You are on page 1of 16

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEKSUAL

Organ Seks Wanita


Genitalia wanita terdiri atas organ seks internal dan eksternal. Organ
seks eksternal, secara kolektif disebut vulva, yang mencakup mons veneris,
labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium vaginalis atau introitus.
Vagina, uterus, tubulus falopi, dan ovari tersusun ke dalam organ seks
internal.

Organ Seks Eksternal


a. Mons Veneris
Mons Veneris adalah lapisan jaringan lemak yang menutupi
tulang pubis dan dilapisi oleh rambut pubis setelah pubertas.
b. Labia
Labia, kedua labia mayora adalah lipatan kulit berlemak yang
memanjang dari mons veneris dan membentuk batasan terluar dari
vulva. Labia mayora mempunyai reseptor sensoris yang sensitive
terhadap sentuhan, tekanan nyeri, dan suhu. Labia minora dapat
menunjukkan perubahan warna yang signifikan selama rangsangan
seksual dan kadang disebut sebagai kulit seks.
c. Klitoris
Klitoris terdiri sebagian besar atas jaringan erektil, mempunyai
banyak ujung saraf, dan sangat sensitive terhadap sentuhan,
tekanan, dan suhu. Klitoris adalah organ yang paling sensitive
terhadap stimulasi dan mempunyai peran sentral dalam rangsangan
seksual dan peningkatan perasaan ketegangan seksual (Boston
Womens Health Book Collective, 1997)
d. Vestibula
Vestibula adalah area vulva di sebelah dalam labia minora. Baik
ostium urinarius (meatus) dan ostium vaginalis (introitus) terletak di
dala vestibula. Meatus urinarius terleak di garis tengah dalam
vestibula antara klitoris dan ostium vaginalis. Ostium vaginalis atau
introitus terletak di antara uretra dan anus.

Organ seks internal


a. Vagina
Vagina adalah organ muskular, berdinding tipis yang terangkat
ke arah atas pada

sudut 45 derajat mengarah ke bagian belakang.

Dinding vagina teriri atas tiga lapis jaringan :


1. Lapisan serosa luar yang tipis,yang merupakan bagian
dari membran yang melapis kavitas tubuh dan
menutupi organ.
2. Lapisan tengah otot polos, involunter yang dilanjutkan
dengan otot dari uterus.
3. Lapisan terdala adalah membrane mukosa yang
disebut mukosa
Vagina berfungsi sebaai saluran untuk darah menstruasi, melahirkan
anak, dan kenikatan seksual. Kelenjar Bartholin terletak pada kedua
sisi ostium vaginalis. Kelenjar ini dulu diduga menjadi sumber lubrikasi
selam rangsangan seksual. (Denney & Quadagno, 1992)
b. Uterus
Uterus adalah organ muskular berdinding tebal yang terletak di
antara kandung kemih dan rektum. Uterus mempunyai panjang
sekitar 7,6 cm dan tampak seperti buah pir terbalik. bagian atas yang
lebar dari uterus dikenal sebagai badan. Bagian dasar, disebut serviks,
memanjang ke dalam vagina. Serviks eksternal (vaginalis) disebut
ektoserviks, dan kanalis servikalis internal disebut sebagai
endoserviks.
c. Tuba fallopian
Tuba fallopii berfungsi sebagai saluran untuk lewatnya telur dan
sperma sehingga dapat terjadi fertilisasi. Fertilisasi biasanya terjadi
dalam bagian atas dari salah satu tuba fallopii.

PAYUDARA
Payudara bukan bagian dari organ seks eksternal atau internal
tetapi lebih dianggap sebagai karakteristik seks sekunder. Payudara
terdiri atas bagian dalam jaringan lemak dan kelenjar penghasil susu.
Variasi ukuran payudara sebagian besar adalah karena jumlah
jaringan adiposa di sekitar kelenjar susu. Payudara sering tidak
simetris dalam ukuran dan bentuk.

SIKLUS MENSTRUASI
Antara menarke dan menopause, system reproduktif wanita
mengalami perubahan bersiklus yang disebut siklus menstruasi. Ratarata siklus berlangsung 28 hari tetapi dapat berkisar dari 21 sampai
40 hari. Darah menstruasi terdiri atas darah, lendir, dan membrane
endometrium yang kadang keluar sebagai bekuan kecil. Kehilangan
darah rata-rata adalah 180 cc sampai 240 cc per siklus ( Alexander &
Larosa,1994). Kejadian ini disebut ovulasi dan terjadi sekitar hari ke14 dari siklus menstruasi 28 hari. Ova ditransportasi melalui tuba
fallopii kea rah uterus.
Gejala premenstrual. bebrapa wanita mengalami gejala pada
saat ovulasi atau selama fase postovulation. Beberapa gejala
sebagian adalaha akibat dari efek estrogen atau progesteron dan
dapat mencakup nyeri abdomen bagian bawah atau rasa tidak
nyaman saat ovulasi, payudara terasa padat atau nyeri tekan,
penambahan berat badan, retensi cairan, mudah tersinggung, dan
depresi bagi beberapa wanita gejala ini lebih konsisten dan berat
serta mengelompok ke dalam sindrom premenstruasi (PMS).

Hubungan seks selama menstruasi. Tidak ada alasan


fisiologis bagi wanita untuk tidak melakukan aktivitas seksual selam
menstruasi. Namun demikian, aliran menstrual yang sangat banyak
atau ketidaknyamanan fisik dapat membuat wanita enggan untuk
melakukan hubungan seks ketika mengalami menstruasi. Sikap
kultural atau faktor lainnya dapat juga menghambat aktivitas seksual
selama menstruasi.
Menopause. Salah satu respons fisiologis terhadap penuaan
adalah hilangnya menstruasi dan fertilisasi. Menopause terjadi sekitar
usia 45 sampai 60 tahun. Setiap tubuh wanita merespons terhadap
menopause dengan caranya sendiri. Bagi beberapa wanita satusatunya gejala adalah tidak terjadinya menstruasi.wanita lainnya
melaporkan sakit kepala, sensasi hangat mendadak (hot-flashes),
insomnia, dan perubahan dalam payudara dan jaringan vagina.
Menopause tidak harus mengganggu kapasitas seksual wanita, dan
banyak wanita terus dapat aktif secara seksual.

ORGAN SEKS PRIA


Organ seks pria menghasilkan sperma dan hormon serta memberikan
sistem untuk mengalirkan sperma dari testis ke luar tubuh. Genitalia
eksternal pria adalah penis dan skrotum. Organ seks iternal pria
termasuk testis, yang menghasilkan hormone dan sperma :
epididymis dan duktus deferen suatu sistem duktus yang mentranspor
sperma: dan kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan kelenjar cowper,
yang sekresinya menjadi bagian dari semen yang diejakulasi.

ORGAN SEKS EKSTERNAL


Penis. penis terdiri atas batang dan glans dan tidak mengandung otot
dan tulang. Batang penis terdiri atas tiga tuba sejajar dari jaringan
erektil : dua buah korpora kavernosa, yang terletak bersisian, dan

dibawah keduanya sebuah korpus spongiosum, yang mengelilingi


uretra. Jaringan erektil menyerupai busa padat. Ujung anterior dari
korpus spongiosum yang terletak di atas korpora kavernosa disebut
glans.
Skrotum. Skrotum adalah kantung kulit yang tipis, longgar yang
melindungi kedua testis, skrotum terletak pada bagian dasar penis.
skrotum dibagi menjadi dua kompartemen. Masing-masing
mengandung satu testis, epididymis, dan bagian dari duktus deferns.
Krotus responsive terhadap perubahan suhu : suhu dingin
menyebabkan skrotum berkontraksi, menarik testis lebih dekat
dengan tubuh. Suhu di dalam skrotum sedikit di bawah suhu tubuh
sehingga dapat terjadi spermatogenesis (pembentukan sperma).

ORGAN SEKS INTERNAL


Organ seks internal pria adalah testikel (atau testis), sistem duktus
(epididimis, duktus atau vas deferens, dan dan uretra), dan beberapa
organ aksesori (vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
bulbouretra). Testis mengandung dua jenis jaringan khusus yaitu
tubulus seminiferous, yang menghasilkan sperma, dan sel-sel leydig,
yang menghasilkan hormon pria, atau androgen. Duktus deferen
adalah tuba panjang dari setiap testis yang menjalar ke atas dan ke
luar skrotum. Ampulla adalah wadah dari sperma sebbelum sperma
dikeluarkan ke dalam duktus ejakultorius, yang membawa sperma
melalui prostat ke dalam uretra posterior. Vesikula seminalis dann
prostat menyekresi plasma seminal. Vesikula seminalis adalah
kelenjar yang menyekresi bagian dari cairan yang diejakulasi yang
mengandung nutrisi sperma.

KLIMAKTERIK PRIA

Pria tidak mengalami perubahan hormonal yang dramatis atau


kehilangan fertilisasi seperti yang dialami oleh wanita menopause.
Namun demikian, mereka mengalami perubahan dalam respons
seksual atau klimakterik. Pada usia 90 tahun, seorang pria mungkin
mampu untuk spermatogenesis. Namun demikian, perlambatan
kemampuan erektil dan ejakulatori yang dialami pada usia 50 atau 60
tahunan dapat menyebabkan kekhawatiran yang signifikan tentang
potensi dan maskulinitas.

PERKEMBANGAN SEKSUAL
Masa Bayi
Baik bayi perempuan maupun bayi laki-laki dilahirkan dengan
kapasitas untuk kesenangan dan respons seksual. Genitalia bayi
sensitif terhadap sentuhan sejak lahir. Dengan stimulasi bayi laki-laki
berespons dengan ereksi penis dan bayi perempuan dengan lubrikasi
vaginal. Anak laki-laki juga mengalami ereksi noktural spontan tanpa
stimulasi. Respons orangtua terhadap perilaku eksploratori ini dapat
membentuk arah dari perkembangan seksual, edukasi, dan
kenyamanan dalam menghadapi seksualitas di rumah. Orangtua
harus mau menerima perilau eksplorasi bayi. Dengan memberikan
bentuk stimulasi taktil lainnya melalui menyusui, memeluk, dan
menyentuh atau membuat, membantu bayi dalam mendefinisikan
pengalaman kesenangan dan kenyamanan melalui interaksi manusia
dan dari kontak tubuh.

MASA USIA BERMAIN DAN PRASEKOLAH


Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas
jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jender yang
didefinisikan secara social. Proses pembelajaran ini terjadi dalam

perjalanan interaksi normal orang dewasa-anak dari boneka yang


diberikan kepada anak, pakaian yang dikenakan. Anak juga
mengamati perilaku orang dewasa, mulai untuk menirukan tindakan
orangtua yang berjenis kelamin sama, dan mempertahankan atau
memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan balik orangtua.

MASA USIA SEKOLAH


Bagi anak-anak dari usia 6 sampai 10 tahun, edukasi dan penekanan
tentang seksualitas datang dari orangtua dan gurunya tetapi lebih
signifikan dari kelompok teman sebayanya. Anak-anak usia sekolah
sepertinya akan terus melanjutkan perilaku stimulasi diri. Anak-anak
dalam kelompok usia ini akan terus mengajukan pertanyaan tentang
seks dan menunjukkan kemandirian mereka dengan menguji perilaku
yang sesuai. Anak-anak juga mempunyai keinginan dan kebutuhan
privasi. Sampai usia 10 tahun, banyak anak gadis dan sebagian anak
laki-laki sudah mulai mengalami sebagian dari perubahan pubertas.
Sebagaimana anak memasuki pubertas, tubuh mereka berubah dan
mereka mengalami peningkatan kesopanan. Mereka membutuhkan
informasi yang akurat dari rumah dan sekolah tentang perubahan
tubuh selama periode ini.

PUBERTAS DAN MASA REMAJA


Awitan pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan
perkembangan payudara. Setelah pertumbuhan awal jaringan
payudara, putting dan areola ukurannya meningkat. Uterus mulai
membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut
dapat terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual.

Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh. Kadar
testosteron yang meningkat pada anak laki-laki selama pubertas
ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan
vesikula seminalis. Ejakulasi mungkin terjadi pertama kali selama tidur
(emisi nokturnal). Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai suatu
episode mimpi basah dan bahkan bagi anak laki-laki yang
berpengetahuan mungkin sangat memalukan. Anak laki-laki harus
mengetahui bahwa, mesi mereka tidak menghasilkan sperma saat
pertama ejakulasi, mereka segera akan menjadi subur. Pada saatnya
terjadi perkembangan genital, rambut pubis, wajah, dan tubuh mulai
tumbuh.

MASA DEWASA
Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengeksplorasi
dan menemukan maturasi emosional dalam hubungan. Dewasa muda
secara tradisional dipandang sebagai berperan dalam melahirkan
anak atau membesarkan anak. Keintiman dan seksualitas juga
merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk tidak
melakukan hubungan seks, tetap melajang Karena pilihan sendiri atau
karena situasi tertentu tetap manginginkan aktivitas seksual, yaitu
mereka yang melajang setelah memutuskan hubungan, mereka yang
homoseksual, mereka yang tidak mempunyai anak berdasarkan
pilihan, atau mereka yang tidak mampu melahirkan anak. pada akhir
masa dewasa,individu menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial
dan emosi sejalan dengan anak-anak mereka meninggalkan rumah.
Pembaruan kembali keintiman dapat memungkinan atau diperlukan
diantara pasangan.

MASA DEWASA TUA (LANSIA)

Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi


menjadi penekanan pada pertemanan,kedekatan fisik, komunikasi
intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan (Ebersole & Hess,
1994). Hal ini dapat secara efektif dipenuhi dengan mempertahankan
aktivitas seksual secara teratur sepanjang hidup. Teruama sekali lagi
wanita, hubungan senggama teratur membantu mempertahankan
elastisitas vagina, mencegah atrofi, dan mempertahankan
kemampuan untuk lubrikasi.

RESPON SEKSUAL
Siklus respons seksual
Master dan Johnson (1966) telah mendefinisikan siklus respons
seksual dengan fase-fase excitement, plateu, orgasmus, dan resolusi.
Fase-fase ini adalah akibat dari vasokonstriksi dan miotonia, yang
merupakan respons fisiologis dasar dari rangsangan seksual.
Vasokongesti adalah pengumpulan darah dalam alat genital dan
payudara wanita selama rangsangan seksual. Pada wanita reaksi ini
menyebabkan lubrikasi vaginal, tumescence (pembengkakan) klitoris
dan labia minora dan mayora, dan perbesaan sepertiga bagian luar
vagina. Pada pria, vasokongesti menyebabkan ereksi penis. miotonia,
atau tensi neuromuscular, secara bertahap meningkat diseluruh tubuh
selam fase perangsangan dan plateu.

PERBANDINGAN SIKLUS RESPONS SEKSUAL PADA


WANITA DAN PRIA

WANITA

PRIA

EXCITEMENT : PENINGKATAN
BERTAHAP DALAM RANGSANGAN
SEKSUAL

Ereksi penis

Lubrikasi vagina : dinding vaginal Penebalan dan elevasi skrotum


berkeringat. Ekspansi dua

Elevasi dan perbesaran moderat

pertiga bagian dalam lorong

pada testis

vaginal peningkatan sensitivitas

Ereksi puting dan tumescence

dan perbesaran klitoris serta


labia. Ereksi putting dan
peningkatan ukuran payudara.
PLATEU : PENGUATAN RESPONS
FASE EXCITEMENT
Retraksi klitoris di bawah topi

Peningkatan ukuran glans (ujung)

klitoral

penis

Pembentukan platform orgasmus

Peningkatan intensitas warna

: pembengkakan sepertiga

glans

bagian luar vagina dan labia

Evelasi dan peningkatan 50%

minora.

ukuran testis

Elevasi serviks dan uterus : efek

Emils mukoid kelenjar cowper,

tenting

kemungkinan oleh sperma

kulit seks : perubahan warna

Peningkatan tegangan otot dan

kulit yang tampak hidup pada

pernapasan

labia minora

Peningkatan frekuensi jantung,

Perbesaran areolar dan payudara

tekanan darah, dan frekuensi

Peningkatan dalam tegangan

pernapasan

otot dan pernapasan


Peningkatan frekuensi jantung,
tekanan darah, dan frekuensi
pernapasan.
ORGASME : PENYALURAN
KUMPULAN DARAH TEGANGAN

PADA OTOT

Penutupan stingter urinarius

Kontraksi involunter platform

internal

orgasmic, uterus, rektal, dan

Sensasi ejakulasi yang tidak

sfingter uretral, dan kelompok

tertahankan

otot lain

Kontraksi duktus deferens vesikel

Hiperventilasi dan peningkatan

seminalis prostat, dan duktus

frekuensi jantung, tekanan

ejakulatori

darah, dan frekuensi pernapasan

Relaksasi stingter kandung


kemih eksternal
Kontraksi otot uretra dan stingter
rektal
Pemuncakan frekuensi jantung,
tekana darah, dan frekuensi
pernapasan
ejakulasi

RESOLUSI : FISIOLOGI DAN


PSIKOLOGIS KEMBALI PADA
KEADAAN TIDAK TERANGSANG
Relaksasi bertahap dinding

Kehilangan ereksi penis

vaginal

Periode refraktori ketika

Perubahan warna yang cepat

dilanjutkan stimulasi menjadi

pada labia minora

tidak nyaman

Berkeringat

Reaksi berkeringat

Bertahap kembali pada

Penurunan testis

pernapasan normal, frekuensi

Pernapasan, frekuensi jantung,

jantung, tekanan darah, dan

tekanan darah, dan tegangan

tegangan otot normal

otot kembali ke normal

Sering : kemampuan untuk


kembali mengalami orgasmus
karena wanita tidak mengalami
periode refraktori seperti yang

sering terjadi pada pria

KEHAMILAN DAN SEKSUALITAS


Wanita dan pria mengalami berbagai emosi menghadapi peran
sebagai calon orangtua. Ketidaknyamanan fisik dan ketakutan tentang
cedera adalah kekuatiran utama yang membatasi aktivitas seksual
(Zawid, 1994). Sebaliknya, beberapa pasangan merasa lega karena
mereka tidak lagi takut terhadap kehamilan yang tidak terencana,
sehingga keinginan seksual menjadi meningkat. Pertama, wanita
mungkin mempunyai minat yang menurun dalam hubungan seks
karena mual, muntah da keletihan. Kedua, karena perasaan
berlebihan tentang kesehatan dan karena vasokongonesti pelviks dan
vulva yang menginduksi keadaan semiterangsang yang hampir
konstan. Ketiga, hubungan seksual sering menurun, sebagian karena
keletihan, ukuran dan posisi, dan ketidaknyamanan karena tekanan
pada serviks akibat penis dan bagian presentasi bayi. Perawat
mungkin harus menginformasikan pada pasangan bahwa hubungan
seksual atau stimulasi puting dapat mempercepat mulainya
persalinan atau percepatan persalinan. Stimulasi payudara dapat
menginduks pelepasan oksitosin alamiah, yang juga menstimulasi
kontraksi uterus. Beberapa pemberi perawatan kesehatan dapat
mengingatkan tentang berhubungan seks pada akhir masa kehamilan.
Perubahan umu dalam tugas dan rutinitas rumah tangga dapat secara
negatif mempengaruhi keinginan seksual pada kedua pasangan. Takut
tentang rasa nyeri pada vagina atau luka episiotomy juga dapat
mengganggu aktivitas seksual. Seara fisiologis, pasangan harus
menahan untuk tidak melakukan hubungan senggama sampai
perdarahan terhenti dan luka episiotomy dan ketidaknyamanan

vagina menghilang. Kurangnya hasrat seksual dan aktivitas seksual


selama kehamilan dan setelah persalinan adalah hal yang wajar.
Perawat harus memastikan bahwa pasangan mengetahui
kemungkinan berkurangnya keinginan seksual sehingga pasangan
tidak menginterpretasikan ketidakinginan istrinya dalam berhubungan
senggama sebagai penolakan.

MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN


SEKSUALITAS
Potensial fertilisasi adalah suatu masalah bagi wanita premnopause
yang melakukan hubungan seksual. Sering kali kekuatirannya adalah
dalam pencegahan konsepsi. Suatu keyika pilihannya adalah untuk
tidak menggunakan kontrasepsi. Masalah lain bagi individu yang
secara seksual aktif adalah melakukan hubungan seks yang aman.
Melakukan hubungan seks yang aman telah mendapat pengakuan
yang meningkat akibat ketakutan tentang AIDS. Peran utama perawat
berkaitan dengan masalah ini adalah pelaporan, penyuluhan, dan
dukungan. Perawat dapat juga terlibatdalam pemberian terapi dan
medikasi, memberikan pengkajian dan evaluasi tentang keefektifan,
dan memberikan pendidikan masyarakat mengeai fakta, fiksi, dan
pentingnya mengatasi masalah ini dalam keluarga, sekolah, dan
komunitas.

PERKEMBANGAN SEKSUAL
BERDASARKAN TEORI SIGMUND FREUD (PSIKOSEKSUAL)

TAHAPAN DAN USIA

CIRI TAHAPAN

TAMBAHAN TEORI

Oral-sensori (lahir
sampai 12-18 blan)

Aktivitas melibatkan
mulut seperti
mengisap, menggigit,
dan mengunyah
merupakan sumber
utama kenikmatan

Anal-muskular (1218bln sampai 3 thun )

Pemuasan kenikmatan
sensual berasal dari
retensi dan
pengeluaran feses.
Mengotori adalah
aktivitas umum.

Falik-lokomosi (3-6thn)

Manipulasi genitalia
menghasilkan sensasi
yang bisa
menyenangkan.
Masturbasi dimulai dan
keingintahuan menjadi
terbukti.

Latensi (6 thn sampai


pubertas)

Ini adalah periode


tenang yang freud
percaya pada saat ini
kegiatan seksual
tersebut tidur,
bagaimanapun juga,
anak mungkin terikat
dalam aktivitas
orogenus dengan

Anak yang terhalang


kegiatan mengisap
mungkin berusaha
untuk memuaskan
kebutuhan ini
dikemudian hari
malalui aktivitas
seperti mengunyah
permen karet,
merokok, dan makan
yang berlebihan.
Konflik eksternal
mungkin ditemui pada
saat latihan ketoilet di
usahakan dan
kemudian terlihat
dalam perilaku seperti
konstipasi, kelambatan
dan kesakitan.
Sesuatu yang timbul
dari kompleks oedipus
dan electra untuk lakilaki dan perempuan
secara berturut-turut,
terjadi lancang, malu,
dan takut mungkin
merupakan ekspresi
dari fiksasi pada tahap
ini.
Penggunaan koping
anak dan mekanisme
pertahanan diri muncul
pada waktu ini,
ketertarikan seksual
mungkin di sublimasi
melalui bermain yang
giat dan perolehan
keterampilan.

Genital (pubertas
sampai masa dewasa)
(remaja dan masa
dewasa)

teman sebaya yang


sama jenis kelaminya.
Genitalia menjadi
pusat dari tekanan dan
kesenangan seksual.
Produk homon seksual
menstimulasi
perkembangan
hubungan
heteroseksual.

Ini adalah waktu


peningkatan biologis,
pada saat interaksi
emosi yang belum
matur sering terjadi
pada awal fase. Pada
saat berkembang
kemampuan untuk
memberi dan
menerima cinta yang
matang.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like