif.
Semenjak dirumah sakit,

dua kali pada pagi hari dan sore hari.

Klien di wash lap sehari


sekali

11. Pemeriksaan fisik


TTV
: Nadi
Respirasi
Suhu
BB

: 6,8 kg

PB

: 67 cm

LP

: 46 cm

LK

: 42 cm

: 102 x/menit
: 41 x/menit
: 36,70 C

Pertumbuhan
BB Ideal usia 11 bulan
BB= umur (bulan)+9 = (11+9)/2= 10 kg
2
BB klien 6,8 kg sehingga mengalami kekurangan sejumlah 3,2 kg
a. Sitem Integumen
Warna kulit klien normal, terdapat luka post operasi ileostomi, kondisi sekitar
luka berwarna kemerahan, turgor kulit normal.
b. Sistem Pengindraan
Bentuk mata simetris, konjungtiva normal, sklera berwarna putih, pupil isokor,
reflek mata baik menutup secara spontan.
c. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pergerakan
dada normal, tidak terdapat deviasi septum, tidak ada sianosis pada bibir dan jari
tangan, bentuk dada simetris tidak ada edema, frekuensi nafas 41x/menit.
d. Sitem Pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa kering, tidak terdapat pembesaran tonsil, klien
tepasang NGT, ada reflek menelan, tidak ada benjolan, tidak ada herniasi,
bentuk abdomen cembung, distensi abdomen (+), tidak teraba pembesaran hati,
limpa dan ginjal, bunyi pekak pada perkusi abdomen.
e. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva normal, tidak terdapat peningkatan JVP, akral teraba hangat, pulsasi
denyut nadi teraba kuat dengan frekuensi 102x /menit, CRT < 2 detik, bunyi
jantung normal murmur reguler.
f. Sitem Perkemihan
Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada kelainan pada genitalia, tidak ada
keluhan, warna kuning jernih, hematuria (-).
g. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid
h. Sitem muskuloskeletal
- Ekstremitas Atas
Pada pemeriksaan ekstremitas, tidak terdapat kelainan (normal). Bentuk dan
-

ukuran simetris, tangan kanan maupun kiri bebas bergerak ke segala arah.
Ekstremiatas Bawah
Bentuk dan ukuran simetris, tidak terdapat deformitas ataupun kontraktur
sendi, pergerakan/ ROM ekst remitas bawah kanan dan kiri bebas bergerak

ke segala arah.
12. Pemeriksaan perkembangan.
Hasil pemerikaan perkembangan berdasarkan tes Denver II, yaitu :
Motorik kasar :
berdiri dengan pegangan (NO), bangkit untuk
berdiri(NO) , bangkit terus duduk (NO) , berdiri 2 detik (F).

Bahasa: papa/mama tidak spesifik (P), mengoceh (P) , papa/mama

spesifik (P).
Adaftif-motorik halus : mengambil 1 kubus (P), memegang dengan ibu

jari dan jari (P), membenturkan 2 kubus (P).


Personal Sosial : tepuk tangan (P), menyatakan keinginan (P), daag-daag

dengan tangan (P), main bola dengan pemeriksa(P).


13. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Analisa Gas Darah
pH

: 7,451

pCO2

: 29,2 mmHg

pO2

: 153 mmHg

HCO3

: 20,1mEq/L

Saturasi O2 : 99,3

Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kimia Klinik
Laktat
Natrium
Kalium

: 12,1 g/dL
: 39
: 5,04 juta/uL
: 19.600 /mm3
: 475.000 /mm3

: 1,4 mmol/L
:140 mEq/L
: 3,6 mEq/L

14. Analisa Data


Data
DO:
-Adanya

luka

bekas

operasi
-Leukosit: 19.600
-Area
sekitar

luka

kemerahan.
DS:

Ibu

mengatakan

klien
semenjak

satu bulan yang lalu


area

ileostomi

mengalami iritasi yang


cukup parah.

Etiologi
Vascular accident dalam rahim

perfusi usus dan iskemia

Nekrosis pembuluh darah usus

Mempengaruhi struktur dan


fungsi dari usus bagian
proksimal dan distal yang
tersisa

Atresia

Operasi pertama : ileostomy

Masalah
Resiko infeksi

Operasi kedua : penutupan


ileostomy

- Luka pembedahan (port de


enty kuman)
- Penyebaran organisme dari
usus

Resiko infeksi
DO :
Anak sering menangis
atau merintih dan terlihat
lemas

atau

bertenaga,

dan

tidak
sering

memegang area luka.

Vascular accident dalam rahim

perfusi usus dan iskemia

Nekrosis pembuluh darah usus

Mempengaruhi struktur dan

Nyeri akut

fungsi dari usus bagian


proksimal dan distal yang
tersisa

Atresia

Operasi pertama : ileostomy

Operasi kedua : penutupan


ileostomy

Luka pembedahan

Nyeri

15. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan, penyebaran
organisme usus yang ditandai dengan kemerahan, leukosit 19.600.
2. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif yang ditandai dengan
anak sering menangis atau merintih dan terlihat lemas atau tidak bertenaga
serta sering memegang area luka.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NAMA KLIEN
NO MEDREC

N
O
1

: An. HA
: 0001559109

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Resiko
infeksi NOC:

PERENCANAN
INTERVENSI

TUJUAN

1. Pertahankan teknik aseptik dan 1. Teknik

berhubungan dengan

Immune Status

luka

Knowledge:

pembedahan,
penyebaran

infection control

dengan

dapat

tindakan keperawatan
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Monitoring
tanda dan gejala

mencegah

pertumbuhan

kriteria

4.
Klien bebas dari tanda 5.
6.
dan gejala infeksi
7.
Menunjukkan
8.
kemampuan
untuk
mencgah

timbulnya

dan

antiseptik

hasil:

aseptik

antiseptik dalam melakukan semua

organisme usus yang


Risk control
ditandai
dengan
Setelah
dilakukan
kemerahan, leukosit
tindakan
keperawatan
19.600.
pasien tidak mengalami
infeksi

RASIONAL

infeksi

(dolor

(nyeri),

kalor

(panas), tumor (pembengkakan),


rubor (kemerahan), fungsio laesa,
drainase, penampilan luka, sekresi,

atau membunuh kuman


sehingga

infeksi

tidak

terjadi.
2. Meminimalkan terjadinya
kontaminasi/penyebaran
infeksi

dengan

suhu kulit, lesi kulit, keletihan,

lingkungan.
malaise)
3. Deteksi dini terjadinya
Monitor adanya luka
infeksi dapat memberikan
Perawatan luka atau ganti balutan
Obeservasi tanda-tanda vital
kesempatan
untuk
Pantau hasil laboratorium
intervensi tepat waktu
Pengendalian infeksi
dan
mencegah
ajarkan pasien/keluarga teknik
mencuci tangan yang benar

komplikasi

yang

lebih

infeksi
Jumlah leukosit dalam

batas normal
Menunjukkan higiene

Ajarkan kepada pengunjung


untuk mencuci tangan sewaktu
masuk

dan

meninggalkan

ruang pasien.
personal yang adekuat 9. Ajarkan pasien/keluarga tanda dan
gejala infeksi
10. Kolaboratif pemberian obat-obatan
antibiotik sesuai program
11. Kolaborasi pemberian bedak stoma

seriud
4. Mencegah

kontaminasi

lingkungan
yang

pada

baru.

luka

gangguan

pada integritas kulit atau


dekat

dengan

lokasi

operasi adalah sumber


kontaminasi luka.
5. Mengganti balutan dapat
menjaga agar luka teta
bersih

dan

dengan

menggunakan

peralatan

steril agar luka tidak


terkontaminasi

oleh

kuman dari luar.


6. Peningkatan suhu tubuh,
denyut

nadi,

frekuensi

dan penurunan tekanan


darah merupakan salah
satu terjadinya infeksi.
7. Dapat
mengetahui
dadanya

leukositosis

yang merupakan tandatanda infeksi.


8. Memungkinkan perawat
dan

keluarga

mengidentifikasi adanya
2

Nyeri

akut NIC

berhubungan dengan
prosedur invasif yang

Pain Control
Comfort Level

ditandai dengan anak Setelah


sering menangis atau tindakan
atau

bertenaga
sering
area luka.

tidak penurunan

dilakukan
keperawatan
nyeri

atau

serta bebas dari nyeri yang


memegang ditandai dengan:

Komunikasi

frekuensi pernafasan, dan setiap

mengenai tingkat nyeri

dan PRN.
2. Pegang anak dengan hati-hati.
3. Jika
diindikasikan,
berikan
analgesik sesuai jadwal . Kaji dan
catat keefektifannya.
4. Dorong anggota keluarga untuk
menemani dan menenangkan anak

verbal

mengenai penurunan

infeksi sesegera mungkin.


1. Memberikan
data

tanda/gejala nyeri setiap 2-4 jam

merintih dan terlihat pasien akan mengalami


lemas

1. Kaji dan catat frekuensi jantung,

jika mungkin.
5. Gunakan aktifitas

pengalihan

nyeri atau tidak ada

(mis. Musik, bermain, relaksasi)


6. Ajarkan
keluarga
tentang

nyeri
Berkurang atau tidak

perawatan, manajemen nyeri pada

ada :
1.

orang tua (mis.kompres air hangat,


menangis

posisi)

yang dialami anak.


2. Membantu
meminimalkan nyeri dan
meningkatkan
kenyamanan.
3. Analgesik

diberikan

untuk mengurangi nyeri.


4. Membantu menenangkan
dan mendukung anak.
5. Aktivitas
pengalihan
dapat

mengalihkan

perhatian anak dan dapat


membantu
nyeri.
6. Penyuluhan

mengurangi
keluarga

terus
2.

menerus

atau merintih
wajah

menyeringai
3.
Gelisah
4.
Diaforesis
Tanda tanda vital
dalam batas normal

Nadi : 100-160 x/menit


RR : 30-60 x/menit
Suhu : 36,50C-37,50C

akan

memungkinkan

perawatan yang akurat.

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : An. HA

RUANGAN

NO MEDREC

DIAGNOSA : Atresia ileum tipe III a

: 0001559109

Tanggal

Jam

Dx

6/9/2016

16.0

1,2 Mengobservasi

tanda vital

16.3

Implementasi

Pemberian

:Bedah Anak Kemuning II

Evaluasi

Paraf

tanda- Nadi : 102 x/menit


Respirasi : 41 x/menit
Suhu : 36,70 C
obat Pemberian obat analgesik

analgesik (paracetamol)

diberikan

sesuai

jadwal.

obat

cukup

Pemberian

efektif, anak menjadi tidak


menangis
ditemukan
saat
17.0

Memberikan

5
17.2
5

Mengkaji
infeksi

Mengajarkan
tentang

efek

pemberian

Tidak
samping
obat

analgesik.
TPN, D 10% 490 ml
D 40% 45 ml
terapi NaCl 3% 35 ml

Kolaboratif

sesuai program.

17.1

lagi.

KCL 7,41% 14 ml
Terapi diberikan selama 24

jam.
tanda-tanda Suhu masih dalam batas
normal, area post operasi
teraba hangat.
keluarga Keluarga
perawatan, mengeti/memahami

apa

manajemen nyeri pada yang disampaikan. Keluarga


orang tua yaitu dengan mampu
mengompres air hangat beberapa

menyebutkan
jenis

aktivitas

pada area yang nyeri, pengalihan yang tepat, dan


namun tidak mengenai melakukan
luka.

nyeri.

manajemen

18.0

Mengatur tetesan infus

0
19.3

Mendorong

anggota Keluarga dapat menemani

keluarga terutama orang anak

dengan

baik

dan

tua untuk menemani dan kehadiran orang tua sangat


menenangkan anak.

efektif

membantu

menenangkan anak.

7/9/2016

07.2

Melakukan

perawatan Sebelum tindakan : klien

luka / ganti perban.

tampak tenang, lemas


Saat tindakan : klien
menangis,

tidak

terjadi

perdarahan, tidak terdapat


pus

maupun

pengerasan.

Terdapat kemerahan atau


lecet
1,2 Mengkaji
vital
1

Mengkaji

lecet

pada

kulit

sekitarnya.
tanda-tanda Nadi : 102 x/menit
Respirasi : 41 x/menit
Suhu : 36,70 C
tanda-tanda Tidak ada pembengkakkan,

infeksi.

area sekitar luka post op


kemerahan atau iritasi, tidak

09.0
0

ada nanah.
Keluarga mengerti

Mengajarkan
pasien/keluarga

teknik mendemonstrasikan

mencuci tangan yang kembali


benar.
kepada

pengunjung

untuk

mencuci tangan sewaktu


meninggalkan
pasien.

cara

melakukan

cuci tangan 6 langkah.

Mengajarkan

masuk

dan

dan
ruang

Menjelaskan

keluarga Keluarga mengerti dengan

tentang tanda dan gejala penjelasan yang diberikan


11.0

infeksi.
1,2 Mengobservasi

0
11.1
5

tanda- Suhu : 36,2 0C


RR : 42 x/menit
tanda vital
Nadi : 100x/menit
Melakukan manajemen Anak
menjadi
nyeri

fokus

dengan tehadap mainan tersebut,

menggunakan mainan.

dan membuat anak menjadi


tidak menangis.

CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA KLIEN : An. HA

RUANGAN

NO MEDREC : 0001559109

DIAGNOSA : Atresia ileum tipe III a

No

Tanggal/Jam

DP

06/09/2016

:Bedah Anak Kemuning II

Catatan Perkembangan
S: -Ibu klien mengatakan semenjak satu bulan yang lalu
area kolostomi mengalami iritasi yang cukup
parah. Anak tampak lemas
-Adanya luka bekas operasi
O -Leukosit: 19.600
-Area sekitar luka post op kemerahan atau iritasi.
:
-Nadi : 102 x/menit
-Respirasi
: 41 x/menit
0
-Suhu : 36,7 C
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik dalam

A:

melakukan semua tindakan keperawatan


Batasi pengunjung bila perlu
Monitoring tanda dan gejala infeksi (dolor (nyeri),
kalor (panas), tumor (pembengkakan), rubor
(kemerahan), fungsio laesa, drainase, penampilan

P:

luka, sekresi, suhu kulit, lesi kulit, keletihan,

malaise)
Monitor adanya luka
Perawatan luka atau ganti balutan
Obeservasi tanda-tanda vital
Pantau hasil laboratorium
Pengendalian infeksi
ajarkan pasien/keluarga teknik

mencuci

tangan yang benar


Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci
tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien.
Ajarkan pasien/keluarga tanda dan gejala

infeksi
Kolaboratif

sesuai program
Kolaborasi pemberian bedak stoma

Mengobservasi tanda-tanda vital


Mengkaji tanda-tanda infeksi.
Mengatur tetesan infus
Memberikan terapi sesuai catatan pengobatan

pemberian

obat-obatan

antibiotik

Tanda-tanda vital : dalam batas normal


Nadi : 102 x/menit
Respirasi : 41 x/menit
Suhu : 36,70 C
Area luka berwarna kemerahan, tidak ada nanah, area
post

op

teraba

hangat

namun

tidak

ada

pembengkakan.
I:

masalah teratasi sebagaian, lanjutkan intervensi.

E:

06/09/2016

R:
S: Ibunya mengeluhkan bahwa anaknya sering menangis
sering tidur, tampak lesu dan sering memegang area
luka.
O
:

Distensi abdomen/ kembung (+), terdapat luka post op


Nadi : 102 x/menit
Respirasi : 41 x/menit

Suhu : 36,70 C
Nyeri
A:

P:

Kaji dan catat frekuensi jantung,

frekuensi

pernafasan, dan setiap tanda/gejala nyeri setiap 2

4 jam dan PRN.


Pegang anak dengan hati-hati.
Jika diindikasikan, berikan analgesik sesuai

jadwal . Kaji dan catat keefektifannya.


Dorong anggota keluarga untuk menemani dan

menenangkan anak jika mungkin.


Gunakan aktifitas pengalihan (mis. Musik,

bermain, relaksasi).
Ajarkan keluarga tentang perawatan, manajemen
nyeri pada orang tua (mis.kompres air hangat,
posisi).

I:

Mengobservasi tanda-tanda vital


Memberikan obat analgesik (paracetamol) sesuai

anjuran dokter.
Memberikan terapi sesuai program.
Mengajarkan keluarga tentang

perawatan,

manajemen nyeri pada orang tua yaitu dengan


mengompres air hangat pada area yang nyeri,
-

namun tidak mengenai luka.


Mendorong anggota keluarga terutama orang tua
untuk menemani dan menenangkan anak.

Tanda-tanda vital dalam batas normal, pemberian


obat analgesik dan kehadiran orang tua dapat
membuat anak terlihat menjadi lebih tenang,
keluarga memahami tentang manajemen nyeri yang
E:

dapat dilakukan.
Masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi.

07/09/2016

R:
S: - Ibu klien mengatakan kulit sekitar luka post op
masih kemerahan
O

- area sekitar luka post operasi terlihat kemerahan

- Suhu : 36,70C
- RR : 40 x/menit
-HR : 104 x/menit
Resiko infeksi

A:

Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik dalam

melakukan semua tindakan keperawatan


Batasi pengunjung bila perlu
Monitoring tanda dan gejala infeksi (dolor (nyeri),

P:

kalor (panas), tumor (pembengkakan), rubor


(kemerahan), fungsio laesa, drainase, penampilan
luka, sekresi, suhu kulit, lesi kulit, keletihan,

malaise)
Monitor adanya luka
Perawatan luka atau ganti balutan
Obeservasi tanda-tanda vital
Pantau hasil laboratorium
Pengendalian infeksi
ajarkan pasien/keluarga teknik

mencuci

tangan yang benar


Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci
tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien.
Ajarkan pasien/keluarga tanda dan gejala

infeksi
Kolaboratif

sesuai program
Kolaborasi pemberian bedak stoma

pemberian

obat-obatan

antibiotik

I:

Mempertahankan teknik aseptik dan antiseptik

dalam melakukan semua tindakan keperawatan


Mengobservasi tanda-tanda vital
Melakukan perawatan luka / ganti perban.
Mengkaji tanda-tanda infeksi.
Menjelaskan keluarga tentang tanda dan gejala

infeksi.
Kolaborasi memberikan bedak stoma.

Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada


nanah

atau

pembengkakan,

kemerahan

sedikit

mengalami perubahan, keluarga mengerti tentang


tanda dan gejala infeksi.
Masalah sebagian teratasi, lanjutkan intervensi.
E:

07/09/2016

R:
S: Ibunya mengatakan bahwa anak sudah tidak terlalu
sering menangis, sering tidur
O

Distensi abdomen/ kembung (+), terdapat luka post op

-Suhu : 36,70C
- RR : 40 x/menit
-HR : 104 x/menit
Tampak lesu
Nyeri

A:

P:

Kaji dan catat frekuensi jantung,

frekuensi

pernafasan, dan setiap tanda/gejala nyeri setiap 2

4 jam dan PRN.


Pegang anak dengan hati-hati.
Jika diindikasikan, berikan analgesik sesuai

jadwal . Kaji dan catat keefektifannya.


Dorong anggota keluarga untuk menemani dan

menenangkan anak jika mungkin.


Gunakan aktifitas pengalihan (mis. Musik,

bermain, relaksasi).
Ajarkan keluarga tentang perawatan, manajemen
nyeri pada orang tua (mis.kompres air hangat,
posisi)

I:

Mengobservasi tanda-tanda vital


Memberikan terapi sesuai program.
Melakukan
manajemen
nyeri

dengan

menggunakan mainan.
Tanda-tanda vital dalam batas normal, anak sudah
mulai jarang memegang area luka, aktifitas bermain
berhasil membantu mengatasi nyeri

E:

R:

Masalah teratasi, intervensi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA

Axton, S., & Fugate, T. (2013). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik.. Jakarta: EGC
de Dios, R. R., & Ellen, C. M. (2014, September 2). Medscape. Retrieved September 10,
2016, from Imaging in Ileal atresia: http://emedicine.medscape.com/article/409746overview
Herdman, H, 2014. NANDA International, Inc. Nursing Diagnoses : Definitions
&Classification 2015-2017. India : Willwy
Knipe, H., & Jones, J. (2016). Radiopaedia.org. Retrieved September 10, 2016, from Ileal
Atresia: http://radiopaedia.org/articles/ileal-atresia
Nurarif A.H dan Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan Nanda Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction jogja

You might also like