You are on page 1of 29

BLOK 14: DIGESTIF

REVIEW JURNAL MINGGU 5 dan 6


Akut Abdomen pada Anak

OLEH:
Ristania Ellya John
H1A013055

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015

BAB I
PENDAHULUAN

Akut abdomen merupakan salah satu keluhan pada anak yang sering
menjadi penyebab anak dibawa ke dokter maupun rumah sakit dan dikaitkan
dengan kegawatdaruratan medis pada anak (Tseng, Y.-C. et al., 2008; le, Z.,
Yildiz, T. & leyen, M., 2013; Kim, J.S., 2013; Yang, W.-C., Chen, C.-Y. & Wu,
H.-P., 2013). Secara umum, akut abdomen adalah sebuah terminologi yang
menunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen dengan gejala utama nyeri
perut yang dapat mengancam jiwa apabila tidak ditanggulangi (Ross, A. &
LeLeiko, N.S., 2010).
Manifestasi klinis berupa nyeri perut pada anak sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Nyeri perut pada anak dapat timbul secara mendadak,
tetapi sering pula timbul secara perlahan-lahan. Rasa nyerinya dapat bervariasi
dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir di suatu
tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain (Tseng, Y.-C.
et al., 2008; Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010; Kim, J.S., 2013). Rasa nyeri yang
timbul dapat berupa nyeri tumpul (seperti di tusuk-tusuk) dan dapat pula seperti
dililit-lilit yang tidak jarang menyebabkan anak berguling-guling. Penyebab nyeri
perut sendiri bermacam macam, mulai dari yang berasal dalam perut sendiri
maupun di luar perut (Tseng, Y.-C. et al., 2008; Yang, W.-C., Chen, C.-Y. & Wu,
H.-P., 2013).

Nyeri abdomen akut pada anak menyebabkan dilema dalam diagnostik.


Meskipun banyak kasus dalam akut abdomen adalah suatu yang tidak
membahayakan, namun beberapa kasus memerlukan diagnosis dan penanganan
yang cepat untuk meminimalisir angka kesakitan. Secara umum, penyebab
tersering untuk nyeri akut abdomen pada anak adalah gastroenteritis, dan untuk
kasus akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan terbanyak adalah
appendisitis (Tseng, Y.-C. et al., 2008; Yang, W.-C., Chen, C.-Y. & Wu, H.-P.,
2013).
Manajemen pasien anak dengan akut abdomen memerlukan keputusan
yang tepat dalam rentang waktu yang singkat (Kim, J.S., 2013), sehingga dokter
sebagai tenaga medis membutuhkan pengetahuan yang cukup terkait akut
abdomen. Untuk itu, saya membuat tugas review jurnal tentang akut abdomen
pada anak yang akan membahas terkait etiologi, gejala klinis, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, dan tata laksana.

BAB II
PEMBAHASAN

Etiologi
Penyebab dari akut abdomen pada anak dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa hal, yaitu: lokasi, sifat, dan sumber nyeri, serta epidemiologinya (Tseng,
Y.-C. et al., 2008; Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010; Kim, J.S., 2013; Yang, W.-C.,
Chen, C.-Y. & Wu, H.-P., 2013). Berdasarkan lokasi nyerinya, etiologi dari akut
abdomen dibedakan menjadi 9 jenis sesuai dengan 9 regio abdomen, hal tersebut
ditunjukan pada tabel di bawah ini (Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010):
Tabel 1: Etiologi Akut Abdomen pada Anak berdasarkan Lokasi Nyeri

Berdasarkan sifat nyerinya, nyeri abdomen yang muncul juga dapat


dibedakan menjadi 3, yaitu: nyeri visceral, somatoparietal, dan nyeri alih.
Reseptor nyeri visceral terdapat pada otot dan mukosa organ, mesenterium, dan
permukaan serosa. Nyeri visceral biasanya terjadi akibat distensi dinding
abdomen maupun mesenterium, dan penyebaran nyerinya biasanya tidak
terlokalisasi dengan baik. Di sisi lain, nyeri somatoparietal biasanya terjadi akibat
regangan usus dan inflamasi, nyeri ini biasanya bersifat terlokalisasi, tajam, dan
bertambah nyeri jika bergerak. Sifat nyeri yang terakhir adalah nyeri alih. Nyeri
alih muncul apabila saraf nyeri visceral maupun parietal telah mencapai korda
spinalis atau sistem saraf pusat, contohnya adalah nyeri selurung lapang perut
pada appendisitis (Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010).
Berdasarkan sumber nyerinya, akut abdomen pada anak dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu nyeri abdomen GI (Gastro Intestinal) dan nyeri abdomen nonGI yang dijabarkan pada tabel di bawah ini (Kim, J.S., 2013):
Tabel 2: Etiologi Akut Abdomen pada Anak berdasarkan Sumber Nyeri

Meskipun pada tabel di atas ditunjukkan bahwa nyeri abdomen dapat


disebabkan oleh banyak penyakit baik di dalam maupun luar sistem GI, namun
berdasarkan epidemiologinya akut abdomen lebih sering disebabkan karena
penyakit dalam sistem GI terutama appendisitis (64%) (Tseng, Y.-C. et al., 2008;
Kim, J.S., 2013). Hal tersebut ditunjukkan pada grafik epidemiologi di bawah ini:
Graffik 1: Epidemiologi Penyebab Akut Abdomen pada Anak (Tseng, Y.-C. et
al., 2008)

Di sisi lain berdasarkan epidemiologi terkait usia, penyebab akut abdomen


pada anak juga dapat dibandingkan seperti pada 2 tabel berikut ini:
Tabel 3: Perbandingan Etiologi Akut Abdomen pada Neonatus, Bayi, Anak,
dan Remaja (Kim, J.S., 2013)

Tabel 4: Perbandingan Etiologi Akut Abdomen berdasarkan Usia (Yang, W.C., Chen, C.-Y. & Wu, H.-P., 2013)

Berdasarkan beberapa tabel dan grafik atas, dapat disimpulkan beberapa


hal yaitu: gastroenteritis merupakan penyebab tersering akut abdomen di segala
usia anak; appendisitis merupakan penyebab akut abdomen tersering yang dapat
menimbulkan kegawatdaruratan terutama pada anak-anak berusia di atas 2 tahun;
selain itu obstruksi saluran cerna, perforasi, dan pankreatitis akut juga merupakan
penyebab yang sering dalam segala usia anak epidemiologinya (Tseng, Y.-C. et
al., 2008; Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010; Kim, J.S., 2013; Yang, W.-C., Chen,
C.-Y. & Wu, H.-P., 2013).
Faktor Resiko
a. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital pada anak baik berupa kelainan pada sistem
gastro intestinal maupun di luar gastrointestinal merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya akut abdomen. Kelainan kongenital yang sangat
berhubungan dengan akut abdomen adalah kelainan anatomi kongenital
yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada saluran cerna maupun

sistem pankreahepatobilier, contohnya adalah hernia inguinal inkarserata


yang merupakan penyebab dari 45,1% akut abdomen pada anak berusia di
bawah 2 tahun (Tseng, Y.-C. et al., 2008; Suzuki, M., Sai, J.K. & Shimizu,
T., 2014).
b. Riwayat Infeksi Berulang
Adanya infeksi pada sistem gastrointestinal (GI) maupun
pankreahepatobilier merupakan faktor resiko terjadinya akut abdomen
pada anak, di mana kita mengetahui anak-anak terutama yang berusia di
bawah 5 tahun memiliki sistem imun yang belum kompeten atau matur,
sehingga adanya infeksi yang berulang dapat menimbulkan resiko
komplikasi (dapat berupa perforasi/ peritonitis) yang lebih besar. Selain
itu, penyebab utama dari gastroenteritis (etiologi tersering akut abdomen)
berupa infeksi, sehingga apabila anak memiliki riwayat infeksi berulang
maka

kemungkinan

mereka

mengalami

akut

abdomen

akibat

gastroenteritis menjadi lebih besar (Abantanga, F.A., Nimako, B. &


Amoah, M., 2009; Granado-Villar, D., Cunill-De Sautu, B. & Granados,
A., 2012).
c. Malnutrisi
Keadaan malnutrisi pada anak dapat menyebabkan penurunan
sistem imun pada tubuh anak termasuk faktor defensif pada saluran
pencernaan.

Hal

ini

akan

menyebabkan

infeksi

(gastroenteritis,

pankreatitis, enterocolitis) menjadi sangat mudah terjadi. Selain itu,


keadaan malnutrisi juga menyebabkan anak lebih mudah mengalami
perforasi dan sepsis (Neu, J. & Walker, W.A., 2011; Granado-Villar, D.,
Cunill-De Sautu, B. & Granados, A., 2012; Suzuki, M., Sai, J.K. &
Shimizu, T., 2014) .
d. Faktor Higienitas

Berdasarkan penelitian di Italia pada tahun 2011, ditemukan bahwa


pada anak-anak prasekolah yang memiliki tingkat kesadaran terkait
kebersihan yang rendah memiliki jumlah jaringan limfoid yang lebih
tinggi pada dinding appendiksnya, sehingga lebih mudah terjadi
appendisitis akut pada anak-anak tersebut (Gardikis, S. et al., 2011).
e. Riwayat Enteral feeding
Riwayat pemberian nutrisi secara enteral (dapat berupa susu
formula atau makanan tambahan) sangat perlu ditanyakan pada kasus akut
abdomen pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Mekanisme pengaruh
riwayat pemberian nutrisi secara enteral terhadap kasus-kasus akut
abdomen belum diketahui secara pasti, namun diduga pemberian nutrisi
enteral yang didni akan memicu pembentukan asam lemak rantai pendek
akibat dari proses fermentasi yang berlebihan di usus. Hal ini diperkirakan
dapat mempengaruhi struktur dan fungsi mukosa, selain itu juga dapat
memicu terjadinya lesi mukosa sehingga peradangan pada saluran GI
menjadi lebih sering terjadi (Lee, J.H., 2011; Neu, J. & Walker, W.A.,
2011; Choi, Y.Y., 2014).
f. Penyakit Sistemik
Berdasarkan beberapa jurnal, disebutkan bahwa penyakit sistemik
diduga menjadi faktor resiko terjadinya akut abdomen. Penyakit sistemik
ini dapat berupa penyakit autoimun, hematologi, maupun metabolik yang
dapat mengganggu homeositas dan pertahanan tubuh. Selain itu, penyakit
sistemik juga diduga akan menjadi faktor penyulit selama terapi dan
memperburuk prognosis (Kim, J. S., 2013; Suzuki, M., Sai, J.K. &
Shimizu, T., 2014).
g. Riwayat Konsumsi Obat

Beberapa obat telah diketahui memiliki efek yang tidak baik bagi
sistem pencernaan pada anak. Obat-obatan leukimia (L-asparaginase),
steroid, dan beberapa jenis antibiotik (isoniazid, tetrasiklin) diduga dapat
menjadi faktor resiko atau penyebab dari pankreatitis pada anak. Selain
itu, penggunaan NSAID berkepanjangan pada anak juga dapat
menyebabkan gastroenteritis dan ulkus peptikum yang menjadi etiologi
dari akut abdomen (Chelimsky, G. & Czinn, S., 2001; Granado-Villar, D.,
Cunill-De Sautu, B. & Granados, A., 2012; Guariso, G. & Gasparetto, M.,
2012).
Patofisiologi dan Gejala Klinis
Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang biasanya
disebabkan oleh infeksi baik virus, bakteri, protozoa maupun cacing. Etiologi
terbanyak dari gastroenteritis adalah infeksi virus (rota virus). Mekanisme dasar
yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah (Ross, A. & LeLeiko, N.S.,
2010; Granado-Villar, D., Cunill-De Sautu, B. & Granados, A., 2012):
a) Gangguan osmotik: adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi
rongga

usus

yang

berlebihan

akan

merangsang

usus

untuk

mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis (Ross, A. & LeLeiko,


N.S., 2010; Granado-Villar, D., Cunill-De Sautu, B. & Granados, A.,
2012).

b) Gangguan sekresi: akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada


dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
lumen usus dan selanjutnya timbul gastroenteritis kerena peningkatan isi
lumen usus (Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010; Granado-Villar, D., CunillDe Sautu, B. & Granados, A., 2012).
c) Gangguan

motilitas

usus:

hiperperistaltik

akan

menyebabkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul


gastroenteritis.

Sebaliknya

bila

peristaltik

usus

menurun

akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul


gastroenteritis pula (Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010; Granado-Villar, D.,
Cunill-De Sautu, B. & Granados, A., 2012).
Gejala klinis yang muncul pada gastroenteritis sangat bervariasi dan
bergantung pada mikroorganisme yang menginfeksi, tetapi secara umum gejala
yang timbul pada kasus gastro enteritis adalah nyeri abdomen yang menyebar dan
tidak terlokalisasi, diare, mual dan muntah, serta disertai demam (Ross, A. &
LeLeiko, N.S., 2010; Granado-Villar, D., Cunill-De Sautu, B. & Granados, A.,
2012).

Appendisitis Akut
Appendisitis adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada appendiks
vermicularis. Appendisitis merpakan penyebab akut abdomen terbanyak pada
anak-anak dengan usia di atas 2 tahun (Russell, W.S. et al., 2013). Appendisitis

akut dapat disebabkan karena obstruksi lumen appendiks, hiperplasia jaringan


limfoid pada dinding appendiks, serta adanya benda asing atau parasit pada lumen
appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks akan menyebabkan timbulnya nyeri
kolik dan terjadinya penebalan serta dilatasi dari dinding appendiks. Lamakelamaan, hali ini akan menyebabkan kongesti vaskular dan iskemia pada
appendiks yang akan merusak pertahanan mukosa dinding appendiks. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan bakteri pada lumen appendiks meningkat
pesat dan menyebabkan inflamasi pada appendiks. Jika tidak ditangani, proses
inflamasi ini akan berlanjut menjadi gangren dan perforasi (Elikashvili, I. &
Spina, L., 2012).
Gejala yang timbul akibat appendisitis akut pada anak-anak sangat
bervariasi. Gejala yang biasanya paling sering muncul adalah nyeri abdomen
terutama pada daerah kuadran kanan bawah dan juga demam (Bundy, D.G. et al.,
2007). Selain itu gejala mual dan muntah juga sering muncul sebagai manifestasi
klinis (Russell, W.S. et al., 2013; Sal, M. et al., 2014). Penegakan diagnosis
appendisitis pada anak dapat ditegakkan dengan Pediatric Appendisitis Score
(PAS) maupun Skor Alvarado yang sudah dimodifikasi. Penggunaan PAS sebagai
skoring appendisitis harus diperhatikan karena pada anak-anak dengan usia di
bawah 4 tahun, penggunaan PAS menjadi tidak akurat karena gejala yang
terkadang tidak jelas (Sal, M. et al., 2014). Berikut kami tampilkan tabel penilain
PAS dan Skor Alvarado di bawah ini:
Tabel 5: Pediatric Appendicitis Score (Elikashvili, I. & Spina, L., 2012)

Keterangan: resiko rendah (1-2), sedang (3-6), dan tinggi (7-10)


Tabel 6: Skor Alvarado untuk Anak (Elikashvili, I. & Spina, L., 2012)

Keterangan: resiko rendah (1-3), sedang (4-6), dan tinggi (7-9)

Tabel 7: Perbandingan Gejala Appendisitis berdasarkan Usia Anak


(Elikashvili, I. & Spina, L., 2012)

Obstruksi Intestinal
Obstruksi intestinal pada anak juga merupakan salah satu penyebab akut
abdomen pada anak. Obstruksi pada anak dapat disebabkan karena beberapa hal
yaitu konstipasi, necrotizing enterocolitis, volvulus, dan intusussepsi. Konstipasi
merupakan salah satu penyebab akut abdomen yang dalam penatalaksanaannya
cukup mudah dan tidak beresiko. Konstipasi pada anak biasanya disebabkan
karena makanan yang rendah serat, menahan BAB, dan penggunaan obat anti
diare maupun laksatif yang berlebihan. Terdapat 2 mekanisme utama terjadinya
konstipasi pada anak yaitu akibat gangguan absorpsi air pada kolon, dan gangguan
motilitas kolon (Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010; Kim, J. S., 2013).
Volvulus, intussusepsi, dan necrotizing enterocolitis biasanya lebih sering
terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun. Volvulus, merupakan keadaan saluran
pencernaan yang terpuntir, bisanya sering terjadi pada usus halus maupun sekum.
Penyebab utama volvulus adalah panjang usus yang abnormal (Osifo, O.D. &
Oriaifo, A.I., 2008; Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010; Kim, J. S., 2013).

Intussepsi adalah masuknya bagian ileum terminal ke dalam colon. Hal ini
dapat menyebabkan penyumbatan pada usus sehingga menimbulkan nyerinya.
Penyebab intussepsi pada anak belum diketahui secara pasti, namun diduga
kelainan kongenital merupakan salah satu penyebabnya (Ross, A. & LeLeiko,
N.S., 2010; Shekherdimian, S. & Lee, S.L., 2011; Kim, J. S., 2013).
Necrotizing enterocolitis (NEC) atau enterokolitis nekrotikan adalah suatu
kondisi akut abdomen berupa peradangan dan kematian jaringan pada usus halus
dan kolon yang umumnya terjadi pada periode neonatus. Etiologi NEC hingga
saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat kaitannya dengan terjadinya
iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor makanan. Iskemik
menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan pada invasi
bakteri. NEC jarang terjadi sebelum tindakan pemberian makanan dan sedikit
terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Bagaimananapun sekali pemberian
makanan dimulai, hal itu cukup untuk menyebabkan proliferasi bakteri yang dapat
menembus dinding saluran cerna yang rusak dan menghasilkan gas hidrogen. Gas
tersebut bisa berkumpul dalam dinding saluran cerna atau memasuki vena portal
(Lee, J.H., 2011; Neu, J. & Walker, W.A., 2011; Choi, Y.Y., 2014).
Proses inflamasi di NEC menyebabkan peningkatan aliran darah di
segmen usus yang terkena. Bakteri menembus pertahanan mukosa, dan dengan
produk metabolisme bakteri terjadi pembentukan gas intramural (Gambar 1).
Sepanjang NEC berlangsung, platelet-activating factor yang diproduksi oleh selsel inflamasi dan bakteri, menyebarkan kaskade inflamasi, terutama sitokin dan
komplemen, mengakibatkan ekstensif transmural yang terlibat terdapat kompromi
dari microvasculature seperti iskemik maka terjadi perubahan jaringan . Akhirnya,

dinding usus yang tidak perforasi mengalami nekrosis, yang kemungkinan begitu
parah sehingga terjadi peluruhan dinding usus. Hal ini mengakibatkan penipisan
dinding usus dan akhirnya terjadi perforasi (Lee, J.H., 2011; Neu, J. & Walker,
W.A., 2011; Choi, Y.Y., 2014).
Pankreatitis
Pankreatitis adalah peradangan yang terjadi di daerah pankreas, di mana
akan muncul banyak sel inflamasi akut pada sel pankreas yang akan menyebabkan
terjadinya edema, kerusakan sel (nekrosis) atau fibrosis. Pada sebagian besar
anak, pankreatitis bersifat self-limiting dan reversibel. Namun pada beberapa
kasus dapat menyebabkan penyakit yang kronik. Pankreatitis diduga disebabkan
oleh obat, infeksi, dan anomali kongenital. Gejala utama yang muncul pada
pankreatitis adalah nyeri abdominal yang merujuk pada akut abdomen, dan
terdapat beberapa gejala tambahan lain yang digambarkan sesuai usia pada tabel 8
berikut ini (Abu-El-Haija, M., Lin, T.K. & Palermo, J., 2014; Suzuki, M., Sai, J.K.
& Shimizu, T., 2014):

Perforasi dan Peritonitis

Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek


dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk
terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan
istilah peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia
yang disebabkan karena kebocoran asam lambung ke dalam rongga perut.
Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu
kasus kegawatan bedah. Pada anak-anak, perforasi pada saluran cerna sering
disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti ulkus peptikum, appendisitis,
komplikasi demam tifoid, ataupun necrotizing enterocolitis (NEC) (Uba, A.F. et
al., 2007; Abantanga, F.A., Nimako, B. & Amoah, M., 2009).
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan
terjadinya perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan
pemeriksaan hematokrit.

Leukositosis menunjukkan adanya

infeksi, namun pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm


tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis. Pemeriksaan
C-Reactive Protein (CRP) yang meningkat juga menunjukkan
adanya tanda infeksi. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.

Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada


hepar (Elikashvili, I. & Spina, L., 2012; Marzuillo, P. et al., 2015)
2) Pemeriksaan urin rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
dijumpai hematuria. Adanya leukosit pada urin juga dapat
menunjukan adanya infeksi saluran kemih. Namun, urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma maupun infeksi
pada saluran urogenital (Russell, W.S. et al., 2013; Marzuillo, P. et
al., 2015)
b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam
posisi tegak untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks
atau trauma pada thoraks. Harus juga diperhatikan adanya udara
bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus dalam
rongga thoraks pada hernia diafragmatika (Uba, A.F. et al., 2007;
Abantanga, F.A., Nimako, B. & Amoah, M., 2009; Elikashvili, I. &
Spina, L., 2012).
2) Plain abdomen foto tegak
Akan

memperlihatkan

udara

bebas

dalam

rongga

peritoneum, udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus


alienum, perubahan gambaran usus (Uba, A.F. et al., 2007;
Abantanga, F.A., Nimako, B. & Amoah, M., 2009; Elikashvili, I. &
Spina, L., 2012).

3) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan


Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita
yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma maupun
perforasi. Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri
akut abdomen adalah sebagai berikut (Uba, A.F. et al., 2007;
Abantanga, F.A., Nimako, B. & Amoah, M., 2009):
Lokasi nyeri

Pencitraan

Kuadran kanan atas

Ultrasonografi

Kuadran kiri atas

CT

Kuadran kanan bawah

CT dengan media kontras IV

Kuadran kiri bawah

CT dengan media kontras IV dan oral

Suprapubis

Ultrasonografi

c. Pemeriksaan khusus
1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna
untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum.
Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar
dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan
NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi
(Uba, A.F. et al., 2007; Abantanga, F.A., Nimako, B. & Amoah, M.,
2009).

2) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui
langsung sumber penyebabnya, dan sangat berguna pada akut
abdomen tanpa penyebab yang jelas di anak (le, Z., Yildiz, T. &
leyen, M., 2013)
Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan akut abdomen antara lain, adalah
penyelamatan jiwa penderita, dan meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat
dalam fungsi fisiologis alat pencemaan penderita. Biasanya langkah-langkah
penatalaksanaan akut abdomen terdiri dari (Uba, A.F. et al., 2007; Abantanga,
F.A., Nimako, B. & Amoah, M., 2009; Elikashvili, I. & Spina, L., 2012; le, Z.,
Yildiz, T. & leyen, M., 2013):
1) Tindakan penanggulangan darurat
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistem pernafasan dan
kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita.
Bila sistem vital penderita sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.
2) Tindakan penanggulangan definitif tujuan t adrapialah :
a) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan
bila terjadi pendarahan
b) Meminimalisasi cacat sistem pencernaan yang mungkin terjadi dengan
cara :
o Menghilangkan sumber kontaminasi.

o Meminimalisasi

kontaminasi

yang

telah

terjadi

dengan

membersihkan rongga peritoneum.


o Mengembalikan kontinuitas passage usus dan menyelamatkan
sebanyak mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat
fisiologis.
o Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan
membuka rongga abdomen yang dinamakan laparotomi.
Laparotomi Eksplorasi pada Keadaan Darurat (Abantanga, F.A., Nimako, B. &
Amoah, M., 2009; Elikashvili, I. & Spina, L., 2012; le, Z., Yildiz, T. & leyen,
M., 2013)
a) Tindakan sebelum operasi
1) Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus
stabil. Bila ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat
besar, dilaksanakan operasi langsung untuk menghentikan sumber
perdarahan.
2) Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3) Pemasangan dauer-katheter
4) Pemberian

antibiotika

secara

parenteral

pada

penderita

dengan

persangkaan perforasi usus, shock berat atau trauma multipel.


5) Pemasangan

thorax-drain

pads

penderita

dengan

fraktur

iga,

haemothoraks atau pneumothoraks.


b) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median
panjang.

Pada penderita dengan dugaan akut abdomen akibat gastroenteritis ataupun


kelainan GI lainnya yang tidak memerlukan tindakan operatif, penatalaksanaan
dilakukan sesuai dengan patofisiologi penyakitnya. Panatalaksanaan nyeri dan
pemberian nutrisi serta cairan yang cukup sangat penting pada penatalaksanaan
penyakit ini. Selebihnya harus dilakukan monitoring untuk memutuskan apakah
penderita memerlukan tindakan operatif atau tidak (Tseng, Y.-C. et al., 2008; le,
Z., Yildiz, T. & leyen, M., 2013; Kim, J.S., 2013; Yang, W.-C., Chen, C.-Y. &
Wu, H.-P., 2013).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akut abdomen merupakan salah satu keluhan pada anak yang sering
menjadi penyebab anak dibawa ke dokter maupun rumah sakit dan dikaitkan
dengan kegawatdaruratan medis pada anak Nyeri abdomen akut pada anak
menyebabkan dilema dalam diagnostik. Meskipun banyak kasus dalam akut
abdomen adalah suatu yang tidak membahayakan, namun beberapa kasus
memerlukan diagnosis dan penanganan yang cepat untuk meminimalisir angka
kesakitan. Secara umum, penyebab tersering untuk nyeri akut abdomen pada anak
adalah gastroenteritis, dan untuk kasus akut abdomen yang memerlukan tindakan
pembedahan terbanyak adalah appendisitis. Manajemen pasien anak dengan akut
abdomen memerlukan keputusan yang tepat dalam rentang waktu yang singkat,
sehingga dokter sebagai tenaga medis membutuhkan pengetahuan yang cukup
terkait akut abdomen.

DAFTAR PUSTAKA
Abantanga, F.A., Nimako, B. & Amoah, M., 2009. Perforations of the Gut in
Children as a Result of Enteric Fever: A 5-Years Single Institutional Review.
Annals

of

Pediatric

Surgery,

5(1),

pp.110.

Available

at:

http://www.aps.eg.net/back_issue/vol5/issue1_january2009/pdf/1Perforations of the Gut.pdf [Accessed November 13, 2015].


Abu-El-Haija, M., Lin, T.K. & Palermo, J., 2014. Update to the management of
pediatric acute pancreatitis: highlighting areas in need of research. Journal of
pediatric gastroenterology and nutrition, 58(6), pp.68993. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24614126 [Accessed November 13,
2015].
Bundy, D.G. et al., 2007. Does this child have appendicitis? JAMA, 298(4),
pp.43851.

Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=2703737&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November
13, 2015].
Chelimsky, G. & Czinn, S., 2001. Peptic Ulcer Disease in Children. Pediatrics in
Review,

22(10),

pp.349355.

Available

at:

http://pedsinreview.aappublications.org/cgi/doi/10.1542/pir.22-10-349
[Accessed November 13, 2015].
Choi,

Y.Y.,

2014.

Necrotizing

enterocolitis

in

newborns:

update

in

pathophysiology and newly emerging therapeutic strategies. Korean journal

of

pediatrics,

57(12),

pp.50513.

Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=4316593&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November
13, 2015]
Elikashvili, I. & Spina, L., 2012. An Evidence-Based Review Of Acute
Appendicitis In Childhood. Pediatric Emergency Medicine Practice, 9(3),
pp.212. Available at: www.ebmedicine.net [Accessed November 13, 2015].
Gardikis, S. et al., 2011. Acute appendicitis in preschoolers: a study of two
different populations of children. Italian journal of pediatrics, 37, p.35.
Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?

artid=3151210&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November


13, 2015].
Granado-Villar, D., Cunill-De Sautu, B. & Granados, A., 2012. Acute
gastroenteritis. Pediatrics in review / American Academy of Pediatrics,
33(11),

pp.48794;

quiz

495.

Available

at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23118314 [Accessed November 13,


2015].
Guariso, G. & Gasparetto, M., 2012. Update on Peptic Ulcers in the Pediatric Age.
Ulcers,

2012,

pp.19.

Available

at:

http://www.hindawi.com/journals/ulcers/2012/896509/ [Accessed November


4, 2015].

le, Z., Yildiz, T. & leyen, M., 2013. The role of laparoscopy in suspicious
abdomen pain in children. Pakistan Journal of Medical Sciences, 29(4).
Available at: http://pjms.com.pk/index.php/pjms/article/view/3785 [Accessed
October 20, 2015].
Kim, J.S., 2013. Acute abdominal pain in children. Pediatric gastroenterology,
hepatology

&

nutrition,

16(4),

pp.21924.

Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=3915729&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November
13, 2015].
Lee, J.H., 2011. An update on necrotizing enterocolitis: pathogenesis and
preventive strategies. Korean journal of pediatrics, 54(9), pp.36872.
Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?

artid=3250602&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November


13, 2015].
Marzuillo, P. et al., 2015. Appendicitis in children less than five years old: A
challenge for the general practitioner. World journal of clinical pediatrics,
4(2),

pp.1924.

Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=4438437&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November
11, 2015].
Neu, J. & Walker, W.A., 2011. Necrotizing enterocolitis. The New England
journal

of

medicine,

364(3),

pp.25564.

Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=3628622&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed October 8,
2015].
Osifo, O.D. & Oriaifo, A.I., 2008. Pediatric Intestinal Volvulus: Management
Problems and Outcome in a Resource- Poor Region. Annals of Pediatric
Surgery,

4(3

&

4),

pp.6973.

http://www.aps.eg.net/back_issue/vol4/issue3,4

Available

at:

_july-October2008/pdf/1-

Pediatric Intestinal Volvulus Management.pdf [Accessed November 11,


2015].
Ross, A. & LeLeiko, N.S., 2010. Acute abdominal pain. Pediatrics in review /
American Academy of Pediatrics, 31(4), pp.13544; quiz 144. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20360407 [Accessed November 13,
2015].
Russell, W.S. et al., 2013. Clinical Practice Guidelines for Pediatric Appendicitis
Evaluation Can Decrease Computed Tomography Utilization While
Maintaining Diagnostic Accuracy. Pediatric Emergency Care, 29(5), pp.568
573. Available at: www.pec-online.com [Accessed November 13, 2015].
Sal, M. et al., 2014. Appendicitis in children: evaluation of the pediatric
appendicitis score in younger and older children. Surgery research and
practice,

2014,

p.438076.

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?

Available

at:

artid=4276704&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November


13, 2015].
Shekherdimian, S. & Lee, S.L., 2011. Management of pediatric intussusception in
general hospitals: diagnosis, treatment, and differences based on age. World
journal

of

pediatrics:

WJP,

7(1),

pp.703.

Available

at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21191779 [Accessed November 13,


2015].
Suzuki, M., Sai, J.K. & Shimizu, T., 2014. Acute pancreatitis in children and
adolescents. World journal of gastrointestinal pathophysiology, 5(4), pp.416
26.

Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?

artid=4231506&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November


11, 2015].
Tseng, Y.-C. et al., 2008. Acute Abdomen in Pediatric Patients Admitted to the
Pediatric Emergency Department. Pediatric Neonatology, 49(4), p.126134.
Available

at:

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19054918

[Accessed

November 13, 2015].


Uba, A.F. et al., 2007. Typhoid intestinal perforation in children: a continuing
scourge in a developing country. Pediatric surgery international, 23(1),
pp.339.

Available

at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17086425

[Accessed November 13, 2015].


Yang, W.-C., Chen, C.-Y. & Wu, H.-P., 2013. Etiology of non-traumatic acute
abdomen in pediatric emergency departments. World journal of clinical

cases,

1(9),

pp.27684.

Available

at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=3868711&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed November
13, 2015].

You might also like