You are on page 1of 4

Apa itu Keselamatan ?

( suatu percakapan dengan Paus Yohanes Paulus II )


APA ITU KESELAMATAN ?
Penegasan pertama adalah : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa ( Yoh 3:16 ). Dengan demikian menjadi nyata bahwa dunia bukanlah
sumber kebahagiaan sejati. Malahan sebaliknya, dunia dapat menjadi sumber kebinasaan.
Dunia ini tidak mampu menjadikan kita bahagia. Kehidupan kekal hanya dapat diberikan
sebagai karunia dari Tuhan. Kehidupan kekal tidak dapat diberikan kepada kita oleh dunia
ciptaan-Nya.
Penegasan kedua adalah : Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia ( Yoh 3:17 ). Dunia
yang didapati Yesus ketika Ia menjadi manusia, layak menerima penghukuman oleh karena
dosa yang mendominasi sejarah manusia, mulai dari jatuhnya leluhur kita yang pertama ke
dalam dosa. Namun demikian, Tuhan tidak hendak menghukum dunia, melainkan
menyelamatkannya. Oleh sebab itulah Ia mengutus Putra-Nya.
Penegasan ketiga adalah : Menyadarkan dunia akan dosa-dosanya berarti mengadakan
syarat bagi keselamatannya. Kesadaran akan keberdosaan kita, termasuk dosa yang kita
warisi, merupakan syarat pertama bagi keselamatan; selanjutnya adalah pengakuan dosa
di hadapan Tuhan, yg menghendaki hanya menerima pengakuan dosa tsb agar Ia dapat
menawarkan keselamatan. Menyelamatkan berarti merangkul serta mengangkat kita
dengan kasih yang menyelamatkan, kasih yang senantiasa lebih besar dari dosa apa pun.
APAKAH MENGORBANKAN PUTRA-NYA HINGGA WAFAT DI SALIB MEMANG
PERLU BAGI KESELAMATAN UMAT MANUSIA ?
Dapatkah berbeda ? Tuhan bukanlah Kebenaran yang tinggal di luar dunia, yang acuh tak
acuh terhadap penderitaan manusia. Ia adalah Imanuel, Tuhan beserta kita, Tuhan yang
ambil bagian dan ikut serta dalam perjalanan hidup manusia. Dengan kehendak bebasNya, Tuhan menggunakan kebijaksanaan-Nya dan kemahakuasaan-Nya bagi
kesejahteraan umat manusia. Jika penderitaan hadir dalam sejarah umat manusia, orang
akan mengerti mengapa kemahakuasaan Tuhan dinyatakan dalam kehinaan mahadahsyat
di salib. Peristiwa salib akan tetap merupakan kunci pemahaman misteri penderitaan yang
agung, yang adalah bagian terbesar dari sejarah umat manusia.
Apa artinya ? Artinya bahwa Tuhan menempatkan Diri-Nya di pihak makhluk yang Ia
ciptakan dan Ia melakukannya dengan cara yang radikal. Kristus menerima segala
konsekuensi dosa kita, menanggungkannya pada Diri-Nya Sendiri. Manusia yang
Menderita merupakan perwujudan dari Kasih yang menanggung segala sesuatu
( 1 Kor 13:7 ). Tuhan begitu mengasihi manusia, Ia mengasihi manusia ' hingga akhir' .
Salib Kristus merupakan bukti nyata yang tepat untuk ini. Dapatkah kita tetap acuh tak acuh
terhadap bukti kasih yang sedemikian itu? Yesus memberikan Diri-Nya menurut kehendakNya Sendiri untuk menanggung sengsara; Ia bukannya ditundukkan oleh suatu kuasa yang
lebih tinggi ( Yoh 10:18 ). Ia Sendiri yang, mengenali kehendak Bapa, tahu bahwa waktuNya telah tiba dan Ia menerimanya dengan ketaatan bebas seorang Putra dan dengan
kasih tak terbatas bagi umat manusia.

Karena Salib kita dapat menyadari bahwa dari kedalaman kehinaan Kristus yang
menyelamatkan, manusia dianugerahi karunia kekuatan untuk mencapai puncak martabat
dan hidupnya. Dalam kayu salib yang memberi hidup, kita menemukan kembali diri kita
yang sebenarnya.
APAKAH WAFAT YESUS YANG KEJI ITU JUGA MERUPAKAN BAGIAN DARI
RENCANA BAPA?
Kita membaca dalam Injil : Para serdadu mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka berlutut di
hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia. Sesudah mengolok-olokkan Dia, mereka
membawa Dia ke luar untuk disalibkan. ( Mat 27:27-31 ).
Para algojo mewakili semua orang yang melakukan yang jahat di mata Tuhan. Terkadang
bahkan tampaknya kejahatan berkuasa, dan manusia tak berdaya menghentikannya. Kaum
muda bertanya adakah yang dapat dilakukan guna menghadapi begitu banyak penderitaan,
begitu banyak ketidakadilan, begitu banyak kekerasan dan pembunuhan ?
Kita mulai melihat jawabnya ketika kita melihat orang lain dalam drama ini, dan Injil
mengisahkan tentang seorang bernama Simon yang mereka paksa untuk memikul salib
Yesus ( Mat 27:32 ). Dan banyak perempuan yang menangisi Dia, yang mengikuti Dia
sepanjang perjalanan-Nya menuju tempat pelaksanaan hukuman mati. ( Mat 27:55 ).
Tradisi mengisahkan seorang wanita bernama Veronika yang mengusap wajah Yesus
dengan saputangan. Injil St. Yohanes menceritakan bahwa ' dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena, dan murid yang
dikasihi-Nya.' ( Yoh 19:25-26 ).
Umat beriman tidak meninggalkan Putra Allah yang bersembunyi dalam diri Putra Manusia
yang menderita. Bagi kita juga, Yesus di salib menjadi ujian iman kita yang utama dan
penghakiman Tuhan atas tingkah laku kita.
SALIB KRISTUS TERTANAM KUAT DALAM HIDUP UMAT KRISTIANI
Memandang Yesus dalam sengsara-Nya, kita melihat sejarah penderitaan umat manusia
sekaligus penderitaan pribadi kita yang tercermin bagai dalam sebuah cermin. Walaupun
tanpa dosa, Kristus menanggung dalam Diri-Nya Sendiri apa yang tidak dapat ditanggung
umat manusia: ketidakadilan, kejahatan, dosa, kebencian, penderitaan dan akhirnya maut.
Dalam Diri Kristus, Anak Manusia yang sengsara dan hina, Tuhan mengasihi setiap orang,
mengampuni setiap orang dan memberikan makna terpenting dalam hidup manusia.
Setiap kita ditantang untuk mendengarkan Sabda Kristus, 'Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut
Aku.' ( Luk 9:23 ): salib untuk menolak cara berpikir yang bertentangan dengan ajaranajaran Kristus; salib untuk menolak hasrat dan tingkah laku yang tidak pantas sebagai
pengikut-pengikut Kristus.
Kalian diundang untuk mengijinkan rahmat perubahan yang mengalir dari salib Kristus
mengisi hidup kalian - teristimewa melalui penerimaan Sakramen Tobat dan Rekonsiliasi.

PERISTIWA-PERISTIWANYA
Perjamuan Terakhir
Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!
Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: Cawan ini adalah
perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu
meminumnya, menjadi peringatan akan Aku! ( 1 Kor 11:23-26 ).
Kata-kata ini dengan jelas menunjukkan tujuan Kristus: dalam rupa roti dan anggur, Ia hadir
dengan Tubuh-Nya 'diserahkan' dan Darah-Nya 'dicurahkan' sebagai korban Perjanjian
Baru. Pada saat yang sama, Ia menetapkan para rasul dan para penerusnya untuk
merayakan sakramen ini yang Ia anugerahkan kepada gereja-Nya sebagai bukti paling
agung dari kasih-Nya.
Inilah pokok utama Kamis Putih. Kiranya Putra Allah menjadikan kita mampu menghayati
hari ini sesuai madah doa Byzantine yang indah ini: 'Izinkanlah aku hari ini mengambil
bagian dalam perjamuan mistik-Mu, ya Putra Allah. Aku tidak akan mengkhianati rahasia ini
kepada musuh-musuh-Mu, dan juga tidak memberi ciuman seperti Yudas, tetapi seperti
penyamun itu aku berseru kepada-Mu : Tuhan, ingatlah aku dalam kerajaan-Mu !' ( Liturgi
Ilahi St. Yohanes Krisostomus ).
Jumat Agung
Pada hari Jumat Agung kita merenungkan salib di Kalvari. 'Ecce lignum Crucis' : 'Lihatlah
kayu salib di mana tergantung Kristus Juruselamat dunia.' Kita mengenangkan kembali
'misteri sengsara' Yesus Kristus. Misteri Salib tak terpahami oleh akal budi manusia.
Mendaki bukit Kalvari sungguh merupakan sengsara yang tak terlukiskan, berpuncak pada
sengsara salib yang dahsyat. Betapa tak terselami misteri Allah! Tuhan, menjadi manusia,
menderita sengsara demi menyelamatkan umat manusia, menimpakan tragedi umat
manusia pada Diri-Nya Sendiri.
Jumat Agung mengingatkan kita akan rangkaian pencobaan yang tak kunjung henti dalam
sejarah, di antaranya kita tak dapat melupakan tragedi-tragedi yang terjadi di jaman kita.
Sehubungan dengan ini, bagaimana kita dapat melupakan peristiwa-peristiwa tragis yang
hingga kini masih menodai sebagian bangsa-bangsa di dunia dengan darah?
Sabtu Suci
Di makam kita dapat merenungkan tragedi umat manusia yang, terlepas dari Allah, secara
tak terelakkan dikuasai oleh kesepian dan keputusasaan. Mengandalkan dirinya sendiri,
manusia merasa sesak dalam setiap tarikan napas pengharapan menghadapi penderitaan,
kegagalan hidup dan, teristimewa, maut. Apakah yang harus kita lakukan? Kita harus
menunggu kebangkitan.
Minggu Paskah
Ketika Kristus mengatakan: 'Jangan takut', Ia hendak menjawab sumber ketakutan
manusia yang terdalam. Yang Ia maksudkan adalah jangan takut akan kejahatan, karena
lewat kebangkitan-Nya, kebaikan telah menyatakan diri lebih kuat daripada kejahatan.
Injil-Nya adalah kemenangan kebenaran.

Sekarang, kita juga adalah saksi-saksi dari Kristus yang telah bangkit dan kita mengulangi
pewartaan damai-Nya kepada segenap umat manusia dalam menyongsong milenium
ketiga. Kita menjadi saksi atas wafat dan kebangkitan-Nya, terutama kepada pria dan
wanita dari masa kita, yang terjebak dalam perang saudara dan pembunuhan yang
membuka kembali luka-luka lama pertikaian antar etnis. Dan di bagian-bagian lain di setiap
benua, sekarang tertabur di bumi benih-benih kematian dan konflik-konflik baru
menyongsong masa depan yang suram. Pewartaan damai ini diperuntukkan bagi mereka
semua yang mengalami Kalvari yang seolah-olah tanpa akhir, yang terhalang cita-cita
mereka dalam menghormati martabat dan hak asasi manusia, demi keadilan, demi
lapangan kerja, demi kondisi hidup yang lebih adil. Semoga pewartaan damai ini menjadi
inspirasi bagi para pemimpin negara dan bagi setiap orang yang berkehendak baik, di
mana perdamaian dipertaruhkan dalam keputusan-keputusan politik yang berbahaya.
Semoga pewartaan damai ini membangkitkan keberanian baru bagi mereka yang percaya
dan masih percaya pada dialog sebagai cara untuk menyelesaikan keteganganketegangan nasional maupun internasional. Semoga pewartaan damai mengisi hati setiap
orang dengan keberanian akan pengharapan yang bersemi dari kebenaran yang dikenali
dan dihormati, sehingga prospek-prospek baru yang menjanjikan akan solidaritas dapat
terwujud di dunia.
O Kristus yang Bangkit, Penebus umat manusia, terangilah dan bimbinglah mereka semua
yang mengusahakan perdamaian, setiap hari dan di setiap pelosok dunia, dengan
pengorbanan yang besar. O Pemenang atas maut, kuatkanlah para tokoh keadilan dan
perdamaian di mana harapan-harapan akan tercapainya hidup berdampingan dalam damai
masih dibayangi oleh jalan adu kekuatan dan kekerasan. Hiburlah mereka yang menolak
pertikaian antar etnis yang tak terelakkan. Pulihkan penderitaan mereka yang menjadi
korban keganasan senjata. Semoga pengharapan tak pernah padam dalam diri mereka
yang percaya bahwa pada akhirnya aspirasi mereka yang logis terhadap lapangan kerja,
tempat tinggal, keadilan sosial yang lebih baik dan kebebasan sejati dalam
mengungkapkan hati nurani serta kebebasan beragama akan didengarkan.
Surrexit Dominus: Kristus telah bangkit dan menganugerahkan kepada mereka yang ikut
ambil bagian dalam kemenangan-Nya atas maut, keberanian serta kekuatan untuk
melanjutkan karya membangun umat manusia baru dengan menolak segala jenis
kekerasan, kepicikan dan ketidakadilan. Tuhan atas hidup telah bangkit dengan kuasa,
membawa serta bersama-Nya kasih dan keadilan, hormat, pengampunan dan rekonsiliasi.
Ia yang dari ketiadaan telah menjadikan dunia, hanya Ia yang dapat mendobrak meterai
makam, hanya Ia yang dapat menjadi sumber Hidup Baru bagi kita, yang ditundukkan oleh
hukum alam maut.
'Scimus Christum surrexisse a mortuis vere.' Ya, kita tahu dengan pasti bahwa Kristus
sungguh telah bangkit dari antara orang mati: Engkau, Raja Pemenang, kasihanilah kami.
Amin! Alleluia!
(Buah pikiran Paus Yohanes Pauslus II dikumpulkan dari homili-homili dan ceramahceramahnya sepanjang masa kepausannya, teristimewa yang disampaikan dalam masa
Pekan Suci).

You might also like