You are on page 1of 18

Andy Yudianto UAJM Makassar

PENGUKURAN KINERJA KEYANGAN BERBASIS BALANCED


SCORECARD PADA PT. PLN (Persero) AREA MAKASSAR

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengukuran kinerja berbasis Balanced Scorecard pada
PT.PLN (Persero) Area Makassar yang mempunyai tujuan utama memperoleh keuntungan.
Namun demikian kenyataannya beberapa tahun terakhir PT.PLN seringkali mengalami kerugian
dengan berbagai sebab . Perspektif Balanced Scorecard yang digunakan, yaitu keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan data secara umum.
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa penilaian kinerja perspektif keuangan menunjukkan
bahwa laba tahun 2008 sebesar (838.692.791.055), tahun 2009 sebesar
(403.087.734.239),
tahun 2010 mengalami kenaikan drastis sebesar 1.215.919.164.067. Ini menunjukkan bahwa
pelanggan merasa sangat puas dengan kualitas dan pelayanan jasa yang diberikan.

ABSTRACT
This study aims to determine the Balanced Scorecard performance measurement based on PT
PLN (Persero) Area Makassar which has the main purpose to obtain profits. However, in reality
the last few years PT.PLN often suffered losses for various reasons. Perspective Balanced
Scorecard is used, namely financial, customer, internal business processes, and learning and
growth. The data analysis technique used is descriptive analysis to describe the state of the data
in general. Based on the analysis found that the assessment of the performance of the financial
perspective showed that the profit of 2008 amounting to (838 692 791 055), the year 2009 of
(403 087 734 239), the year 2010 has increased dramatically by 1,215,919,164,067. This shows
that customers are very satisfied with the quality and services provided.

Andy Yudianto UAJM Makassar

PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja suatu perusahaan perlu dilakukan untuk mengetahui pencapaian
kinerja perusahaan tersebut setiap tahunnya. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses untuk
mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dari suatu tindakan masa lalu (Tangen, 2004; Olsen, et
al. 2007; Cocca dan Alberti, 2010). Pengukuran kinerja konvensional dirasa kurang tepat karena
hanya berfokus pada tujuan jangka pendek perusahaan dan cenderung mengabaikan tujuan
jangka panjang perusahaan (Witcher dan Chau, 2007:518). Perusahaan umumnya tidak melihat
penilaian kinerja pada kekayaan yang tak tampak (intangible assets) dan kekayaan intelektual
(intellectual property) yang dapat membuat perusahaan lebih kompetitif dan profitabel
(Krisnadewi, 2013). Pengukuran kinerja yang menyeluruh memberikan manfaat sebagai acuan
dalam penilaian kinerja keuangan yang lebih akurat, efektif dan efisien (Munawir dalam
Putrayasa, 2011).
Pengukuran

non-keuangan

membantu

mengkomunikasikan,

memotivasi,

dan

mengevaluasi pemicu kinerja saat ini (Atkinson et al., 2012:4). Menurut Robert S. Kaplan dan
David P. Norton (1996:7) kelemahan kinerja secara tradisional adalah ketidakmampuannya
dalam mengukur kinerja harta-harta tak tampak (intangible assets) dan harta-harta intelektual
(sumber daya manusia) perusahaan. Orientasi pengukuran lebih pada manajemen operasional
daripada manajemen strategis. Tidak mampu mempresentasikan kinerja intangible assets yang
merupakan bagian struktur asset perusahaan.
Konsep Balanced Scorecard yang dikembangkan Robert S. Kaplan dan David P. Norton
(HBR, January, 1992) digunakan untuk melengkapi pengukuran kinerja keuangan sebagai
pengukuran kinerja tradisional yang cukup penting bagi kemajuan organisasi perusahaan dalam
jangka panjang kedepannya. Balanced Scorecard terdiri dari dua suku kata, yaitu Balanced dan
Scorecard. Balanced artinya berimbang, dimana untuk mengukur kinerja perusahaan diukur dari
dua perspektif yaitu keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, internal
dan eksternal, sedangkan Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang akan
digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang (Mulyadi,
2005:1).
Balanced Scorecard menterjemahkan strategi perusahaan kedalam serangkaian ukuran
empat perspektif yang berimbang, yaitu Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif

Andy Yudianto UAJM Makassar

Bisnis Internal, serta Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (Hansen dan Mowen, 2009:366).
Menurut Mulyadi (2005:11-15), Balanced Scorecard memiliki karakteristik berimbang,
komprehensif, dan koheren.
Selama ini PT.PLN (Persero) Area Makassar

hanya menggunakan indikator rasio

keuangan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio ROE dan ROI untuk menilai
kinerjanya. Untuk mengembangkan struktur tata kerja organisasi yang lebih responsif dan
inovatif guna memberikan pelayanan yang berkualitas, pengukuran kinerja hanya menggunakan
kinerja keuangan saja tidak cukup. Dalam hal ini pengukuran kinerja keuangan yang telah
digunakan PT.PLN (Persero) Area Makassar perlu ditambahkan ketiga penilaian kinerja dari
balanced scorecard lainnya, yaitu perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal serta perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran.

Andy Yudianto UAJM Makassar

METODE PENELITIAN
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif, yaitu suatu
permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, artinya tanpa membuat perbandingan
dengan menghubungkan variabel lain (Kasiram, 2010:246). Penelitian ini dilakukan pada
PT.PLN (Persero) Area Makassar. Alasan dilakukannya penelitian di PT.PLN (Persero) Area
Makassar adalah karena PT.PLN (Persero) Area Makassar memiliki peranan penting dalam
penyaluran tenaga listrik bagi masyarakat. Objek penelitian ini adalah PT.PLN (Persero) Area
Makassar ditinjau dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis
internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dalam aktivitasnya
Populasi perspektif pelanggan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.PLN
(Persero) Area Makassar sebanyak 261 orang. Dalam menganalisis data penulis menggunakan
metode komparatif yaitu metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan data tahun
yang diteliti dengan tahun sebelumnya. Adapun

rasio-rasio keuangan yang digunakan

berdasarkan atas Surat Keputusan Menteri BUMN nomor : Kep-100/MBU/2002 tentang BUMN
yaitu :
a. Return on Equity (ROE)

Return on equity=

EAIT
x 100
modal sendiri

b. Return on Investment (ROI)

ROI =

EBIT + penyusutan
x 100
aktiva operasi

c. Cash Ratio

Cashratio=

kas +surat berharga


x 100
hutanglancar

Andy Yudianto UAJM Makassar

d. Current Ratio

Current ratio=

aktiva lancar
x 100
hutanglancar

e. Collection Period

Collection Period =

total piutang
x 365 hari
total pendapatan

f. Inventory Turn Over

Inventory

turn total persediaan


x 365 hari
total pendapatan

g. Total Asset Turn Over

Total assets

turn total pendapatan


x 100

total aktiva

h. Total Equity to Total Asset

Total equity total asset =

modal sendiri
x 100
total asset

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan laporan keuangan perusahaan berupa
neraca dan laporan laba-rugi saja karena rasio keuangan yang digunakan dalam skripsi ini
berasal dari neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan

Andy Yudianto UAJM Makassar

keuangan untuk periode 3 tahun yaitu 2008, 2009, dan 2010. Berikut rincian data keuangan dari
laporan keuangan perusahaan selama 3 tahun :
Tabel 2. Data Keuangan Laba Rugi PT.PLN tahun 2008-2010

Keterangan

2008

2009

2010

Pendapatan

1.104.055.646.205

1.192.907.620.554

1.361.028.650.950

Penjualan

1.095.906.962.260

1.184.453.502.800

1.350.531.176.731

Beban

1.945.750.392.991

1.600.812.895.027

150.356.355.104

EBIT

-841.694.746.786

-407.905.274.473

1.210.672.295.846

EAIT

-838.692.791.055

-403.087.734.239

1.215.919.164.067

Sumber : Laporan Laba Rugi Per Unsur PT.PLN (Persero) Area Makassar

Tabel 3. Data Keuangan Neraca PT.PLN tahun 2008-2010


Keterangan
Aktiva Tetap

2008

2009

2010

532.008.261.497

518.107.226.306

508.962.296.339

Aktiva Lain lain

2.284.811.550

2.118.899.658

2.153.434.986

Kas dan Setara kas

5.504.765.917

4.886.645.318

779.904.955

12.057.713.733

10.194.965.065

5.917.532.543

9.669.383.454

9.922.253.529

21.680.761.814

28.693.969.458

27.078.510.112

30.211.970.315

-838.692.791.055

-403.087.734.239

1.215.919.164.067

60.117.088.277

63.113.008.982

122.770.024.830

16.363.635.717

13.372.497.701

15.214.001.283

566.264.911.053

552.076.876.715

550.194.759.882

Piutang Usaha
Persediaan
Aktiva Lancar
Ekuitas
Kewajiban jangka
panjang
Kewajiban jangka
pendek
Total Aktiva

Sumber : Neraca PT.PLN (Persero) Area Makassa

Laporan keuangan PT.PLN (Persero) Area Makassar disusun dalam bentuk neraca dan laporan
laba rugi setiap akhir periode. Untuk tujuan analisa ini, hanya dibatasi pada analisis laporan
berupa neraca dan laba rugi perusahaan dari tahun 2008 sampai 2010. Dari data keuangan, pada

Andy Yudianto UAJM Makassar

laporan neraca menunjukkan bahwa jumlah aktiva pada tahun 2009 yakni sebesar Rp
552.076.876.715 terjadi penurunan 2,56% atau sebesar Rp 14.188.034.338 dari tahun 2008 yang
jumlah aktivanya Rp 566.264.911.053 , sama halnya dari tahun 2009 ke 2010 terjadi penurunan
yaitu 2,83% atau Rp 16.070.151.171 untuk tahun 2010 yang jumlah aktivanya sebesar Rp
550.194.759.882.
Dari laporan laba rugi, dapat dilihat bahwa penjualan mengalami peningkatan laba
perusahaan dari tahun ke tahun yakni tahun 2008 sebesar Rp -838.692.791.055, tahun 2009
sebesar Rp -403.087.734.239 dan tahun 2010 menjadi Rp 1.215.919.164.067. Kenaikan laba
pada tahun 2010 disebabkan karena kenaikan TDL secara langsung pada tahun tersebut. Selain
itu dipengaruhi pula oleh karena tahun 2010 sudah tidak terdapat lagi transfer price ( Harga
produk / jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan ) yang dalam
hal ini pembelian tenaga listrik sehingga labanya melonjak drastis.
Analisis dan Evaluasi Laporan Keuangan Perusahaan
Rasio keuangan dihitung berdasarkan kebijakan yang telah diterapkan oleh
pemerintah melalui menteri BUMN dengan Surat Keputusan Nomor : Kep-100/M-BUMN/2002
yaitu dengan menggunakan delapan rasio keuangan. Rasio-rasio ini digunakan karena dianggap
rasio dominan yang dapat mewakili rasio-rasio keuangan lainnya. Rasio-rasio tersebut terdiri dari
Return on Equity, Return on Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period, Inventory
Turn Over, Total Asset Turn Over, dan Total Equity to Total Asset.
Perhitungan rasio-rasio tersebut selama tiga tahun yaitu tahun 2008-2010 adalah
sebagai berikut :
a. Return on Equity (ROE)
Rumus :
ROE=

EAIT
x 100
modal sendiri

Rasio ini memperlihatkan kemampuan menghasilkan laba pada nilai buku investasi
pemegang saham. Pengembalian modal yang tinggi mengisyaratkan penerimaan perusahaan atas
kesempatan investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif. Adapun dalam
perhitungannya, ROE tidak dapat dijadikan tolak ukur. Hal ini dikarenakan Ekuitas dan Laba

Andy Yudianto UAJM Makassar

Bersih pada PT PLN (Persero) Area Makassar mempunyai jumlah yang sama dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2010 disebabkan karena modal saham, tambahan modal disetor dan saldo
laba tidak ada. Selain itu PT.PLN (Persero) Area Makassar hanya merupakan PLN Cabang
dimana PLN pusat yang memonitoring investasi dan saldo labanya.
b. Return on Investment (ROI)
Rumus :
ROI=

EBIT + penyusutan
x 100
aktiva operasi

Rasio ini digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh asset yang digunakan dapat
menghasilkan laba. Dengan kata lain, asset yang dihitung disini hanya asset yang memberikan
kontribusi terhadap pencapaian laba usaha. Sedangkan aktiva lain-lain tidak dihitung karena ada
yang berupa aktiva belum selesai atau aktiva tidak operasional. Indikator ini menunjukkan
kemampuan dasar perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum dikurangi dengan pajak, beban
bunga, dan penyusutan. Sama halnya dengan ROE, rasio ini juga tidak dapat dijadikan tolak ukur
karena perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2008 dan 2009 sehingga apabila dilakukan
perhitungan hasilnya akan negatif. Untuk tahun 2010 sendiri terjadi kenaikan yang disebabkan
karena meningkatnya laba perusahaan yang begitu tinggi dari dampak pembelian tenaga listrik
yang semakin berkurang.
c. Cash Ratio (Rasio Kas)
Rumus :
Cashratio=

kas dan setara kas+ surat berharga


x 100
hutang lancar

Rasio ini merupakan salah satu rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio kas memberikan
likuiditas yang lebih jelas dari rasio lancar, karena berkenaan pada aktiva lancar yang paling
likuid yaitu kas, bank, dan surat berharga jangka pendek yang dalam waktu singkat dapat
dicairkan menjadi uang kas. Besar rasio kas perusahaan selama tahun 2008 - 2010 adalah sebagai
berikut :

Andy Yudianto UAJM Makassar

1.Tahun 2008=

5.504 .765.917+ 0
x 100 =0,33
16.363 .635 .717

2.Tahun 2009=

4.886 .645 .318+0


x 100 =0,36
13.372.497 .701

3.Tahun 2010=

779.904 .955+0
x 100 =0,05
15.214 .001.283

Berdasarkan hasil perhitungan di atas rasio kas pada tahun 2008 sebesar 0,33 ,tahun 2009
menjadi 0,36 dan pada tahun 2010 menjadi 0,05. Rasio kas yang dihasilkan sangat rendah lebih
dikarenakan hutang lancar yang dimiliki PT.PLN (Persero) Area Makassar lebih besar dari kas
dan setara kasnya. Ini menandakan bahwa perusahaan tidak likuid atau belum mampu melunasi
kewajiban jangka pendeknya.
d. Current Ratio (Rasio Lancar)
Rumus :
Current ratio=

aktiva lancar
x 100
hutanglancar

Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio
lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibankewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah
aktiva lancar perusahaan dapat menjamin hutang lancarnya. Besarnya rasio lancar perusahaan
selama tahun 2008 - 2010 adalah sebagai berikut :
1.Tahun 2008=

28.693.969 .458
x 100 =1,75
16.363.635 .717

2.Tahun 2009=

27.078 .510.112
x 100 =2,02
13.372.497 .701

3.Tahun 2010=

30.211 .970 .315


x 100 =1,98
15.214 .001.283

Andy Yudianto UAJM Makassar

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, rasio lancar mengalami fluktuasi tiap tahunnya
dimana pada tahun 2008 sebesar 1,75 , tahun 2009 sebesar 2,02 dan pada tahun 2010 sebesar
1,98. Tiap Rp.1 hutang lancar dapat dibiayai oleh hasil dari rasio lancar tiap tahunnya. Ini berarti
perusahaan tidak likuid atau belum sepenuhnya mampu melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya.
e. Collection Period (CP)
Rumus :
Collection Period =

total piutang usaha


x 365 hari
total pendapatan

Rasio ini merupakan rasio jangka waktu penagihan digunakan untuk menaksir berapa
hasil penjualan tertanam dalam bentuk piutang usaha. Besarnya rasio ini dalam perusahaan
selama tahun 2008 - 2010 adalah sebagai berikut :
1.Tahun 2008=

12.057.713 .733
x 365=3,98
1.104 .055.646 .205

2.Tahun 2009=

10.194 .965.065
x 365=3,11
1.192.907 .620 .554

3.Tahun 2010=

5.917 .532 .543


x 365=1,58
1.361.028 .650 .950

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, rasio collection period pada tahun 2008 ialah 3,98
hari dan tahun 2009 ialah 3,11 hari. Rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi
1,58 hari. Penurunan ini terjadi seiring dengan penurunan jumlah piutang usaha yang tidak
diimbangi dengan penurunan pendapatan yang dihasilkan.
f. Inventory Turn Over
Rumus :
Inventory

turn total persediaan


X 365 hari
total pendapatan

Andy Yudianto UAJM Makassar

Inventory turn over atau perputaran persediaan menunjukkan berapa kali jumlah
persediaan barang dagangan diganti atau dijual dalam satu tahun. Besarnya rasio perputaran
persediaan perusahaan selama tahun 2008 - 2010 adalah sebagai berikut :
1.Tahun 2008=

9.669.383 .454
X 365=3,19
1.104 .055.646 .205

2.Tahun 2009=

9.922.253 .529
X 365=3,03
1.192.907 .620 .554

3.Tahun 2010=

21.680 .761 .814


X 365=5,81
1.361.028 .650 .950

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, terjadi sedikit selisih penurunan dari tahun 2008 ke
tahun 2009 sebesar 0,16 hari. Tetapi rasio ini kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010
menjadi 5,81 hari. Peningkatan rasio perputaran persediaan ini disebabkan karena adanya
peningkatan total persediaan pada tahun 2010. Ini menandakan pula pengelolaan material dalam
perusahaan tidak optimal.
g. Total Asset Turn Over
Rumus :
Total assets

turn total pendapatan


x 100

total aktiva

Total asset turn over atau rasio perputaran terhadap total aktiva digunakan untuk
mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan. Besarnya total asset turn
over perusahaan selama tahun 2008 - 2010 adalah sebagai berikut :
1.Tahun 2008=

1.104 .055.646 .205


x 100 =1,94
566.264 .911 .053

2.Tahun 2009=

1.192.907 .620 .554


x 100 =2,16
552.076.876 .715

3.Tahun 2010=

1.361.028 .650 .950


x 100 =2,47
550.194 .759 .882

Andy Yudianto UAJM Makassar

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, rasio total asset turn over mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun dimana pada tahun 2008 sebesar 1,94 dan mengalami peningkatan pada tahun
2009 sebesar 2,16 , begitu pula pada tahun 2010 terjadi kenaikan sebesar 2,47. Ini berarti
perusahaan dalam keadaan baik karena semakin tinggi tingkat aktifitas semakin baiklah
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
h. Total Equity to Total Asset
Rumus :
Total equity total asset =

modal sendiri
x 100
total asset

Rasio ini digunakan untuk menghitung persentase total dana yang disediakan oleh
pemilik perusahaan. Dengan mengetahui rasio ini berarti sekaligus dapat diketahui total dana
yang disediakan oleh kreditur yaitu selisih total asset setelah dikurangi dengan pendanaan modal
sendiri. Besarnya total equity to total asset perusahaan untuk tahun 2008 - 2010 adalah sebagai
berikut :
1.Tahun 2008=

838.692 .791.055
x 100 =1,48
566.264 .911.053

2.Tahun 2009=

403.087 .734 .239


x 100 =0,73
552.076 .876.715

3.Tahun 2010=

1.215.919 .164 .067


x 100 =2,21
550.194 .759.882

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, rasio Total modal sendiri terhadap total asset
sangat rendah dimana pada tahun 2008 adalah sebesar 1,48 dan pada tahun 2009 sebesar 0,73.
Rasio ini mengalami kenaikan tinggi pada tahun 2010 menjadi 2,21. Tingginya rasio ini
mengisyaratkan bahwa total pendanaan aktiva yang berasal dari modal sendiri sangat besar dan
menunjukan seluruh aktiva dibiayai oleh pemilik perusahaan. Hal ini juga disebabkan
peningkatan pendapatan tahun 2010 yang sangat tinggi dan tidak diimbangi dengan peningkatan
asset perusahaan.
5.1 Penilaian Kinerja Keuangan

Andy Yudianto UAJM Makassar

PT.PLN (Persero) Area Makassar setiap tahunnya harus melaporkan kinerja


perusahaannya kepada pemerintah melalui menteri BUMN dan diaudit oleh BPK. Laporan
kinerja tersebut terdiri atas tiga aspek yaitu : aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek
administrasi yang didasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN nomor : Kep100/MBU/2002 tentang pengukuran dan penilaian kinerja BUMN. Dalam skripsi ini penulis
hanya membahas mengenai pengukuran kinerja perusahaan pada aspek keuangan. Tata cara
penilaian tingkat kesehatan BUMN dan indikator yang dinilai serta masing-masing bobotnya
selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.
Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN
No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu:
a. SEHAT, yang terdiri dari :
AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95
AA apabila 80 <TS< =95
A apabila 65 <TS<= 80
b. KURANG SEHAT, yang terdiri dari :
BBB apabila 50 <TS< =65
BB apabila 40 <TS< =50
B apabila 30 <TS< =40
c. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari :
CCC apabila 20 <TS< =30
CC apabila 10 <TS< =20
C apabila TS< =10
Maka berdasarkan hasil analisis dan evaluasi di atas, secara umum nilai kinerja keuangan
PT.PLN (Persero) Area Makassar selama tahun 2008 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Analisis dan Evaluasi Skor selama tahun 2008 2010

Rasio Keuangan
Return on Equity
Return on Investment
Cash Ratio
Current Ratio
Collection Period
Inventory Turn Over
Total Asset Turn Over

Tahun 2008
Skor
0,33
0
1,75
0
3,98
0,8
3,19
0,8
1,94
2

Tahun 2009
Skor
0,36
0
2,02
0
3,11
0,8
3,03
0,8
2,16
2

Tahun 2010
Skor
0,05
0
1,98
0
1,58
0,4
5,81
0,8
2,47
2

Andy Yudianto UAJM Makassar

Total Equity to Total Asset


Total Skor

-1,48

0
3,6

-0,73

0
3,6

2,21

2
5,2

Sumber : Data Telah Diolah

Dari tabel 4 di atas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2008 dan tahun 2009 total skor
untuk kinerja keuangan adalah 3,6 atau 7,2% jauh dari total skor yang diharapkan yang
seharusnya 50. Untuk tahun 2010 sendiri naik menjadi 5,2 atau 10,4% dari total skor 50 tetapi
belum juga mencapai target total skor. Dikaitkan dengan Surat Keputusan Menteri BUMN
No.100 Tahun 2002 tersebut, maka hasil pengukuran kinerja keuangan PT.PLN (Persero) Area
Makassar untuk tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dinyatakan termasuk dalam kondisi
tidak sehat dan mendapat kategori C.
Berdasarkan tabel 4 di atas pula dapat diketahui penilaian untuk tiap indikator
berdasarkan skor yang dicapai ialah :
1. Untuk tahun 2008 dan 2009 ROE dan ROI PT.PLN (Persero) Area Makassar tidak dapat
diukur karena investasi sepenuhnya dikendalikan oleh PLN Pusat; Cash ratio
menunjukkan skor 0 yang berarti tidak likuid karena perusahaan belum mampu
memenuhi kewajiban jangka pendeknya; Current ratio menunjukkan skor 0 yang berarti
tidak likuid karena perputaran aktiva lancarnya tidak efektif; Collection Period
menunjukkan skor 0,8 yang berarti tidak sehat karena jauh dari skor yang diharapkan
yaitu 4; Inventory turn over menunjukkan skor 0,8 yang berarti kurang sehat; Total asset
turn over menunjukkan skor 2 yang berarti kurang sehat; dan Total equity to total asset
menunjukkan skor 0 yang berarti tidak sehat.
2. Untuk tahun 2010 sama halnya dengan tahun sebelumnya rasio ROE dan ROI tidak dapat
diukur karena investasi sepenuhnya dikendalikan PLN Pusat; Cash ratio menunjukkan
skor 0 yang berarti tidak likuid; Current ratio menunjukkan skor 0 yang berarti tidak
likuid karena perputaran aktiva lancarnya tidak efektif; Collection Period menunjukkan
skor 0,4 yang berarti tidak sehat karena jauh dari skor yang diharapkan yaitu 4; Inventory
turn over menunjukkan skor 0,8 yang berarti kurang sehat; Total asset turn over
menunjukkan skor 2 yang berarti kurang sehat; dan Total equity to total asset
menunjukkan skor 2 yang berarti kurang sehat.

Andy Yudianto UAJM Makassar

Perlu hati-hati dalam menilai kinerja keuangan pada PT.PLN (Persero) Area Makassar
dikarenakan :
a.

PT.PLN (Persero) Area Makassar merupakan perusahaan BUMN yang


akuntabilitas publik. Hal ini pula yang mendasari laporan keuangannya menerapkan
IFRS.

b.

PT.PLN (Persero) Area Makassar hanya merupakan PLN Cabang


sedangkan saldo laba dan investasi sepenuhnya dikendalikan PLN Pusat sehingga rasio
ROE dan ROI tidak dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kinerja keuangan.

Berdasarkan uraian analisis dan evaluasi kinerja keuangan PT.PLN (Persero) Area Makassar
maka pada bagian akhir skripsi ini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan menggunakan rasio sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-100/M-BUMN/2002 karena
dianggap dapat mewakili rasio lainnya.
2. Tingkat rasio kinerja keuangan PT.PLN (Persero) Area Makassar selama 3 tahun yaitu
tahun 2008 sampai tahun 2010 berdasarkan hasil analisis rasio memperlihatkan tingkat
likuiditas yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, tingkat solvabilitasnya sangat
tidak baik karena resiko yang disebabkan jaminan modal sendiri terhadap utang cukup
besar, dan tingkat aktivitasnya untuk perputaran piutang dan persediaan kurang baik.
3. Penyebab pendapatan laba pada tahun 2010 yang sangat tinggi disebabkan karena pada
tahun tersebut terjadi kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang pengaruhnya tidak terlalu
besar, tetapi lebih dikarenakan PT.PLN (Persero) Area Makassar tidak lagi melakukan
transfer price dalam hal ini pembelian tenaga listrik karena dikendalikan langsung oleh
PLN Pusat.

Andy Yudianto UAJM Makassar

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan terhadap pengukuran kinerja
keuangan pada PT.PLN (Persero) Area Makassar, maka saran-saran yang dapat penulis berikan
adalah :
1. Hendaknya perusahaan dapat lebih meningkatkan kinerjanya, khususnya kinerja
keuangannya agar tahun-tahun mendatang dapat lebih baik lagi sehingga menambah
kepercayaan pihak-pihak ekstern terhadap perusahaan.
2. Sebaiknya perusahaan mengevaluasi kembali kebijakan operasionalnya agar pengelolaan
sumber dayanya dapat dikelola seefisien mungkin sehingga dapat memaksimalkan
tingkat keuntungan yang diperoleh.

Andy Yudianto UAJM Makassar

REFERENSI

Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty


Agoes, Sawir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan.

Cetakan Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama


Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keenam. Yogyakarta : Liberty
Harahap, Sofian, Syafri. 2001. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan Kedua. Jakarta :
Penerbit PT.Raja Grafindo Persada
Syahyunan. 2004. Manajemen keuangan I, USU Press. Medan
Suad, Husnan. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : UPP
AMP YKPN
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP
AMP YPKN
Sitio, Arifin, Haloman Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.
Tangen S. 2004. Performance Measurement : From Philosophy to Practice. International Journal
of Productivity and Performance Management 53 (8) : 726 737.
Witcher, B.J., & Chau, VS. 2007. Balanced scorecard and hoshin kanri: dynamic capabilities for
managing strategic fit. Management Decision. Vol. 45 No. 3, 518-538.
Atkinson, Anthoy. Kaplan, Robert. Matsumura, Ella. Young, Mark. 2012. Akuntasi Manajemen.
Edisi Kelima. Jilid 2. Jakarta: PT INDEKS.
Baswir, Revrisond. 2010. Koperasi Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. I Gede
Hardiaksa Satriyadidan I KetutSuryanawa. Pengukuran Kinerja 845
Cocca P, Alberti M. 2010. A Framework to Assess Performance Measurement Systems in SMEs.
International Journal of Productivity and Performance Management 59 (2) : 186 200.
Hendricks Kevin, Larry M, and Christien W. 2004. The Balanced Scorecard To Adopt Or Not
To Adopt. Business Journal, Management Services.

Andy Yudianto UAJM Makassar

Ikhsan, Sukardi. 2009. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Kinerja Pada KPRI di
Jawa Tengah. Dalam Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 1, No. 2: h:117-124.
Kaplan, Robert S. and David P. Norton. 1992. The Balanced Scorecard Measures that Drive
Performance. Harvard Business Review.
Kasiram, Moh. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Malang: UIN Press.
ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.3 (2015): 828-847 846
Tunggal. Amin, Widjaja. 2001. Memahami Konsep Balanced Scorecard. Jakarta: Harvarindo

You might also like