You are on page 1of 4

ABSTRAK

Sebagai Negara kepulauan dengan panjang pantai 81.000 km dan 22% dari
total penduduk Indonesia mendiami wilayah pesisir menjadikan wilayah pesisir
sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi yang paling produktif ditinjau dari sumber
daya alamnya baik hayati maupun non hayati. Pasca dikeluarkannya Undang-undang
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap daerah diberikan kewenangan
dalam pengelolaan wilayah laut beserta pesisir dan pulau-pulau kecil dalam radius 12
mil dari garis pantai. Penyerahan kewenangan pengelolaan ini berpotensi terjadinya
perusakan dan pencemaran wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bila pengelolaannya
tidak diatur secara lebih khusus melalui undang-undang. Sehingga pada tahun 2007
lahirlah Undang-undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil nomor
27 tahun 2007. Dari latarbelakang diatas, dapat diangkat permasalahan tentang
bagaimana peraturan hukum memberikan perlindungan terhadap wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil, bagaimana batasan serta definisi ruang lingkup, jenis ekosistem
dan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk definisi dan sumber
pencemaran dan/atau perusakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
ada, dan permasalahan yang ketiga adalah bagaimana kewenangan pemerintah
terhadap wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut. Kerangka teori yang
dibangun adalah Teori Negara Hukum (welfare state), Teori Hukum Pembangunan,
dan Teori Negara Kepulauan. Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif
dengan teknik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research),
dan sumber data adalah data primer yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
Dari hasil penelitian didapati bahwa mulai dari ketentuan internasional sampai
dengan peraturan nasional telah memberikan perlindungan terhadap wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil, adapun secara khusus konsep dasar perlindungan hukum
terhadap wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dari menurut UUPWPPPK adalah
memberikan perlindungan mulai dari perencanaan, pengelolaan sampai dengan
pengawasan dan pengendalian. Meskipun sebelumnya beberapa pasal dalam
UUPWPPPK cendrung mendekati privatisasi WPPPK namun dengan terbitnya
Keputusan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 16 Juni 2011 yang membatalkan
pasal-pasal tersebut. Sehingga untuk saat ini UUPWPPPK materi UUPWPPPK sudah
lebih baik dan konsisten dalam menjalankan amanat Pasal 33 UUD 1945.
Undang-undang 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil telah memberikan batasan yang jelas dan tegas mengenai berbagai
definisi ruang lingkup pengelolaan WPPK, berbagaimacam sumber daya pesisir
definisi pencemaran. Namun beberapa pengertian mengenai batasan pantai dan
pesisir, jenis ekosistem pembentuk pesisir sampai dengan definisi perusakan dapat
ditemui didalam beberapa undang-undang lainya sesuai dengan amanat Pasal 78
UUPWPPPK yang membenarkan berlakunya Undang-undang lain selama tidak
bertentangan dengan UUPWPPPK dan bila didalam undang-undang tidak ditemui
barulah pendapat ahli digunakan dalam memberikan batasan pengertian.

Universitas Sumatera Utara

Kewenangan pemerintah terhadap wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil telah


dilandasi dari berbagai asas mulai dari prinsip dasar perlindungan lingkungan secara
umum sampai dengan asas-asas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Penerapan asas-asas tersebut telah diterapkan didalam setiap pasal-pasalnya, khusus
mengenai kewenangan pemerintah yang terdiri dari pemerintah pusat, provinsi dan
Kabupaten telah diatur di dalam UUPWPPPK dan peraturan pelaksana dibawahnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara
normatif peraturan perundang-undangan kita telah memberikan perlindungan hukum
terhadap WPPPK dan telah memberikan batasan kewenangan yang jelas baik antara
kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Kata-kata Kunci : Perlindungan Hukum, Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Kewenangan Daerah.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

As an archipelagic state with the coastline of 81.000 km long, 22% of the total
population of Indonesia lives in the coastal area, one of the most productive
economic activity centers viewed from its natural resources in terms of both
biological and non-biological. After the issuance of Law No.32/2004 on local
Government, each local government is given an authority to manage its water
territory, coastal areas and small islands within the radius of 12 miles from its
coastline. The transfer of this management authority can create a potential destruction
and pollution of coastal areas and small islands if the management applied is not
regulated more spescifically through laws. For this reason, Law No.27/2007 on
Coastal Area and Small Island Management was issued. Based on the above
background, the problem to be solves in this study were, first, how the law provides
protection to the coastal areas and small islands; second, how scope, type of
ecosystem, coastal resources and small island, recources of pollution and/or damage
are define based on exiting regulation of legislation; and third, to what extent, the
authority of government is towards the coastal area and small islands. The theoretical
frameworks built are the Theory of Constitutional State, Theory of Development
Law, and Theory of Archipelagic State. This is a normative legal study whose data,
in the form of primary, secondary and tertiary legal materials, were obtained through
library research.
The result of this study showed that, in practice, either international or national
regulations has protected the coastal areas and small islands, and specifically, the
basic concept of legal protection for coastal areas and small islands according to Law
No. 27/2007 is to several articles of Law No.27/2007 used to tend to lead to
privatitation of coastal areas and small islands, yet with the issuance of the Decree of
Constitutional Court canceling those articles on June 16, 2011,, the materials of Law
No. 27/2007 is better and consistent in implementing the mandate of articles 33 of
1945 Constitution.
Law No. 27/2007 on the Management of Coastal Areas and Small Islands has
given a clear definition of various definitions of the scope of Coastal Area and
Small Islands Management, various kinds of coastal resources, and definition of
pollution. Yet, several understandings on the definition of coast and coastal area,
types of ecosystem forming coastal areas, and the definition or act of damaging can
be found in the other laws which is in accordance with the mandate of article 78 of
Law No. 27/2007 that justify the validity of the other laws as long as they are not
against Law No. 27/2007 and in case the definitions are not found in the laws, the
opinion of expert is used to provide the definition.
The governments authority to coastal areas and small islands has been based on
various principles of environment protection in general up to the principles of coastal
area and small island management. The application of the principles has been
implemented in every its articles, especially the ones concerning the authority of

Universitas Sumatera Utara

government comprising central, provincial and district governments which has been
regulated in Law No. 27/2007 and its implementation regulation.
Base on the above description, the conclution drawn is that, normatively, our
regulation of legislation has provided legal protection for coastal areas and small
islands and clear definition of authority between that of central, provincial,
district/municipal government.
Keywords :
Authority.

Legal Protection, Coastal Area, Small Island, Local Government

Universitas Sumatera Utara

You might also like