Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO
(4).
didapatkan tinggi pada penyakit Pott, dengan laju sekitar 10% - 20% kasus pada
negara maju dan 20% - 40% pada negara berkembang (1).
Kebanyakan kasus tuberkulosis spinal yang dilaporkan terjadi pada vertebra
bagian thoraks dan area thoraco-lumbar, sementara tuberkulosis spinal pada daerah
cervical lebih jarang ditemukan (5).
Gejala pertama dan yang paling umum dari penyakit Pott adalah nyeri
punggung, kemudian diikuti dengan adanya demam. Komplikasi yang biasa terjadi
pada penyakit Pott adalah deformitas kifosis, instabilitas spinal, dan defisit
neurologis. Tanda dari defisit neurologis bergantung dari tingkat korda spinal yang
terkena atau akar saraf yang berhubungan. Defisit yang biasa terjadi dapat berupa
hemiparesis, paraplegia sampai quadriplegia (4).
Diagnosis dari tuberkulosis spinal mungkin sulit untuk dibuat, Pemeriksaan
radiologi merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada tuberkulosis spinal.
Radiografi
konvensional
akan
memberikan
gambaran,
CT
Scan
dapat
BAB 2
STATUS PASIEN
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO
: Ny. HML
Usia
: 27 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Bidan
Alamat
Keadaan Gizi
Vital Sign
Tekanan Darah
: 121/84 mmHg
Suhu
: 37 C
Nadi
: 86 kali/menit
Nyeri
: VAS 6
Respiratory Rate
: 20 kali/menit
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Pulmo
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : BJ1 > BJ2, murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
:
: datar, sikatriks (-)
: supel, NT (-)
Perkusi
: timpani
Inspeksi
Palpasi
: Massa (-)
Perkusi
Ekstremitas
Tes Lasegue
: tidak diperiksa
Kiri
C5
Fleksi Siku
C6
Ekstensi Pergelangan
C7
Ekstensi Siku
C8
T1
L2
Fleksi Panggul
L3
Ekstensi Lutut
L4
Dorsofleksi Tumit
L5
S1
HASIL
NILAI RUJUKAN
DARAH RUTIN
Hemoglobin
9,5 L
12 16 gr/dl
Leukosit
7550
4.800 10.800/ul
Eritrosit
4,6
Hematokrit
31 L
37 47 %
Trombosit
374.000
150.000 400.000/ul
LED
35 H
< 20 mm/jam
MCV
67 L
80 96 fl
MCH
21 L
27 32 pg
MCHC
31 L
32 36 g/dl
FAAL HEMOSTASIS
Koagulasi
Waktu Prothrombin (PT)
Kontrol
11,8
detik
Pasien
11,6
APTT
Kontrol
35,0
detik
Pasien
32,9
27 39 detik
86
70 100 mg/dl
94
Ureum
21
20 50 mg/dl
Creatinin
0.9
SGOT (AST)
23
0 32 mU/dl
SGPT (ALT)
11
0 33 mU/dl
Natrium (Na)
145
Kalium (K)
4,5
Klorida (Cl)
105
95 105 mmol/L
Kesan :
-
Kesan fibrosis pada apex paru kanan kiri pada foto radiologi dada
merupakan gambaran TB paru lama.
Kesan :
-
10
11
12
Obat Anti-Tuberkulosa :
o Pirazynamid 1 X 1500 mg,
o Isoniazid 1 X 300 mg,
o Rifampisin 1 X 450 mg
Rencana Operasi
Terapi simptomatik :
o Anti nyeri : Ketolorac 2 X 30 mg IV
13
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO
3.1 ANATOMI
3.1.1 COLUMNA VERTEBRALIS
Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi
menyanggah cranium, gelang bahu, ektremitas superior, dan dinding thorax serta
melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam
rongganya terletak medulla spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup
meningen, yang dilindungi oleh columna vertebralis (6).
7_
2XB>d
@<
$z_ $
a@a
# "%
!$%
%
T
$
!
%
@
@
$zP
$$$\
5TI -$$l
U ? * % $
^ ?
+-
5SI-$%l U ? G G % $
^ ?
+-(
Back. SOBOTTA: Atlas of Human Anatomy. 14th ed. Munich: Elsevier; 2006. (7)
14
^W;Wd
7 vertebrae cervicalis
12 vertebrae thoracicus
5 vertebrae lumbalis
Struktur columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmen segmen dan
tersusun atas vertebrae, sendi sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut
discus intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira kira seperempat
panjang columna (6).
3.1.3 VERTEBRA
Gambar 5. Vertebra tipikal. Sumber : Hansen JT, Lambert DR. Chapter 2: Back.
Netters Clinical Anatomy. 1st ed. Elsevier; 2005.
15
(8)
3.1.4 OS SACRUM
16
Os sacrum terdiri atas lima vertebra rudimenter yang bergabung menjadi satu
membentuk sebuah tulang berbentuk baji yang cekung di anterior. Pinggir atas
atau basis tulang bersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir bawah yang
sempit bersendi dengan os coccygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan dua os
coxae untuk membentuk articulatio sacroilliaca (6).
Pinggir anterior dan atas vertebra S1 menonjol ke depan sebagai margo
posterior apertura pelvis superior dan dikenal sebagai promontorium sacralis.
Promontorium sacralis pada perempuan penting untuk obstetri, dan digunakan
pada waktu menentukan ukuran pelvis (6).
Terdapat foramina vertebralis dan membentuk canalis sacralis. Canalis
sacralisV%X%L
berisi radix anterior dan posterior nervi spinales
dan coccygeales,
5NI-+%lsacrales
V%$z%L
5NI-+$l
filum terminale,
(
W
$$\7[
@
l 7
@O
$$$\7
@
$6 7 @
TU
@
$$$\7aa@
^"X" t
5NI-+(l
Gambar^""
7. Os Coccygis. Sumber : Putz R, Pabst5NI-++l
R, editors.
Chapter 1: Back.
- 2006. (7)
-
SOBOTTA:
Atlas of Human Anatomy. 14th ed. Munich:
Elsevier;
17
Os coccygis terdiri atas empat vertebra yang berfusi membentuk sebuah tulang
segitiga kecil, yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum. Vertebra
coccygeus pertama biasanya tidak berfusi, atau berfusi tidak lengkap dengan
vetebra coccygeus kedua (6).
3.1.6 SENDI SENDI COLUMNA VERTEBRALIS
Sendi sendi antar dua corpus vertebra
Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan dilapisi oleh
lempeng tulang rawan hialin. Di antara lempeng tulang rawan tersebut,
terdapat discus intervertebralis yang tersusun atas jaringan fibrocartilago.
Serabut serabut kolagen discus intervertebralis menyatukan kedua corpus
vertebrae dengan kuat (6).
Discus intervertebralis
Discus intervertebralis menyusun seperempat dari panjang columna
vertebralis. Discus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat
banyak
terjadinya
gerakan
columna
vertebralis.
Ciri
fisiknya
18
depan atau ke belakang di atas yang lain, seperti pada gerakan fleksi dan
ekstensi columna vertebralis.
3.1.7 PERSARAFAN SENDI SENDI VERTEBRA
Sendi sendi antar corpus vertebrae dipersarafi oleh cabang kecil
meningeal masing masing saraf spinal. Saraf ini berasal dari saraf spinal pada
saat saraf ini keluar dari foramen intervertebrale. Kemudian saraf ini masuk
kembali ke dalam canalis vertebralis melalui foramen intervertebrale dan
mempersarafi meningen, ligamenta, dan discus intervertebralis (6).
3.1.8 MEDULLA SPINALIS
19
1/22/08
3:59 AM
turun lanjutan piamater, yaitu filum terminale, yang kemudian melekat pada
bagian belakang os coccygis (6).
SPINAL CORD ANATOMY
463
Figure 13.2 External anatomy of the spinal cord and the spinal nerves. (See Tortora, A Photographic Atlas of the
Human Body, Second Edition, Figure 8.3.)
spinal cordNERVUS
extends from the
medulla oblongata of the brain to the superior border of the second
3.1.9TheRADIX
SPINALIS
lumbar vertebra.
Medulla oblongata
C1
C2
Ansa cervicalis
Transverse cervical nerve
Supraclavicular nerve
Phrenic nerve
C3
C4
C5
C6
C7
C8
T1
Median nerve
Radial nerve
Ulnar nerve
T2
T3
T4
T5
THORACIC NERVES (12 pairs)
T6
T7
T8
T9
Intercostal
(thoracic) nerves
Lumbar enlargement
T10
T11
T12
Subcostal nerve
(intercostal nerve 12)
L1
L2
LUMBAR NERVES (5 pairs)
L3
Cauda equina
L4
Femoral nerve
Obturator nerve
L5
S1
S2
S3
Sacrum
SACRAL NERVES (5 pairs)
S4
Sciatic nerve:
Common fibular
nerve
Tibial nerve
S5
COCCYGEAL NERVES (1 pair)
Posterior cutaneous
nerve of thigh
Pudendal nerve
Posterior view of entire spinal cord and portions of spinal nerves
What portion of the spinal cord connects with nerves of the upper limbs?
20
21
Ringkasan Tanda Tanda Penting yang Ditemukan pada Sindrom Radix Cervicalis
dan Lumbosacralis (6)
Radix yang
cedera
C5
C6
Nyeri Dermatom
Pergerakan
Refleks yang
disuplai
yang lemah
Terkena
Aspek lateral
m. deltoideus dan
m. biceps humeri
Aspek lateral
lengan bawah
Abduksio
bahu, fleksi
Biceps
siku
m. extensor carpi
Ekstensor
radialis longus
pergelangan
dan brevis
tangan
Brachioradialis
Ekstensio
C7
Jari tengah
m. triceps brachii
siku dan
dan m. flexor
fleksi
carpi radialis
pergelangan
Triceps
tangan
m . flexor
C8
Aspek Medial
digitorum
lengan bawah
superficialis dan
Fleksi jari
Tidak ada
profundus
L1
Lipat paha
m. iliopsoas
m. iliopsoas, m.
L2
Aspek anterior
tungkai atas
Sartorius, dan
otot otot
adductor
articulatio coxae
L3
Fleksi
panggul
Fleksi
panggul,
adduksio
Cremaster
panggul
m. iliopsoas, m.
Fleksi
Sartorius, m.
panggul,
Aspek medial
quadriceps, dan
ekstensi
lutut
otot otot
lutut,
adductor
adduksio
articulatio coxae
panggul
22
Cremaster
Patellar
L4
Aspek medial
betis
m. tibialis
anterior, m.
quadriceps
Inversio
kaki,
ekstensio
Patellar
lutut
Ekstensio
Aspek lateral
L5
tungkai bawah
dan dorsum pedis
m. extensor
ibu jari
hallucis longus,
kaki,
m. extensor
dorsofleksi
digitorum longus
pergelangan
Tidak ada
kaki
S1
Pinggir lateral
kaki
Plantarfleks
m.
gastrocnemius,
m. soleus
m. flexor
S2
Bagian posterior
digitorum longus,
paha
m. flexor hallucis
longus
io
pergelangan
kaki
Refleks
pergelangan
kaki
Plantarfleks
io
pergelangan
Tidak ada
kaki, fleksio
ibu jari kaki
Tabel 3. Ringkasan Tanda Tanda Penting yang Ditemukan pada Sindrom Radix
Cervicalis dan Lumbosacralis
23
263
spondilitis
tuberkulosa
dikenal
dengan
Penyakit
Pott (PottsThe
disease)
rium tuberculosis,
M.juga
bovis,
and the
rarenama
species
M. africanum.
clinical
Mycobacterium
tuberculosis (5).
Morphology and culturing. TB are slender, acid-fast rods, 0.4 lm wide, and
34 lm long, nonsporing and nonmotile. They can be stained with special
agents (Ziehl-Neelsen, Kinyoun, fluorescence, p. 212f.) (Fig. 4.12a).
3.2.2 ETIOLOGI
Mycobacterium Tuberculosis
Fig. 4.12 a Ziehl-Neelsen staining
of a urine preparation: Fine, red,
acid-fast rods, which tend to stick
together. Clinical diagnosis: renal
tuberculosis.
b Culture of M. tuberculosis on
egg nutrient substrate according to
Lo
wenstein-Jensen: after four weeks
of incubation rough, yellowish, cauliflowerlike colonies.
Gambar 10. Mycobacterium tuberculosis. Sumber : Kayser FH, Bienz KA, Eckert
Kayser,
Medical Microbiology
2005 Thieme
J,
Zinkernagek
RM. Bacteriology:
Mycobacterium. Medical Microbiology.
All rights reserved. Usage subject to terms and conditions of license.
24
Genus
Mycobacterium
tuberculosis
termasuk
dalam
famili
Pada tahun 2010, kejadian tuberkulosis ekstra paru pada wilayah eropa,
terjadi pada 65.783 kasus atau sekitar 17% dari seluruh kejadian kasus
25
26
:
1. Bentuk sentral corpus vertebra. Bentuk ini sering ditemukan pada anak.
2. Bentuk paradiskus, terletak di bagian corpus vertebra yang bersebelahan
dengan diskus intervertebralis. Bentuk ini sering ditemukan pada orang
dewasa.
3. Bentuk anterior, dengan lokus awal di corpus vertebra bagian anterior,
merupakan penjalaran perkontinuitatum dari vertebra di atasnya.
Nekrosis dengan pengijuan membentuk nanah yang menjadi abses dingin.
27
28
29
paraparesis dapat merupakan tanda pertama dari adanya penyakit pada tulang
belakang. Durasi keluhan dapat terjadi dari beberapa minggu sampai beberapa
bulan bahkan tahun (4).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al., 2013 dengan metode
penelitian cross-sectional terhadap 100 orang sudan di Rumah Sakit Pendidikan
Khartoum dan Rumah Sakit Pendidikan Shaab pada periode tahun 2008 2010.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menjelaskan berbagai variasi gambaran klinik
dari penyakit Pott. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :
Gejala
Frekuensi
72
72
70
70
46
46
Root Pain
44
44
Nyeri Otot
22
22
Spasme Fleksi
16
16
Hiperestesia Kaki
30
31
234 56789:4 ;9<8=;4 >9?@4 AB;=89?4 C96:4 8=<B:4 D=ABEB;4 D=:B?@@94 F=7<=GB9?4 H<9;4
7=?C9AB4D=A=G:9?94A9?47=?B?@E9;E9?4E=F9;6:9?4F9DB=?44
44
Paduan OAT dan peruntukannya.
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
"9A69?4%'.4B?B4AB<=GBE9?46?;6E4F9DB=?4<9G6I4
4 "9DB=?4<9G64./4F9G64/.'4FHDB;BJK4
4 "9DB=?4./4F9G64/.'4?=@9;BJ4JH;H4;HG9ED4FHDB;BJ44
4 "9DB=?4./4=ED;G94F9G6
Tabel 4.2a. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
/=G9;4/9A9?4
.9:9F4*?;=?DBJ4
;B9F4:9GB4D=89794LM4:9GB44
0NO#4PQLRSTLSURRS!TL34
.9:9F4+9?C6;9?4
24E98B4D=7B?@@64D=89794QM47B?@@64
0N4PQLRSQLR344
2R4V42T4E@4
2W4V4LU4E@4
LL4V4TR4E@4
4TQ4E@4
!4;9<8=;4U1$.4
24;9<8=;4U1$.4
U4;9<8=;4U1$.4
L4;9<8=;4U1$.4
!4;9<8=;4!1$.4
24;9<8=;4!1$.4
U4;9<8=;4!1$.4
L4;9<8=;4!1$.4
+9794
"=?@H<9;9?4
!4/689?4
U4/689?4
.9<8=;4
*DH?B9DBA4
X42RR47@G4
19F8=;4
0BJ97FBDB?4
X4ULR47@G4
.9<8=;44
"BG9YB?97BA4
X4LRR47@G4
.9<8=;4
#;97<6;H84
X4!LR47@G4
56789:4
:9GBSE98B4
7=?=89?4
H<9;4
Q4
!4
Q4
Q4
24
Z4
24
Z4
LM4
UW4
Tabel"9A69?4
5. Panduan
Obat Anti
pada Tuberkulosa
Ekstra Paru.
%'.4 Terapi
B?B4 AB<=GBE9?4
6?;6E4Tuberkulosis
F9DB=?4 /.'4 FHDB;BJ4
>9?@4 ;=89:4 ABH<9;B4
D=<=867?>9I4
Sumber
: Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A, editors. Pedoman Nasional
4 "9DB=?4E97<6:4
4 "9DB=?4@9@984
Penanggulangan
Tuberkulosis. 2nd ed. Departemen Kesehatan Republik
4 "9DB=?4A=?@9?4F=?@H<9;9?4D=;=89:4F6;6D4<=GH<9;4Pdefault34
(3)
Tabel 4.3a.
Indonesia; 2007.
.9:9F4*?;=?DBJ4
.9:9F4+9?C6;9?4
;B9F4:9GB4
24E98B4D=7B?@@64
0NO#4PQLRSTLSURRS!TL34[4)4
0N4PQLRSQLR34[4#PURR34
)=89794!W4
)=89794LM4:9GB4
D=89794!R47B?@@64
Indikasi dilakukannya
terapi operatif pada
:9GB4 pasien spondilitis tuberkulosa
2RZ2T4E@4
!4;9<4U1$.44
!4;9<4U1$.4
!4;9<4!1$.44
[4LRR47@4);G=F;H7BDB?4B?CK4
[4!4;9<4#;97<6;H84
adalah adanya paraparesis
lanjut (kekuatan motorik kurang
dari 3/5 pada skala
2WZLU4E@4
24;9<4U1$.4
24;9<4U1$.4
24;9<4!1$.4
[424;9<4#;97<6;H84
MRC), khususnya[4TLR47@4);G=F;H7BDB?4B?CK4
pada pasien berusia muda, terdapatnya
deformitas kifosis,
LLZTR4E@4
U4;9<4U1$.4
U4;9<4U1$.4
U4;9<4!1$.4
(14).
/=G9;4
/9A9?4
!!
32
BAB 4
PEMBAHASAN
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO
4.1 Subjective
Keluhan nyeri punggung terutama yang dirasakan pada bagian bawah oleh
pasien dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Kebanyakan disebabkan oleh
penyakit pada tulang belakang seperti Tegang pada otot tulang belakang, herniasi
diskus, fraktur kompresi, stenosis lumbalis, osteoartritis, spondilolistesis dan lain
lain.
Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, dan nyeri
dirasakan terkadang menjalar ke tungkai bawah. Dari pengakuan pasien, pasien
telah mencari pengobatan untuk keluhannya tersebut ke dokter. Dan dokter awal
mendiagnosis yang dalam bahasa awam pasien menyebutnya dengan saraf kejepit.
Dan pasien di sarankan untuk melakukan pemeriksaan MRI. Obat obatan yang
diberikan dari dokter awal adalah anti nyeri. Akan tetapi, keluhan pada pasien
masih tetap dirasakan. Akhirnya pasien berobat ke dokter yang berbeda dan
dilakukan pemeriksaan ulang.
Pasien menjelaskan masih bisa beraktifitas serta tidak terdapat perubahan
pada pola defekasi dan miksinya, yang berarti defisit neurologis yang terjadi
merupakan derajat II (paraparesis).
Pasien menyangkal pada riwayat penyakit dulu pernah mengalami
penyakit tuberkulosis dan juga menyangkal adanya trauma. Pasien bekerja sebagai
bidan disalah satu rumah sakit ibu dan anak di Jakarta. Dan tinggal bersama suami
di daerah Jakarta pusat. Dari bidang pekerjaan, pasien sangat rentan untuk
terinfeksi dengan kuman Mycobacterium tuberculosa, yang dapat ditularkan dari
pasien di tempatnya bekerja.
33
4.2 Objective
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas
normal. Namun, terdapat penurunan kekuatan motorik pada kedua tungkai bawah
dengan nilai 4 dari 5. Tidak terdapat gibus maupun deformitas kifosis pada
pasien.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan pada laju endap
darah yang biasanya meningkat pada infeksi, proses inflamasi, osteomyelitis,
maupun kerusakan jaringan.
Pada pemeriksaan Rontgen dada, terdapat gambaran fibrosis di apex paru
kiri kanan yang merupakan gambaran TB paru lama. Dan dari hasil pemeriksaan
Rontgen Lumbosakral didapatkan adanya fraktur kompresi akibat destruksi dari
corpus vertebra L4 L5 dan suspek massa paravertebra. Kemudian pasien
melakukan pemeriksaan MRI Lumbal dan didapatkan hasil terdapat abses yang
meluas terutama ke daerah psoas kiri dan terdapat destruksi corpus vertebra Th 9
Th 12 dan L4 L5 yang memberikan kesan Spondilitis thoracolumbalis. Tak
tampak tanda HNP maupun kesan stenosis canalis spinalis. Sehingga keluhan
yang timbul dan penurunan kekuatan motorik pada pasien bukan disebabkan oleh
HNP maupun stenosis canalis spinalis, akan tetapi lebih karena spondilitis.
4.3 Assessment
Diagnosis akhirnya dibuat berdasarkan anamnesis keluhan pasien,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang laboratorium serta pemeriksaan
radiologi dan MRI. Pasien didiagnosa dengan Spondilitis Tuberkulosa (Penyakit
Pott).
4.4 Planning
Pada kasus, pasien diberikan 3 macam terapi antituberkulosis yaitu
pirazinamid, isoniazid, dan rifampisin. Namun, dari tinjauan pustaka diketahui
bahwa pengobatan tuberkulosis ekstra paru, termasuk spondilitis tuberkulosa
adalah dengan pemberian obat anti tuberkulosis, berupa 4 kombinasi terapi yang
terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan ethambutol yang diberikan
34
pada tahap intensif selama 2 bulan pertama, dan dilanjutkan dengan pemberian
terapi rifampisin dan isoniazid pada tahap lanjutan selama 4 bulan, namun dalam
referensi yang lain disebutkan tahap lanjutan diberikan selama 10 bulan.
Pasien juga direncanakan untuk dilakukan operasi, karena sudah
memenuhi indikasi dilakukan operasi. Indikasi tersebut adalah adanya paraparesis
lanjut (kekuatan motorik kurang dari 3/5 pada skala MRC), khususnya pada
pasien berusia muda, terdapatnya deformitas kifosis, adanya defisit neurologis
serta terdapatnya nyeri yang signifikan. Keuntungan tindakan bedah yaitu dapat
menentukan diagnosis dengan pemeriksaan mikrobiologis dan patologi serta
mengintensifkan terapi medis.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Pellise F, editor. Tuberculosis and Potts disease, still very relevant health
problems. Eur Spine J 2013 22 Suppl 4S527S528. 2012 Oct 9;
2. Dara M, Dadu A, Kremer K, Zaleskis R, Kluge HHP. Epidemiology of
Tuberculosis in WHO European Region and Public Health Response. Eur
Spine J 2013 22 Suppl 4S559S555. 2012;
3. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A, editors. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. 2nd ed. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
4. Ahmed EG, Elbadawi NEE, Ibrahim EK, Mohammed MM. Clinical
Presentation of Potts disease of the Spine in Adult Sudanese Patients. J Med
Microb Diagn 2. 2013;
5. Mbata GC, Ofondu E, Ajuonuma B, Asodike VC, Chukwumam D. Case
Report: Tuberculosis of the Spine (Potts disease) presenting as hemiparesis.
Afr J Respir Med. 2012 Sep;8 No 1.
6. Snell RS. Bab 12: Punggung. In: Hartanto H, Listiawati E, Suyono YJ,
Susilawati, editors. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran (Clinical
Anatomy for Medical Student). 6th ed. Jakarta: EGC; 2006.
7. Putz R, Pabst R, editors. Chapter 1: Back. SOBOTTA: Atlas of Human
Anatomy. 14th ed. Munich: Elsevier; 2006.
8. Hansen JT, Lambert DR. Chapter 2: Back. Netters Clinical Anatomy. 1st ed.
Elsevier; 2005.
9. Agur AMR, Dalley II AF. Chapter 4: Back. Grants Atlas of Anatomy. 12th
ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
36
10. Tortora GJ, Derrickson B. Chapter 13: The Spinal Cord and Spinal Nerves.
Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. United States of America:
John Wiley & Sons, Inc; 2009.
11. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagek RM. Bacteriology:
Mycobacterium. Medical Microbiology. Germany: Georg Thieme Verlag;
2005. p. 262 264.
12. Sjamsuhidajat R, de Jong W, editors. Bab 40: Sistem Muskuloskeletal. Buku
Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2004.
13. Widiharso WE. Spondilitis Tuberkulosis (Penyakit Pott) [Internet]. Spondilitis
Tuberculosis (Penyakit Pott). 2011 [cited 2014 Feb 9]. Available from:
http://www.dokterbedahtulang.com/?mn=101&id=15&i=SPONDILITIS+TU
BERCULOSIS+(PENYAKIT+POTTS)
14. Enam SA, Shah AA. Treatment of Spinal Tuberculosis: Role of Surgical
Intervention. Pak J Neurol Sci 2006 1 3 145-51. 2006;
37