You are on page 1of 19

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak

Autistic Spectrum Disorder

Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan


Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder
Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah
Jurusan PLB FIP UPI Bandung

Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa penerapan latihan sensorimotor
dapat meningkatkan kemampuan menulis dan hasil menulis pada anak Autistic Spectrum Disorder
(ASD). Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, serta dalam intervensi dan analisis data
menggunakan metode Single Subject Research (SSR) model Design Multiple Baseline Cross Variable (disain
jamak antar variabel) dan disain A B A. dengan satuan ukur durasi dan persentase. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa secara nyata subyek penelitian mengalami peningkatan dalam kemampuan
menulis. Oleh karena itu, latihan sensorimotor ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan atau
mengoptimalkan kemampuan vestibular, taktil, kinestetik dan propioseptif yang merupakan keterampilan
prasarat menulis yang dimiliki oleh anak Autistic Spectrum Disorder (ASD).
Kata kunci: latihan sensorimotor, menuis, dan anak autistic spectrum disorder
Abstract: The goal of this research is to prove that the application of sensorimotor training can improve
writing skills and the writing in Autistic Spectrum Disorder (ASD) children, the research question posed is:
Does the application of sensory motor training improve writing skills in Autistic Spectrum Disorder (ASD)
children? The method of research applied quantitative approaches, and for the intervention and data
analysis, the study used the method of Single Subject Research (SSR) model of Multiple Baseline Design
of Variable Cross (plural design between variables) and the design of A - B - A. with a unit of measurement
duration and percentage. The results are consistent with the research questions and basic assumptions
that the study subjects experienced significant improvement in writing skills. Therefore sensory motor
training can be used as a reference in improving or optimizing the ability of vestibular, tactile, kinesthetic
and propioseptif which is prasarat writing skills possessed by children Autistic Spectrum Disorder (ASD).
Key words: sensorymotor training, writing, and autistic spectrum disorder child

Pendahuluan
Layanan dan intervensi untuk anak ASD saat ini sedang marak dibicarakan oleh kalangan masyarakat
luas. Hal ini karena banyak per-masalahan yang

namun walaupun begitu subjek kurang komunikasi,

muncul dalam diri anak ASD itu sendiri. Mereka

sering mengulang potongan kata atau lagu dari iklan

mengalami gangguan perkem-bangan pervasif

televisi, menolak adanya perubahan lingkungan

atau pervasive Developmental Disorders (PDDs-

dan rutinitas baru, impulsive, cenderung monoton,

GPP) yang menyebabkan anak mengalami kesulitan

temper tantrum. Subyek menunjukkan koordinasi

berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan orang

motorik yang terganggu, seperti gerakan yang

lain. Ada juga anak ASD yang mengalami gangguan

sempoyongan dan lemas ketika lari dan berjalan.

koordinasi motorik seperti keseimbangan, koordinasi

Malas-malasan dalam aktivitas menulis, bahkan

mata dan tangan, serta lokomosi.

Hal tersebut

seringkali enggan menulis karena sering tertinggal

senada dengan Rarick (1973 dalam Saputra Y, 2005 :

dan tulisan yang hampir tak terbaca. Mengalami

40) yang menyatakan bahwa: anak yang diidentifikasi

problem dalam melakukan stabilitas kertas pada

sebagai autism akan kurang kemampuan gerak-nya

saat melakukan aktivitas menulis. Kesulitan untuk

dibanding dengan anak normal sebayanya, diukur

mempertahan-kan posisi kepala dan posisi badan

dari kemampuan gerak statis dan dinamis, kekuatan,

untuk tetap tegak (control postural), sehingga

koordinasi, keseimbangan dan kelincahan.

tulisan menjadi kurang baik dan kurang bertahan

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap sorang

saat melakukan aktivitas. Tangan yang dipakai untuk

siswa berinisial AFZ yang tergolong ASD, memiliki

menulis terlihat ragu-ragu, kurang mantap dan

karakteristik Memiliki kosa kata yang cukup banyak

terlihat tegang. Tulisan yang jelek dan hampir tidak


225

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

Konsep dasar autistic spectrum disorder,

kriteria yang menyangkut pada anak dengan Autistic

menulis, dan sensorimotor

Spectrum Disorder (ASD), diantaranya sebagai

Pengertian Anak Autistic Spectrum Disorder

berikut: Terdapat paling sedikit enam pokok dari

(ASD)

kelompok 1, 2 dan 3 yang meliputi paling sedikit dua

Kata autisme berasal dari bahasa latin yaitu autos

pokok dari kelompok 1, paling sedikit satu pokok

yang artinya sendiri (menyendiri). Penyandang

dari kelompok 2 dan paling sedikit satu pokok dari

autisme seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.

kelompok 3.

Istilah Autisme baru diperkenal-kan sejak tahun

Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial

1943 oleh Leo Kanner. Istilah yang lazim dipakai

yang ditunjukkan dengan: a) Ciri gangguan

saat ini oleh para ahli adalah kelainan spektrum

yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku

autistik atau ASD (Autistic Spectrum Disorder).

non verbal (bukan lisan) seperti kontak mata,

ASD merupakan istilah yang dapat merangkum

ekspresi wajah, gesture, dan gerak isyarat untuk

diagnostik gangguan pervasif seperti gejala

melakukan interaksi sosial; b) Ketidakmampuan

autistik masa kanak-kanak, gangguan autistik,

mengembangkan hubungan pertemanan sebaya

autism tipikal, Syndrome Asperger dan Pervasive

yang sesuai dengan tingkat perkembangannya; c)

Developmental Not-Otherwise Specified (PDD-

Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan

NOS). ASD merupakan kondisi yang berlanjut

orang lain; d) Ketidakmampuan dalam ber-

hingga remaja dan masa dewasa, meskipun anak

hubungan emosional secara timbal balik dengan

mengalami perkembang-an. Simptom atau gejala-

orang lain; Gangguan kualitatif dalam berko-

gejalanya bervariasi. Anak-anak ASD mempunyai

munikasi yang ditunjukkan oleh paling sedikit

kisaran luas temperamen dan IQ.

salah satu dari berikut ini: (a) Keterlambatan atau

Gangguan Spectrum Autisme atau biasanya

kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa

disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD)

lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya

adalah gangguan perkembangan yang secara umum

dengan penggunaan gestur atau mimik muka

tampak ditiga tahun pertama kehidupan anak (Chris

sebagai cara alternatif dalam berkomunikasi); (b)

W dan Barry W, 2007: 3). Sedangkan Autistic

Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk

Spectrum Disorder (ASD) menurut Puspita, D. (2002

memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan

: 12) merupakan: Suatu gangguan perkembangan

orang lain meskipun dalam percakapan seder-

yang didalamnya terdapat sekumpulan gejala yang

hana; (c) Penggunaan bahasa yang repetitive

dialami oleh anak pada usia 3 tahun, gangguan

(diulang-ulang) atau stereotype (meniru-niru)

perkembangan tersebut meliputi beberapa aspek

atau bersifat idiosinkratik (aneh); (d) Kurang

yaitu: kualitas kemampuan interaksi sosial dan

beragamnya spontanitas dalam permainan pura-

emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan

pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan

komunikasi timbal balik dan minat yang terbatas

tingkat perkembangannya; (e) Pola minat perilaku

disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan.

yang terbatas, repetitive, dan stereotype seperti

Angka autisme saat ini sudah mulai meningkat

yang ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang

pesat hal ini dikarenakan berubahnya sistem

berikut ini: a) Meliputi keasyikan dengan satu atau

diagnosa dan kriteria yang digunakan untuk

lebih pola minat yang terbatas atau stereotype yang

menegakkan diagnosa. Salah satunya diagnosa yang

bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun

digunakan secara global di seluruh penjuru dunia

fokus; b) Kepatuhan yang tampaknya didorong

untuk mendeteksi autisme adalah Diagnostic and

oleh rutinitas atau ritual spesifik (kebiasaan

Statistical of Mental Disorder ke IV (DSM-IV) yang

tertentu) yang nonfungsional (tidak berhubungan

dibuat oleh American Psychiatric Association (APA)

dengan fungsi); c) Perilaku gerakan stereotype

atau International Classification of Diseases-10

dan repetitive (seperti terus menerus membuka

(ICD-10) tahun 1994, yang merupakan suatu sistem

tutup genggaman, memuntir jari atau tangan atau

diagnosis yang dibuat oleh WHO. Kedua sistem ini

menggerakkan tubuh dengan cara yang kompleks;

menyebutkan tentang Pervasive Developmental

dan d) Keasyikan yang terus menerus terhadap

Disorders sebagai berikut:

bagian-bagian dari sebuah benda.

Isi dari DSM IV tersebut terdapat beberapa

226

Seorang anak didiagnosis harus memenuhi

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

terbaca karena bentuk huruf kurang jelas. Memiliki

Autistic Spectrum Disorder (ASD).

problem yang cukup signifikan pada saat menekan

Secara khusus masalah-masalah yang dialami

alat tulis di atas kertas dan terkadang melubangi

subyek dalam penelitian ini sebagai penyebab

kertas yang dipakai sebagai alas. Pada saat menulis

rendahnya kemampuan menulis subyek antara

hurufnya kurang jelas terlihat dan ini didapatkan

lain: 1) Malas-malasan dalam aktivitas menulis,

hampir pada seluruh huruf. Serta membutuhkan

bahkan seringkali enggan menulis karena sering

waktu yang cukup lama untuk menuliskan beberapa

tertinggal dan tulisan yang hampir tak terbaca; 2)

kata. Bahkan untuk menuliskan 30 kata subyek

Mengalami problem dalam melakukan stabilitas

memerlukan waktu 20 menit.

kertas pada saat melakukan aktivitas menulis; 3)

Untuk itu perlu adanya suatu upaya yang

Kesulitan untuk mempertahankan posisi kepala dan

diharapkan dapat membantu mereka dalam

posisi badan untuk tetap tegak (control postural),

mengatasi permasalahnnya. Salah satunya dengan

sehingga tulisan menjadi kurang baik dan kurang

menerapkan latihan motorik salah satunya latihan

bertahan saat melakukan aktivitas; 4) Tangan yang

sensorimotor. Latihan sensori-motor adalah latihan

dipakai untuk menulis terlihat ragu-ragu dan kurang

yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

mantap. Dengan kata lain, tidak adanya keluwesan

sensorimotor yang terdiri dari visual, taktil,

pada tangan dan jari-jari ketika menggerakkan alat

proprioseptif, vestibuler, auditoris dan kinestetik.

tulis; 5) Tulisan yang jelek dan hampir tidak terbaca

Kegiatan-kegiatan pada latihan sensorimotor

karena bentuk huruf kurang jelas; dan 6) Memiliki

bertujuan untuk mengopti-malkan proses biologis

problem yang cukup signifikan pada saat menekan

pada otot dalam mengolah berbagai informasi

alat tulis di atas kertas.

sensorik dan motorik yang kemudian dipergunakan

Berdasarkan studi pendahuluan tersebut,

sebaik-baiknya terutama dalam meningkatkan

peneliti membatasi permasalahannya pada

kemampuan menulis.

keterampilan dasar menulis (visual, taktual,

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik


untuk melakukan penelitian sehubungan dengan

proprioseptif, vestibular, auditoris dan kinestetik)


yang mempengaruhi kemampuan menulisnya.

rendahnya kemampuan menulis yang dimiliki oleh

Bertolak pada permasalahan tersebut, peneliti

anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Dalam hal

akan memberikan tretmen pada subyek

ini kemampuan prasarat menulis yaitu kemampuan

penelitian latihan sensori motor. Dengan demikian

melalui

sensorimotor terutama yaitu: kemampuan visual,

tujuan yang ingin dicapai dalam

taktil, proprioseptif, vestibuler, auditoris, dan

yaitu: mengungkapkan dan membuktikan bahwa

kinestetik kurang dipahami sehingga usaha untuk

penerapan latihan sensorimotor dapat mening-

meningkatkan kemampuan menulis menjadi kurang

katkan kemampuan menulis pada anak ASD.

penelitian ini

optimal. Penelitian ini menggunakan penerapan


sensorimotor yang diharapkan dapat meningkatkan

Kajian Literatur

kemampuan motorik khususnya menulis pada anak


Tabel 1. Berbagai gangguan yang termasuk dalam Pervasive Developmental Disorders

Sumber: Ikatan Dokter Indonesia www.idai.com

227

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

menalar, yaitu: (a) Attention problems: masalah

mereka memiliki gangguan perkembangan

pemusatan perhatian, terus menerus terdistraksi;

dalam motorik kasarnya. Gerakan motorik anak

(b) Perceptual problems: masalah proses persepsi,

ASD terkadang mengalami gangguan karena

bingung sehingga menghindar dari orang lain; (c)

sensitivitas indera yang juga terganggu.

System integration problems: proses informasi di

Salah satu indikator gangguan motorik atau

otak bekerja secara mono (tunggal), sehingga sulit

kecanggungan motorik adalah bahwa sebagian

memproses beberapa hal sekaligus; (d) Left-right

anak ASD belajar berjalan beberapa bulan

hemisphere integration problems: otak kiri tidak

lebih lambat dari anak kebanyakan seperti

secara konsisten mengetahui apa yang terjadi pada

yang terjadi pada pengidap Syndrom Asperger

otak kanan (dan sebaliknya), sehingga sepenuhnya

(Manjiviona dan Prior 1995). Sekitar 40 persen

tidak sadar pada apa yang sedang terjadi.

anak ASD memiliki beberapa ketidak-normalan


kepekaan inderawi (Rimland, 1990). Sebagai

Kemampuan Motorik Anak Autistic Spectrum

akibatnya menunjukkan hasil bahwa buruknya

Disorder (ASD)

koordinasi motorik bisa mempengaruhi cukup

Kondisi perkembangan mental yang tertinggal,

banyak kemampuan, termasuk keterampilan

berdampak pada kemampuan motorik anak ASD.

motorik halus dan kasar seperti keterampilan

Hal ini disebabkan adanya gangguan pada sistem

lokomosi, keterampilan bola, keseimbangan,

syaraf pusat, Oleh karena itu, anak autisme pada

deksteritas manual, gerakan cepat dan menulis

umumnya memiliki kecakapan motorik yang lebih

dengan tangan.

rendah dibandingkan dengan kelompok anak


sebayanya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

Konsep Dasar Menulis

(Sherill, 1984; Astati, 2001). Hal ini ditunjukkan

Menulis adalah suatu kegiatan yang membutuh-

dengan kekurangmampuan dalam aktifitas motorik

kan perseptual, motor, kognitif yang bernilai

untuk tugas-tugas yang memerlu-kan kecepatan

kompleks. Keterampilan menulis merupakan

gerakan serta dalam melakukan reaksi gerak yang

aktivitas fungsional anak yang dapat mempe-

memerlukan koordinasi motorik dan keterampilan

ngaruhi kepuasan individu anak, kreativitas,

gerak yang lebih kompleks.

produktivitas serta prestasi akademik di

Sunardi dan Sunaryo (2006 : 118) menyata-

sekolah. Soemarmo Markam (1987: 7)

kan bahwa pada anak autis seringkali ditemukan

menjelaskan menulis adalah mengungkapkan

mengalami permasalahan dalam motorik halus.

bahasa dalam bentuk simbol dan gambar dan

Sedangkan menurut Ferizal Masra (dalam Tempo

merupakan aktivitas kompleks yang mencakup

: 2008) selain karakteristik di atas, anak dengan

gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara

Autistic Spectrum Disorder (ASD) menunjukkan

terintegrasi. Proses menulis pada hakikatnya

gejala gangguan perilaku motorik. Kebanyakan

merupakan suatu proses neurofisiologis. Russel

anak autisme menunjukkan adanya stereotip,

dan Wanda (1986: 16).

seperti bertepuk-tepuk tangan dan menggoyang-

Proses menulis digambarkan oleh Fairbank

goyangkan tubuh. Hiperaktif biasa terjadi terutama

yang dikutip oleh Sanders (1982: 22) dalam

pada anak prasekolah. Namun, sebaliknya, dapat

Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar

terjadi hipoaktif. Beberapa anak juga menunjukkan

(dalam Mulyono Abdurrahman). Rangsangan

gangguan pemusatan perhatian dan impulsivitas.

dari ling-kungan yang masuk melalui indera

Juga didapatkan adanya koordinasi motorik yang

pendengaran, penglihatan, dan taktil-kinestetis

terganggu, tiptoe walking, clumsiness, kesulitan

(S1, S2, S3) masuk ke sensasi (A), kemudian

belajar mengikat tali sepatu, menyikat gigi,

ke persepsi (B), ke pengertian (C); selanjutnya

memotong makanan, dan mengancingkan baju.

diasosiasikan pada korteks auditori, korteks

Hal senada dikemukakan oleh Veskarisyanti,

visual, dan korteks kinestetis. Setelah terjadi

A. (2008:47) bahwa: Beberapa anak penyan-dang

asosiasi, selanjutnya masuk ke sumber atau

autisme mengalami gangguan pada perkembangan

korteks, yaitu daerah pikiran dan ide; dan

motorik, otot kurang kuat untuk berjalan, serta

melalui impul-impul saraf dilakukan respons

keseimbangan tubuhnya kurang baik, selain itu

melalui transmiten 2, yaitu lengan dan tanagn

228

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

kriteria untuk dapat disebut gangguan autistik.

Hal senada dikemukakan menurut Siegel, 1996

Namun harus diperhatikan bahwa gejala pada

dalam Sufia, K. (2009 : 15 -17) yang mengatakan

gangguan autistik sangat bervariasi dari anak ke

bahwa beberapa individu ASD memiliki ciri khas atau

anak. Tidak semua anak menunjukkan gejala yang

karakteristik tertentu seperti: 1) Visual Thinking,

sama jenisnya, dan tidak semua anak menunjukkan

kebanyakan dari anak ASD berpikir secara visual,

gejala sama berat. Perbedaan gejala tersebut bukan

mereka lebih mudah memahami hal-hal yang

hanya dalam dua dimensi (lebih ringan atau lebih

konkrit dibandingkan dengan yang abstrak; 2)

berat) tetapi bersifat multidimensi, sebagian gejala

Processing problems, gangguan perkembang-an

dapat lebih ringan ataupun sebaliknya.

pada daerah tertentu di otak, menga-kibatkan

Memperhatikan pengertian diatas maka dapat

anak ASD mengalami kesulitan dalam memproses

disimpulkan bahwa anak autisme sesungguhnya

data. Mereka cenderung terbatas dalam memahami

merupakan sekumpulan gejala klinis yang dilatar

common sense atau menggunakan akal sehat/

belakangi berbagai faktor yang sangat bervariasi,

daya nalar. Selain itu, mereka juga sulit mengingat

berkaitan satu sama lain dan unik, karena tidak

sesuatu sambil mengerjakan hal lain dan sulit

sama untuk masing-masing kasus. Oleh karena itu,

memahami bahasa verbal; 3) Sensory sensitivities,

pula secara klinis, ditemukan beberapa gejala yang

perkembangan yang kurang optimal pada sistem

tumpang tindih dengan gejala-gejala dari beberapa

neurobiologis individu ASD juga sedikit banyak

gangguan perkembangan yang lain, dimana gradasi

mempengaruhi perkembangan indera mereka.

manifestasi gangguannya pun sangat lebar antara

Beberapa hal yang sering dilaporkan terjadi adalah

yang berat dan yang ringan dari setiap kasusnya.

adanya : sound sensitivity, touch sensitivity, dan

Disatu sisi terdapat anak yang memiliki sedikit gejala

rhytm difficulties; 4) Communication frustrations,

dari diagnosa DSM IV tersebut. Maka dari kasus

gangguan perkembangan bicara bahasa yang terjadi

seperti inilah muncul istilah gangguan spektrum

pada individu ASD membuat mereka sering frustrasi

autisme atau Autistic Spectrum Disorders (ASD).

karena masalah komunikasi. Selain itu, individu ASD

Di mana pengertian dari ASD itu sendiri merupakan

juga sulit mengungkapkan diri, sehingga mereka

suatu gangguan perkembangan kualitatif yang

suka berteriak dan berperilaku negatif hanya

terjadi pada anak diusia 3 tahun yang meliputi aspek

sekedar mendapatkan apa yang diinginkannya; 5)

interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

Social and emotional issues, ciri lain yang sangat


dominan adalah fiksasi atau keterpurukan akan

Karakteristik Anak Autistic Spectrum

sesuatu yang membuat individu ASD cenderung

Disorder (ASD)

berpikir secara kaku. Akibatnya individu ASD

Karakteristik dari anak dengan Autistic Spectrum

sulit beradaptasi atau memahami perubahan

Disorder (ASD) menurut Chris W dan Barry W (2007

yang terjadi sehari-hari; 6) Problems of control,

: 60) adalah sebagai berikut : 1) Anak dengan

berbagai gangguan perkembangan neurologi di

Autistic Spectrum Disorder cenderung focus pada

otak menjadikan masalah individu ASD menjadi

detail gambar; 2) Berkonsentrasi pada suatu bagian

semakin kompleks. Mereka mengalami kesulitan

kecil dari lukisan dan situasi; 3) Konsentrasi pada

dalam mengontrol diri sendiri, yang terwujud

pengalaman sensoris tertentu seperti: bau, rasa,

dalam bentuk masalah perilaku. Cenderung

penglihatan, suara dan rabaan; 4) Sulit melihat

berperilaku ritual dengan pola tertentu dan ada

kese-luruhan lukisan dan memahaminya; 5) Sulit

yang keterpakuan pada beberapa jenis objek dan

memahami pikiran atau perasaan orang lain; 6) Sulit

sebagian dari mereka juga memiliki ketakutan yang

memahami bahwa mereka diharap-kan mengubah

luar biasa pada hal-hal yang tidak ia mengerti; 7)

cara mereka bersikap bergantung dimana dan pada

Problems of tolerance, kepekaan yang berlebihan

siapa mereka berhadapan; 7) Sulit memprediksi

akan rangsang stimulus tertentu, membuat individu

apa yang akan dilakukan orang kemudian; 8) Sulit

ASD menarik diri dari lingkungannya. Mereka kurang

menginterpretasikan ekspresi wajah yang berbeda;

dapat mentolerir rangsangan-rangsangan tersebut

9) Sulit paham mengapa tingkah laku mereka dapat

dan ini merupakan masalah sensori di tubuhnya;

membuat kesal orang lain; dan 10) Sulit memahami

8) Problems of connection, berbagai masalah

sikap tubuh dan tanda non verbal.

yang berkaitan dengan kemampuan individu

229

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

alat.

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di SD

Menurut piaget yang dikutip dari buku

Sembilan Mutiara, yang beralamat di Perumahan

Berkesulitan Belajar, belajar sensorimotor pada masa

Taman Hijau, Jalan Situ Aksan Permai no. 43

ini merupakan bangunan dasar bagi perkembangan

Bandung. Sedangkan subyek dalam penelitian ini

perseptual dan kognitif yang lebih kompleks.

adalah seorang anak dengan Autistic Spectrum

Sensorimotor adalah gabungan antara masukan

Disorder (ASD) kelas 6 SD.

sensasi (input of sensation) dengan keluaran

Rancangan yang digunakan adalah subjek

aktivitas motorik (output of motor activity).

tunggal atau Single Subject Research

Sensasi (sensation) adalah proses yang dirasakan

(SSR) yaitu suatu metode yang bertujuan untuk

dan dialaminya energi rangsangan tertentu

memperoleh data yang diperlukan dengan melihat

oleh indera kita. Sensasi tersebut menunjukkan

hasil ada tidaknya pengaruh yang terjadi dari

adanya suatu proses yang terjadi di dalam

suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan. Target

sistem saraf pusat. Manusia memiliki indera-

behavior dalam penelitian ini lebih dari satu dan

indera yang berfungsi sebagai saluran penerima

terdapat dua satuan ukur yang berbeda, maka

data kasar dari lingkungannya yaitu penglihatan

pada penelitian ini menggunakan dua pola desain

(visual), pendengaran (auditoris), perabaan (taktil),

yaitu pola desain baseline jamak (multiple baseline

kinestetik, penciuman (olfaktory), dan pe-ngecapan.

cross variable) dan pola disain A B - A. Desain

Sehingga latihan sensorimotor adalah suatu

pertama yaitu desain baseline jamak untuk tiga

kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan

target behavior (mempertahankan posisi kepala dan

proses biologis pada otak dalam mengolah berbagai

tubuh/vestibular, stabilitas tangan kiri/taktil, serta

informasi sensorik dan motorik, yang kemudian

keluwesan jari-jari dan tangan/kinestetik). Menurut

dipergunakan dengan sebaik-baiknya terutama

Sunanto (2006:51) menyata-kan bahwa Desain

dalam meningkatkan kemampuan menulis. Karena

baseline jamak merupakan desain yang memiliki

kemampuan sensorimotor (VITAPROVAK) adalah

validitas internal yang lebih baik dibandingkan

salah satu kemampuan prasarat yang harus dikuasai

dengan desain yang lain. Ada tiga variasi atau tipe

siswa saat melakukan aktivitas menulis.

dalam desain baseline jamak ini diantaranya yaitu


1) multiple baseline cross variables (disain baseline

Metode Penelitian

jamak antarvariabel), 2) multiple baseline cross

Lokasi dan Subyek Penelitian

conditions (disain baseline jamak antarkondisi, 3)

Gambar 1. Proses Menulis Ditinjau dari Sudut Komunikasi


(Diadaptasi dari Fairbank Seperti Dikutip oleh Sanders, 1983: 20)
230

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

(T2) dalam wujud tulisan. Sesaat setelah selesai

waktu menulis anak bergantung pada sistem visual

menulis, anak akan segera melihat kebenaran tulisan

(penglihatan) untuk mengkompensasi kelemahan

tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan

feed back kinestetik; d) Intelegensi visual motorik,

bahwa dalam menulis terjadi suatu aktivitas yang

merupakan variabel yang penting pada aktivitas

didukung oleh beberapa indera; dan anak harus

menulis, terutama ketika anak mengkopi huruf

mampu mentransfer dan mengintegrasikan antara

dari tulisan cetak ke huruf latin yang bergandengan

kemampuan visual, auditori, kinestetis, maupun

satu dengan yang lainya. Pada waktu mengkopi

berpikir. Baik bicara yang keluar melalui T1 maupun

anak harus memperhatikan dan melihat bentuk

menulis melalui T2 memiliki ciri yang sama, yaitu

serta karakteristik huruf satu persatu. Pada

produktif dan ekspresif.

waktu yang sama anak harus memanipulasi alat


tulis yang dipakai pada waktu menulis. Dengan

Kemampuan Menulis

demikian ketika anak menggerak-kan tangan saat

Menurut Cornhill dan Case Smith yang dikutip

menulis, sistem visual memberi-kan informasi

dari Makalah Konferensi Nasional Autisme I

tentang layout ruang yang tersedia untuk menulis.

(Hiremawati, A : 2007), terdapat beberapa faktor

Disamping itu kesadaran akan lingkungan sekitar

kematangan fisik yang berpengaruh dengan

akan memberikan kesempatan pada individu untuk

kemampuan menulis pada anak yaitu kinestesia,

mengantisipasi kejadian yang akan terjadi serta

motor planning, koordinasi mata-tangan, integrasi

merencanakan tindakan/gerak yang akan dilakukan.

visual-motor, dan keterampilan manipulasi tangan.

Menulis merupakan aktivitas neurofisiologis

Penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Kinestesia,

yang kompleks dimana kemampuan motorik

adalah kesadaran akan persepsi berat obyek,

merupakan salah satu hal penting yang harus

arah persendian dan gerakan anggota badan.

ada didalamnya. Menurut Lerner (1985: 402) ada

Akurasi persepsi kinestetik akan berpengaruh pada

beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan

keterampilan menulis pada anak; b) Perencanaan

anak untuk menulis, 1) motorik, 2) perilaku, 3)

motorik (motor planning). Dalam menulis, formasi

persepsi, 4) memori, 5) kemampuan melaksana-kan

huruf secara sekuensis memerlukan keterampilan

cross modal, 6) penggunaan tangan yang dominan,

perencanaan motorik secara terus menerus

dan 7) kemampuan memahami instruksi. Anak

dan berpengaruh terhadap kemampuan anak

yang perkembangan motoriknya belum matang

pada waktu merencanakan, mengurutkan, serta

atau mengalami gangguan, akan mengalami

membentuk huruf pada waktu menulis. Perencanaan

kesulitan dalam menulis; tulisannya tidak jelas,

motorik sangat berkaitan dengan kinestesia. Ketika

terputus-putus, tidak mengikuti garis atau bahkan

anak memiliki limitasi akan kesadaran gerak dan

memerlukan waktu yang lama untuk menuliskan

mengarahkan sekuensis gerakan tangan. Terdapat

sebuah kata atau kalimat.

dua macam jenis gangguan perencanaan motorik.


Jenis yang pertama adalah anak mengalami

Latihan Sensorimotor

kesulitan untuk merencanakan ide gerakan yang

Luh Karunia Wahyuni menyatakan mengenai

harus dilakukan dan jenis yang kedua adalah

pendekatan terapi sensorimotor dalam Konferensi

kesulitan untuk melakukan gerakan yang telah

Nasional Neurodevelopmental II (2006) dalam Dwi,

direncanakan terputus; c) Koordinasi mata-tangan

H, A. (2007:9) sebagai berikut: Suatu pendekatan

(eye-hand coordination), sangat diperlukan untuk

yang mempergunakan organ sensoris dan motoris

menulis terutama ketika anak menulis di atas kertas

yang dimanipulasi sedemikian rupa sehingga terjadi

bergaris. Pada waktu menulis huruf kafital, hasil

perbaikan sensori, motorik, dan persepsi yang pada

tulisan tangan sangat tergantung dari input dan

gilirannya akan meningkatkan kapasitas belajar

kesinambungan petunjuk sistem visual. Sebagai

untuk keterampilan yang lebih kompleks.

contoh, untuk menulis bentuk huruf yang sangat

Latihan sensorimotor adalah latihan yang

spesifik anak memerlukan sistem visual yang terus

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

menerus. Peran sistem visual pada waktu menulis

sensorimotor yang terdiri dari kemampuan visual,

akan bertambah dominan ketika fungsi kinestetik

taktil, proprioseptif, vestibuler, auditoris dan

mengalami gangguan. Dengan kata lain, pada

kinestetik/gerakan motorik dengan menggunakan

231

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

penelitian ini yaitu melalui beberapa kegiatan seperti

lagi kecenderungan arah tersebut dapat dilihat pada

observasi dan dokumentasi.

grafik 2.

Instrumen Penelitian

sesi awal diperoleh hasil 67% hal tersebut dapat

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

dikatakan bahwa subyek sudah berada pada kondisi

data dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu

variabel menuju stabil sehingga intervensi untuk

pertama, pemberian intervensi latihan sensori-

variabel terikat atau target behavior selanjutnya

motor berupa empat jenis latihan yang disusun

dapat dilakukan, sementara itu trend stability

dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembe-lajaran

secara keseluruhan diperoleh hasil 75%. Analisis

(RPP) untuk melatih kemampuan TAPROVAK (Taktil,

kemampuan vestibular pada fase baseline (A)

Propioseptif, Vestibular dan Kinestetik), yang kedua

dan intervensi (B) dalam analisis ini akan terlihat

yaitu observasi/penga-matan serta yang ketiga

perubahan kondisi pada variabel terikat atau target

adalah tes kemampuan menulis untuk mengetahui

behavior yang disebabkan oleh latihan sensorimotor,

kemampuan menulis dan hasil menulis anak

untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik 3.

Menurut perhitungan trend stability pada empat

sebelum, selama dan setelah diberikan intervensi

Pada grafik 3 menunjukkan bahwa pada fase

latihan sensorimotor. Selain itu juga digunakan

baseline (A) subyek mengalami satu kali kenaikan

lembar pencatatan (Recording Sheet) sebagaimana

yaitu pada sesi kedua selebihnya stabil pada skor

yang telah digambarkan pada prosedur penelitian.

60 detik. Meskipun pada fase baseline (A) hanya


empat sesi tetapi sudah berada pada kondisi stabil

Hasil Penelitian dan Pembahasan

maka intervensi pun dapat dilakukan. Pada fase

Kemampuan Vestibular

intervensi (B) yang dilakukan sebanyak 12 sesi

Tabel 2. Skor Hasil Penelitian Baseline (A)


Kemampuan Vestibular (kemampuan mempertahankan posisi kepala dan tubuh) anak ASD

terlihat peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat


dilihat dari perubahan level dimana perubahan level
tersebut dapat menunjukkan seberapa besar data
berubah. Tingkat perubahan data dalam kondisi fase
baseline (A) adalah +5 dan pada fase intervensi
tingkat perubahan datanya +62, sementara itu
tingkat perubahan data antar kondisi yang diperoleh
subyek adalah +20 atau dapat dikatakan bahwa
perubahan level tersebut membaik.

Berdasarkan tabel 2 skor yang diperoleh subyek


pada sesi pertama sebesar 55 detik, sesi kedua naik
menjadi 67 detik, sementara itu pada sesi ketiga
dan keempat subyek mengalami kenaikan perolehan
skor menjadi 60 detik. Sehingga kecenderungan
arah grafik pada fase baseline ini adalah mendatar.
Hal tersebut dapat dilihat pada Grafik 1.
Sedangkan pada tingkat kestabilan peru-bahan
data diperoleh hasil sebesar 75% hal tersebut
menunjukkan bahwa subyek sudah berada pada
kondisi variabel menuju stabil maka fase intervensi
sudah bisa dilakukan.
Dengan melihat hasil skor yang diperoleh
subyek dari sesi kelima sampai sesi ke-16 memiliki
kecenderungan arah menaik, untuk lebih jelasnya

232

Kemampuan Taktil
Berdasarkan kecenderungan arah grafik
kedelapan sesi tersebut secara umum menaik, hal
tersebut dapat dilihat pada grafik 4.
Sementara itu perhitungan trend stability yang
diperoleh subyek adalah 75% hal ini menunjukkan
bahwa semua skor yang diperoleh subyek berada
pada rentang stabil, oleh karena itu pada fase
baseline (A) ini subyek sudah berada pada kondisi
stabil.
Berdasarkan kecenderungan arah grafik
kedelapan sesi tersebut secara umum menaik hal
tersebut menunjukkan bahwa subyek setelah diberi
perlakuan atau intervensi mengalami perubahan
kearah yang positif. Untuk melihat kecenderungan
arah secara detail dapat dilihat pada grafik 5.

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

Grafik 1. Kecenderungan arah kemampuan vestibular pada fase baseline (A)


multiple baseline cross subjects (disain baseline

Meskipun demikian masing-masing perilaku yang

jamak antarsubyek).

ingin diubah (target behavior) harus independen

Sementara itu tipe desain yang akan digunakan

sehingga pengaruh atau efek dari intervensi masing-

pada penelitian ini adalah tipe multiple baseline

masing target behavior dapat diketahui.

cross variables atau disebut juga dengan desain


baseline jamak antarvariabel menurut Juang

Teknik Pengumpulan Data

Sunanto, Takeuchi, Koji, dan Nakata, Hideo,

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

(2006:53) Merupakan suatu intervensi yang

digunakan yaitu dengan melakukan tes menulis

diperkirakan dapat memberikan efek terhadap

dan tes performance atau tes perbuatan. Selain

dua atau lebih perilaku sasaran (target behavior).

itu, pengumpulan data yang mendukung dalam

Tabel 3. Skor hasil Penelitian Intervensi (B) Kemampuan Vestibular


(kemampuan mempertahankan posisi kepala dan tubuh)

Grafik 2. Kecenderungan arah fase intervensi (B) kemampuan vestibular


(kemampuan mempertahankan posisi kepala dan tubuh) anak ASD

9 10

11 12 13 14 15 16

Grafik 3. Kemampuan vestibular pada fase baseline (A) dan intervensi (B)
233

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

kan bahwa waktu atau durasi dalam menuliskan

dimana perubahan level dalam kondisi yang

sebuah paragraf yang diperoleh subyek pada fase

diperoleh subyek pada fase baseline (A) adalah +42

baseline (A) ini sudah berada pada kondisi stabil

dan pada fase intervensi perubahan level dalam

sehingga intervensi bisa dilakukan.

kondisi yang diperoleh subyek adalah -288 (negatif

Hal ini menunjukkan bahwa subyek setelah

pada target behavior kinestetik berarti perubahan

diintervensi mengalami peningkatan kemampuan

positif). Sedangkan perubahan level antar kondisi

kinestetik kearah yang lebih baik. hal tersebut dapat

yang diperoleh subyek adalah -421 atau dapat

dilihat pada grafik 10.

dikatakan bahwa perubahan level tersebut membaik

Analisis kemampuan kinestetik pada fase

karena mengarah kearah yang lebih positif.

baseline (A) dan intervensi (B) dalam analisis ini

Berdasarkan grafik 10 tampak bahwa terjadi

terlihat adanya pengaruh pada variabel terikat

perubahan kemampuan dalam kemampuan

atau target behavior yang disebabkan oleh latihan

kinestetik (keluwesan jari dan tangan yang dilihat

sensorimotor, untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat

dari waktu yang diperlukan untuk menuliskan

pada grafik 9

sebuah paragraf) setelah diberikan intervensi.

Grafik 9 menunjukkan bahwa pada fase

Pada fase baseline (A) kemampuan rata-rata

baseline (A) waktu atau durasi yang diperoleh

kinestetik subyek adalah 1.118. Sementara pada

subyek cukup signifikan, tidak ada nilai yang turun

saat diberikan intervensi rata-rata kemampuan-nya

dan naik secara ekstrim, sehingga kecenderungan

meningkat menjadi 543. Hal ini menunjukkan bahwa

arah pada fase baseline (A) ini mendatar. Pada fase

latihan sensorimotor memiliki pengaruh terhadap

intervensi (B) waktu atau durasi yang diperoleh

peningkatan kemampuan kinestetik subyek.

subyek cukup baik yaitu waktu yang diperoleh

Pada grafik 11. terlihat bahwa disain multiple

subyek untuk menuliskan sebuah para-graf adalah

baseline cross variabel ini memiliki kontrol yang

menurun. Sehingga kecenderungan arah pada fase

ketat terhadap eksperimen atau intervensi, hal

ini menurun. Peningkatan kemampuan kinestetik

ini dikarenakan pada kemampuan vestibular

subyek juga dapat dilihat dari perubahan level,

intervensi dilakukan setelah fase baseline (A) yang

Tabel 4. Skor Hasil Penelitian Pada Fase baseline (A) Kemampuan Taktil
(kemampuan mempertahankan stabilitas tangan kiri)

Grafik 4. Kecenderungan arah pada fase baseline (A) kemampuan taktil


(kemampuan mempertahankan stabilitas tangan kiri)
Tabel 5. Skor Hasil Penelitian Pada fase Intervensi (B) Kemampuan Taktil
(kemampuan mempertahankan stabilitas tangan kiri)

234

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

Grafik 5. Kecenderungan Arah Pada Fase Intervensi (B) Kemampuan Taktil


(kemampuan mempertahankan stabilitas tangan kiri)
Pada perhitungan trend stability pada keempat

peningkatan kemampuan taktil (kemampuan

sesi awal didapatkan hasil 50% dan hal itu sudah

mempertahankan stabilitas tangan kiri), untuk lebih

memenuhi kriteria stabil sehingga intervensi

jelasnya lagi dapat dilihat pada grafik 6.

untuk variabel terikat atau target behavior yang

Grafik 6 menunjukkan bahwa pada fase base-

selanjutnya bisa dilakukan, sementara itu trend

line (A) skor yang diperoleh subyek mengalami

stability secara keseluruhan diperoleh hasil 75%.

sedikit kenaikan sehingga kecenderungan arah

Analisis kemampuan taktil pada fase baseline

pada fase baseline (A) sedikit naik. Pada fase

(A) dan intervensi (B). Dalam analisis ini akan

intervensi (B) skor yang diperoleh subyek cukup

terlihat pengaruh latihan sensorimotor terhadap

baik sehingga kecenderungan arah pada fase ini

Grafik 6. Kemampuan Taktil (kemampuan mempertahankan stabilitas tangan kiri)


pada Fase Baseline (A) dan Intervensi (B)
menaik. Peningkatan kemampuan taktil subyek

Berdasarkan kecenderungan arah grafik ke-12

juga dapat dilihat dari perubahan level dalam

sesi tersebut secara umum mendatar, hal tersebut

kondisi pada fase baseline diperoleh +7 dan pada

dapat terlihat pada grafik 7

fase intervensi diperoleh +65 sedangkan perubahn

Sementara itu perhitungan trend stability yang

level antar kondisi yang diperoleh subyek adalah

diperoleh subyek adalah 91,7%. Hal ini menunjuk-

+35 atau dapat dikatakan bahwa perubahan level


tersebut membaik karena mengarah kearah yang
lebih positif.
Kemampuan Kinestetik
Tabel 6. Skor Hasil Penelitian pada Fase Baseline (A) Kemampuan Kinestetik
(keluwesan gerakan jari dan tangan)

235

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

Grafik 7. Kecenderungan Arah pada Fase Baseline (A) Kemampuan Kinestetik


(keluwesan gerakan jari dan tangan)
Tabel 7. Skor Hasil Penelitian pada Fase Intervensi (B) Kemampuan Kinestetik
(keluwesan jari dan tangan)

Grafik 8. Kecenderungan Arah pada Fase Intervensi (B) Kemampuan Kinestetik


(keluwesan jari dan tangan)
Berdasarkan tabel 8. nilai yang diperoleh

sesi tersebut secara umum mendatar, sedangkan

subyek pada sesi pertama adalah 14%, pada sesi

menurut trend stability angka yang diperoleh

kedua adalah 12% sedangkan pada sesi ketiga dan

sebesar 75% artinya stabilitas perkembangan

keempat adalah sebesar 15,3%. Sedangkan dilihat

kemampuan awal subyek dalam aspek propioseptif

berdasarkan kecenderungan arah grafik keempat

berada pada tingkat variabel menuju stabil. Nilai

Grafik 9. Kemampuan Kinestetik pada Fase Baseline (A) dan Intervensi (B)
236

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

dilakukan sebanyak empat sesi sudah berada pada

mempertahankan posisi kepala dan tubuh),

kondisi stabil, sementara itu untuk fase baseline

kemampuan taktil (kemampuan mempertahankan

(A) kemampuan taktil dan kinestetik masih terus

stabilitas tangan kiri untuk memegang pinggiran

dilakukan, setelah intervensi (B) pada kemampuan

kertas saat menulis), dan kemampuan kinestetik

vestibular pada empat sesi awal sudah dalam

(keluwesan jari dan tangan yang dilihat dari

kondisi stabil maka intervensi (B) sudah dapat

waktu yang dibutuhkan untuk menuliskan sebuah

dilakukan pada kemampuan taktil, sementara itu

paragraf) subyek.

fase baseline (A) terus dilakukan sampai intervensi


(B) kemampuan taktil pada delapan sesi awal sudah
berada pada kondisi stabil maka intervensi (B) untuk

Kemampuan Propioseptif/Penekanan Alat

kemampuan kinestetik bisa dilakukan.

Tulis
Tabel 8. Hasil Skor pada Baseline 1 (A1)

Dari grafik 11. juga terlihat hanya ada satu


treatmen atau intervensi yang dilakukan dimana
intervensi tersebut mempengaruhi beberapa
target behavior akan tetapi target behavior
tersebut tidak terikat (independent) sehingga
dapat terlihat efek dari intervensi terhadap target
behavior. Oleh karena itu, latihan sensorimotor
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
peningkatan kemampuan vestibular (kemampuan

Grafik 10. Perbandingan Rata-rata Fase Baseline (A) dan Fase Intervensi (B)
Kemampuan Kinestetik (keluwesan jari dan tangan)
Grafik 11. Hasil penelitian dengan disain multiple baseline cross variable
(kemampuan vestibular, taktil dan kinestetik)

237

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

mean level pada desain A B A dapat dilihat pada

huruf dengan tidak menembus kertas sebelum dan

tabel 10. dan grafik 13. berikut ini.

sesudah dilakukannya intervensi.

Keterangan :

subyek dalam propioseptif sebelum diintervensi

Pada fase baseline 1 kemampuan awal


X (A-1)

: Rerata kemampuan propioseptif


sebelum intervensi

X (B)

: Rerata kemampuan propioseptif


saat intervensi

X (A-2)

: Rerata kemampuan propioseptif

mendapatkan perolehan nilai sebesar 14,2%,


sementara pada saat diberikan intervensi ratarata kemampuan propioseptif subyek meningkat
menjadi 38% dan pada fase baseline 2 kemampuan
subyek dalam propioseptif menurun menjadi 37%.

setelah intervensi

Akan tetapi fakta menunjukkan jika dibandingkan

X(B) X (A-1) : Selisih rerata antara fase inter-

dengan baseline 1 maka nilai tersebut menandakan

vensi dengan fase baseline 1


X (B) X (A-2) : Selisih rerata antara fase intervensi dengan fase baseline 2
X (A-2)X (A-1) : Selisih rerata antara fase baseline
2 dengan fase baseline 1

adanya peningkatan sebelum mendapatkan


perlakuan. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa penggunaan latihan sensorimotor dapat
memberikan pengaruh yang signifikan dan dapat
meningkatkan kemampuan subyek dalam aspek
propioseptif (penekanan alat tulis) ketika melakukan

Pada tabel 13 Menunjukkan perbedaan mean


level antara baseline 1

dengan baseline 2

sebesar 22,8%. Artinya media intervensi dengan


menggunakan latihan sensorimotor ini memiliki
kontribusi dalam meningkatkan kemampuan
propioseptif (penekanan alat tulis) subyek sebesar
22,8%.
Berdasarkan grafik 13 Memperlihatkan bahwa
terjadinya perubahan kemampuan subyek dalam
aspek propioseptif (penekanan alat tulis) melalui
kegiatan menuliskan paragraf yang terdiri dari 150

238

aktivitas menulis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, kemampuan vestibular dalam
penelitian ini yang akan diukur adalah kemampuan
subyek dalam mempertahankan posisi kepala dan
tubuh saat melakukan aktivitas menulis dengan
pemberian latihan sensorimotor berupa variasi posisi
dengan menggunakan bola gymnasium. Berdasarkan
hasil analisis data pada kemampuan vestibular
terlihat bahwa subyek mengalami peningkatan

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

Tabel 9. Hasil Skor pada Intervensi (B)

yang diperoleh dari sesi kesatu sampai pada sesi

persentase subyek yang diperoleh saat melakukan

keempat berada pada rentang 12% - 15,3%.

kegiatan menulis berupa menuliskan paragraf yang

Pada tahap pelaksanaan intervensi nilai

terdiri dari 150 huruf dengan tidak menembus kertas

persentase tertinggi yang dicapai subyek adalah

masih sangat minim. Untuk itu perlu dilanjutkan

49,3% pada sesi ke 3 dan nilai terkecil yang

pada tahap selanjutnya yaitu tahap intervensi. Yang

diperoleh subyek pada tahap intervensi ini adalah

akan dipaparkan seperti di bawah ini.

23,3% yang terjadi pada sesi ke 1. Pengukuran

Ditinjau berdasarkan estimasi kecenderungan

pada tahap baseline 2 dilakukan sama seperti

arah garfik kedelapan sesi tersebut secara umum

pada baseline 1 yaitu subyek tidak lagi diberikan

meningkat dan menurut perhitungan trend stability

intervensi akan tetapi subyek langsung dihadapkan

perolehan yang didapat oleh subyek sebesar 63%.

pada kegiatan menulis berupa menuliskan paragraf

Artinya tingkat kemampuan propioseptif subyek

yang terdiri dari 150 huruf dengan tidak tembus ke

dalam penekanan alat tulis berada pada tahap

belakang kertas dan hasil persentase tertinggi yang

variabel menuju stabil. Karena kriteria yang didapat

Tabel 10. Hasil Skor pada Baseline 2 (A2)

apabila data mengalami kestabilan berkisar 85%


sampai 90%.
Dari data baseline 2 dapat diketahui
kecenderungan arah grafik dari keempat sesi
tersebut adalah menurun, sedangkan menurut
perhitungan trend stability diperoleh nilai 25%
artinya kemampuan subyek dalam propioseptif
berada pada tingkat variabel (tidak stabil).

dicapai oleh subyek adalah 46,7% pada sesi ke-1


sampai pada sesi ke-4 dan nilai yang terkecil yang
didapatkan oleh subyek adalah 33,3% pada sesi
ke-2 sampai pada sesi ke-4. Adapun perbandingan

Pada grafik 12 menunjukkan, jika dibanding-kan


dengan fase baseline 1, kemampuan subyek dalam
menekan alat tulis pada baseline 2 ini mengalami
peningkatan. Pada fase baseline 1 itu sendiri nilai

Grafik 12. Analisis perhitungan persentase kemampuan propioseptif anak


Autistic Spectrum Disorder (ASD) dan mean level pada tahap A1, B, A2
239

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

Tabel 13. Perkembangan Kemampuan Propioseptif (Mean Level A-B-A Design)

dapat mencapai perubahan yang konstan dan

kearah yang lebih positif. Hal tersebut bisa dilihat

dapat memberikan dampak yang lebih positif bagi

dari indikasi-indikasi sebagai berikut. Pertama,

perkembangan motorik khususnya menulis anak

aspek kemampuan vestibular subyek dalam hal

Autistic Spectrum Disorder (ASD).

ini, mampu mempertahankan posisi kepala dan

Berdasarkan hasil analisis dari pengolahan data

tubuh pada saat melakukan aktivitas menulis,

yang telah dilakukan dan disajikan dalam bentuk

mengarah kearah yang lebih baikKedua, aspek

grafik garis maupun batang dengan menggunakan

kemampuan taktil subyek dalam hal ini, dapat

disain multiple baseline cross variable untuk target

meningkatkan durasi stabilitas tangan kirinya untuk

behavior kemampuan mempertahan-kan posisi

memegang pinggiran kertas saat menulis, taktil

kepala dan tubuh (vestibular), stabilitas tangan

subyek mengalami peningkatan walaupun terkadang

kiri (taktil), serta keluwesan jari dan tangan

masih harus diingatkan. Ketiga, aspek kemampu-

(kinestetik), maupun dengan mengguna-kan

an kinestetik dalam hal ini, waktu yang dibutuhkan

disain A B A untuk target behavior penekanan

subyek untuk menuliskan sebuah paragraf tidak

alat tullis (propioseptif), maka penerapan latihan

lagi dalam waktu 30 menit, tetapi subyek dapat

sensorimotor ini telah mem-berikan efek yang positif

meminimalisir waktu yang dibutuhkannya

terhadap peningkatan kemampuan menulis pada

menulis sebuah paragraf rata-rata menjadi 10

anak Autistic Spectrum Disorder (ASD

menit. Keempat, aspek kemampuan propioseptif

untuk

dalam hal ini kaitannya dengan penekanan alat tulis


Simpulan dan Saran

mengarah kearah yang lebih baik. Oleh karena itu

Simpulan

latihan sensorimotor masih memerlukan waktu yang

Berdasarkan hasil analisis dari keseluruhan data yang

cukup lama dalam prosesnya. Berdasarkan indikasi-

diperoleh dari lapangan, baik itu tingkat kemampuan

indikasi tersebut, maka disimpulkan bahwa latihan

vestibular, taktil, kinestetik dan propioseptif anak

sensorimotor dapat meningkatkan kemampuan

Autistic Spectrum Disorder (ASD) yang berinisial AFZ

menulis AFZ (anak Autistic Spectrum Disorder).

sebelum maupun setelah intervensi, serta pengaruh


latihan sensorimotor terhadap kemampuan menulis

Saran

dan hasil menulis anak ASD juga dilihat dari

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka peneliti

beberapa kali pengamatan terlihat adanya kemajuan

menyarankan penelitian ini kepada pihak-pihak

Grafik 13. Perbandingan rata-rata (Mean level) Tahap A B A


240

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

kemampuan vestibular, hal ini dapat terlihat dari

sebesar 56,6% dan dilihat dari perhitungan trend

kecenderungan arah dimana kecenderungan arah

stability, nilai tersebut menunjukkan nilai variabel/

pada fase baseline (A) cenderung mendatar tetapi

tidak stabil karena nilai yang diperoleh sebesar 75%.

pada fase intervensi (B) kecenderungan arah

Namun peneliti menetapkan untuk melanjutkan

menjadi menaik. Pada perubahan level antara

pada pemberian intervensi karena dilihat dari

kondisi juga terlihat bahwa sesi terakhir pada fase

angka persentase perolehan skor pada sesi ketiga

baseline (A) dengan sesi awal pada fase intervensi

dan keempat didapatkan angka yang tetap yaitu

(B) terdapat selisih +20 hal ini dapat dikatakan

sebesar 15,3%. Pada pelaksanaan intervensi,

bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan

peneliti memberikan latihan sensorimotor berupa

sebelum intervensi dan selama intervensi.

melempar bola kearah balok dengan tepat untuk

Kedua, kemampuan taktil yang akan diukur

membantu meningkatkan hasil tulisan subyek dan

pada penelitian ini adalah kemampuan subyek

hasilnya perolehan persentase nilai subyek secara

untuk mempertahankan stabilitas tangan kiri untuk

keseluruhan dapat dikatakan meningkat dari

memegang pinggiran kertas pada saat menulis

sebelumnya, nilai yang diperoleh subyek adalah

dengan pemberian latihan sensorimotor berupa

303,9%. Pada fase intervensi ini pun nilai stabilitas

manipulasi bola basket. Berdasarkan data hasil

yang diperoleh menunjukkan nilai variabel/tidak

penelitian kemampuan taktil subyek menjadi lebih

stabil karena skor trend stability yang didapatkan

baik dibandingkan pada fase baseline. Hal ini dapat

subyek sebesar 63%. Sedangkan pada fase baseline

dilihat dari kecenderungan arah dan perubahan data

2 (A2), persentase nilai keseluruhan yang diperoleh

antar kondisi yang cenderung menaik kearah yang

subyek sebesar 146,6% dan nilai tersebut jika

lebih positif.

dibandingkan dengan fase baseline 1 (A1) sebelum

Ketiga, Kemampuan kinestetik yang akan diukur

diberikannya intervensi dapat dikatakan meningkat.

adalah waktu/durasi yang dibutuhkan subyek untuk

Walaupun nilai trend stability yang diperoleh subyek

menuliskan sebuah paragraf dengan pemberian

berada pada tingkat variabel (tidak stabil) karena

latihan sensorimotor berupa meremas bola karet.

perolehan nilainya berada dibawah 85% yakni

Berdasarkan data hasil penelitian terlihat bahwa

sebesar 25%.

waktu yang dibutuhkan subyek untuk menuliskan

Dilihat dari grafik 14 perbandingan persentase

sebuah paragraf menurun, hal ini dapat terlihat

nilai mean level yang diperoleh subyek pada fase

dari kecenderungan arah dan perubahan data

baseline 1 (A1), fase intervensi (B) dan fase baseline

antar kondisi terlihat menurun kearah yang lebih

2 (A2) terjadi kenaikan dan penurun-an. Seperti

positif sesuai dengan tujuan intervensi. Begitu pula

pada fase baseline 1 ke intervensi perolehan nilai

pada grafik 10 mean yang diperoleh subyek pada

mean level yang didapatkan oleh subyek sebesar

fase baseline (A) adalah 1118 sedangkan pada

23,8% nilai tersebut dapat dikatakan meningkat,

fase intervensi (B) subyek mendapatkan mean

sedangkan dari fase intervensi ke baseline 2

sebesar 543. Hal ini menunjukkan bahwa latihan

perolehan nilai mean level yang didapatkan subyek

sensorimotor juga berpengaruh positif terhadap

menurun karena skor yang didapatkan sebesar 1%.

peningkatan kemampuan kinestetik subyek.

Akan tetapi jika perolehan nilai mean level pada fase

Keempat, kemampuan propioseptif yang

baseline 1 dibandingkan dengan baseline 2 tentu

akan diukur adalah kemampuan subyek dalam

nilai tersebut menunjukkan adanya peningkatan,

menuliskan paragraf yang terdiri dari 150 huruf

karena skor yang didapatkan adalah sebesar 22,8%.

dengan tidak menembus kertas. Dalam hal ini

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa kemam-

peneliti menggunakan disain A B A dengan

puan subyek untuk menuliskan sebuah paragraf

satuan ukur persentase, yang dalam pelaksana-

yang terdiri dari 150 huruf dengan tidak me-nembus

annya peneliti melakukan penelitian sebanyak 16

kertas dapat dikatakan sudah jauh lebih baik dari

kali pertemuan (sesi) yang terbagi menjadi 4 kali

sebelumnya, walaupun pada fase baseline 1, fase

pertemuan untuk baseline 1, 8 kali pertemuan untuk

intervensi, dan fase baseline 2 belum mencapai

pelaksanaan intervensi dan 4 kali per-temuan untuk

kestabilan artinya peningkatan kemampuan menulis

baseline 2. Pada fase baseline 1 (A1), persentase

subyek dengan menggunakan latihan sensorimotor

nilai keseluruhan yang diperoleh subyek adalah

ini masih memerlukan waktu yang lama supaya

241

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011

Sufia K, 2009. Memperkenalkan Anak Autis


(Makalah), diskusi pemerhati autis
Sherill, 1984. Teaching Children with Autism
Through Taks Variationin Physical, New
York.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, dan
R & D. Bandung: Alfabeta.
Sunanto, J., Takeuchi, Koji, dan Nakata, Hideo,
2006. Pengantar Penelitian Dengan
Subyek Tunggal, CRICED, University of
Tsukuba.
Sunardi dan Sunaryo. 2006. Intervensi Dini Anak
Berkebutuhan Khusus, Dikti, Jakarta
Veskarisyanti, A. 2008. 12 Terapi Autis.
Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
www.idai.com
William, Chris. dan Wright, Barry. 2007. How to
Live With Autism and Asperger Syndrom.
Jakarta: Dian Rakyat.

242

Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah, Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder

yang dipandang perlu untuk menindak lanjuti dari hasil penelitian ini. Sehubungan dengan hasil penelitian
ini bahwa latihan sensorimotor memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan vestibular (kemampuan
mempertahankan posisi kepala dan tubuh), taktil (kemampuan memnpertahankan stabilitas tangan kiri),
kinestetik (keluwesan jari dan tangan) dan propioseptif (penekanan alat tulis) yang berkaitan dengan
kemampuan menulis anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Oleh karena itu peneliti menyarankan
beberapa hal diantara-nya: 1) Dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan
latihan sensorimotor, guru diharapkan dapat mengetahui jenis-jenis kegiatan sensorimotor yang sesuai
dengan tingkatan usia dan kemampuan anak; dan 2) Untuk mengetahui kemampuan sensorimotor dilakukan
assesmen sensorimotor terlebih dahulu dengan menggunakan format assesmen sensorimotor salah satunya
yang disusun oleh Lynn A.Balzer-Martin, PhD.,O.T.R
Pustaka Acuan
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Astati, 2001, Pendidikan Anak Autis (Makalah) dalam Seminar Pendidikan Anak Autis, Jurusan PLB FIP
UPI)
Attwood, T. 2007. Sindrom Asperger. Jakarta: Dian Rakyat.
Dwi-Hiremawati, A. 2007. Penerapan Latihan Sensorimotor dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis
pada Anak Berkesulitan Belajar di Klinik Tanaya Bandung. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Hiremawati, Anik D., 2007, Penerapan Latihan Sensori Motor dalam meningkatkan Kemampuan Menulis
Anak Berkesulitan Belajar (Skripsi, Tidak diterbitkan).
Lerner. J. W.1985. Learning Disabilities: Theories, diagnosis. Adn Teaching Strategies, New Jerse:
Houghton Mifflin Company.
Loree. 1970. Psychology of Education, New York: The Ronald Press
Masra, Ferizal. 2008. Autisme : Gangguan Perkembangan Anak. Jakarta: Tempo.
Manjiviona dan Prior,1995, Comparation of Asperger Syndrome and High Functioning Autism on Test of
Motor Development. Jurnal of Autism and Developmental Disorders 25(1)- 23-29.
Markam. Soemarmo (1989). Pengenalan Kesulitan Belajar dan DMO, Jakarta: FKUI
Puspita, D. 2002, Membimbing Anak Autis dirumah (Makalah), Disampaikan dalam diskusi forum
pemerhati autis.
Rimland. 1990. Teaching Children with Autism: Strategies for Enhance Communication, Autism Research
Review 4, Dimethylglycine (DMG), NY:
Russell dan Wanda. 1986. Autism an Executive Disorders, Oxford: Oxford University Press.
Sanders, 1982. The Key to Understanding Meaningful, Perception and Autistic Perseption, University of
Nort Carolin.
Saputra Y, 2005. Penerapan Gerak Tari Kijang pada anak autis (skripsi, tidak diterbitkan)

243

You might also like