You are on page 1of 40

BABI

PENDAHULUAN
A.LatarBelakang
Anemiaadalahsalahsatupenyakityangseringdideritamasyarakat,baikanakanak,remajausiasubur,ibuhamil
ataupunorangtua.Penyebabnyasangatberagam,dariyangkarenaperdarahan,kekuranganzatbesi,asamfolat,vitaminB 12,
sampaikelainanhemolitik.
Anemiadapatdiketahuidenganpemeriksaanfisikmaupundenganpemeriksaanlaboratorium.Secarafisikpenderita
tampakpucat,lemah,dansecaralaboratorikdidapatkanpenurunankadarHemoglobin(Hb)dalamdarahdariharganormal.
B.Tujuan
1.

TujuanUmum
Mahasiswamampumemahamiasuhankeperawatanpadapasiendengananemia
2.
TujuanKhusus
a.Mahasiswamampumengetahuipengertiananemia.
b.Mahasiswamampumenyebutkanpenyebabanemia.
c.Mahasiswamampumengetahuidiagnosadiagnosayangmungkinmunculpadapasienanemia.
d.Mahasiswamampumemahamipenatalaksanaanpadapasiendengananemia.

Konsep dasar Anemia Aplastik


1. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume
sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997.Hal : 358)
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang
(kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti
eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang mengarah pada suatu
penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
2. Etiologi
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat

Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.


Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika
(myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor
(nitrogen mustard), anti microbial.
Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
3. Manifestasi Klinis
a. Lemah dan mudah lelah
b. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
c. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
d. Pucat
e. Pusing
f. Anoreksia
g. Peningkatan tekanan sistolik
h. Takikardia
i. Penurunan pengisian kapler
j. Sesak
k. Demam
l. Purpura
m. Petekie
n. Hepatosplenomegali
o. Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)
Iktisar gejala klinis dan hematologis Anemia Aplastik

Sumsum Tulang
Darah tepi
Gejala klinis
Keterangan
Aplasia eritropoesis
Retikulositopenia
Anemia (pucat)
Akibat retikulositopenia : kadar Hb,Ht dan eritrosit rendah
Akibat anemia : anoreksia, pusing.
Aplasia granulopesis
Granulositopenia, leucopenia
Panas (demam)
Panas terjadi karena infeksi sekunder akibat granulositopenia.
Aplasia trombopoetik
Trombositopenia
Diatesis hemoragi
Perdarahan dapat berupa ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.
Relatif aktif limfopoesis
Limfositosisa

Limfositosis biasanya tidak lebih dari 80%


Relatif aktif RES (sel plasma, fibrosit,osteoklas,sel endotel)
Mungkin terdapat sel plasma, monosit bertambah

Gambaran umum : sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan lemak

Tambahan : hepar,limpa,kelenjar getah bening tidak membesar dan tidak ada ikterus
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:453)
4. Patofisiologi
Faktor didapat (obat-obatan, bahan kimia, radiasi, infeksi, idiopatik)
Faktor congenital (sindroma fanconi yang disertai mikrosefali dan kelainan ginjal)
Penurunan sel precursor dalam sumsum tulang
Sumber :
(Smeltzer.2001.Hal:938)
(Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI.2005.Hal:453)
5. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Infeksi organ
c. Gagal jantung
d. Parestesia
e. Kejang
(Nelson.1999.Hal:1724)
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Biopsi sumsum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan penggantian oleh
lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, precursor granulosit, eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi
pansitopenia (defisiensi semua elemen sel darah).
(Smeltzer.2001.Hal:939)
b. Gambaran darah tepi menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.2005.Hal:452)
7. Penatalaksanaan
a. Implikasi keperawatan
Pencegahan infeksi silang
Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak

Tempatkan anak pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral


Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
Berikan dukungan emosional kepada orang tua dan anak
Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan orang tua dan anak Berikan informasi adekuat mengenai
keadaan, pengobatan dan kemajuan kesehatan anak serta bimbingan untuk perawatan dirumah.
(Pillitteri.2002.Hal:246)
b. Tindakan Kolaborasi
Medikamentosa :
Prednisolon (kortikosteroid) dosis 2 5 mg/kgBB/hari per oral ; testoteron dengan dosis 1 2 mg/kgBB/hari
secara parenteral ; testoteron diganti dengan oksimetolon yang mempunyai daya anabolic dan merangsang
system hemopoetik lebih kuat, dosis diberikan 1 2 mg/kgBB/hari per oral. (Ngastiyah.1997.Hal:364)
Untuk pasien dengan neutropenia sebagai abnormalitas dominant, efektif diberikan myeloid growth factors GCSF (filgastrim) dengan dosis 5g/kg/hari atau GM-CSF (sargramostim) dengan dosis 250 g/m2/hari untuk
meningkatkan angka neutrofil dan menurunkan infeksi. (Tierney.2003.Hal:96)
Transfusi darah : diberikan jika diperlukan saja karena pemberian transfusi darah terlampau sering akan
menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan menimbulkan reaksi hemolitik sebagai akibat dibentuknya
antibodi terhadap sel sel darah tersebut.
Pengobatan terhadap infeksi sekunder
Untuk mencegah infeksi sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang steril. Pemberian obat antbiotika dipilih
yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak boleh diberikan.
Makanan : umumnya diberikan dalam bentuk lunak. Jika harus menggunakan NGT harus hati hati karena
dapat menimbulkan luka / perdarahan pada waktu pemasangan.
(Ngastiyah.1997.Hal:365)
Transplantasi sumsum tulang : sumsum tulang diambil dari donor dengan beberapa kali pungsi hingga
mendapatkan sedikitnya 5 x 108 sel berinti / kgBB resipien. Keberhasilan pencangkokan terjadi dalam waktu 2
hingga 3 minggu.
(Sodeman.1995.Hal:278)
II. Konsep dasar Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Keletihan, kelemahan otot, malaise umum

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak


Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
Ataksia, tubuh tidak tegak
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
Palpitasi (takikardia kompensasi)
Hipotensi postural
Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T
Bunyi jantung murmur sistolik
Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
Sclera biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)
Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
Rambut kering, mudah putus, menipis
c. Integritas Ego
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
Depresi
d. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine
Distensi abdomen

e. Makanan / cairan
Penurunan masukan diet
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Adanya penurunan berat badan
Membrane mukusa kering,pucat
Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
Stomatitis
Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
Hemoragis retina
Epistaksis
Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen

Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas


Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak
mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM)
normal.
c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit
(respons inflamasi tertekan).
3. Intervensi Keperawatan
a. Dx 1 : Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital stabil
Membran mukosa berwarna merah muda
Pengisian kapiler
Haluaran urine adekuat
Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.
2) Auskultasi bunyi napas.
R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung.
3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.
R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung.
R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia
5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.
R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
Kolaborasi
6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.
7) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan.
8) Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.
9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.
b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang
stabil
Kriteria hasil :
Asupan nutrisi adekuat
Berat badan normal
Nilai laboratorium dalam batas normal :

Albumin : 4 5,8 g/dL


Hb : 11 16 g/dL
Ht : 31 43 %
Trombosit : 150.000 400.000 L
Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012
Intervensi :
1) Observasi dan catat masukan makanan anak.
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering
R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi.
3) Observasi mual / muntah, flatus.
R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut.
R/ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
Kolaborasi
5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin.
R/ mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi.
R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.
7) Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.
R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.
c. Dx. 3 : Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola defekasi yang
normal.
Kriteria hasil :

Frekuensi defekasi 1x setiap hari


Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah
Bising usus dalam batas normal
Intervensi :
1) Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
R/ membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat.
2) Auskultasi bunyi usus.
R/ bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3) Hindari makanan yang menghasilkan gas.
R/menurunkan distensi abdomen.
Kolaborasi
4) Berikan diet tinggi serat
R/ serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal.
5) Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi.
R/ mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
6) Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis
Metamucil.
R/ menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
d. Dx.4 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil :
Tanda tanda vital dalam batas normal
Anak bermain dan istirahat dengan tenang
Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Anak tidak menunjukkan tanda tanda keletihan
Intervensi :

1) Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam


R/ manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
2) Observasi adanya tanda tanda keletihan ( takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang kunang, lemas,
postur loyo, gerakan lambat dan tegang.
R/ membantu menetukan intervensi yang tepat.
3) Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak.
R/ mencegah kelelahan.
4) Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak.
R/ meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri.
e. Dx.5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Tanda tanda vital dalam batas normal
Leukosit dalam batas normal
Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak
Intervensi
1) Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam.
R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi.
2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya menggunakan masker
saat berkunjung.
R/ mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.
3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.
R/ mencegah infeksi nosokomial.
Kolaborasi
4) Observasi hasil pemeriksaan leukosit.
R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya

tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi


4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
b. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil
c. Menunjukkan pola defekasi normal
d. Mengalami peningkatan toleransi aktivitas
e. Infeksi tidak terjadi

BABII
DASARTEORI
A.Definisi
AnemiaadalahsuatukondisidimanakadarHbdan/atauhitungeritrositlebihrendahdariharganormal.Dikatakan
sebagaianemiabilaHb<14g/dldanHt<41%padapriaatauHb<12g/dldanHt<37%padawanita.(ArifMansjoer,dkk.
2001)
Anemiaadalahberkurangnyajumlaheritrositsertajumlahhemoglobindalam1mm3darahatauberkurangnyavolumesel
yangdipadatkan(packedredcellsvolume)dalam100mldarah.(Ngastiyah,1997)
B.Etiologi
Penyebabanemiaantaralain:
1.Perdarahan
2.Kekurangangiziseperti:zatbesi,vitaminB12,danasamfolat.(BarbaraC.Long,1996)
3.Penyakitkronik,sepertigagalginjal,absesparu,bronkiektasis,empiema,dll.
4.Kelainandarah
5.Ketidaksanggupansumsumtulangmembentukselseldarah.(ArifMansjoer,2001)
C.Klasifikasi
Secarapatofisiologianemiaterdiridari:
1.Penurunanproduksi:anemiadefisiensi,anemiaaplastik.
2.Peningkatanpenghancuran:anemiakarenaperdarahan,anemiahemolitik.
Secaraumumanemiadikelompokanmenjadi:
1.
Anemiamikrositikhipokrom
a.Anemiadefisiensibesi

Untukmembuatseldarahmerahdiperlukanzatbesi(Fe).KebutuhanFesekitar20mg/hari,danhanyakirakira2mgyang
diserap.JumlahtotalFedalamtubuhberkisar24mg,kirakira50mg/kgBBpadapriadan35mg/kgBBpadawanita.
Anemiainiumumnyadisebabkanolehperdarahankronik.DiIndonesiabanyakdisebabkanolehinfestasicacingtambang
(ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula
disebabkankarena:
Dietyangtidakmencukupi
Absorpsiyangmenurun
Kebutuhanyangmeningkatpadawanitahamildanmenyusui
Perdarahanpadasalurancerna,menstruasi,donordarah
Hemoglobinuria
Penyimpananbesiyangberkurang,sepertipadahemosiderosisparu.
b.Anemiapenyakitkronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak
dihubungkandenganberbagaipenyakitinfeksisepertiinfeksiginjal,paru(abses,empiema,dll).
2.
Anemiamakrositik
a.AnemiaPernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B 12akibat faktor intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan
penyakitherediterautoimunmaupunfaktorekstrinsikkarenakekuranganasupanvitaminB12.
b.Anemiadefisiensiasamfolat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena
absorpsiterjadidiseluruhsalurancerna.Asamfolatterdapatdalamdaging,susu,dandaundaunyanghijau.
3.
Anemiakarenaperdarahan
a.Perdarahanakut
Mungkintimbulrenjatanbilapengeluarandarahcukupbanyak,sedangkanpenurunankadarHbbaruterjadibeberapahari
kemudian.
b.Perdarahankronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus
peptikum,menometroragi,perdarahansalurancerna,danepistaksis.
4.
Anemiahemolitik
Padaanemiahemolitikterjadipenurunanusiaseldarahmerah(normal120hari),baiksementaraatauterusmenerus.
Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi,
hipersplenisme,danlukabakar.Biasanyapasienikterusdansplenomegali.
5.
Anemiaaplastik
Terjadikarenaketidaksanggupansumsumtulanguntukmembentukselseldarah.Penyebabnyabisakongenital,idiopatik,
kemoterapi,radioterapi,toksin,dll.
D.ManifestasiKlinis
Gejalagejalaumumyangseringdijumpaipadapasienanemiaantaralain:pucat,lemah,cepatlelah,keringatdingin,
takikardi,hypotensi,palpitasi.(BarbaraC.Long,1996).Takipnea(saatlatihanfisik),perubahankulitdanmukosa(pada
anemiadefisiensiFe).Anorexia,diare,ikterikseringdijumpaipadapasienanemiapernisiosa(ArifMansjoer,2001)

E.PemeriksaanPenunjang
Padapemeriksaanlaboratoriumditemui:
1.JumlahHblebihrendahdarinormal(1214g/dl)
2.KadarHtmenurun(normal37%41%)
3.Peningkatanbilirubintotal(padaanemiahemolitik)
4.Terlihatretikulositosisdansferositosispadaapusandarahtepi
5.Terdapatpansitopenia,sumsumtulangkosongdigantilemak(padaanemiaaplastik)

BABIII
ASUHANKEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN.
1.Aktifitas/Istirahat
Keletihan,kelemahan,malaiseumum.
Kehilanganproduktifitas,penurunansemangatuntukbekerja
Toleransiterhadaplatihanrendah.
Kebutuhanuntukistirahatdantidurlebihbanyak
2.Sirkulasi
Riwayatkehilangandarahkronis,
Riwayatendokarditisinfektifkronis.
Palpitasi.
3.Integritasego
Keyakinanagamaataubudayamempengaruhipemilihanpengobatan,misalnya:penolakantranfusidarah.
4.Eliminasi
Riwayatpielonenepritis,gagalginjal.
Flatulen,sindrommalabsobsi.
Hematemesi,melana.
Diareataukonstipasi
5.Makanan/cairan

Nafsumakanmenurun
Mual/muntah
Beratbadanmenurun
6.Nyeri/kenyamanan
Lokasinyeriterutamadidaerahabdomendankepala.
7.Pernapasan
Napaspendekpadasaatistirahatmaupunaktifitas
8.Seksualitas
Perubahanmenstuasimisalnyamenoragia,amenore
Menurunnyafungsiseksual
Impotent

B.DIAGNOSAKEPERAWATAN.
1.
Gangguanperfusijaringanberhubungandenganpenurunansuplaioksigen/nutrisikesel.
Ditandaidengan:
Palpitasi,
kulitpucat,membranemukosakering,kukudanrambutrapuh,
ekstremitasdingin
perubahantekanandarah,pengisiankapilerlambat
ketidakmampuanberkonsentrasi,disorientasi
Tujuan:menunjukkanperfusijaringanyangadekuat
2.
Intoleranaktifitasberhubungandenganketidakseimbangansuplaioksigen
Ditandaidengan:
Kelemahandankelelahan
Mengeluhpenurunanaktifitas/latihan
Lebihbanyakmemerlukanistirahat/tidur
Palpitasi,takikardi,peningkatantekanandarah,
Tujuan:terjadipeningkatantoleransiaktifitas.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, absorbsi
makanan.
Ditandaidengan:
Penurunanberatbadannormal
Penurunanturgorkulit,perubahanmukosamulut.
Nafsumakanmenurun,mual
Kehilangantonusotot
Tujuan:kebutuhannutrisiterpenuhiyangdikutidenganpeningkatanberatbadan.
4.
Konstipasiataudiareberhubungandenganpenurunanjumlahmakanan,perubahanprosespencernaan,
efeksampingpenggunaanobat
Ditandaidengan:
Adanyaperubahanpadafrekuensi,karakteristik,danjumlahfeses
Mual,muntah,penurunannafsumakan
Nyeriabdomen
Ganguanperistaltik
Tujuan:polaeliminasinormalsesuaidenganfungsinya

5.

Resikotinggiterjadiinfeksiberhubungandenganpertahananskunderyangtidakadekuat.

Ditandaidengantidakdapatditerapkanadanyatandatandadangejalagejalayangmembuatdiagnosaactual

Tujuan:terjadipenurunanresikoinfeksi
C.INTERVENSI
Diagnosa1
1.Kajitandatandavital,warnakulit,membranemukosa,dasarkuku
2.Beriposisisemifowler
3.Kajinyeridanadanyapalpitasi
4.Pertahankansuhulingkungandantubuhpasien
5.Hindaripenggunaanpenghangatatauairpanas
Kolaborasi:
1.MonitorpemeriksaanlaboratoriummisalHb/HtdanjumlahSDM
2.BerikanSDMdarahlengkap/pocket
3.BerikanO2tambahansesuaidenganindikasi
Diagnosa2
1Kajikemampuanaktifitaspasien
2Kajitandatandavitalsaatmelakukanaktifitas
3.Bantukebutuhanaktifitaspasienjikadiperlukan
4.Anjurkankepadapasienuntukmenghentikanaktifitasjikaterjadipalpitasi
5Gunakantehnikpenghematanenergimisalnyamandidenganduduk.
Diagnosa3.
1Kajiriwayatnutrisitermasukmakananyangdisukai
2Observasidancatatmasukanmakananpasien
3.Timbangberatbadantiaphari
4Berikanmakanansedikitdanfrekuensiyangsering
5Observasimual,muntah,flatusdangejalalainyangberhubungan
6.Bantudanberikanhygienemulutyangbaik
Kolaborasi:
1.Konsulpadaahligizi
2.Berikanobatsesuaidenganindikasimisalnya:vitamindanmineralsuplemen.
3.Berikansuplemennutrisi
Diagnosa4
1.Observasiwarnafeses,konsistensi,frekuensidanjumlah.
2.Kajibunyiusus
3.Bericairan25003000ml/haridalamtoleransijantung
4.Hindarimakanyangberbentukgas
5.Kajikondisikulitperianal
Kolaborasi
1.Konsulahligiziuntukpemberiandiitseimbang
2.Berilaksatif
3.Beriobatantidiare
Diagnosa5.
1.Tingkatkancucitangandenganbaik
2.Pertahankantehnikaseptikketatpadasetiaptindakan
3.Bantuperawatankulitperianaldanoraldengancermat
4.Batasipengunjung
Kolaborasi
1.Ambilspesemenuntukkultur
2.Berikanantiseptictopikak,antibioticsistemik

PENUTUP
A.Kesimpulan
Anemiaseringdijumpaidimasyarakatdanmudahdikenali(didiagnosa).Tandadangejalanyaberagam,seperti
pucat,lemah,maul,dll.Pendiagnosaananemiadapatditunjangdenganpemeriksaanlaboratyakniadanyapenurunankadar
Hb.
B.Saran
Sebagaiperawatkitaharusmampumengenalitandatandaanemiadanmemberikanasuhankeperawatanpadapasien
dengananemiasecarabenar.

DAFTARPUSTAKA
Manjoer,Arief.2001.KapitaSelektaKedokteran.FKUI:MediaAeskulatius
Haznan.1987.CompadiumDiagnosticdanTerapiIlmuPenyakitDalam.Bandung:Ganesa.
Ngastiyah.2001.IlmuKeperawatanAnak.Jakarta:EGC.
Brunner&Suddarth.1997.BukuAjarKeperawatanMedikalBedah.Jakarta:EGC.
Doenges,Marilynn,dkk.1993.RencanaAsuhanKeperawatan,PedomanUntukPerencanaandanPendokumentasian
PerawatanPasien.Jakarta:EGC.

Long,BarbaraC

askep anemia aplastik

SABTU, 01 OKTOBER 2011

gangguan sistem hematologi askep anemia aplastik

MAKALAH SISTEM HEMATOLOGI


ANEMIA APLASTIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh penurunan
produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya
pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya sistem keganasan
hematopoitik ataupun kanker metastatik yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini
dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga system hematopoisis. Aplasia yang

hanya mengenai system eritropoitik disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia), yang


hanya mengenai system granulopoitik disebut agranulositosis sedangkan yang hanya
mengenai sistem megakariositik disebut Purpura Trombositopenik Amegakariositik
(PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut Panmieloptisis atau lazimya disebut anemia
aplastik. Menurut The International and Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia
aplastik bila : Kadar Hemoglobin ? 10 gr/dl atau Hematokrit ? 30; hitung trombosit ?
50.000/mm3; hitung leukosit ? 3500/mm3 atau granulosit ? 1.5 x 109/I.(1)
Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan dyskeratosis
congenital, dan sering berkaitan dengan anomali fisik khas dan perkembangan
pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda, dapat pula berupa kegagalan sumsum
pada orang dewasa yang terlihat normal. Anemia aplastik didapat seringkali
bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung darah yang rendah secara mendadak
pada dewasa muda yang terlihat normal; hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang
salah dapat pula mendahului onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit.
Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan
anemia, leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.
Dalam makalah ini penulis membahasa tentang konsep teori serta Asuhan
keperawatan pada anemia aplastik.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Anemia aplastik?
2. Apa Etiologi dari anemia aplastik?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada anemia aplastik?
4. Apa saja manifestasi dari anemia aplastik?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia aplastik ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Hematologi & Imunologi yang berjudul Askep Anemia Aplastik .Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada
rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses
keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1

Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm 3 darah
atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan oleh
disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah
oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah
dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
2.2 Etiologi
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santoninkalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
2.3 Patofisiologi
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi
anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan
patofisiologi penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel hematopoitik
2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. proses imunologik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34,
atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal sebagai,
longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC), jumlah sel

induk/ CD 34 sangat menurun hingga 1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan
pada cobble-stone area forming cells jumlah sel induk sangat menurun. Bukti klinis yang
yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi
sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel
induk dari luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik.
Beberapa sarjana menganggap gangguan ini dapat disebabkan oleh proses imunologik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik
tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang
menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GM-CSF,G-CSF dan IL-6 dalam
jumlah normal sedangkan sitokin penghambat seperti ? (IFN-?), tumor necrosis
factor-? (TNF-?), protein macrophage inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming growth
factor ?2 (TGF-?2) akan meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat
menunjang pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan
sel induk yang berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan
lingkungan mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin
banyak ditinggalkan.
Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi
faktor pertumbuhan.
Kerusakan akibat Obat.
Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti
dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang paling
sering pada dosis rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkinan telah
memicu mekanisme kerusakan. Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia,
terutama jika bersifat polar dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air,
melibatkan degradasi enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat
reaktif (yang disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic karena
kecenderungannya
untuk
berikatan
dengan
makromolekul
seluler.
Sebagai contoh, turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera
jaringan. Pembentukan intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam
detoksifikasi komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun
perubahan genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas
dari jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu loci dan dapat memberikan penjelasan
terhadap jarangnya kejadian reaksi idiosinkronasi obat.
2.4

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Lemah dan mudah lelah
Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
Pucat
Pusing
Anoreksia

2.5

Peningkatan tekanan sistolik


Takikardia
Penurunan pengisian kapler
Sesak
Demam
Purpura
Petekie
Hepatosplenomegali
Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)

Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai
berikut :
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi,hal ini
sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia.
Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi infeksi
Hygiene mulut
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat/.
Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b. Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak perlu
sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal
c. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau trombosit <
20.000/mm3.
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialami
berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil.
4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut :

a.
-

Terapi imunosuprersif
Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat
menekan proses imunologis
Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan harapan
kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
2.6 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung
2.7

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Aplastik


A. Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
- Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
- Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang
menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI

Palpitasi (takikardia kompensasi)


Hipotensi postural
Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T
Bunyi jantung murmur sistolik
Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)
dan dasar kuku
Sclera biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi
kompensasi)
Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
Rambut kering, mudah putus, menipis
c. Integritas Ego
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
Depresi
d. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine
Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
Penurunan masukan diet
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Adanya penurunan berat badan
Membrane mukusa kering,pucat
Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
Stomatitis
Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
Hemoragis retina
Epistaksis
Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan

B.
1.
2.
3.

4.

5.
6.
7.

Nyeri abdomen samar, sakit kepala


h. Pernapasan
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon,
naftalen
Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis
Diagnosa Keperawatan
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

C. NCP

Nn
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
0
Keperawatan
11 Perubahan perfusi Peningkatan
perfusi - Awasi tanda
jaringan
b.d jaringan
vital kaji pengisian
penurunan
KH :
kapiler,
warna
komponen seluler
kulit/membrane

Rasional
Memberikan
informasi
tentang
derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan

yang
diperlukan
untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke
sel.

Klien
menunjukkan
perfusi
adekuat,
misalnya tanda vital stabil.

mukosa,
dasar
kuku.
Tinggikan kepala
tempat tidur sesuai
toleransi.
-

membantu
menetukan
kebutuhan
intervensi.
Meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi
untuk
kebutuhan seluler.
Catatan
:
kontraindikasi bila
- Awasi
upaya ada hipotensi.
pernapasan
;
auskultasi bunyi - Gemericik
napas perhatikan menununjukkan
bunyi adventisius. gangguan jajntung

- Selidiki keluhan
nyeri
dada/palpitasi.
- Hindari
penggunaan botol
penghangat atau
botol air panas. Ukur suhu air
mandi
dengan
thermometer.
- Kolaborasi
pengawasan hasil
pemeriksaan
laboraturium.
Berikan sel darah
merah
lengkap/packed
produk
darah
sesuai indikasi.
- Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
-

karena
regangan
jantung
lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.
Iskemia
seluler
mempengaruhi
jaringan miokardial/
potensial
risiko
infark.
Termoreseptor
jaringan
dermal
dangkal
karena
gangguan oksigen

Mengidentifikasi
defisiensi
dan
kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi.

Memaksimalkan

22

Intoleransi
aktivitas
b.d
ketidakseimbangan
antara
suplai
oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.

Dapat
mempertahankan
/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
KH :
melaporkan
peningkatan toleransi
aktivitas
(termasuk
aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan
penurunan
tanda
intolerasi
fisiologis,misalnya
nadi,
pernapasan,
dan
tekanan darah masih
dalam rentang normal
-

transport oksigen ke
jaringan.
Kaji kemampuan - Mempengaruhi
ADL pasien.
pilihan
intervensi/bantuan
Kaji kehilangan
atau
gangguan - Menunjukkan
keseimbangan,
perubahan
gaya jalan dan neurology
karena
kelemahan otot
defisiensi
vitamin
B12 mempengaruhi
keamanan
pasien/risiko cedera
Observasi tandatanda
vital - Manifestasi
sebelum
dan kardiopulmonal dari
sesudah aktivitas. upaya jantung dan
paru
untuk
membawa
jumlah
Berikan
oksigen adekuat ke
lingkungan
jaringan
tenang,
batasi - Meningkatkan
pengunjung, dan istirahat
untuk
kurangi
suara menurunkan
bising,
kebutuhan oksigen
pertahankan tirah tubuh
dan
baring bila di menurunkan
indikasikan
regangan
jantung
Gunakan teknik dan paru
menghemat
energi, anjurkan - Meningkatkan
pasien
istirahat aktivitas
secara
bila
terjadi bertahap
sampai
kelelahan
dan normal
dan
kelemahan,
memperbaiki tonus
anjurkan
pasien otot/stamina tanpa
melakukan
kelemahan.
aktivitas
Meingkatkan harga
semampunya
diri
dan
rasa
(tanpa
terkontrol.
memaksakan diri).

33

Perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
b.d
kegagalanuntuk
mencerna
atau
ketidak
mampuan
mencerna
makanan /absorpsi
nutrient
yangdiperlukan untuk
pembentukan seldarah merah

Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
KH :
Menunujukkan
peningkatan
/mempertahankan
berat badan dengan
nilai
laboratorium
normal.
Tidak
mengalami
tanda mal nutrisi.
Menununjukkan
perilaku,
perubahanpola
hidup
untuk
meningkatkan dan atau
mempertahankan berat
badan yang sesuai.

Kaji
riwayatnutrisi, termasuk
makan
yang
disukai
Observasi
dancatat
masukkan
makanan pasien
Timbang
berat
badan setiap hari. -

Berikan
makan
sedikit
dengan
frekuensi seringdan atau makan
diantara
waktu
makan
- Observasi
dan
catat
kejadian
mual/muntah,
flatus dan dan
gejala lain yang
berhubungan
- Berikan
dan
Bantu
hygiene
mulut yang baik -;
sebelum
dan
sesudah
makan,
gunakan sikat gigi
halus
untuk
penyikatan yang
lembut. Berikan
pencuci
mulut
yang di encerkan
bila mukosa oral
luka.

Mengidentifikasi
defisiensi,
memudahkan
intervensi
Mengawasi
masukkan kalori
atau kualitas
kekurangan
konsumsi makanan
Mengawasi
penurunan berat
badan atau
efektivitas intervensi
nutrisi
Menurunkan
kelemahan,
meningkatkan
pemasukkan dan
mencegah distensi
gaster
Gejala GI dapat
menunjukkan efek
anemia (hipoksia)
pada organ.

Meningkatkan nafsu
makan dan
pemasukkan oral.
Menurunkan
pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan
kemungkinan
infeksi. Teknik
perawatan mulut
khusus mungkin
diperlukan bila
- Kolaborasi pada jaringan
ahli gizi untuk rapuh/luka/perdarah
rencana diet.
an dan nyeri berat.
- Membantu dalam

Kolaborasi
; rencana diet untuk
pantau
hasil memenuhi
pemeriksaan
kebutuhan
laboraturium
individual
- Meningkatakan
efektivitas program
- Kolaborasi;
pengobatan,
berikan
obat termasuk sumber
sesuai indikasi
diet nutrisi yang
dibutuhkan.
- Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan atau
adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.
44

Risiko
tinggi
terhadap
infeksi
b.d
tidak
adekuatnya
pertahanan
sekunder
(penurunan
hemoglobin
leucopenia, atau
penurunan
granulosit (respons
inflamasi
tertekan).

Infeksi tidak terjadi. Tingkatkan cuci mencegah


KH :
tangan yang baik ; kontaminasi
- mengidentifikasi
oleh
pemberi silang/kolonisasi
perilaku untuk
perawatan
dan bacterial. Catatan :
mencegah/menurunkan pasien
pasien
dengan
risiko infeksi.
anemia
- meningkatkan
berat/aplastik dapat
Pertahankan
penyembuhan luka,
berisiko akibat flora
bebas drainase purulen teknik
aseptic normal kulit.
atau eritema, dan
ketat
pada menurunkan risiko
demam.
prosedur/perawata kolonisasi/infeksi
n luka
bakteri
Berikan perawatan
kulit, perianal dan menurunkan risiko
oral
dengan kerusakan
cermat
kulit/jaringan
dan
infeksi
Motivasi
meningkatkan
perubahan
ventilasi
semua
posisi/ambulasi
segmen paru dan
yang
sering, membantu
latihan batuk dan memobilisasi sekresi
napas dalam
untuk
mencegah

54

Konstipasi atau

pneumonia
membantu
dalam
Tingkatkan
pengenceran secret
masukkan cairan pernapasan
untuk
adekuat
mempermudah
pengeluaran
dan
mencegah
stasis
cairan
tubuh
misalnya pernapasan
dan ginjal.
Pantau/batasi
membatasi
pengunjung.
pemajanan
pada
Berikan
isolasi bakteri/infeksi.
bila
Perlindungan isolasi
memungkinkan
dibutuhkan
pada
anemia aplastik, bila
respons imun sangat
terganggu.
Pantau
suhu adanya
proses
tubuh.
Catat inflamasi/infeksi
adanya menggigil membutuhkan
dan
takikardia evaluasi/pengobatan.
dengan atau tanpa
indikator
infeksi
demam
Amati
lokal. Catatan :
eritema/cairan
pembentukan
pus
luka
mungkin tidak ada
bila
granulosit
tertekan.
membedakan
Ambil specimen adanya
infeksi,
untuk
mengidentifikasi
kultur/sensitivitas pathogen khusus dan
sesuai indikasi
mempengaruhi
pilihan pengobatan
mungkin digunakan
Berikan antiseptic secara
propilaktik
topical ; antibiotic untuk menurunkan
sistemik
kolonisasi
atau
untuk
pengobatan
proses infeksi local
Membuat/kembali pola Observasi warna - Membantu

Diare berhubungan
dengan penurunan
masukan diet;
perubahan proses
pencernaan; efek
samping terapi
obat.

normal dari fungsi


usus.
KH: Menunjukkan
perubahan
perilaku/pola hidup,
yang diperlukan
sebagai penyebab,
factor pemberat.

feses, konsistensi,
frekuensi dan
jumlah
Auskultasi bunyi
usus
-

Awasi intake dan


output (makanan
dan cairan).
-

Dorong
masukkan cairan
2500-3000 ml/hari
dalam toleransi
jantung
-

mengidentifikasi
penyebab /factor
pemberat dan
intervensi yang
tepat.
bunyi usus secara
umum meningkat
pada diare dan
menurun pada
konstipasi
dapat
mengidentifikasi
dehidrasi,
kehilangan
berlebihan atau alat
dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet
membantu dalam
memperbaiki
konsistensi feses
bila konstipasi. Akan
membantu
memperthankan
status hidrasi pada
diare
menurunkan distress
gastric dan distensi
abdomen
mencegah
ekskoriasi kulit dan
kerusakan

Hindari makanan
yang membentuk
gas
Kaji kondisi kulit
perianal dengan sering, catat
perubahan kondisi
kulit atau mulai kerusakan.
Lakukan
perawatan perianal
setiap defekasi
bila terjadi diare.
Kolaborasi ahli
gizi untuk diet
siembang dengan
tinggi serat dan
bulk.
- serat menahan
enzim pencernaan

65

dan mengabsorpsi
air dalam alirannya
sepanjang traktus
intestinal dan
Berikan pelembek dengan demikian
feses, stimulant
menghasilkan bulk,
ringan, laksatif
yang bekerja sebagai
pembentuk bulk
perangsang untuk
atau enema sesuai defekasi.
indikasi. Pantau - mempermudah
keefektifan.
defekasi bila
(kolaborasi)
konstipasi terjadi.
Berikan obat
antidiare, misalnya
Defenoxilat
Hidroklorida
dengan atropine
(Lomotil) dan obat - menurunkan
mengabsorpsi air, motilitas usus bila
misalnya
diare terjadi.
Metamucil.
(kolaborasi).
Kurang
Pasien mengerti dan Berikan informasi memberikan dasar
pengetahuan
memahami tentang
tentang anemia
pengetahuan
sehubungan
penyakit, prosedur
spesifik.
sehingga pasien
dengan kurang
diagnostic dan rencana Diskusikan
dapat membuat
terpajan/mengingat pengobatan.
kenyataan bahwa
pilihan yang tepat.
; salah interpretasi KH :
terapi tergantung
Menurunkan
informasi ; tidak - Pasien menyatakan
pada tipe dan
ansietas dan dapat
mengenal sumber
pemahamannya proses beratnya anemia.
meningkatkan
informasi.
penyakit dan
kerjasama dalam
penatalaksanaan
program terapi
Tinjau tujuan dan ansietas/ketakutan
penyakit.
- Mengidentifikasi
persiapan untuk
tentang
factor penyebab.
pemeriksaan
ketidaktahuan
- Melakukan tiindakan
diagnostic
meningkatkan stress,
yang perlu/perubahan
selanjutnya
pola hidup.
meningkatkan beban
jantung.
Pengetahuan
menurunkan
ansietas.

Kaji tingkat

pengetahuan klien
dan keluarga
tentang
penyakitnya
Berikan

penjelasan pada
klien tentang
penyakitnya dan
kondisinya
sekarang.

megetahui seberapa
jauh pengalaman
dan pengetahuan
klien dan keluarga
tentang penyakitnya
dengan mengetahui
penyakit dan
kondisinya
sekarang, klien akan
tenang dan
mengurangi rasa
cemas
diet dan pola makan
Anjurkan klien
yang tepat
dan keluarga
membantu proses
untuk
penyembuhan.
memperhatikan
diet makanan nya mengetahui
Minta klien dan
seberapa jauh
keluarga
pemahaman klien
mengulangi
dan keluarga serta
kembali tentang
menilai keberhasilan
materi yang telah
dari tindakan yang
diberikan
dilakukan

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS
Tuan A,masuk rumah sakit pada tanggal 3 Desember 2009, jam 10.00
WIB.Mengeluhkan sakit kepala pada bagian tengkuknya, badan sering terasa lemas,
dan sering kesemutan pada saat istirahat.Setelah dilakukan pemeriksaan didapat TD
110/ 60 mmhg, SH 34.5oC, Nadi 80x/ menit,HB 3,6 g/dl. Dengan RR normal, BB
menurun, sedangkan pada skelera mata memutih, kuku membentuk koilonikia(kuku
melengkung seperti sendok).
A.

ANALISA DATA

NO DATA
1 : - Tn A mengeluh sakit kepla

PENYEBAB
MASALAH
Penurunan komponen Perubahan
Perfusi

- Mudah lelah
- Kesemutan
- kedinginan
- mata berkunang kunang
O : - Hb Turun 3,6 g/ dl
- Ekstremitas atas dan bawah
dingin
- Suhu 36o C
- kulit pucat
- Gelisah
2S : - Tn A mengeluh badan
meras lemas
O : - keadaan umum
lemah
- porsi yang disediakan
3
sendok yang dimakan
- tugor jelek
3 S : - Tn a mengatakan susah
tidur
- nyeri pusing
O : - Tn a tampak menguap saat
ditanya
- mata merah
- tidur lebih kurang 5 jam
- mata cekung
- meringis

seluler yang diperlukan Jaringan


untuk
pengiriman
oksigen/nutrient ke sel

Penurunan keinginan Perubahan


nutrisi
untuk makan sekunder kuran dari kebutuhan
terhadap anoreksia
tubuh

Gangguan
perfusi selebral

fungsi Gangguan
rasa
nyaman atau nyeri

4 S : - Tn A mengeluh lelah dan Ketidak seimbangan 02


lemah
O: - sebagian aktivitas dibantu
orang lain
- Hb = 3,6

Intoleransi aktivitas

5 S : - Tn A mengeluh apakah Kurang


informasi
akan cepat sembuh dan tentang penyakit nya
kapan bs pulang
O : - cemas atau gelisah
- TnA sering bertanya
tentang penyakit nya

Kurang pengetahuan
tentang
penyakit
tentang
kondisi
proknosis

B. NCP

N
O
1

Diagnosa
Tujuan dan KH :
keperawatan
Perubahan
perfusiPerubahan
perfusi
jaringan b/d ketidak jaringan teratasi.
seimbangan 02 .DiKH :
tandai dengan Tn A1.kualitas
pengisian
mengeluh
kepala kapiler kembali baik.
sakit , mudah lelah,2. HB normal 14-16
kesemutan,
g/dl
kedinginan,
mata

berkunang-kunang,
ekstremitas dingin,
kulit pucat,gelisah,
suhu 36 C

Gangguan
rasa
nyaman nyeri b/d
perfusi
selebral
ditandai dengan, Tn1
A mengatakan susah2
utk tidur nyeri atau
pusing, mata merah,3
tidur lebih kurang 5
jam, mata cekung.,4
hb 36 g/dl

Intervensi
observasitandatandavital

Rasional

tinggikan tempat
tifur sesuai toleransi

observasi upaya
pernapasan

selidiki keluhan
nyeri dada

Istirahat dan tidur tn


a dapat terpenuhi
KH :
Tn A tampak segar
Tn A tidak menguap
waktu ditanya
Mata tidak merah
lagi
Cekung mata hilang

Kaji perubahan

istirahat atau
gangguan istirahat

kaji intensitas tinggi

memberi informasi
tentang derajat atau
ke adekuatan perfusi
jaringan
dan
membantu
menentukan
kebutuhan intervensi
meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi
untuk
kebutuhan seluler
dipsnea
gemeritik
menunjukan gejala
karena regangan di
jantung
atu
peningkatran
kompensasi
curah
jantung
iskemia
seluler
mempengaruhi
jaringan miokardinal
atau potensial infak
diharapkan
mengetahui
dan
dapata
mengambil
langkah agra tn a
dapat istirahat dengan
tenang
dengan mengetahui
tingkat nyeri dapat
menentukan
intervensi yang akan
di lakukan

ajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi

diharapkan derngan
relaksasi nyeri atau
pusing berkurang

jelaskan penyebab agar Tn.A


nyeriatau pusing
mengerti ,memahami
penyebab rasa/pusing
mengganggu istirahat
dan tidur
3

Intoleransi aktivitas
b/d ketidak
seimbangan 02
ditandai dengan, tn a
mengeluh lemah,
sebagian aktivitas
dibantu orang lain,
hb 3,6 g/dl

Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan b/d tn.A
mengatakan bahwa
badan tersa lemah,
keadaan
umum
lemah, porsi yang
disediakan 3 sendok
yang habis, tugor
kulit jelek

tn a dapat
- observasi tanda vital
mealakukan tindakan- anjurkan tn A untuk

aktivitas ttanpa
menggunakan teknik
bantuan orang lain
penghematan energi
KH :
1. makan menyuap - anjurkan tn a untuk
tanpa bantuan arang menghentikan
lain
aktivitas bila ada

palpitasi, kelemahan,
pusing,.

Diketahui keadaan
Tn.A
Mendorng
pasien
untuk
banyak
membatasi
penyimpangan energi
dan
mencegah
kelemahan
regangan atau stres
kardio
pulmonal
berlebihan
dapat
menimbulkan
dekompensasi atau
kegagalan
dapat
diketahui
Nutrisi tn.a terpenuhi- kaji status nyeri
KH :
intake makanan yang
1. keadaan umum
masuk
sehingga
membaik
kekurangan
akan
2.
porsi
yang
masukan zat gizi juga
disediakan habis
dapat diketahui
dapat menjelaskan
- jelaskan pd tn.
Penting nya makan kepada tn.a penting
bagi tubuh
nya makanan bagi
tubuh
agar
pengetahuan
nya
bertambah dan di
harapkan tn. A makan
.

berikan makanan
yang
merangsang
nafsu makan dan
dikolaborasikan
dengan ahli gizi

- motivasi tn. A untuk


makan

Kurang pengetahuan
tentang
kondisi
prognosis b/d kurang
informasi
tentang
1.
penyakit
nya
2.
ditandai dengan tn.a
mengeluh
tentang
3.
penyakitnya
dan
bertanya kapan bisa
pulang, tn.a gelisah,
bertanya
tentang
penyakit nya

tn.a mengerti, cemas,


gelisah, hilang
KH :
tn..a tenang
2.
tn.a
tidak
bertanya-tanya lagi
penyembuhan tn.a
tentang penyakit nya
bertambah

berikan penjelasan
pada
tn.a
dan
keluarga
tentang
penyakit nya
jelaskan
tentang
prosedur perawatan
dan pengobatan yang
dijalankan
beri support mental

- dengan makanan
yang
merangsang
nafsu
makan,
diharapkan tn.a da
selera untuk makan
dan kebutuhan nutrisi
terpenuhi
- dengan motivasi tn.
A mau makan dan
menghabiskan porsi
yang dihidangkan
tn.a dan keluarga
mengerti dan adpt
mengurangi rasa
cemas/ gelisah tn.a
maupun keluarga
Dengan penjelasan
diharapakan Tn.A
dan keluaraga dapat
mengetahui tindakan
yang akan dilakun
Agar Tn.A
mempunyai semangat
dalam menghadapi
penyaakitnya

BAB IV
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah
dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)

Penyebab dari anemia aplastik adalah :


a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santoninkalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
3.2

Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi
9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to
Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology.Edisi ke-2. New
York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
.1996.PerawatanMedikalBedah(SuatuPendekatanProsesKeperawatan).Bandung:YayasanIkatanAlumniPendidikan
KeperawatanPajajaranBandung.

You might also like