Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
RIDHOTUL GHIAZ HADHARY
12/331068/PA/14435
ASISTEN ACARA
ARKANU ANDARU
MUHLASH HADA FIRMANSYAH
NAILUL MAROM
YOGYAKARTA
MEI
2015
I.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Eksplorasi geofisika merupakan salah satu aplikasi dalam cabang ilmu
geofisika. Yaitu aplikasi metode fisika (seismic, geomagnet, gravitasi, geolistrik,
dll) untuk mendapatkan gambaran dari anomali di bawah permukaan bumi.
Secara umum eksplorasi geofisika digunakan untuk mencari kandungan mineral
atau hidrokarbon yang tersimpan di bawah permukaan. Metode geofisika yang
membantu dalam eksplorasi hidrokarbon adalah metode seismic. Metode
seismik akan lebih baik apabila didukung oleh data Well logging, yang merupakan
suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur
yang dimasukkan kedalam lubang sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri
batuan di bawah permukaan. Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan
informasi litologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhan
hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini adalah untuk menentukan
zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam suatu reservoir. Proses
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah interpretasi data log.
Interpretasi data log dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Dimana
interpretasi log secara kualitatif bertujuan untuk menentukan jenis jenis
litologi yang menyusun lapisan di bawah permukaan, fluida pengisi reservoir
dan jenis kontak antar fluida dalam reservoir, serta sebagai informasi pendukung
potensi keberadaan hidrokarbon. Sedangkan interpretasi log secara kuantitatif
mempunyai
kejenuhan
tujuan
air
yaitu untuk
(Sw)
pada
menghitung porositas
suatu
batuan
reservoir
efektif
()
dan
yang mengandung
c. Tujuan
Melakukan analisis log secara kuantitatif
Melakukan perhitungan porositas efektif () dan tingkat kejenuhan air
(Sw) pada suatu batuan reservoir
II.
DASAR TEORI
Data geologi suatu daerah dapat diperoleh dari data permukaan (outcrop) dan
data bawah permukaan, yang dapat diperoleh dari seismic, cutting, coring (lubang
bor/borehole) dan well log. Definisi dari Logging itu sendiri ialah proses perekaman
dan pengukuran data bawah permukaan (sifat sifat fisis batuan) di dalam lubang
bor dengan serangkaian alat (Setyowiyoto, J., 2002). Tujuan dari logging adalah
mengumpulkan data bawah permukaan agar dapat digunakan untuk melakukan
penilaian terhadap formasi yang meliputi : zona reservoir, kandungan formasi
(fluida), petrofisik reservoir dan tekanan bawah permukaan (Setyowiyoto, J., 2002).
Ada pula yang disebut sebagai Well Log/Wireline Log yaitu catatan yang
mencakup semua data yang dikumpulkan selama pengeboran sebuah sumur, dan
diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang terperinci mengenai strata bawah
permukaan (Kamus Minyak dan Gas Bumi, ed. 4, PPPTMGB LEMIGAS, 1999).
Interpretasi logging ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
adalah menganalisa kurva log yang dipilih dan menganalisa lapisan-lapisan yang
diindikasikan sebagai lapisan prospek. Sedangkan secara kuantitatif adalah
menentukan harga parameter batuan sebagai petunjuk dalam menentukan jenis
kandungan lapisan prospek. Parameter batuan yang digunakan untuk menentukan
kandungan lapisan adalah saturasi air (Sw), dimana dalam penentuannya diperlukan
parameter lainnya seperti porositas batuan, densitas matrik batuan, volume clay dan
sebagainya.
Suatu data log biasanya mempunyai bagian kepala log (Log head) yang
mencantumkan semua informasi yang berhubungan dengan sumur, meliputi jenis
instrument, kalibrasi instrument, komentar komentar mengenai pengukuran, skala,
dan lainnya. Jenis jenis Well Log yaitu :
a. Log Radioaktif
1. Log Gamma Ray (GR Log)
2. Log Densitas (Density Log)
3. Log Neutron (Neutron Log)
b. Log Listrik
1. Log SP (Spontaneous Potensial Log)
2. Log Resistivity
c. Log Akustik (Sonic Log)
Dasar dasar Interpretasi Log
1. Gamma Ray Log (GR Log)
Letak
: Disebelah kiri dari kolom kedalaman, umumnya bersama
menangkap
zone)
diasumsikan
jarang
Prinsip :
Mengukur beda potensial arus searah antara elektroda yang bergerak di
dalam lubang bor dengan elektroda di permukaaan.
Beda potensial yang diukur merupakan fungsi dari salinitas air formasi.
Defleksi SP tergantung pada salinitas lumpur (Rmf) dan salinitas
air formasi (Rw). Ada 3 (tiga) kemungkinan : Rw < Rmf , Rw = Rmf
dan Rw > Rmf.
Salinitas berbanding terbalik dengan Resistivity (Rw). Salinitas >>
lempung/shale (kompak)
Ada defleksi : berarti lapisan permeabel (sandstone / limestones Untuk
lapisan permeabel yang mengandung saline water maka Rw << Rmf
dan kurva defleksi ke kiri (-). Umumnya Gas atau Oil terdapat
pada saline water formation
Untuk lapisan permeabel yang mengandung fresh water, maka Rw >>
Rmf
3. Log Caliper (Cali Log) dan Log Bit Size (BS Log)
GR dan Log SP
Prinsip :
Log Caliper bekerja untuk mengamati kondisi lubang bor, terutama
ukuran diameter lubang bor (hole diameter)
Log Bite Size menunjukkan ukuran bit (mata bor) yang digunakan
dalam pengeboran.
Satuan : Inchi
Kegunaan :
Log Caliper
Bersama dengan BS Log mengkoreksi tanggapan alat logging
kepada ukuran diameter lubang bor.
Memberikan indikasi terjadinya penimbunan lumpur bor
Memberikan indikasi terjadinya pengikisan lubang bor.
Menghitung volume semen yang dibutuhkan dalam cementing
program.
Menentukan titik untuk pengambilan sidewall core
Log Bit Size :
Bersama dengan Log Caliper mengkoreksi tangapan alat logging
terhadap perubahan ukuran lubang bor.
Ada 3 (tiga) zona pada lubang bor yang akan dapat terbaca tahanan
jenisnya
dengan data Log Resistivitas
a. Zona terinvasi : terbaca dengan MSFL atau SFL
b. Zona transisi : terbaca dengan LLS atau ILM
c. Zona jauh/tak terinvasi : terbaca dengan LLD atau ILD
Satuan : Ohm-meter (m)
Kegunaan :
- Menentukan tahanan jenis formasi
- Membedakan lapisan reservoar dan non reservoar
- Membedakan HC bearing zone dan Water bearing zone
Interpretasi :
Kombinasikan dengan GR Log dan SP Log dalam menentukan jenis
litologi dan fluida yang dikandungnya
Bandingkan harga MSFL/SFL, ILM/LLS dan ILD/LLD (defleksi ketiga
kurva tersebut)
5. Log Densitas (Density Log)
Letak : Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan Log
hilang
setiap
kali bertumbukan
menunjukkan
densitas
total batuan.
Batasan :
Secara teoritis batuan berpori (umumnya sandstone atau limestone)
akan memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibanding
batuan yang tidak berpori/tight. Batuan yang tight banyak mengandung
electron
Sandstone (p =2,65 gr/cc) dan limestone (p =2,71 gr/cc) yang
mengandung fluida gas akan memiliki bulk density yang rendah,
sebaliknya jika mengandung fluida minyak atau air akan memiliki nilai
bulk density yang tinggi.
Shale akan dapat memiliki harga bulk density yang sangat tinggi
Log
hidrogen dalam formasi (dengan asumsi pori terisi oleh HC atau air)
Satuan :
Hasil pengukuran dinyatakan dalam N dengan satuan PU
(Porosity Unit) Dalam data log, skalanya dari kiri ke kanan akan
Kegunaan :
- Menghitung nilai porositas batuan
- Jika dikombinasikan dengan Log Densitas dapat menekankan kepada
litologi dan mendeteksi zona gas.
Shaly formation
yang
terdapat dalam batuan. Porositas ini ditunjukkan sebagai suatu fraksi bulk
volume dari suatu batuan, jadi harganya selalu berkisar dari 0 1. Porositas
biasa dinyatakan dalam persentase atau porosity unit (P.U), misal : suatu batuan
yang mempunyai porosits 25% dapat dinyatakan dalam 25 P.U. Log untuk
mengukur porositas terutama adalah log densitas, neutron, sonic, dan Rxo (Heyse,
1991). Log-log di atas tidak dapat langsung digunakan untuk menghitung porositas.
Log di atas hanya mengukur parameter tertentu yang kemudian dapat
digunakan untuk menghitung porositas. Di dalam penghitungan porositas, beberapa
asumsi digunakan yaitu matriks dan fluida.
dilakukan pada zona terinvasi. Halini nantinya akan mempengaruhi harga porositas
yang didapatkan. Dalam menghitung porositas efektif dan kejenuhan air,
parameter
tahanan jenis air (Rw) dan tahanan jenis formasi (Rt) harus dicari
dimana
dimana Tf dalam F
Mencari Rmfe
Rmfe = 0.85 x Rmf
Mencari Rmf dengan persamaan
Rmf = Rmf@ [(T1 + 6.77) / (T2 + 6.77)]
Rmf@ diketahui dari log head (dalam m)
T1 = suhu formasi pada kedalaman 1
Mencari besar nilai log SP pada kedalaman X
Mencari Rwe dengan persamaan
SP = -K [(log(Rmfe/Rwe)]
Diperoleh harga Rw dengan konversi menggunakan Chart Standard
Contoh pengerjaan :
Jika diketahui : Rmf@ 84,2 F = 0.092 m
Suhu permukaan = 72 F
Gradien suhu = 0.027098 F/ft
Petunjuk :
a. Buat tabel
dengan
besar
ketelitian.
Misal
bila
untuk
m=2
n=2
n=2
METODOLOGI
IV.
HASIL
Contoh perhitungan pada SED-2 WELL pada kedalaman 5162 ft
GR
: 26.42 API
GR Min : 12 API
GR Max : 180 API
SP
: -18.5 mV
LLD
: 50
MSFL
: 9
NPHI
: 0,06
RHOB
: 2,1 gr/cc
BHT
: 103 F
dari log
Ts
: 90 F
header
Rmf (R1) : 0,225 @ 90 F
a = 0,81, m = 2,
n=2
DT
: 5194
1. Volume shale
Vsh=
Vsh = 26.34 %
2. Porositas
d=
ma b 2,652,1
=
maf
2,651
= 0.33
d +n 0,33+0.06
=
2
2
= 0.196
e t
3. Resistivity of water (Rw)
Cara 1, Rw dari log SP
SP = -K x log
Rmfe
Rwe
Tf = Ts + [(
BHT Ts
) x Df]
DT
10390
) x 5162]
5194
= 90 + [(
= 90.07 F
K = 60 + (0,133 x Tf)
= 60 + (0,133 x 90.07)
= 71.97879
Rmf (R2) @ 90.07
T 1+ 6,77
R2 = R1 x ( T 2+ 6,77 )
= 0,225 x (
90+6,77
90.07+6,77
= 0.2248
Rmf 0,2248 @ 90.07 F ( > 0,1m )
Rmfe = 0,85 x Rmf @ formasi (R1) = 0,85 x 0,2248 = 0.191119
SP = -K x log
Rmfe
Rwe
0,191119
Rwe
0,1615
Rwe
0,191119
Rwe
= 0.256
= shift log 0,256
Rwe
= 0,105881
Rwe = 0,105881 @ 90.07 F , (Rw dicari dari chart standart Rw dari Rwe)
Rw = 0.06 @ 90.07 F
4. Saturation of water (Sw)
Nilai Sw diambil menggunakan Rw dari log SP
Swn =
a
e m
Sw2 =
0,1967 2
x
0,81
Rw
Rt
0,06
50
Sw = 0.1585
Shc = 1- Sw = 1 - 0,1585 = 0.8415
5. Permeabilitas (K)
K = [ 250 x
= [ 250 x
e 3
Swirr
]2
(0,1967)3
0,1585
]2
= 143.899673 mD
Data tetap yang dipakai untuk pengolahan log kuantitatif adalah :
WELL SED-1
WELL SED-2
WELL SED-3
WELL SED-4
WELL SED-5
V.
Pada well SED-5 diperoleh nilai kejenuhan air (Sw) paling tinggi pada
kedalaman 5182 ft dengan nilai 1.776 dan permeabilitasnya yang kecil 0.713
sedangkan nilai kejenuhan air (Sw) yang paling kecil pada kedalaman 5170 ft
dengan nilai 0.171 dan permeabilitasnya paling besar 95.74 mD.
Berdasarkan analisa perhitungan dari kelima sumur diatas, dapat diketahui
bahwa semakin tinggi nilai kejenuhan air (Sw) maka nilai permeabilitasnya makin
kecil. Artinya semakin jenuh air atau fluida, maka daya mengalirnya semakin kecil.
Apabila dilihat dari perubahan nilai saturasi air (Sw) maka nilai saturasi paling
tinggi berdasarkan well nya yaitu SED 3-1-4-2-5 hal ini dilihat dari nilai saturasi
yang tertinggi pada masing masing well. Sedangkan nilai permeabilitasnya juga
terpengaruh yaitu yang terbesar mulai dari SED 5-2-4-1-3 yang dapat dilihat dari
perbandingan terbalik dengan nilai saturasi.
Maka sumur sumur diatas apabila diintegrasikan keempat parameternya, yaitu
porositas, resistivitas air, saturasi air dan kejenuhan air, dapat ditarik penjelasan
yaitu zona yang berpotensi sebagai zona hidrokarbon adalah zona dengan porositas
tinggi, sedangkan nilai resistivitasnya semakin kecil, dan tingkat kejenuhan air kecil
sehingga nilai permeabilitasnya makin besar.
Kemudian diperoleh suatu zona dengan jenuh HC (tinggi) yaitu pada well SED
5-2-4-1-3, yang mana nilai permeabilitasnya makin kecil. Selain itu ada pula
parameter lain yang disebut sebagai porositas, yaitu banyaknya ruang pada suatu
medium yang dapat terisi fluida (khususnya hidrokarbon), sehingga dibutuhkan
porositas efektif (yang terkoneksi dengan medium lain) agar diperoleh zona yang
berpotensi HC. Karena seharusnya fluida dapat mengalir (migrasi) dari dalam ke
daerah yang lebih dangkal, maka diperlukan suatu medium yang dapat mengalirkan
fluida tersebut. Sehingga diperlukan medium dengan permeabilitas yang tinggi,
seperti yang diketahui bahwa permeabilitas adalah kemampuan suatu medium
mengalirkan fluida. Oleh karena itu, agar terpenuhi Petroleum System yang efektif
dan efisien, maka diperlukan nilai porositas yang tinggi juga nilai permeabilitas
yang tinggi pula.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan kuantitatif terhadap well log dari SED-1 hingga SED-5
maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu :
1. Semakin tinggi nilai saturasi air maka semakin kecil nilai permeabilitasnya,
untuk zona yang berpotensi mengandung hidrokarbon, maka nilai saturasi
seharusnya kecil dan permeabilitasnya tinggi
2. Dibutuhkan nilai porositas yang tinggi dan permeabilitas yang tinggi pula agar
minyak dan gas (HC) dapat bermigrasi ke daerah yang lebih dangkal dan dapat
dieksploitasi serta dimanfaatkan
3. Nilai saturasi air tertinggi ada pada Well SED-5 sehingga pada sumur tersebut
nilai permeabilitasnya rendah
4. Nilai saturasi air terendah ada pada Well SED-3 sehingga pada sumur tersebut
nilai permeabilitasnya tinggi
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Asisten Praktikum, Panduan Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, Teknik
Geologi, Faktultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.