You are on page 1of 20

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
ACARA II : INTERPRETASI LOG KUANTITATIF

DISUSUN OLEH
RIDHOTUL GHIAZ HADHARY
12/331068/PA/14435

ASISTEN ACARA
ARKANU ANDARU
MUHLASH HADA FIRMANSYAH
NAILUL MAROM

YOGYAKARTA
MEI
2015

I.

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Eksplorasi geofisika merupakan salah satu aplikasi dalam cabang ilmu
geofisika. Yaitu aplikasi metode fisika (seismic, geomagnet, gravitasi, geolistrik,
dll) untuk mendapatkan gambaran dari anomali di bawah permukaan bumi.
Secara umum eksplorasi geofisika digunakan untuk mencari kandungan mineral
atau hidrokarbon yang tersimpan di bawah permukaan. Metode geofisika yang
membantu dalam eksplorasi hidrokarbon adalah metode seismic. Metode
seismik akan lebih baik apabila didukung oleh data Well logging, yang merupakan
suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur
yang dimasukkan kedalam lubang sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri
batuan di bawah permukaan. Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan
informasi litologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhan
hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini adalah untuk menentukan
zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam suatu reservoir. Proses
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah interpretasi data log.
Interpretasi data log dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Dimana
interpretasi log secara kualitatif bertujuan untuk menentukan jenis jenis
litologi yang menyusun lapisan di bawah permukaan, fluida pengisi reservoir
dan jenis kontak antar fluida dalam reservoir, serta sebagai informasi pendukung
potensi keberadaan hidrokarbon. Sedangkan interpretasi log secara kuantitatif
mempunyai
kejenuhan

tujuan
air

yaitu untuk

(Sw)

pada

menghitung porositas

suatu

batuan

reservoir

efektif

()

dan

yang mengandung

hidrokarbon. Untuk acara praktikum kali ini akan membahas mengenai


interpretasi data log secara kuantitatif demi memperoleh apa yang menjadi
tujuan dari interpretasinya.
b. Maksud
Memahami pengertian logging dan jenis-jenis well log
Memahami prinsip-prinsip dan dasar-dasar interpretasi log

c. Tujuan
Melakukan analisis log secara kuantitatif
Melakukan perhitungan porositas efektif () dan tingkat kejenuhan air
(Sw) pada suatu batuan reservoir
II.

DASAR TEORI
Data geologi suatu daerah dapat diperoleh dari data permukaan (outcrop) dan
data bawah permukaan, yang dapat diperoleh dari seismic, cutting, coring (lubang
bor/borehole) dan well log. Definisi dari Logging itu sendiri ialah proses perekaman
dan pengukuran data bawah permukaan (sifat sifat fisis batuan) di dalam lubang
bor dengan serangkaian alat (Setyowiyoto, J., 2002). Tujuan dari logging adalah
mengumpulkan data bawah permukaan agar dapat digunakan untuk melakukan
penilaian terhadap formasi yang meliputi : zona reservoir, kandungan formasi
(fluida), petrofisik reservoir dan tekanan bawah permukaan (Setyowiyoto, J., 2002).
Ada pula yang disebut sebagai Well Log/Wireline Log yaitu catatan yang
mencakup semua data yang dikumpulkan selama pengeboran sebuah sumur, dan
diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang terperinci mengenai strata bawah
permukaan (Kamus Minyak dan Gas Bumi, ed. 4, PPPTMGB LEMIGAS, 1999).
Interpretasi logging ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
adalah menganalisa kurva log yang dipilih dan menganalisa lapisan-lapisan yang
diindikasikan sebagai lapisan prospek. Sedangkan secara kuantitatif adalah
menentukan harga parameter batuan sebagai petunjuk dalam menentukan jenis
kandungan lapisan prospek. Parameter batuan yang digunakan untuk menentukan
kandungan lapisan adalah saturasi air (Sw), dimana dalam penentuannya diperlukan
parameter lainnya seperti porositas batuan, densitas matrik batuan, volume clay dan
sebagainya.
Suatu data log biasanya mempunyai bagian kepala log (Log head) yang
mencantumkan semua informasi yang berhubungan dengan sumur, meliputi jenis
instrument, kalibrasi instrument, komentar komentar mengenai pengukuran, skala,
dan lainnya. Jenis jenis Well Log yaitu :
a. Log Radioaktif
1. Log Gamma Ray (GR Log)
2. Log Densitas (Density Log)
3. Log Neutron (Neutron Log)
b. Log Listrik
1. Log SP (Spontaneous Potensial Log)

2. Log Resistivity
c. Log Akustik (Sonic Log)
Dasar dasar Interpretasi Log
1. Gamma Ray Log (GR Log)
Letak
: Disebelah kiri dari kolom kedalaman, umumnya bersama

dengan Log Caliper dan Log SP


Prinsip
: Alat Detektor Gamma Ray berfungsi untuk

menangkap

pancaran radioaktif yang dipancarkan oleh formasi/batuan. Unsur-unsur


yang ditangkap berupa Thorium (Th), Potasium (K), Uranium (U). Unsur

unsur tersebut terutama K dan Th banyak terdapat pada lempung/shale.


Kelemahan : Batuan yang mengandung unsur-unsur radioaktif tetapi
bukan lempung/shale.
Kegunaan :
o Untuk menentukan zona permeabel atau impermeabel (reservoar/non
reservoar)
o Menentukan batas lapisan
o Untuk korelasi antar sumur
o Estimasi kelempungan
Contoh Alat : Single GR Detector
Satuan : API Unit (APIU)
Teknik Interpretasi Data GR Log
Batupasir dan Batugamping (permeable

zone)

diasumsikan

jarang

mengandung unsur radioaktif (Th, K dan U), sehingga defleksi


kurva Gamma Ray relatif kekiri/ defleksi Negatif
Serpih/shale diasumsikan memiliki kandungan unsur radioaktif tinggi,
sehingga kurva Gamma Ray relatif kekanan/defleksi positif
Tentukan batas shale-baseline dengan menarik garis lurus vertikal
umumnya mengikuti lapisan shale yang paling tebal
Tentukan sand-baseline dengan menarik garis lurus vertikal umumnya
mengikuti lapisan sand yang paling tebal
Pada tengah-tengah antara kedua baseline tersebut, buat garis lurus
vertikal (cut- off line)
Semua interval di Kiri garis cut-off line : batuan Reservoar
Kanan garis : batuan Non Reservoar.
2. Log Spontaneous Potensial (SP Log)
Letak : Disebelah kiri dari kolom kedalaman, umumnya bersama dengan
Log Caliper dan Log GR

Prinsip :
Mengukur beda potensial arus searah antara elektroda yang bergerak di
dalam lubang bor dengan elektroda di permukaaan.
Beda potensial yang diukur merupakan fungsi dari salinitas air formasi.
Defleksi SP tergantung pada salinitas lumpur (Rmf) dan salinitas
air formasi (Rw). Ada 3 (tiga) kemungkinan : Rw < Rmf , Rw = Rmf
dan Rw > Rmf.
Salinitas berbanding terbalik dengan Resistivity (Rw). Salinitas >>

maka Resistivity << dan sebaliknya.


Batasan :
Kurva lurus/tidak ada defleksi, berarti salinitas lumpur (Rmf) =
salinitas

air formasi (Rw). Dapat diasumsikan berupa lapisan

lempung/shale (kompak)
Ada defleksi : berarti lapisan permeabel (sandstone / limestones Untuk
lapisan permeabel yang mengandung saline water maka Rw << Rmf
dan kurva defleksi ke kiri (-). Umumnya Gas atau Oil terdapat
pada saline water formation
Untuk lapisan permeabel yang mengandung fresh water, maka Rw >>
Rmf

dan kurva defleksi ke kanan (+). Gas/Oil dalam fresh water

formation tidak umum.


Kegunaan :
Identifikasi lapisan permeabel /non permeable
Penentuan batas lapisan
Menghitung harga Rw
Untuk korelasi
Kelemahan : Tidak bisa digunakan pada
- Sumur dengan oil-base mud atau non-conductive mud.
- Pada lubang sumur kosong tanpa mud
- Lubang sumur yang telah di-casing.
Satuan : milivolt (mV)
Teknik Interpretasi :
Lihat kurva, ada defleksi :
Ada : Zona porous & permeable
Tidak ada : Lempung / shale / zona tight
Defleksi kemana ?
(+) : fresh water
(-) : saline water / HC

3. Log Caliper (Cali Log) dan Log Bit Size (BS Log)

Letak : Disebelah kiri kolom kedalaman, umumnya bersama dengan Log

GR dan Log SP
Prinsip :
Log Caliper bekerja untuk mengamati kondisi lubang bor, terutama
ukuran diameter lubang bor (hole diameter)
Log Bite Size menunjukkan ukuran bit (mata bor) yang digunakan

dalam pengeboran.
Satuan : Inchi
Kegunaan :
Log Caliper
Bersama dengan BS Log mengkoreksi tanggapan alat logging
kepada ukuran diameter lubang bor.
Memberikan indikasi terjadinya penimbunan lumpur bor
Memberikan indikasi terjadinya pengikisan lubang bor.
Menghitung volume semen yang dibutuhkan dalam cementing
program.
Menentukan titik untuk pengambilan sidewall core
Log Bit Size :
Bersama dengan Log Caliper mengkoreksi tangapan alat logging
terhadap perubahan ukuran lubang bor.

4. Log Resistivitas (Resistivity Log)


Letak : Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan Log

Densitas, Log Neutron dan Log Sonic


Prinsip :
Mengukur tahanan jenis batuan/formasi dan fluida yang dikandungnya
terhadap arus listrik yang melaluinya
Sifat menghantarkan listrik terutama merupakan fungsi dari fluida yang

berada dalam pori-pori batuan


Ada 2 (dua) jenis Log Resistivitas, yaitu :
1. Lateralog
- Lateralog Deep (LLD)
- Lateralog Shallow (LLS)
- Micro Spherically Focused Log (MSFL)
2. Induction
- Induction Lateralog Deep (ILD)
- Induction Lateralog Medium (ILM)
- Spherically Focused Log (SFL)

Ada 3 (tiga) zona pada lubang bor yang akan dapat terbaca tahanan
jenisnya
dengan data Log Resistivitas
a. Zona terinvasi : terbaca dengan MSFL atau SFL
b. Zona transisi : terbaca dengan LLS atau ILM
c. Zona jauh/tak terinvasi : terbaca dengan LLD atau ILD
Satuan : Ohm-meter (m)
Kegunaan :
- Menentukan tahanan jenis formasi
- Membedakan lapisan reservoar dan non reservoar
- Membedakan HC bearing zone dan Water bearing zone
Interpretasi :
Kombinasikan dengan GR Log dan SP Log dalam menentukan jenis
litologi dan fluida yang dikandungnya
Bandingkan harga MSFL/SFL, ILM/LLS dan ILD/LLD (defleksi ketiga
kurva tersebut)
5. Log Densitas (Density Log)
Letak : Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan Log

Resisitivitas, Log Neutron dan Log Sonic


Prinsip :
Menembakkan sinar gamma yang membawa partikel-partikel foton
ke

dalam formasi batuan, partikel-partikel foton akan bertumbukan

dengan elektron yang ada dalam formasi. Banyaknya energi sinar


gamma

hilang

setiap

kali bertumbukan

menunjukkan

densitas

elektron di dalam formasi yang sekaligus mengindikasikan densitas


formasi.
Menunjukkan besarnya densitas batuan (bulk density) yang ditembus
lubang bor. Log densitas umumnya digunakan dalam penentuan porositas

total batuan.
Batasan :
Secara teoritis batuan berpori (umumnya sandstone atau limestone)
akan memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibanding
batuan yang tidak berpori/tight. Batuan yang tight banyak mengandung
electron
Sandstone (p =2,65 gr/cc) dan limestone (p =2,71 gr/cc) yang
mengandung fluida gas akan memiliki bulk density yang rendah,

sebaliknya jika mengandung fluida minyak atau air akan memiliki nilai
bulk density yang tinggi.
Shale akan dapat memiliki harga bulk density yang sangat tinggi

jika mengandung air terikat (clay-bound water) di dalamya.


Contoh alat : Compensated Density Log (CDL), Formation Density (FDC)
Satuan : gr/cc
Kegunaan :
- Mengukur densitas batuan
- Mengukur porositas batuan
- Menentukan kandungan fluida (X-plot dengan Log Neutron)

6. Log Neutron (Neutron Log)


Letak : Di sebelah kanan dari log kedalaman, bersama dengan

Log

Resisitivitas, Log Densitas dan Log Sonic.


Prinsip :
Menembakkan partikel neutron berenergi tinggi ke dalam formasi,
tumbukan neutron dengan atom H (asumsi : atom H berasal dari
HC atau air) akan menyebabkan energi neutron melemah. Detektor
dari alat akan menghitung partikel neutron yang kembali dari
formasi. Semakin banyak atom H dalam formasi, maka partikel
neutron yang kembali akan makin sedikit.
Mengukur persentasi pori pada formasi dari banyaknya atom

hidrogen dalam formasi (dengan asumsi pori terisi oleh HC atau air)
Satuan :
Hasil pengukuran dinyatakan dalam N dengan satuan PU
(Porosity Unit) Dalam data log, skalanya dari kiri ke kanan akan

semakin kecil (berbeda dengan skala-skala log lainnya)


Batasan :
- Pada formasi yang mengandung minyak dan air, karena kandungan
hidrogennya tinggi, sehingga nilai porosity unit juga akan tinggi. Kurva
Neutron Log akan defleksi ke kiri.
- Pada formasi yang mengandung gas, maka kandungan hidrogennya
rendah, sehingga nilai porosity unit juga akan rendah. Kurva Neutron Log
akan defleksi ke kanan.
- Pada formasi yang mengandung fluida gas, maka kurva Log Neutron dan
Log Densitas akan saling berpotongan (jika digunakan dalam kolom

yang sama), Karena nilai densitas dan neutronnya kecil.


Contoh alat : Compensated Neutron Log (CNL), Dual Spacing Neutron
(DSN)

Kegunaan :
- Menghitung nilai porositas batuan
- Jika dikombinasikan dengan Log Densitas dapat menekankan kepada
litologi dan mendeteksi zona gas.

7. Log Akustik (Sonic Log)


ANALISIS LOG KUANTITATIF
Untuk analisa log kuantitatif perlu dibedakan antara clean formation dan shaly
formation.

Shaly formation

membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam

perhitungan sifat petrofisikanya dikarenakan kehadiran serpih (shale) yang


cukup tinggi dalam batuan reservoar. Hasil studi pada berbagai cekungan sedimen
di dunia menunjukkan bahwa serpih terutama tersusun atas 50% lempung, 25%
silika, 10% feldspar, 10% karbonat, 3% oksida besi, 1% bahan organik, dan 1%
mineral lain (Dewan, 1983). Analisa log secara kuantitatif mempunyai tujuan
yaitu : untuk menghitung porositas efektif () dan kejenuhan air (Sw) pada
suatu batuan reservoar yang mengandung hidrokarbon. Kedua parameter ini
sangat penting dalam estimasi cadangan HC yang ada pada reservoar tersebut.
POROSITAS EFEKTIF ()
Porositas merupakan fraksi ruang pori yang terdapat pada suatu batuan.
Porositas efektif merupakan fraksi ruang pori

yang saling berhubungan

yang

terdapat dalam batuan. Porositas ini ditunjukkan sebagai suatu fraksi bulk
volume dari suatu batuan, jadi harganya selalu berkisar dari 0 1. Porositas
biasa dinyatakan dalam persentase atau porosity unit (P.U), misal : suatu batuan
yang mempunyai porosits 25% dapat dinyatakan dalam 25 P.U. Log untuk
mengukur porositas terutama adalah log densitas, neutron, sonic, dan Rxo (Heyse,
1991). Log-log di atas tidak dapat langsung digunakan untuk menghitung porositas.
Log di atas hanya mengukur parameter tertentu yang kemudian dapat
digunakan untuk menghitung porositas. Di dalam penghitungan porositas, beberapa
asumsi digunakan yaitu matriks dan fluida.

Selain itu pengukuran porositas

dilakukan pada zona terinvasi. Halini nantinya akan mempengaruhi harga porositas
yang didapatkan. Dalam menghitung porositas efektif dan kejenuhan air,

parameter

tahanan jenis air (Rw) dan tahanan jenis formasi (Rt) harus dicari

terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas langkah - langkah mendapatkannya.


A. Cara menentukan tahanan jenis air formasi (Rw)
1. Pengukuran langsung dari sampel air formasi, perhitungan dari analisa
kimia terhadap sampel air, atau dengan teknik rasio
2. Dengan menggunakan log SP clean formation dengan langkahlangkah sebagai berikut :
Menentukan Tf (dalam F) dengan persamaan :
Y = mx + c

dimana

Y = Tf = suhu formasi pada kedalaman X


m = gradien suhu (F/ft)
x = kedalaman (ft)
c = suhu permukaan (F)
Mencari K (konstanta)
K = (Tf + 505)/8

dimana Tf dalam F

Mencari Rmfe
Rmfe = 0.85 x Rmf
Mencari Rmf dengan persamaan
Rmf = Rmf@ [(T1 + 6.77) / (T2 + 6.77)]
Rmf@ diketahui dari log head (dalam m)
T1 = suhu formasi pada kedalaman 1
Mencari besar nilai log SP pada kedalaman X
Mencari Rwe dengan persamaan
SP = -K [(log(Rmfe/Rwe)]
Diperoleh harga Rw dengan konversi menggunakan Chart Standard
Contoh pengerjaan :
Jika diketahui : Rmf@ 84,2 F = 0.092 m

Suhu permukaan = 72 F
Gradien suhu = 0.027098 F/ft
Petunjuk :
a. Buat tabel

b. Ketelitian tiap 2 feet (D)


c. Konversi nilai Rwe rata-rata ke Rw dengan menggunakan Chart Standard
Tentukan nilai kejenuhan air (Sw)
Petunjuk :
a. Buat tabel

b. Ketelitian tiap 2 ft (D)


B. Cara menentukan tahanan jenis formasi (Rt)
Nilai Rt dapat diketahui dari pembacaan log ILD (resistivity log).
Pembacaan disesuaikan

dengan

besar

ketelitian.

Misal

bila

untuk

menghitung Rw memakai ketelitian tiap 2 ft, maka untuk menghitung Rt juga


menggunakan ketelitian tiap 2 ft.
C. Cara menentukan porositas efektif ()
Misalkan pada kedalaman X
Menghitung porositas dengan rumus
= [(ma b) / (ma f)]
b dibaca dari log head
ma = densitas matriks ma sand = 2.65 gr/cc
f = densitas fluida f oil = 0.85 gr/cc
f gas = 0.65 gr/cc

KEJENUHAN AIR (Sw)


Kejenuhan air (Sw) didefinisikan sebagai fraksi dari pori batuan yang
mengandung atau diisi oleh air. Bulk volume dari air merupakan hasil kali dari
dan Sw dan bulk volume hidrokarbon adalah (1 Sw). Ada berbagai macam
metoda untuk mendapatkan harga Sw (Heysse, 1991), seperti analisa core,
metode dielektrik, pulse neutron method, crossplot, metode rasio, shaly-sands
method, dan persamaan Archie. Metode yang dipakai dalam praktikum kali ini
adalah Persamaan Archie.
Berikut adalah langkah kerjanya :
Persamaan Archie :
F = a . m
dimana :
a = konstanta m = eksponen sementasi F = faktor formasi
untuk batupasir - a = 0.81 m = 2
untuk karbonat - a = 1

m=2

n=2
n=2

Mencari kejenuhan air (Sw) dengan persamaan :


Swn = F (Rw/Rt) dimana Rt tadi didapat dari log ILD
Untuk harga n, didapat dari eksponen di atas.
III.

METODOLOGI

IV.

HASIL
Contoh perhitungan pada SED-2 WELL pada kedalaman 5162 ft
GR
: 26.42 API
GR Min : 12 API
GR Max : 180 API
SP
: -18.5 mV
LLD
: 50
MSFL
: 9
NPHI
: 0,06
RHOB
: 2,1 gr/cc
BHT
: 103 F
dari log
Ts
: 90 F
header
Rmf (R1) : 0,225 @ 90 F
a = 0,81, m = 2,
n=2
DT
: 5194
1. Volume shale
Vsh=

GR logGR min 26.4212


=
=26.34
GR maxGR min 18012

Vsh = 26.34 %

(>20%, shaly sand)

2. Porositas
d=

ma b 2,652,1
=
maf
2,651

= 0.33

n = 0,06 (dibaca dari log neutron di kedalaman 5162 ft)


t =

d +n 0,33+0.06
=
2
2

= 0.196

e t
3. Resistivity of water (Rw)
Cara 1, Rw dari log SP
SP = -K x log

Rmfe
Rwe

konstanta (K), Rmfe, dan Rwe dicari

Tf = Ts + [(

BHT Ts
) x Df]
DT
10390
) x 5162]
5194

= 90 + [(
= 90.07 F

K = 60 + (0,133 x Tf)
= 60 + (0,133 x 90.07)
= 71.97879
Rmf (R2) @ 90.07
T 1+ 6,77
R2 = R1 x ( T 2+ 6,77 )
= 0,225 x (

90+6,77

90.07+6,77

= 0.2248
Rmf 0,2248 @ 90.07 F ( > 0,1m )
Rmfe = 0,85 x Rmf @ formasi (R1) = 0,85 x 0,2248 = 0.191119

SP = -K x log

Rmfe
Rwe

-18.46 = -71.97879 x log


log

0,191119
Rwe

0,1615
Rwe

0,191119
Rwe

= 0.256
= shift log 0,256

Rwe

= 0,105881

Rwe = 0,105881 @ 90.07 F , (Rw dicari dari chart standart Rw dari Rwe)
Rw = 0.06 @ 90.07 F
4. Saturation of water (Sw)
Nilai Sw diambil menggunakan Rw dari log SP

Swn =

a
e m

Sw2 =

0,1967 2

x
0,81

Rw
Rt
0,06
50

Sw = 0.1585
Shc = 1- Sw = 1 - 0,1585 = 0.8415
5. Permeabilitas (K)
K = [ 250 x

= [ 250 x

e 3
Swirr

]2

(0,1967)3
0,1585

]2

= 143.899673 mD
Data tetap yang dipakai untuk pengolahan log kuantitatif adalah :

WELL SED-1

WELL SED-2

WELL SED-3

WELL SED-4

WELL SED-5

V.

ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI


Analisa log secara kuantitatif mempunyai tujuan yaitu : untuk menghitung
porositas efektif () dan kejenuhan air (Sw) pada suatu batuan reservoar yang
mengandung hidrokarbon. Kedua parameter ini sangat penting dalam estimasi
cadangan HC yang ada pada reservoar tersebut. berdasarkan perhitungan kuantitatif
terhadap log dengan nama well SED-1 hingga SED-5 maka diperoleh hasil :
Pada well SED-1 diperoleh bahwa nilai kejenuhan air (Sw) bervariasi, mulai dari
kedalaman 5164 ft yang bernilai paling tinggi yaitu 2.223 dan nilai permeabilitasnya
0.0146, nilai kejenuhan air (Sw) pada kedalaman 5168 ft yang merupakan nilai
terendah yaitu 0.1682 namun permeabilitasnya yang paling tinggi yaitu 174.94 mD.
Pada well SED-2 diperoleh nilai kejenuhan air (Sw) paling tinggi pada
kedalaman 5186 ft dengan nilai 2.072 dan permeabilitasnya yang paling kecil 0.168
sedangkan nilai kejenuhan air (Sw) yang paling kecil pada kedalaman 5162 ft
dengan nilai 0.159 dan permeabilitasnya paling besar 143.899 mD.
Pada well SED-3 diperoleh nilai kejenuhan air (Sw) paling tinggi pada
kedalaman 5182 ft dengan nilai 2.582 dan permeabilitasnya yang paling kecil 0.061
sedangkan nilai kejenuhan air (Sw) yang paling kecil pada kedalaman 5174 ft
dengan nilai 0.185 dan permeabilitasnya paling besar 56.887 mD.
Pada well SED-4 diperoleh nilai kejenuhan air (Sw) paling tinggi pada
kedalaman 5182 ft dengan nilai 2.067 dan permeabilitasnya yang paling kecil 0.534
sedangkan nilai kejenuhan air (Sw) yang paling kecil pada kedalaman 5170 ft
dengan nilai 0.197 dan permeabilitasnya paling besar 40.037 mD.

Pada well SED-5 diperoleh nilai kejenuhan air (Sw) paling tinggi pada
kedalaman 5182 ft dengan nilai 1.776 dan permeabilitasnya yang kecil 0.713
sedangkan nilai kejenuhan air (Sw) yang paling kecil pada kedalaman 5170 ft
dengan nilai 0.171 dan permeabilitasnya paling besar 95.74 mD.
Berdasarkan analisa perhitungan dari kelima sumur diatas, dapat diketahui
bahwa semakin tinggi nilai kejenuhan air (Sw) maka nilai permeabilitasnya makin
kecil. Artinya semakin jenuh air atau fluida, maka daya mengalirnya semakin kecil.
Apabila dilihat dari perubahan nilai saturasi air (Sw) maka nilai saturasi paling
tinggi berdasarkan well nya yaitu SED 3-1-4-2-5 hal ini dilihat dari nilai saturasi
yang tertinggi pada masing masing well. Sedangkan nilai permeabilitasnya juga
terpengaruh yaitu yang terbesar mulai dari SED 5-2-4-1-3 yang dapat dilihat dari
perbandingan terbalik dengan nilai saturasi.
Maka sumur sumur diatas apabila diintegrasikan keempat parameternya, yaitu
porositas, resistivitas air, saturasi air dan kejenuhan air, dapat ditarik penjelasan
yaitu zona yang berpotensi sebagai zona hidrokarbon adalah zona dengan porositas
tinggi, sedangkan nilai resistivitasnya semakin kecil, dan tingkat kejenuhan air kecil
sehingga nilai permeabilitasnya makin besar.
Kemudian diperoleh suatu zona dengan jenuh HC (tinggi) yaitu pada well SED
5-2-4-1-3, yang mana nilai permeabilitasnya makin kecil. Selain itu ada pula
parameter lain yang disebut sebagai porositas, yaitu banyaknya ruang pada suatu
medium yang dapat terisi fluida (khususnya hidrokarbon), sehingga dibutuhkan
porositas efektif (yang terkoneksi dengan medium lain) agar diperoleh zona yang
berpotensi HC. Karena seharusnya fluida dapat mengalir (migrasi) dari dalam ke
daerah yang lebih dangkal, maka diperlukan suatu medium yang dapat mengalirkan
fluida tersebut. Sehingga diperlukan medium dengan permeabilitas yang tinggi,
seperti yang diketahui bahwa permeabilitas adalah kemampuan suatu medium
mengalirkan fluida. Oleh karena itu, agar terpenuhi Petroleum System yang efektif
dan efisien, maka diperlukan nilai porositas yang tinggi juga nilai permeabilitas
yang tinggi pula.
VI.

KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan kuantitatif terhadap well log dari SED-1 hingga SED-5
maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu :

1. Semakin tinggi nilai saturasi air maka semakin kecil nilai permeabilitasnya,
untuk zona yang berpotensi mengandung hidrokarbon, maka nilai saturasi
seharusnya kecil dan permeabilitasnya tinggi
2. Dibutuhkan nilai porositas yang tinggi dan permeabilitas yang tinggi pula agar
minyak dan gas (HC) dapat bermigrasi ke daerah yang lebih dangkal dan dapat
dieksploitasi serta dimanfaatkan
3. Nilai saturasi air tertinggi ada pada Well SED-5 sehingga pada sumur tersebut
nilai permeabilitasnya rendah
4. Nilai saturasi air terendah ada pada Well SED-3 sehingga pada sumur tersebut
nilai permeabilitasnya tinggi
VII.

DAFTAR PUSTAKA
Asisten Praktikum, Panduan Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, Teknik
Geologi, Faktultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

You might also like